Anda di halaman 1dari 19

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fisiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari segala proses yang

berlangsung dalam tubuh makhluk hidup, baik organisme ber-sel tunggal maupun

ber-sel banyak, termasuk interaksi antar sel, jaringan, organ serta semua

komunikasi intercellular, baik energenik maupun metabolik (Windarti et al,

2016).

Darah adalah suatu fluida yang disebut juga sebagai plasma tempat

beberapa bahan terlarut dan tempat erythrocyte, leucocyte dan beberapa bahan

lain tersuspensi. Sistem peredaran darah terdiri dari jantung (yang merupkan pusat

pemompaan darah), arteri (pembuluh darah dari jantung) kapiler (yang

menghubungkan arteri dengan vena) dan vena (pembuluh darah yang menuju ke

jantung). Sistem peredaran darah pada ikan disebut sitem peredaran darah tunggal

(Tim ikhtiologi, 2011).

Darah merupakan salah satu komponen sistem transport yang sangat vital

keberadaannya. Fungsi vital darah di dalam tubuh antara lain sebagai pengangkut

zat-zat kimia seperti hormon, pengangkut zat buangan hasil metabolisme tubuh,

dan pengangkut oksigen dan karbondioksida. Selain itu, komponen darah seperti

trombosit dan plasma darah memiliki peran penting sebagai pertahanan pertama

dari serangan penyakit yang masuk ke dalam tubuh ( Nursal, 2006 ).

Didalam darah mempunyai dua komponen utama yaitu sel-sel darah dan

plasma darah. Sel-sel darah terbagi lagi menjadi sel darah merah (eritrosit), sel

darah putih (leukosit) dan sel pembeku darah atau buir-butir darah (trombosit).
2

Sedangkan plasma darah disebut juga sebagai cairan darah (Pulungan et al.,

2010).

1.1. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari pratikum ini adalah untuk mengetahui bentuk darah secara

makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah haemolisis (peristiwa

pecahnya sel darah merah hingga isinya menyebar keseluruh larutan) dan juga

untuk mengetahui tahanan osmotik pada sel-sel darah merah.

Manfaat dari pratikum ini adalah dapat membedakan kombinasi darah setelah

diberi suatu larutan baik dari aquades maupun larutan NaCL yang diambil dari

tubuh ikan dengan bantuan jarum suntik yang telah diisi larutan asam sitrat dan

mengetahui lapisan apa yang ada dibagian atas suatu darah apakah lapisan merah

atau lapisan putih.


3

II. TINJAUAN PUSTAKA

Fisiologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi,

mekanisme, dan cara kerja dari organ, jaringan, dan sel – sel organisma. Fisiologi

mencoba menerangkan faktor – faktor fisika dan kimia yang mempengaruhi

seluruh proses kehidupan (Fujaya, 2004).

Ikan-ikan marga Clarias dikenali dari tubuhnya yang licin memanjang tak

bersisik, dengan sirip punggung dan sirip anus yang juga panjang, yang kadang-

kadang menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak seperti sidat yang

pendek. Kepalanya keras menulang di bagian atas, dengan mata yang kecil dan

mulut lebar yang terletak di ujung moncong, dilengkapi dengan empat pasang

sungut peraba (barbels) yang amat berguna untuk bergerak di air yang gelap.

Gambaran darah suatu organisme dapat digunakan untuk mengetahui kondisi

kesehatan yang sedang dialami oleh organisme tersebut.

Ikan lele ( clarias sp ) merupakan salah satu jenis ikan yang di komsumsi

air tawar. Ikan lele termasuk jenis ikan catfish atau kata lain ikan yang memiliki

kumis.bentuk ikan lele yaitu tubuh memanjang agak bulat, pada sirip dada

terdapat duri yang keras dan runcing ,tidak memiliki sisik. Kemudian ikan ini

memiliki alat pernafasan tambahan dari modifikasidari busur insangnya yaitu

arborescent. Habitat ikan lele adalah disungai dengan arus air yang tenang seperti

danau,rawa,telaga, dan waduk. Ikan lele memiliki sifat nocturnal,yaitu aktif

bergerak mencari makanan pada malam hari sedangkan siang hari hanya berdiam

diri dan berlindung di tempat gelap.

Aktifitas sel, jaringan, maupun organ tubuh ikan lele membutuhkan nutrisi

dan oksigen. Bahan-bahan ini dapat disuplai jika peredaran darah berjalan normal.
4

Sistem peredaran darah pada ikan, khususnya ikan lele bersifat tunggal. Sistem ini

hanya terdapat satu jalur sirkulasi peredaran darah, yakni darah dari jantung

dipompa ke insang untuk melakukan pertukaran gas, kemudian ke berbagai organ

tubuh. Setelah itu, darah kembali ke jantung.

Darah mengangkut oksigen dari insang ke jaringan dan mengankut CO2

dari jaringan ke insang. Pada kebanyakan sepesies ikan, O2terikat pada

haemoglobinpada darah sel merah. Tetapi pada sebagian ikan tidak memerlukan

Hb untuk transparans O2dan Hb darah. Dua tipe peredaran darah dalam Hb sangat

pada respirasi ikan. Ketika darah mencapai jaringan, dimana CO2 tinggi, afinitas

dankejenuhan menurun dan demikian O2 akan dilepaskan dari Hb dan

berdifusikedalam jaringan (Pulungan,at,.al. 2010)

Sistem peredaran darah merupakan proses fisiologis yang sangat penting.

Sistem peredaran darah memiliki banyak fungsi, tetapi umumnya sebagai alat

transpor. Adapun komponen penyusunan sistem peredaran darah terdiri dari

jantung, darah, saluran darah, dan limpa. Saluran pembuluh darah utama pada

ikan adalah arteri dan vena yang terdapat di sepanjang tubuh. Arteri yang disebut

juga dengan pembuluh nadi berfungsi membawa darah meninggalkan jantung.

Sementara itu, vena atau pembuluh balik berfungsi membawa darah kembali ke

jantung. Selain pembuluh utama, ada juga pembuluh-pembuluh cabang atau

kapiler yang menuju ke kulit, otot, otak, tulang belakang dan organ visceral.
5

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Jumat, 15 Februari 2019, jam 08.00

sampai selesai. Tempat praktikum di Laboratorium Biologi Perairan Fakultas

Perikanan dan Kelautan Universitas Riau Pekanbaru.

3.2. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah darah ikan Lele, larutan

EDTA 10% atau heparin, aquades dan NaCl 3%, larutan etanol murni, larutan

giemsa, minyak cengkeh, larutan NaCl (0,3%, 0,5%, 0,6%, 0,7%, 0,8%, 0,9%, 1%

dan 3%).

Sedangkan alat yang digunakan adalah nampan, serbet, jarum suntik,

mikroskop, objek glass, cover glass, tabung reaksi yang ditata dalam rak, pipet

tetes, toples, tisu, alat-alat tulis, dan buku penuntun praktikum.

3.3. Metode Praktikum

Metoda yang digunakan dalam praktikum ini adalah metoda pengamatan

secara langsung yaitu pengambilan sampel, pembuatan preparat ulas dan

pengamatan terhadap objek yang telah ditentukan. Dimana data dan informasi

yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan cara mengamati secara langsung di

Laboratotium Biologi Perairan. Dengan cara mempraktekan langsung pada

sampel yang ada.


6

3.4. Prosedur Praktikum

3.4.1. Prosedur Pengambilan Darah Ikan Lele

Siapkan wadah yang berisi air dan diberi minyak cengkeh secukupnya,

lalu masukkan ikan ke dalam wadah, setelah itu tunggu sampai ikannya pingsan.

Letakkan ikan di atas nampan dengan menutup bagian kepala ikan menggunakan

serbet basah. Sebelum mengambil darah ikan terlebih dahulu basahi jarum suntik

dan spuit dengan EDTA 10% atau heparin guna mencegah pembekuan darah ikan.

Kemudian jarum suntik ditusukkan ke vena caudalis. Cara menemukan vena

caudalis adalah dengan berpatokan pada posisi anus ikan. Dari anus, tarik garis

bayangan ke arah dorsal dan tepat di bawah linea lateralis (sekitar 2 atau 3 sisik di

bawah linea lateralis).

Jarum ditusukkan dengan arah ke tulang belakang. Hentikan bila sudah

terasa keras atau menyentuh tulang dan vena caudalis sudah tertusuk. Tunggu

sebentar sampai darah mengalir ke dalam spuit. Tarik spuit perlahan sampai

mendapatkan darah yag diinginkan. Masukkan darah ke tabung reaksi.

3.4.2. Prosedur menyiapkan sampel darah sebelum dan sesudah haemolisis

Siapkan 3 tabung yang telah diberi label A,B, dan C. Setiap tabung

dimasukkan darah sebanyak 1 ml. Pada tabung A tambahkan 1 ml aquades. Pada

tabung B tambahkan NaCl 3% sebanyak 1 ml dan pada tabung C darah dibiarkan

seperti semula/ tidak ditambah apa-apa. Kemudian biarkan sampai 5 menit.

Setelah itu, buatlah preparat ulas dari darah yang sudah diperlakukan

tersebut. Dari setiap tabung diambil 1 tetes darah, kemudian teteskan pada bagian

ujung objek glass. Kemudian ambil objek glass lain dan sentuhkan hingga darah

merata dan didorong pada posisi sudut 45o terhadap objek glass. Kemudian,

angkat objek glass dengan ulasan darah tersebut dan diterawang pada cahaya
7

(secara makroskopis). Selanjutnya, darah pada tabung A ditambah lagi dengan 1

ml larutan NaCl 3%. Darah pada tabung B ditambah dengan 1 ml aquades.

Dengan demikian, perbandingan volume darah, air dan larutan NaCl 3 % pada

tabugn A dan B menjadi sama.

3.4.3. Prosedur dalam pembuatan sampel darah untuk pengamatan jenis-

jenis darah

Buatlah preparat ulas darah dari darah ikan yang murni (tidak ditambah

NaCl maupun aquades) dan dikeringkan selama 5 menit. Kemudian, preparat

dicelup pada ethanol murni dan dikeringkan sekitar 5 menit. Selanjutnya, preparat

dicelup dalam larutan Giemsa dan dikeringkan selama 5 menit. Terakhir, preparat

dicuci dengan air bersih dengan cara dicelup-celupkan ke dalam air sampai

kelebihan pewarna Giemsa bersih dan dikeringkan lagi. Amati dibawah

mikroskop dan gambarlah bentuk-bentuk sel darah merah dan putih serta amati

bentuk inti serta kondisi sitoplasmanya.

3.4.4. Prosedur untuk menentukan tahanan osmotik sel-sel darah merah

Ambil darah ikan lele (Clarias batracus) dengan menggunakan jarum

suntik yang telah dibasahi oleh EDTA. Kemudian, sediakan 9 buah tabung reaksi

dan beri label 1-9. Isilah tiap-tiap tabung dengan larutan NaCl dengan konsentrasi

yang berurutan, yaitu 0,3%, 0,5%, 0,6%, 0,7%, 0,8%, 0,9%, 1% dan 3%. Teteskan

10 tetes darah ikan yang tersedia ke dalam tiap-tiap tabung, biarkanlah lebih

kurang 30 menit. Setelah 30 menit amati kondisi lapisan merah di permukaan air.

Setelah itu, ambillah dari tiap-tiap tabung satu tetes campuran darah dan larutan

NaCl, teteskan diatas objek glass dan tutup dengan cover glass. Kemudian

lihatlah dibawah mikroskop dan gambarlah.


8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Rupa Darah Secara Makroskopis Dan Mikroskopis Sebelum Dan

Sesudah Hemolisis

Berdasarkan hasil praktikum pada rupa darah secara makroskopis dan

mikroskopis sebelum dan sesudah hemolisis diperoleh hasil data sebagai berikut:

a. Rupa darah secara Makroskopis

Preparat Tabung A Preparat Tabung B Preparat Tabung C


(Darah Ikan +Aquades) (Darah Ikan +Nacl 3%) (Darah Ikan Control)

Preparat Tabung A Preparat Tabung B


(Darah Ikan +Aquades + (Darah Ikan +Nacl 3% +
Nacl 3%)) Aquades)

Gambar 1. Hasil pengamatan rupa darah ikan lele secara Makroskopis

sebelum dan sesudah Haemolisis


9

b. Rupa darah secara Mikroskopis

Adapun hasil pengamatan dari preparat ulas yang telah diamati

menggunakan mikroskop, dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

Preparat Tabung A Preparat Tabung B Preparat Tabung C


(Darah Ikan +Aquades) (Darah Ikan +Nacl 3%) (Darah Ikan Control)

Preparat Tabung A Preparat Tabung B


(Darah Ikan +Aquades + (Darah Ikan +Nacl 3% +
Nacl 3%)) Aquades)
Gambar 2. Hasil pengamatan rupa darah ikan lele secara Mikroskopis

sebelum dan sesudah Haemolisis


4.1.3 Menentukan Tahanan Osmotik Sel-sel Darah Merah

Berdasarkan hasil praktikum pada menentukan tahanan osmotik sel-sel

darah merah diperoleh hasil data sebagai berikut:


10

NaCl 0,3% +1 ml NaCl 0,5% +1 ml NaCl 0,6% +1 ml NaCl 0,7% +1 ml


Darah Darah Darah Darah

NaCl 0,8% +1 ml NaCl 0,9% +1 ml NaCl 1% +1 ml NaCl 3% +1 ml


Darah Darah Darah Darah

Gambar 3. Tahanan Osmotic Sel-Sel Darah Merah

1. Tabung NaCl 0,3 %

Pada konsentrasi larutan NaCl 0,3 %, darah sedikit menggumpal dan

mengendap. Pada darah masih tembus cahaya saat mengamati dibawah

mikroskop.
11

2. Tabung NaCl 0,5 %

Pada konsentrasi larutan NaCl 0,5 % saat di amati dengan mikroskop terlihat

darah lebih menggumpal dari penambahan larutan NaCl 0,3 %.

3. Tabung NaCl 0,6 %

Pada konsentrasi larutan NaCl 0,6 %, darah menggumpal dan mengendap pada

saat di amati dengan mikroskop dan terlihat cahaya masih tembus.

4. Tabung NaCl 0,7 %

Pada konsentrasi larutan NaCl 0,7 %, darah menggumpal dan mengendap,

pada saat di amati menggunakan mikroskop dan tidak tembus cahaya.

5. Tabung NaCl 0,8 %

Pada konsentrasi larutan NaCl 0,8 %, darah menggumpal dan mengendap

lebih pekat dari sebelumnya pada saat di amati menggunakan mikroskop dan tidak

tembus cahaya.

6. Tabung NaCl 0,9 %

Pada konsentrasi larutan NaCl 0.9 %, darah menggumpal di bagian bawah

tabung, kemudian saat di amati menggunakan mikroskop tampak pekat dan tidak

tembus cahaya.

7. Tabung NaCl 1 %

Pada konsentrasi larutan NaCl 1%, darah menggumpal dan mengendap,

terlihat tampak lebih pekat dari sebelumnya dan tidak tembus cahaya saat di amati

menggunakan mikroskop.

8. Tabung NaCl 3 %

Pada konsentrasi larutan NaCl 3%, darah menggumpal dan mengendap di

bagian bawah tabung. kemudian saat di amati menggunakan mikroskop tampak

sangat pekat dan tidak tembus cahaya sama sekali.


12

4.2. Pembahasan

4.2.1. Rupa Darah Secara Makroskopis Dan Mikroskopis Sebelum Dan

Sesudah Hemolisis

Berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan yang dilakukan dan diamati

di bawah mikroskop diperoleh suatu hasil yaitu darah pada preparat A setelah

ditambahkan aquades sel-sel darah merahnya mengalami pembengkakan atau

membesar karena aquades masuk kedalam sel dan jarak antar sel darah berjauhan

dan warnanya merah muda terdapat bintik-bintik kecil pada darah dan tembus

cahaya. Sedangkan darah pada preparat B setelah ditambahkan larutan NaCl 3%

sel-sel darahnya mengkerut, ini terjadi akibat sifat dari NaCl yang dapat menyerap

air sehingga cairan sel di dalam sel tertarik keluar sehingga sel darah menjadi

mengkerut dan jarak antar sel menjadi rapat,setelah diamati darah berwarna merah

pekat dari preparat A dan tidak tembus cahaya. Pada preparat C yaitu darah

control 1 ml (tidak ada tambahan larutan lainya) terlihat warna larutannya merah.

Darah pada preparat A kemudian diberi NaCl 3% hasilnya terdapat bintik-bintik

pada darah, sedangkan darah pada preparat B yang diberi aquades membuat

bintik-bintik sel tidak terlihat begitu jelas.

4.2.2. Menentukan Tahanan Osmotik pada Sel-Sel Darah Merah

Pada larutan NaCl 0,3 % ditambah 1 ml darah larutanya tembus cahaya,

tidak terlalu pekat dan memiliki sedikit endapan. Hal ini disebabkan karna

konsentrasi garam cairan didalam sel lebih tinggi daripada konsentrasi cairan di

luar sel. Sehingga cairan di luar akan tertarik ke dalam larutan dan larutan yang

didalam akan mengembang dan pecah. Pada larutan NaCl 0,5% larutan darah

tembus, memiliki warna yang pekat. Pada larutan NaCl 0,6% ditambah 1 ml darah

larutanya tembus cahaya, tidak pekat dan tidak ada endapan. Hal ini disebabkan
13

karna konsentrasi garam cairan di dalam sel sama dengan konsentrasi cairan di

luar sel. Sehingga cairanya seimbang. Pada larutan NaCl 0,7% larutan darah tidak

tembus cahaya, serta memiliki gumpalan dibagian tengah. Pada larutan NaCl

0,8% larutan darah juga tidak tembus oleh cahaya serta memiliki endapan di

bagian bawah. Pada larutan NaCl 0,9% ditambah 1 ml darah larutanya tembus

oleh cahaya terdapat endapan dan berwarna tidak pekat. Hal ini disebabkan karna

konsentrasi garam cairan di dalam sel lebih rendah daripada konsentrasi cairan di

luar sel. Sehingga cairan/sel-sel akan kehilangan air dan mengkerut. Akan terlihat

adanya endapan. Pada larutan NaCl 1 %; 3 % ditambah 1 ml darah larutannya

terdapat gumpalan dibbagian bawah.

Butir-butir darah merah adalah suatu bola gepeng (seperti cakram) yang

berisi cairan intraseluler. Bila sel-sel darah dimasukkan kedalam suatu cairan

yang hypertonis atau hypotonis terhadap cairan interaseluler, maka terjadi proses

osmasa dan difusi. Adanya proses osmosa memungkinkan adanya cairan mengalir

dari larutan di luar sel masuk ke dalam sel, sehingga sel tersebut pecah. Bila

tekanan osmosa cairan diluar sel sama dengan didalam sel, maka sel darah tidak

mengalami perubahan. Jika cairan didalam sel hypertonis terhadap cairan didalam

sel maka sel-sel akan kehilangan cairan dan mengakibatkan sel mengkerut.

(Windarti,et al., 2016)


14

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarakan percobaan yang dilakukan didapatkan kesimpulan yaitu

darah ikan yang tidak diberi larutan (darah kontrol) masih dalam keadaan ukuran

sel yang normal. Sedangkan pada darah yang dicampur aquades, akan mengalami

hemolisis sehingga hemoglobin keluar bebas dari eritrosit, tetapi tetap berada di

sekitar membrane. Sedangkan Darah yang diberi larutan hipertonis yaitu NaCl 3

%, akan mengalami krenasi (mengkerutnya sel eritrosit). Pada darah yang

mengalami hemolisis akan tembus cahaya (tulisan terlihat jelas ). Pada darah yang

telah mengalami hemolisis atau pecah tidak dapat kembali seperti semula karena

membran maupun inti selnya telah pecah, sehingga apabila diberikan larutan

hipertonis tidak berubah.

5.2. Saran

Selama berlangsungnya praktikum hendaknya para praktikan

melaksanakan tugasnya dengan tertib dan serius serta dapat menjaga kebersihan

dari ruangan yang dipergunakan sebagai tempat praktikum yang mana nantinya

akan dapat menambah semangat dari praktikan itu sendiri untuk melaksanakan

tugasnya dan praktikum pun dapat berjalan dengan lancar dan efesien.
15

DAFTAR PUSTAKA

Fujaya, Yusinta. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan.


PT Rineka Cipta, Jakarta. 179 hal.

Nursal, 2006.Sistem Peredaran Darah Ikan. PT. Penebar Swadaya . Bandung.

Pulungan, chaidir.P, Windarti, Ridwan Manda.P, 2010 Penuntun Praktikum


Ikhtiologi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau (Tidak
diterbitkan)

Pulungan, et all. 2005. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan Air. Faperika UR.
Pekanbaru.

Tim. Ikhtiologi. 2011. Ikhtiologi. Institut Pertanian Bogor. Fakultas Perikanan.


Jurusan Manajemen Semberdaya Perairan. Bogor. 182 Halaman.

Windarti et.,all. 2016, Fisiologi Hewan Air. UR Press.Pekanbaru


16

LAMPIRAN
17

Lampiran 1. Alat Pratikum

Mikroskop Objek Glass Buku Penuntun

Pena, Pensil,Penghapus Tabung Reaksi Pipet Tetes

Serbet Tissu Gulung Suntik


18

Lampiran 2. Bahan Pratikum

Larutan NaCl dengan EDTA Iken lele yang akan


KOnsentrasi Berbeda diambil darahnya

NaCl 3% Darah ikan Lele Pewarna Giemsa


19

Lampiran 3. Hasil Pengamatan Praktikum

A. Darah Ikan + B. Darah Ikan + Nacl C. Darah Ikan Control


Aquades 3%

A. Darah Ikan + Aquades B. Darah Ikan + Nacl 3% 8 Tabung Untuk Tahanan


+ Nacl 3% + Aquades Osmotic Erytrosit

Anda mungkin juga menyukai