Anda di halaman 1dari 20

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yaitu terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan (Depkes RI 1988). Menurut Duvall, keluarga adalah
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang
bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum: meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota.

Menurut Bailon dan Maglaya (1989), keluarga adalah dua atau lebih individu
yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi, dalam satu rumah tangga
berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan
suatu budaya.

Menurut Duvall, keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh


ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan
budaya yang umum: meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial
dari tiap anggota dalam Harmoko (2012).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan secara umum bahwa keluarga
adalah sekumpulan manusia yang memiliki hubungan darah perkawinan dan adopsi yang
terdiri dari kepala keluarga dan anggota keluarga yang menempati suatu tempat dalam
satu aatap dan saling bergantungan.

2. Tujuan Dasar Keluarga

a. Mewujudkan semua harapan dan kewajiban masyarakat dengan memenuhi


kebutuhan setiap anggota keluarga serta menyiapkan peran masyarakat
b. Membentuk anggota keluarga sebagai anggota masyarakat yang sehat biopsikososial
spiritual

c. Memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai anggota masyarakat

d. Memperhatikan secara total segi-segi kehidupan anggotanya

e. Membentuk identitas dan konsep dari individu-individu yang menjadi anggotanya

3. Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga:

a. Tahap I ( keluarga pasangan baru/ beginning family)

Keluarga baru di mulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami istri
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga
masing-masing, secara psikologis keluarga tersebut sudah memiliki keluarga baru.
(Harmoko, hal 52; 2012).

b. Tahap II ( keluarga dengan kelahiran anak pertama/ child bearing family)

Tahap II mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30
bulan. Transisi ke masa menjadi orangtua adlah salah satu kunci dalam siklus
kehidupan keluarga. Dengan kelahiran anak pertama, keluarga menjadi kelompok trio,
membuat sistem yang permanen pada keluarga untuk pertama kalinya (yaitu, sistem
berlangsung tanpa memerhatikan hasil akhir dari pernikahan). ( McGoldrick, Heiman,
& Carter, 1993 dalam Marilyn M. Friedman, hal 108: 2010)

c. Tahap III ( keluarga dengan anak prasekolah/ families with prescholl)

Tahap III siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 21/2 tahun
dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga
sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-
laki, dan putri-saudara perempuan. Keluarga menjadi lebih kompleks dan berbeda (
Duvall & Miller, 1985 dalam Marilyn M. Friedman, hal 111: 2010
d. Tahap IV ( keluarga dengan anak sekolah/ families with children)

Tahap ini dimulai pada saat anak tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai jumlah
anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas sekolah,
masing-masing anak memiliki aktifitas di sekolah, masing-masing akan memiliki
aktifitas dan minat sendiri. Demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas berbeda
dengan anak. (Harmoko, hal 56; 2012)

e. Tahap V ( keluarga dengan anak remaja/ families with teenagers)

Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap V dari siklus atau perjalanan kehidupan
keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun,
walaupun dapat lebih singkat jika anak meningglakan keluarga lebih awal atau lebih
lama jika anak tetap tinggal di rumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Anak
lainnya yang tinggal di rumah biasanya anak usia sekolah. Tujuan utama keluarga pada
tahap anak remaja adalah melongarkan kebebasan remaja yang lebih besar dalam
mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda. (Duvall & Miller, 1985 dalam
Marilyn M. Friedman, hal 115: 2010)

f. Tahap VI ( keluarga dengan anak dewasa/ launching center families)

Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lama tahap ini
bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga
dan tetap tinggal bersama orangtua. Tujuan utama pada tahap ini adalah
mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepaskan anaknya
untuk hidup sendiri. (Harmoko, hal 59; 2012)

g. Tahap VII ( keluarga usia pertengahan/ middle age families)

Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meningglakan rumah dan berakhir
saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Beberapa pasangan pada fase ini
akan dirasakan sulit karena masalah usia lanjut, perpisahan dengan anak, dan perasaan
gagal sebagai orang tua. Pada tahap ini semua anak meninggallkan rumah, maka
pasangan berfokus untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktifitas.
(Harmoko, hal 60; 2012)

h. Tahap VIII ( keluarga usia lanjut)

Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun salah satu atau
kedua pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan lainnya. (Duvall & Miller,
1985 dalam Marilyn M. Friedman, hal 122: 2010).

B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Setiap Fase Tumbuh Kembang

1. Toddler Dan Prasekolah

a. Konsep Dasar

Pada usia Toddler dan prasekolah anak mengalami lompatan kemajuan yang
menakjubkan. Tidak hanya kemajuan fisik tetapi juga secara sosial dan emosional.
Anak usia toddler dan prasekolah ini sedang dalam proses awal pencarian jati
dirinya. Beberapa prilaku yang dulunya tidak ada, sekarang muncul. Secara fisik dan
psikis usia ini adalah usia yang rentan berbagai penyakit yang akan mudah
menyerang anak usia ini dan menimbulkan masalah yang dapat mempengaruhi
tumbuh kembang jika kondisi kesehatan anak tidak ditangani secara baik oleh para
praktisi kesehatan yang juga usaha-usaha pencegahan adalah usaha yang tetap paling
baik dilakukan. Beberapa uraian tentang tumbuh kembang anak usia Toddler dan
prasekolah adalah sebagai berikut :
1). Perkembangan Fungsi Mental dan personality
a). Fase oral (0-1 tahun)
Positif
- Memberikan kepuasan/kesenangan
- Menghisap, menelan, memainkan bibir
- Makan kenyang, tidur
Negatif
- Mengigit, mengeluarkan air liur
- Marah, menangis.
b). Fase anal (1-3 tahun)
Dengan tubuh memberi kepuasan berkisar sekitar anus
Positif :
- BAB/BAK dan senang melakukannya sendiri
Negatif :
- Anak akan menahan dan mempermainkannya
c). Fase phalic (3-6 tahun)
- Memegang genetalia
- Oedipus complex
Positif :
- Egosentris : sosial interaksi
- Mempertahankan keinginanya.
2). Perkembangan Psikosial (Ericson)
a). Percaya vs tidak percaya (0-1 tahun)
- Semua kebutuhan mutlak tergantung pada orang lain
- Rasa aman dan percaya mutlak pada lingkungan
b). Otonomi vs rasa malu-malu/ragu-ragu (1-3 tahun)
- Alat gerak dan rasa, telah matang
- Perkembangan otonomi berfokus pada peningkatan
kemampuanmengontrol tubuhnya, diri dan lingkungan.
- Menyadari bahwa ia dapat menggunakan kekuatannya untuk bergerak
dan membuat sesuatu sesuai dengan keinginannya.
c). Inisiatif vs rasa bersalah (3-6 tahun)
- Anak belajar mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan
- Rasa inisiatif mulai menguasai anak
- Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas
- Kemampuan anak berbahasa meningkat
- Rasa kecewa dan bersalah.
3). Perkembangan Kongnitif (Piaget)
a). Sensori motorik (lahir – 2 tahun
- Menggunakan sistem pengindera, motorik dan benda-benda
untukmengenal lingkungan.
b). Pre operasional (2-7 tahun)
- Anak mampu menggunakan simbol kata-kata, mengingat masa
lalu,sekarang dan yang akan datang.
4). Pertumbuhan dan Perkembangan Usia Toddler
- Masa mengeksplorasi lingkungan
- Tugas tahap ini sukses membutuhkan trust pada saat bayi danbimbingan
orang tua.
5). Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Pra Sekolah (3-5 Tahun)
- Rasa keingintahuan tentang hal-hal yang berada dilingkungan semakin besar
dan dapat mengembangkan pola sosialisasinya.
- Anak sudah mulai mandiri dalam merawat diri sendiri : mandi,
makan,minum, mengosokgigi, BAB dan BAK, dll.
b. Tahap Perkembangan Keluarga Dengan BALITA

1). Tahap Keluarga dengan Childbearing/melahirkan:


a. Dimulai dengan kelahiran s/d umur 30 bln
b. Orang tua menjalankan peran baru
c. Peran ini awalnya sulit karena :
1. Perasaan ketidakadekuatan menjadi orang tua baru
2. Kurangnya bantuan dari keluarga
3. Nasehat yang menimbulkan konflik
4. Tidur kurang karena anak rewel
5. Faktor yang menyulitkan
c. Banyaknya wanita yang bekerja
d. Naiknya angka perceraian dan masalah perkawinan
e. Penggunaan alat kontrasepsi dan aborsi yang sudah lazim
f. Meningkatnya biaya perawatan anak

Masalah yang sering terjadi :


a. Kesulitan dalam perawatan anak
b. Suami merasa diabaikan
c. Terdapat peningkatan perselisihan
d. Interupsi dalam jadwal yang terus menerus
e. Kehidupan sosial dan seksual terganggu

Tugas perkembangan keluarga dengan tahap Childbearing/ melahirkan :


a. Membentuk keluarga muda yang bahagia
b. Penyesuaian tugas baru
c. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
d. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar/teman
e. Mendidik anak berdasar agama

Masalah kesehatan pada keluarga dengan Childbearing :


a. Perawatan bayi yang baik
b. Imunisasi
c. KB
d. Penyakit infeksi
e. Masalah transisi pada orangtua
f. Sibling rivalry
g. Tempertantrum
h. Negativisme
i. Tumbuh kembang
2). Tahap Keluarga dengan Anak Pra Sekolah
a. Anak I berumur 2,5 th s/d 5 th
b. Keluarga menjadi majemuk
c. Kesibukan orangtua meningkat
d. Kelompok bermain sangat membantu dalam perkembangan anak
2. Tumbuh Kembang Balita
a) Toddler (1-3)
b) Biologis ( ↑ BB, TB)
c) Motorik (berjalan, lari,memegang benda)
d) Psikososial : otonomi vs ragu – ragu negativism dari otonomi →
tempertantrum, Sibling
e) Kognitif : prekonseptual, egosentris
f) Psikoseksual : fase anal; toilet training
g) Sosial : bermain, ↑ sosialisasi
2. Pra sekolah (3 – 5 tahun)
a) Biologis : pertumbuhan fisik lambat
b) Motorik : menulis, memakai/melepas baju
c) Psikososial : Inisiatif vs rasa bersalah bereksperimen, sosialisasi > luas,
meniru
d) Kognitif : prekonseptual, intuitive
e) Psikoseksual : oedipal, elektra kompleks
f) Sosial : berdiskusi dengan orangtua
Tugas perkembangan keluarga tahap Keluarga dengan Anak Pra Sekolah :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga
b. Membantu anak untuk sosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak ke 2
d. Pembagian waktu untuk individu, pasangan, keluarga
e. Pembagian tanggungjawab anggota keluarga
f. Merencanakan kegiatan untuk stimulasi tumbang anak
Masalah kesehatan pada keluarga dengan anak pra sekolah :
a. Masalah kesehatan fisik pada anak ; sakit, jatuh
b. Kes psikososial : hubungan perkawinan
c. Persaingan kakak – adik
d. Masalah komunikasi keluarga
e. Masalah pengasuhan anak,
c. Proses Keperawatan Keluarga Dengan Balita

1. Pengkajian
a). Pengkajian pada keluarga :
1) Identitas : nama KK, alamat, pekerjaan
2) Riwayat dan tahap perkembangan
3) Lingkungan : rumah, lingkungan, sistem sosial
4) Struktur keluarga : komunikasi, peran anggota
5) Fungsi Keluarga
6) Penyebab masalah keluarga dan koping
7) Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga
b). Pengkajian pada balita:
1) Identitas anak
2) Riwayat kehamilan, persalinan
3) Riwayat kesehatan bayi
4) Pertumbuhan dan perkembangan
5) Pemeriksaan fisik
6) Berapa lama waktu bersama orangtua
7) Siapa pengasuh anak
2). Diagnosa Keperawatan
a). Perubahan hubungan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anak yang sakit berat.
b). Hubungan keluarga tidak harmonis berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah yang terjadi pada anak.
c). Meningkatnya kemandirian anak.
d). Pemeliharaan kesehatan yang optimal.
e). Hubungan keluarga yang harmonis.
3). Intervensi
a). Diskusikan tentang tugas keluarga
b). Diskusikan penyebab ketidakharmonisan
c). Identifikasi sumber dukungan yang ada
d). Ajarkan cara merawat anak
e). Anjurkan untuk mempertahankan pola komunikasi terbuka
f). Bantu keluarga mengenali kebutuhan anggota keluarga
2. Anak Usia Sekolah

a. Konsep Dasar
Anak usia sekolah disebut sebagai masa akhir anak-anak sejak usia 6 tahun. Dengan
cirri cirri sebagai berikut:
1). Label yang digunakan oleh orang tua
a) Usia yang menyulitkan karena anak tidak mau lagi menuruti perintah dan
lebih dipengaruhi oleh teman sebaya dari pada orang tua ataupun anggota
keluarga lainnya.
b) Usia tidak rapi karena anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh
dalam penampilan.
c) Usia bertengkar karena banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan
membuat suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota
keluarga.
2). Label yang digunakan pendidik/guru
a) Usia sekolah dasar : anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan
yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan
dewasa dan mempelajari perbagai ketrampilan penting tertentu baik kurikuler
maupu ekstrakurikuler
b) Periode kritis dalam berprestasi : anak membentuk kebiasaan untuk mencapai
sukses, tidak sukses, atau sangat sukses yang cenderung menetap sampai
dewasa.
3). Label yang digunakan oleh ahli psikologi
a) Usia berkelompok : perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh
teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok.
b) Usia penyesuaian diri : anak ingin menyesuaikan dengan standar yang
disetujui oleh kelompok dalam penampilan, berbicara dan berperilaku.
c) Usia kreatif :suatu masa yang akan menentukan apakah anak akan menjadi
konformis (pencipta karya baru) atau tidak.
d) Usia bermain : suatu masa yang mempunyai keinginan bermain yang sangat
besar karena adanya minat dan kegiatan untuk bermain.
Tugas perkembangan akhir masa kanak-kanak menurut Havigrust :
1. Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permaina
umum.
2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang
sedang tumbuh.
3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-temannya
4. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepa
5. Mengembangkan ketrampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung
6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan
sehari-hari
7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tingkatan nilai
8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-
lembaga.
9. Mencapai kebebasan pribadi

b. Tahap Perkembangan Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah

Pada tahap anak usia sekolah tugas perkembangan keluarga adalah :

1) Bagaimana karakteristik teman bermain.


2) Bagaimana lingkungan bermain.
3) Berapa lama anak menghabiskan waktunya disekolah.
4) Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh kembang anak dan adakah sarana yang
dimilikinya.
5) Bagaimana temperamen anak saat ini.
6) Bagaiman pola anak jika menginginkan sesuatu barang.
7) Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak.
8) Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini.
9) Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah.

c. Proses Keperawatan Keluarga Dengan anak usia sekolah

1. Pengkajian

Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga (sesuai dengan materi askep


keluarga).
Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah
a) Identitas anak.
b) Riwayat kehamilan dan persalinan.
c) Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini.
d) Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari).
e) Pertumbuhan dan prekembangannya saat ini (termasuk kemampuan yang
telah dicapai).
f) Pemeriksaan fisik.
2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul terdapat dua sifat, yaitu :
a). Berhubungan dengan anak, dengan tujuan agar anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal sesuai usia anak.
b). Berhubungan dengan keluarga, dengan etiologi berpedoman pada lima tugas
keluarga yang bertujuan agar keluarga memahami dan memfasilitasi
perkembangan anak.
Masalah yang dapat digunakan untuk perumusan diagnosa keperawatan yaitu:
a) Masalah aktual/risiko.
1) Gangguan pemenuhan nutrisi: lebih atau kurang dari kebutuhan tubuh.
2) Menarik diri dari lingkungan social.
3) Ketidakberdayaan mengerjakan tugas sekolah.
4) Mudah dan Sering marah.
5) Menurunnya atau berkurangnya minat terhadap tugas sekolah yang
dibebankan.
6) Berontak/menentang terhadap peraturan keluarga.
7) Keengganan melakukan kewajiban agama.
8) Ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal.
9) Gangguan komunikasi verbal.

b) Potensial atau sejahtera


1) Meningkatnya kemandirian anak.
2) Peningkatan daya tahan tubuh.
3) Hubungan dalam keluarga yang harmonis.
4) Terpenuhinya kebutuhan anak sesuai tugas perkembangannya.
5) Pemeliharaan kesehatan yang optimal

3. Rencana Asuhan Keperawatan


a. Aktual
Perubahan hubungan keluarga yang berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anak yang sakit

Tujuan :

Hubungan keluarga meningkat menjadi harmonis dengan dukungan


yang adekuat.

Intervensi :
1) Diskusikan tentang tugas keluarga.
2) Diskusikan bahaya jika hubungan keluarga tidak harmonis saat anggota
keluarga sakit.
3) Kaji sumber dukungan keluarga yang ada disekitar keluarga.
4) Ajarkan anggota keluarga memberikan dukungan terhadap upaya
pertolongan yang telah dilakukan.
5) Ajarkan cara merawat anak dirumah.
6) Rujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai kemampuan keluarga.
b. Risiko/risiko tinggi
Risiko tinggi hubungan keluarga tidak harmonis berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah yang terjadi pada anaknya.

Tujuan : ketidakharmonisan keluarga menurun.

Intervensi :
1) Diskusikan faktor penyebab ketidak harmonisan keluarga.
2) Diskusikan tentang tugas perkembangan keluarga.
3) Diskusikan tentang tugas perkembangan anak yang harus dijalani.
4) Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada anak.
5) Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikan
masalah.
6) Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalah.
7) Beri pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab atau mampu
membaut alternative.

c. Potensial atau sejahtera Meningkatnya hubungan yang harmonis antar


anggota keluarga.

Tujuan : dipertahankanya hubungan yang harmonis.

Intervensi :
1) Anjurkan untuk mempertahankan pola komunikasi terbuka pada
keluarga.
2) Diskusikan cara-cara penyelesaian masalah dan beri pujian atas
kemampuannya.
3) Bantu keluarga mengenali kebutuhan anggota keluarga (anak usia
sekolah).
4) Diskusikan cara memenuhi kebutuhan anggota keluarga tanpa
menimbulkan masalah.
4. Remaja

a) Konsep Dasar

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata
bendanya adolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa.
Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal,
kejiwaan dan sosial serta emosional. Hal ini mengisyaratkan kepada hakikat umum,
yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase lainya secara tiba-
tiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap (Al-Mighwar
Menurut Sarwono (2006) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam proses
penyesuaian diri menuju dewasa :
a. Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran–heran akan
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan
yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran
baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan
dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang
berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego”. Hal ini
menyebabkan para remaja awal sulit dimengerti orang dewasa.
b. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan
kawan-kawan. Ia senag kalau banyak teman yang menyukainya. Ada
kecenderungan “narastic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-
teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada
dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka
atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau
meterialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari Oedipoes
Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-kanak) dengan
mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari lawan jenis.
c. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan
ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini.
1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam
pengalaman-pengalaman baru.
3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan
keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan
masyarakat umum (the public).
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut (Hurlock, 2013) antara
lain :
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria
maupun wanita
Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam
sikap dan perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak laki-laki dan anak
perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugastugas tersebut selama
awal masa remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat. Kebanyakan
harapan ditumpukkan pada hal ini adalah bahwa remaja muda akan meletakkan
dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan pola perilaku.
b. Mencapai peran sosial pria, dan wanita
Perkembangan masa remaja yang penting akan menggambarkan seberapa
jauh perubahan yang harus dilakukan dan masalah yang timbul dari perubahan
itu sendiri. Pada dasarnya, pentingnya menguasai tugas-tugas perkembangan
dalam waktu yang relatif singkat sebagai akibat perubahan usia kematangan
yang menjadi delapan belas tahun, menyebabkan banyak tekanan yang
menganggu para remaja.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila sejak
kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka tentang penampilan
diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk memperbaiki konsep
ini dan untuk mempelajari cara-cara memperbaiki penampilan diri sehingga
lebih sesuai dengan apa yang dicita-citakan.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah mempunyai
banyak kesulitan bagi laki-laki; mereka telah didorong dan diarahkan sejak awal
masa kanak-kanak. Tetapi halnya berbeda bagi anak perempuan. Sebagai anak-
anak, mereka diperbolehkan bahkan didorong untuk memainkan peran sederajat,
sehingga usaha untuk mempelajari peran feminin dewasa yang diakui
masyarakat dan menerima peran tersebut, seringkali merupakan tugas pokok
yang memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-tahun. Karena adanya
pertentangan dengan lawan jenis yang sering berkembang selama akhir masa
kanak-kanak dan masa puber, makan mempelajari hubungan baru dengan lawan
jenis berarti harus mulai dari nol dengan tujuan untuk mengetahui lawan jenis
dan bagaimana harus bergaul dengan mereka. Sedangkan pengembangan
hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya sesama jenis juga tidak
mudah.
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri
secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain merupakan tugas
perkembangan yang mudah. Namun, kemandirian emosi tidaklah sama dengan
kemandirian perilaku. Banyak remaja yang ingin mandiri, juga ingin dan
membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari ketergantungan emosi pada orang
tua atau orang-orang dewasa lain. Hal ini menonjol pada remaja yang statusnya
dalam kelompok sebaya tidak meyakinkan atau yang kurang memiliki hubungan
yang akrab dengan anggota kelompok.
f. Mempersiapkan karier ekonomi
Kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih pekerjaan
dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Kalau remaja memilih pekerjaan yang
memerlukan periode pelatihan yang lama, tidak ada jaminan untuk memperoleh
kemandirian ekonomi bilamana mereka secara resmi menjadi dewasa nantinya.
Secara ekonomi mereka masih harus tergantung selama beberapa tahun sampai
pelatihan yang diperlukan untuk bekerja selesai dijalani.
g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
Kecenderungan perkawinan muda menyebabkan persiapan perkawinan
merupakan tugas perkembangan yang paling penting dalam tahuntahun remaja.
Meskipun tabu sosial mengenai perilaku seksual yang berangsur-ansur
mengendur dapat mempermudah persiapan perkawinan dalam aspek seksual,
tetapi aspek perkawinan yang lain hanya sedikit yang dipersiapkan. Kurangnya
persiapan ini merupakan salah satu penyebab dari masalah yang tidak
terselesaikan, yang oleh remaja dibawa ke masa remaja.
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku
mengembangkan ideologi
Sekolah dan pendidikan tinggi mencoba untuk membentuk nilai-nilai yang
sesuai dengan nilai dewasa, orang tua berperan banyak dalam perkembangan ini.
Namun bila nilai-nilai dewasa bertentangan dengan teman sebaya, masa remaja
harus memilih yang terakhir bila mengharap dukungan teman-teman yang
menentukan kehidupan sosial mereka. Sebagian remaja ingin diterima oleh
teman-temannya, tetapi hal ini seringkali diperoleh dengan perilaku yang oleh
orang dewasa dianggap tidak bertanggung jawab.
b) Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Remaja

Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
anakterakhir meninggalkan rumah.Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan
adaatau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang
tua.Tugas perkembangan :
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua memasuki masa tua.
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

c) Masalah-Masalah yang Terjadi Pada Keluarga dengan Tahap Perkembangan


Anak Usia Remaja

Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan oleh


adanya pertengkaran dengan anggota-anggota keluarga,terus menerus mengritik atau
buat komentar-komentar yang merendahkan tentang penampilan atau perilaku
anggota keluarga, sering terjadi selama tahun-tahun awal masa remaja. Pada saat ini
hubungan keluarga biasanya berada pada titik rendah.
Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis pada setiap
usia, terlebih selama masa remaja karena pada saat ini anak laki-laki dan perempuan
sangat tidak percaya pada diri sendiri dan bergantung pada keluarga untuk
memperoleh rasa aman. Yang lebih penting lagi, mereka memerlukan bimbingan
atau bantuan dalam menguasai tugas perkembangan masa remaja. Kalau hubungan-
hubungan keluarga ditandai dengan pertentangan, perasaan-perasaan tidak aman
berlangsung lama, dan remaja kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan
pola perilaku yang tenang dan lebih matang. Remaja yang hubungan keluarganya
kurang baik juga dapat mengembangkan hubungan yang buruk dengan orang-orang
diluar rumah. Meskipun semua hubungan, baik dalam masa dewasa atau dalam masa
kanak-kanak, kadang-kadang tegang namun orang ang selalu mengalami kesulitan
dalam bergaul dengan orang lain dianggap tidak matang dan kurang menyenangkan.
Hal ini menghambat penyesuaian sosial yang baik.
Masa remaja dikenal banyak orang sebagai masa yang indah dan penuh
romantika, padahal sebenarnya masa ini merupakan masa yang penuh dengan
kesukaran. Bukan hanya bagi dirinya tetapi bagi keluarga dan lingkungan sosial.
Masa ini akan membuat remaja mengalami kebingungan disatu pihak masih anak-
anak, tetapi dilain pihak harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi ini
membuat mereka dalam kondisi konflik, sehingga akan terlihat bertingkah laku aneh,
canggung dan kalau tidak dikontrol dengan baik dapat menyebabkan kenakalan.
Dalam usahanya mencari identitas diri, mereka sering membantah orang tuanya,
karena memulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang
berbeda dengan orang tuanya.
Pendapat orang tua tidak lagi dapat dijadikan pegangan, meskipun sebenarnya
mereka juga belum memiliki dasar pegangan yang kuat. Orang yang dianggap
penting dalam masa ini adalah teman sebaya. Mereka berusaha untuk mengikitu
pendapat dan gaya teman-temannya karena dianggap memiliki kesamaan dengan
dirinya. Karenanya sering kali remaja terlibat dalam geng-geng, dengan menjadi
anggota geng mereka akan saling memberi dan mendapat dukungan mental.
Beberapa kasus terakhir seperti geng-geng motor yang terlibat kegiatan merupakan
bentuk dari kecenderungan tersebut. Mereka akan berani melakukan tindakan-
tindakan kejahatan ketika dilakukan dalam kelompok dan tidak akan berani
melakukannya secara individual. Masalah lain yang sering mengganggu anak remaja
adalah masalah yang berkaitan dengan organ reproduksi (seksual). Satu sisi mereka
sudah mencapai kematangan seksual, yang menyebabkan mereka memiliki dorongan
untuk pemuasan tetapi disisi lain kebudayaan dan norma sosial melarang pemuasan
kebutuhan seksual diluar pernikahan. Padahal untuk menikah banyak persyaratan
yang harus dipenuhi, bukan hanya kemampuan dalam melakukan hubungan seksual,
tetapi diperlukan ekonomi, kematangan psikologi, dan sebagainya.syarat-syarat ini
sangat berat dan mungkin belum dicapai pada usia remaja. Oleh karena itu, para
remaja mencari kepuasan dalam bentuk khayalan, membaca buku atau menonton
film porno. Meskipun tingkah laku ini sebenarnya tetap melanggar norma
masyarakat, tetapi mereka melakukannya dengan sembunyi-sembunyi.
Untuk menghadapi situasi ini orang tua harus lebih bijaksana dalam
menyikapi, cara yang tepat dilakukan adalah dengan mengurangi control secara
bertahap terhadap anaknya, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi diri sendiri
secara bertahap sampai akhirnya dewasa.

Anda mungkin juga menyukai