Anda di halaman 1dari 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASA NIFAS DAN

MENYUSUI

Disusun Oleh :

1. Erni Yohana PO.71.24.1.18.054


2. Farida Utami PO.71.24.1.18.055
3. Fitri Janear PO.71.24.1.18.056
4. Hana Mahsa Almira PO.71.24.1.18.057
5. Indah Elvia PO.71.24.1.18.058
6. Indri Dwi Pridayanti PO.71.24.1.18.059

Kelas : 2 Reguler B
Dosen Pembimbing : Desy Setiawati, SST, M.Keb

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


PRODI DIII KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWr. Wb.

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat dan rahmat-Nya
lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Masa Nifas dan Menyusui. Kami mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada Allah SWT. Dan Ibu Desy Setiawati, SST, M.Keb.
sebagai dosen pembimbing dalam Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui serta teman-teman yang ikut secara langsung dalam pembuatan
makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih terdapat banyak kekurangan yang


disebabkan oleh kelalaian kami, karena itu kami akan menerima kritik dan saran
yang konstruktif dengan senang hati agar makalah kami kedepannya dapat lebih
baik lagi. Akhir kata semoga makalah tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Masa Nifas dan Menyusui ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi
kami sebagai penulis dan para mahasiswa. Terimakasih.

Wassalamu’alaikumWr.Wb.

Palembang, Oktober 2019

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................
i..................................................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
ii..................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
........................................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah
........................................................................................................................
1
C. Tujuan
........................................................................................................................
1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Masa NIfas


........................................................................................................................
2

B. Tujuan Masa Nifas


........................................................................................................................
2

C. Pengertian Menyusui
........................................................................................................................
3

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masa Nifas dan Menyusui


........................................................................................................................
3
E. Dukungan Bidan dalam Pemberian ASI
................................................................................................................................
8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
........................................................................................................................
11
B. Saran
........................................................................................................................
12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
13

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ikatan orang tua terhadap anaknya dimulai dari sejak periode kehamilan
dan semakin bertambah intensitasnya pada saat kelahiran. Salah satu masalah
yang kini banyak merebak dikalangan masyarakat adalah kematian ataupun
kesakitan pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-
faktor sosial budaya dan lingkungan didalam masyarakat dimana mereka
berada. Dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu nifas dan
menyusui. Pola makan, misalnya, fakta dasarnya adalah merupakan salah satu
selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa
setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu nifas
yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap
beberapa makanan tertentu. Kebudayaan tersebut tidak dapat dihilangkan, salah
satu alasan yang kuat dikarenakan pembuktian terhadap beberapa mitos hingga
kepercayaan ibu nifas benar adanya. Namun, ada juga yang sama sekali tidak
membawa dampak positif.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan masa nifas dan menyusui ?
2. Bagaimana faktor eksterernal yang mempengaruhi masa nifas dan menyusui ?
3. Bagaimana dukungan bidan dalam pemberian ASI ?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan masa nifas dan menyusi.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi masa nifas dan menyusui

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Masa Nifas


Masa nifas adalah (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta
sampai pemulihan kembali alat-alat reproduksi seperti keadaan semula sebelum
hamil yang berlangsung 6 minggu (40 hari). Masa nifas adalah masa selama
persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu
berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil
yang normal. Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai
dari pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti prahamil.

B. Tujuan Asuhan Masa Nifas


Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan
masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah pesalianan dan 50% kematian masa nifas terjadi
dalam 24 jam pertama. Tujuan tersebut adalah :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2. Melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi
sehari-hari.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana
5. Mendapatkan kesehatan emosi.
6. Ada juga peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah :
7. Sebagai teman terdekat sekaligus pendamping untuk memberikan dukungan
yang terus menerus selama masa nifas yang baik dan sesuai dengan
kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama
persalinan dan nifas.
8. Sebagai pendidik dalam asuhan pemberian pendidikan kesehatan terhadap
ibu dan keluarga.
9. Sebagai asuhan pelaksana asuhan kepada pasien dalam hal tindakan
perawatan, pemantauan, penanganan masalah, rujukan, dan deteksi dini
komplikasi masa nifas.

C. Pengertian Menyusui
Menyusui adalah suatu proses belajar. Bayi belajar menghisap keluar air
susu dari payudara dengan seefisien mungkin dan ibu belajar cara menyusui
dengan senyaman mungkin (Nugroho, 2014).
Menyusui adalah suatu proses alamiah, berjuta-juta ibu di seluruh dunia
berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Bahkan
ibu yang buta huruf sekalipun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun
demikian, dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang
alamiah tidaklah selalu mudah.
Seiring dengan perubahan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sedemikian pesat, pengetahuan lama yang
mendasar seperti menyusui justru terkadang terlupakan. Padahal, kehilangan
pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan besar, karena menyusui
adalah pengetahuan yang selama berjuta-juta tahun mempunyai peran penting
dalam mempertahankan kehidupan manusia (Roesli, 2002).

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masa Nifas Dan Menyusui

1. Faktor Internal
a. Faktor Fisik
Kelelahan fisik karena aktifitas mengasuh bayi, menyusui,
memandikan, mengganti popok, dan menimang sepanjang hari bahkan
tidak jarang di malam hari sangatlah menguras tenaga. Apalagi jika
tidak ada bantuan dari suami atau anggota keluarga yang lain. Setelah
proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental selama 2 minggu
pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan
kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon
secara drastis setelah melahirkan dan periode laten diantara kelahiran
sangat berpengaruh pada ibu nifas.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pada ibu nifas dan
menyusui,antara lain :
a. Rahim
Setelah melahirkan rahim akan berkontraksi (gerakan meremas)
untuk merapatkan dinding rahim sehingga tidak terjadi perdarahan,
kontraksi inilah yang menimbulkan rasa mulas pada perut ibu.
Berangsur angsur rahim akan mengecil seperti sebelum hamil.
b. Jalan lahir (serviks,vulva dan vagina)
Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, sehingga penyebabkan
mengendurnya organ ini bahkan robekan yang memerlukan
penjahitan, namun akan pulih setelah 2-3 pekan (tergantung
elastisitas atau seberapa sering melahirkan).
c. Darah nifas (Lochea)
Darah nifas hingga hari ke dua terdiri dari darah segar bercampur
sisa ketuban, berikutnya berupa darah dan lendir, setelah satu
pekan darah berangsur-angsur berubah menjadi berwarna kuning
kecoklatan lalu lendir keruh sampai keluar cairan bening di akhir
masa nifas.
d. Payudara
Payudara menjadi besar, keras dan menghitam di sekitar puting
susu, ini menandakan dimulainya proses menyusui. Segera
menyusui bayi sesaat setelah lahir (walaupun ASI belum keluar).
Pada hari ke 2 hingga ke 3 akan diproduksi colostrum yaitu ASI
berwarna kuning keruh yang kaya akan anti body, dan protein.
e. Sistem perkemihan
Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil,
selain khawatir nyeri jahitan juga karena penyempitan saluran
kencing akibat penekanan kepala bayi saat proses melahirkan.
Namun usahakan tetap kencing secara teratur, buang rasa takut dan
khawatir, karena kandung kencing yang terlalu penuh dapat
menghambat kontraksi rahim yang berakibat terjadi perdarahan.
f. Sistem pencernaan
Perubahan kadar hormon dan gerak tubuh yang kurang
menyebabkan menurunnya fungsi usus, sehingga ibu tidak merasa
ingin atau sulit BAB (buang air besar). Terkadang muncul wasir
atau ambeien pada ibu setelah melahirkan, ini kemungkinan karena
kesalahan cara mengejan saat bersalin juga karena sembelit
berkepanjangan sebelum dan setelah melahirkan.
g. Peredaran darah
Sel darah putih akan meningkat dan sel darah merah serta
hemoglobin (keping darah) akan berkurang, ini akan normal
kembali setelah 1 minggu. Tekanan dan jumlah darah ke jantung
akan lebih tinggi dan kembali normal hingga 2 pekan.
h. Penurunan berat badan
Setelah melahirkan ibu akan kehilangan 5-6 kg berat badannya
yang berasal dari bayi, ari-ari, air ketuban dan perdarahan
persalinan, 2-3 kg lagi melalui air kencing sebagai usaha tubuh
untuk mengeluarkan timbunan cairan waktu hamil.
i. Suhu badan
Suhu badan setelah melahirkan biasanya agak meningkat dan
setelah 12 jam akan kembali normal. Waspadai jika sampai terjadi
panas tinggi, karena dikhawatirkan sebagai salah satu tanda infeksi
atau tanda bahaya lain.

2. Faktor Eksternal
a. Psikologis, Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan
fisiologis yang juga megakibatkan adanya beberapa perubahan dari
psikisnya. Ia mengalami stimulasi kegembiraan yang luar biasa,
menjalani proses eksplorasi dan asimilasi terhadap bayinya, berada
dibawah tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran yang diperlukan
tentang apa yang harus diketahuinya dan perawatan untuk bayinya, dan
merasa tanggung jawab yang luar biasa sekarang untuk menjadi seorang
“Ibu”. Ia mungkin juga merasa diabaikan jika perhatian keluarganya
tiba-tiba berfokus pada bayi yang baru saja dilahirkannya. Dan dapat
memicu adanya baby blues. Kunci untuk mendukung wanita dalam
melalui periode ini adalah memberikan perhatian dan dukungan yang
baik baginya, serta keyakinan padanya bahwa ia adalah orang yang
berarti bagi keluarga dan suami. Hal yang terpenting, berikan
kesempatan untuk beristirahat yang cukup. Selain itu, dukungan positif
atas keberhasilannya menjadi orang tua dari bayi yang baru lahir dapat
membantu memulihkan kepercayaan diri terhadap kemampuannya.

b. Budaya, Adanya adat istiadat yang dianut oleh lingkungan dan keluarga
sedikit banyak akan mempengaruhi keberhasilan ibu dalam melewati
saat transisi ini. Apalagi jika ada hal yang tidak sinkron antara arahan
dari tenaga kesehatan dengan budaya yang dianut. Di antara
kebudayaan maupun adat-istiadat dalam masyarakat ada yang
menguntungkan, ada pula yang merugikan. Dalam hal ini, bidan harus
bijaksana dalam menyikapi, namun tidak mengurangi kualitas asuhan
yang harus diberikan. Keterlibatan keluarga dari awal dalam
menentukan bentuk asuhan dan keperawatan yang harus diberikan pada
ibu dan bayi akan memudahkan bidan dalam pemberian asuhan.
c. Ekonomi, Orang tua yang mempunyai kondisi ekonomi rendah lebih
sulit dengan kelahiran masing-masing anak dan yang tidak
menggunakan KB efektif, mungkin menemukan komplikasi pada
proses persalinan. Keluarga dengan kelahiran anggota baru terlihat
beban keuangan yang dapat meningkatkan stress. Stress ini
mempengaruhi perilaku orang tua, membuat masa transisi orang
menjadi sulit.
d. Sosial, Ibu nifas yang pertama kali melahirkan mempunyai kebutuhan
yang berbeda dibanding ibu-ibu nifas yang telah melahirkan
sebelumnya. Ibu-ibu nifas yang pertama kali melahirkan membutuhkan
lebih banyak support dan tindakan lanjut terhadap perannya sebagai
orang tua, termasuk sumber pendukung dari lingkungannya.
Pengalaman juga merupakan bagian dari faktor sosial ini. Depresi
pascasalin ini lebih banyak ditemukan pada perempuan primipara,
mengingat bahwa peran seorang ibu dan semua yang berkaitan dengan
bayinya merupakan situasi baru bagi dirinya yang dapat menimbulkan
stres. Perempuan dengan multipara, ketika melahirkan akan sangat
mewarnai alam perasaannya terhadap perannya sebagai ibu. Ia akhirnya
menjadi tahu bahwa begitu beratnya ia harus berjuang untuk melahirkan
dan mengasuh bayinya dan hal itu akan memperkaya pengalaman
hidupnya untuk lebih dewasa.

e. Lingkungan, Dalam masa nifas lingkungan sangat berpengaruh


didalamnya, karena dapat membentuk adanya kebiasaan yang
merugikan kesehatannya atau bahkan baik untuk kesehatannya. Itu
dipengaruhi oleh pengetahuan dan pemahaman dari setiap ibu dan juga
keluarganya. Lingkungan disekitar kita akan berubah selama kita hidup.
Dan ibu harus bisa menyesuaikan dengan lingkungan, ini dapat
mempengaruhi ibu dalam menjalankan masa nifas serta dalam
perawatan bayinya.

3. Faktor Masa Lalu


Melalui pengalaman dimasa lalu seseorang dapat belajar cara
merawat diri. Apabila ibu sudah mengenal manfaat perawatan diri atau
teknik yang akan dilakukan, maka Ibu akan lebih mudah dalam melakukan
perawatan diri pasca persalinan.

4. Petugas kesehatan
Dirumah sakit petugas kesehatan adalah orang yang paling dekat
dengan pasien. Sehingga, dapat memberikan asuhan kebidanan misalnya
mengajarkan ibu bagaimana cara melakukan perawatan diri.
5. Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan yang dimaksud adalah pendidikan kesehatan
yang diperoleh ibu pascasalin dari bidan atau tenaga kesehatan lainnya
tentang kesehatan, dalam hal ini khusunya tentang perawatan diri
pascasalin.

E. Dukungan Bidan Dalam Pemberian Asi

1. Tidurkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan selama beberapa


jam pertama.
Ini penting sekali untuk membina hubungan/ikatan disamping bagi
pemberIbun ASI. Bayi yang normal berada dalam keadaan bangun dan sadar
dalam beberapa jam pertama sesudah lahir. KemudIbun mereka akan
memasuki suatu masa tidur pulas. Penting untuk membuat bayi menerima
ASI pada waktu masih terbangun tersebut. Seharusnya dilakukan perawatan
mata bayi pada jam pertama sebelum atau sesudah bayi menyusui untuk
pertama kalinya. Buatlah bayi merasa hangat dengan membaringkannya dan
menempel pada kulit ibunya dan menyelimuti mereka. Jika mungkin
lakukan ini paling sedikit 30 menit, karena saat itulah kebanyakan bayi Ibu
menyusu.

2. Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah
umum yang timbul.
Ibu harus menjaga agar tangan dan putting susunya selalu bersih untuk
mencegah kotoran dan kuman masuk ke dalam mulut bayi. Ini juga mencegah
luka pada putting susu dan infeksi pada payudara. Seorang ibu harus mencuci
tangannya dengan sabun dan air sebelum menyentuh putting susunya dan
sebelum menyusui bayinya. Ibu juga harus mencuci tangannya sesudah buang
air kecil atau air besar atau menyentuh sesuatu yang kotor. Ibu juga harus
membersihkan payudaranya dengan air bersih satu kali sehari. Ibu tidak boleh
mengoleskan krim, minyak, alkohol, atau sabun pada putting susunya.

3. Bantulah ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.


a. Posisi menyusui yang benar yaitu:
1) Berbaring miring, ini posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang
pertama kali atau bila Ibu merasa lelah atau merasakan nyeri.
2) Duduk, penting untuk memberikan topangan/sandaran pada punggung
Ibu dalam posisinya tegak lurus (90 derajat) terhadap pangkuannya. Ini
mungkin dapat dilakukan dengan duduk bersila di atas tempat tidur atau
di lantai, atau duduk di kursi.
b. Tanda-tanda bahwa bayi telah berada pada posisi yang baik pada payudara
yaitu:
1) Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada IbuMulut dan dagunya
berdekatan dengan payudara
2) Areola tidak akan bias terlihat dengan jelas
3) Bayi terlihat tenang dan senang
4) Ibu tidak akan merasakan nyeri pada putting susu

3. Bayi harus ditempatkan dekat ibunya di kamar yang sama (rawat


gabung/rooming in)
Dengan demikian Ibu dapat dengan mudah menyusui bayinya bila
lapar. Ibu harus belajar mengenali tanda-tanda yang menunjukkan bahwa
bayinya lapar. Bila Ibu terpisah tempatnya dari bayi, maka Ibu akan lebih
lama belajar mengenali tanda-tanda tersebut.
4. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
Biasanya bayi baru lahir ingin minum ASI setiap 2-3 jam atau 10-
12 kali dalam 24 jam. Bila bayi tidak minta diberi ASI, katakana
pada Ibu untuk memberikan ASInya pada bayi setidaknya setiap 4
jam. Namun, selama dua hari pertama sesudah lahir, beberapa bayi tidur panjang
selama 6-8 jam. Untuk memberikan ASI pada bayi setiap/sesudah 4 jam,
yang paling baik adalah membangunkannya selama siklus tidurnya. Pada hari
ketiga setelah lahir, sebagian besar bayi menyusu setiap 2-3 jam.

5. Hanya berikan kolostrum dan ASI saja.


Makanan lain termasuk air dapat membuat bayi saki dan
menurunkan persediaan ASI Ibunya karena ibu memproduksi ASI
tergantung pada seberapa banyak ASInya dihisap oleh bayi. Bila minuman
lain atau air diberikan, bayi tidak akan merasa lapar, sehingga ia tidak
akan menghisap.
6. Hindari susu botol dan “dot empeng”.
Susu botol atau kempengan membuat bayi bingung dan dapat
membuatnya menolak pentil ibunya atau tidak menghisap dengan baik.
Mekanisme menghisap botol atau kempengan berbeda dari mekanisme
menghisap putting susu pada payudara ibu. Ini akan membingungkan bayi.
Bila bayi diberi susu botol atau kempengan, ia akan lebih susah belajar
menghisap ASI ibunya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa nifas adalah (puerperium) adalah masa setelah keluarnya
plasentasampai pemulihan kembali alat-alat reproduksi seperti keadaan semula
sebelum hamil yang berlangsung 6 minggu (40 hari). Munyusui adalah suatu
proses belajar. Bayi belajar menghisap keluar air susu dari payudara dengan
seefisien mungkindan ibu belajar cara menyusui dengan senyaman mungkin.
Faktor fisik, psikologi, budaya, soaial, ekonomi dan lingkungan ternyata sangat
berpengaruh terhadap ibu nifas dengan adanya masa transisi. Jadi, perlu
dukungan dari keluarga disekitarnya. Di Indonesia, kebudayaan tersebut tidak
dapat dihilangkan, salah satu alasan yang kuat dikarenakan pembuktian
terhadap beberapa mitos hingga kepercayaan ibu nifas benar adanya. Namun,
ada juga yang sama sekali tidak membawa dampak positif.
Adapun dukungan bidan dalam pemberian ASI yang harus diperhatikan
yaitu sebagai berikut:
1. Tidurkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan selama beberapa
jam pertama.
2. Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah
masalah umum yang timbul.
3. Bantulah ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
4. Bayi harus ditempatkan dekat ibunya di kamar yang sama (rawat
gabung/rooming in).
5. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
6. Hanya berikan kolostrum dan ASI saja.
7. Hindari susu botol dan “dot empeng”.
B. Saran
Masih banyak kebudayaan di tengah-tengah masyarakat. Perlu dilakukan
pengawasan khusus agar kebudayaan tersebut memberikan dampak positif.
Dan berikan dukungan yang penuh untuk ibu nifas agar dapat membantu
memulihkan kepercayaan diri terhadap kemampuannya.
DAFTAR PUSTAKA

Dahlah, A.Kasrida. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Malang : Selaksa


Media
Nugroho, Taufan. 2014. Asuhan Kebidanan 3 Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika
Ofian, Amru. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Suliastiningsih, Apri dan Yeti Septia Sari (2018). Faktor-faktor yang Berpengaruh
Terhadap Teknik Menyusui Pada Ibu Nifas. Gaster ,Vol. XVI No. 2

Anda mungkin juga menyukai