Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi,
membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja
organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen, karena
tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain tak akan dapat berjalan.
Memikirkan masalah sebagai sesuatu hal yang buruk adalah suatu hal yang mudah untuk
dilakukan, karena kita jarang mengartikan frase mengambil keuntungan dari sebuah situasi
sama halnya dengan kita mengartikan frase memperbaiki sebuah situasi yang buruk. Kita
akan memperhitungkan peraihan kesempatan kedalam pemecahan masalah dengan
mendefinisikan masalah sebagai suatu kondisi atau peristiwa yang merugikan atau memiliki
potensi untuk merugikan bagi sebuah perusahaan atau yang menguntungkan atau memiliki
potensi untuk menghasilkan keuntungan. Selama proses pemecahan masalah, manajer akan
terlibat dalam pengambilan keputusan. Di kehidupan sehari-hari kita sebenarnya kehidupan
yang selalu bersangkutan dengan keputusan. Keputusan merupakan kesimpulan terbaik yang
diperoleh setelah melakukan musyawarah. Pengambilan keputusan sangat penting dalam
manajemen dan merupakan tugas utama dari seorang pemimpin.
Puskesmas merupakan pusat pengembangan, pembinaan dan pelayanan kesehatan
masyarakat sekaligus merupakan pos terdepan dalam pembangunan kesehatan masyarakat
untuk maksud tersebut, puskesmas berfungsi melaksanakan tugas teknis dan administrative.
Pusat kesehatan masyarakat berfungsi sebagai penggerak sumber daya masyarakat dalam
bidang kesehatan, motor pembangunan berwawasan kesehatan dan pelayanan kesehatan
strata pertama. Selama ini yang banyak berkembang adalah puskesmas merupakan pelayanan
kesehatan masyarakat strata pertama sehingga fungsi yang lain seolah tertinggal.

1
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana konsep dasar, tujuan, syarat, komponen perencanaan?
2. Bagaimana jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui konsep dasar, tujuan, syarat, komponen perencanaan.
2. Mengetahui jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep dasar, tujuan, syarat, komponen perencanaan

1) Pengertian perencanaan
Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu keputusan
dimasa yang akan datang tentang apa, siapa, kapan, dimana, berapa, dan bagaimana yang
akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat ditinjau dari proses, fungsi dan
keputusan.
Perencanaan merupakan langkah awal sebelum kegiatan dilaksanakan yang
meliputi kegiatan merumuskan tujuan puskesmas sampai dengan menetapkan alternatif
kegiatan. Tanpa ada perencanaan puskesmas, tidak akan ada kejelasan kegiatan yang
akan dilaksanakan oleh staf untuk mencapai tujuan puskesmas. (Alamsyah, 2011).
Perencanaan sebagai proses yang di mulai dari peetapan tujuan organisasi,
menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi, menentukan strategi untuk
pencapaian tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh, serta merumuskan system
perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengorganisasikan seluruh
pekerjaan organisasi hingga tujuan organisasi tercapai. Dalam kerangka piker
keperawatan, perencanaa adalah tahap untuk merumuskan masalah keperawatan yang
berkembang dalam pelayanan keperawatan, menentukan kebutuhan dan sumber daya
yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah –
langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan untuk memenuhi kebutuhan
pasien. (Simamora, 2012).
Perencanaan merupakan fungsi dasar manajemen. Perencanaan adalah pandangan
ke depan dan merupakan fungsi yang paling penting tentang suatu rencana kegiatan yang
berisi tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, tempat kegiatan
tersebut dilaksanakan, bagaimana indicator/ tolak ukur untuk mencapai tujuan, serta
kegiatan apa yang harus dilakukan selanjutnya atau berkelanjutan. (Asmuji, 2014).
Perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam meningkatkan
profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan keperawatan dapat
dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Dengan melihat pentingnya fungsi perencanaan,

3
dibutuhkan perencanaan yang baik dan professional. Perencanaan yang baik harus
berdasarkan sasaran, bersifat sederhana, mempunyai standar, fleksibel, seimbang, dan
menggunakan sumber-sumber yang tersedia terlebih dahulu secara efektif dan efisien.
(Asmuji, 2014).
Perencanaan merupakan usaha sadar dan pembuatan keputusan yang telah
diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan dalam
dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan adalah sejumlah keputusan yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.
2) Hierarki Perencanaan
Terdapat banyak tipe perencanan dan sebagian besar organisasi membuat rencana
dalam bentuk hierarki. Dalam bentuk ini, rencana teratas mempengaruhi semua rencana
di bawahnya. hierarki melebar pada tingkatan lebih bawah yang menggambarkan
banyaknya jumlah komponen perencanaan. Selain itu, komponen perencanaan pada
hierarki teratas lebih umum dibandingkan dibawahnya yang lebih spesifik.

Misi

Filosofi

Tujuan umum

Tujuan khusus

Kebijakan

Prosedur

Aturan

4
3) Tujuan perencanaan
Douglas menyusun hal berikut sebagai alasan untuk perencanaan:
a) Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan
b) Hal tersebut bermakna pada pekerjaan
c) Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personal dan fasilitas yang tersedia
d) Hal tersebut membantu dalam koping dengan situasi krisis
e) Hal tersebut efektif dalam hal biaya
f) Hal tersebut berdasarkan berdasarkan masa lalu dan akan datang, sehingga membantu
menurunkan elemen perubahan
g) Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah.
h) Hal tersebut diperlukan untuk kontrol efektif. (Swanburg, 2000).
4) Manfaat perencanaan
Manfaat perencanaan Adapun manfaat perencanaan antara lain:
a) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahanperubahan
lingkungan.
b) Memungkinkan manajer mamahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas.
c) Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat.
d) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan.
e) Memudahkan koordinasi.
f) Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah dipahami.
g) Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.
h) Menghemat waktu dan dana.
5) Syarat perencanaan
Peryaratan perenecanaan menurut Simamora (2012) yaitu:
a) Factual atau realistis
Perencanaan yang baik perlu persyaratan factual atau realistis. Hal ini berarti
perencanaan harus sesuai dengan fakta dan wajar untuk dicapai dalam kondisi
tertentu yang dihadapi keperawatan.
b) Logis atau rasional

5
Perencanaan juga harus memenuhi syarat logis atau rasional. Hal ini berarti
perencanaan keperawatan harus bisa masuk akal sehingga dapat dijalankan.
c) Fleksibel
Perencanaan yang baik bukan berarti kaku dan kurang fleksibel. Perencanaan
yang baik justru perencanaan yang dapat disesuaikan dengan kondisi dimasa datang,
sekalipun tidak berarti perencanaan dapat diubah seenaknya.
d) Komitmen
Perencanaan yang baik harus melahirkan komitmen bagi seluruh anggota dalam
organisasi untuk berupaya mencapai tujuan organisasi.
e) Komprehensif
Perencanaan yang baik juga memenuhi syarat komprehensif, artinya menyeluruh
dan mengakomodasi aspek-aspek secara langsung maupun tidak langsung dalam
organisasi.
6) Komponen perencanaan
Menurut Nursalam (2011) manajemen keperawatan terdiri atas beberapa
komponen yang saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen,
yaitu: input, proses, output, control dan mekanisme umpan balik.
a) Input
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi,
personel, peralatan dan fasilitas. Proses pada umumnya merupakan kelompok
manajer dan tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana
yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan.
Input yang dapat mengukur pada bahan alat sistem prosedur atau orang yang
memberikan pelayanan misalnya jumlah dokter, kelengkapan alat, prosedur tetap dan
lain-lain.
b) Output
Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran yang umumnya
dilihat dan hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan staf,
serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran.

6
Output yang menjadi tolak ukur pada hasil yang dicapai, misalnya jumlah yang
dilayani, jumlah pasien yang dioperasi, kebersihan ruangan.
c) Control
Control dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui
penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat,
pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditasi.
d) Mekanisme umpan balik
Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan, audit
keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada sejajar dengan
proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan dimaksudkan
untuk mempermudah pelaksanaan proses keperawatan. Proses manajemen,
sebagaimana juga proses keperawatan, terdiri atas kegiatan pengumpulan data,
identifikasi masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan kegiatan, dan kegiatan
penilaian hasil. (Gillies, 2017).
e) Proses
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu tujuan. Di
dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa sebuah pembebasan dari
gejala, eliminasi resiko, pencegahan komplikasi, argumentasi pengetahuan atau
ketrampilan kesehatan dan kemudahan dari kebebasan maksimal. Di dalam proses
manajemen Keperwatan, bagian akhir adalah perawatan yang efektif dan ekonomis
bagi semua kelompok pasien.
Proses yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan misalnya kecepatan
pelayanan, pelayanan dengan rumah dan lain-lain.
7) Perumusan visi
Istilah lain dari visi adalah mimpi, cita-cita. Visi merupakan dasar untuk membuat
suatu perencanaan sehingga harus disusun secara singkat, jelas, dan mendasar, serta harus
ada batasan waktu pencapaiannya. Visi merupakan pernyataan yang berisi tentang
mengapa organisasi pelayanan keperawatan dibentuk. Contoh visi ruang perawatan
“Menjadi Ruang Anak yang Mampu Menyelenggarakan Pelayanan Keperawatan Secara
Profesional Tahun 2015”.

7
8) Perumusan Misi
Misi adalah uraian yang berisi pernyataan-pernyataan operasional guna mencapai
visi yang telah ditetapkan. Contoh misi ruang perawatan yaitu memberikan asuhan
keperawanan kepada klien secara komperehensif. Ini dapat meliputi peningkatan konsep
perawatan mandiri, sehingga tersebut harus meliputu definisi keperawatan dan perawatan
mandiri seperti didefinisikan oleh perawat profesional.
9) Perumusan filosofi
Peryataan tertulis dari filosofi menunjukkan nilai-nilai dan keyakinan yang
menyangkut administrasi keperawatan dan praktik keperawatan dalam institusi atau
organisasi. Ini mengemukakan pandangan praktisi dan manajer perawat tetang apa yang
mereka yakini dari manajemen dan praktik keperawatan. Pernyataan ini mengemukakan
keyakinan mereka sebagaimana misi atau tujuan dicapai, memberikan arahan ke arah
akhirnya.
Pernyataan filosofi adalah abstrak dan terdiri dari nilai-nilai kemanusiaan seperti
klien atau pasien dan sebagai pekerja, tentang pekerjaan yang akan dikerjakan oleh
pekerja keperawatan untuk klien atau pasien, tentang perawatan mandiri, tentang
keperawatan sebagai profesi, tentang pendidikan untuk mendapatkan kompetensi pekerja
keperawatan, dan tentang lingkungan atau komunitas dimana pelayanan keperawatan
diberikan. Karakter dan kekuatan pelayanan disusun dengan perencanaan yang meliputi
pernyataan tujuan dan filosofi, satu dari yang lainnya, untuk divisi organisasi, departemen
atau pelayanan, dan ruangan atau unit.
Contoh filosofi ruang perawatan yaitu pasien adalah manusia sebagai individu yang
unik bermartabat.
10) Perumusan tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai. Tujuan memberikan arah bagi
organisasi untuk menentukan apa yang harus dilakukan, bagaimana cara mencapainya,
dan bagaimana cara menilainya. Perumusan tujuan dalam organisasi pelayanan
keperawatan merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan. Untuk merumuskan suatu
tujuan organisasi pelayanan keperawatan yang baik, ada beberapa persyaratan yang harus
diperhatikan. (Asmuji, 2014).
11) Perkiraan kebutuhan kerja

8
Perkiraan kebutuhan kerja menurut Kuntoro (2010) yaitu penetapan jumlah
tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kategori yang akan dibutuhkan untuk
asuhan keperawatan klien di setiap unit. Beberapa pendekatan dapat digunakan untuk
memperkirakan jumlah staf yang dibutuhkan berdasarkan kategori klien yang dirawat,
rasio perawat dan klien untuk memenuhi standar praktik keperawatan. Kategori
keperawatan klien:
a) Perawatan mandiri (self care), yaitu klien memerlukan bantuan minimal dalam
melakukan tindakan keperawatan dan pengobatan. Klien melakukan aktivitas
perawatan diri secara mandiri.
b) Perawatan sebagian (partial care), yaitu klien memerlukan bantuan sebagai dalam
tindakan keperawatan dan pengobatan tertentu, misalnya pemberian obat intravena,
mengatur posisi dan lain sebagainya.
c) Perawatan total (total care) yaitu klien memerlukan bantuan secara penuh dalam
perawatan diri dan memerlukan observasi secara ketat.
d) Perawatan intensif (intensive care) yaitu klien memerlukan observasi dan tindakan
keperawatan yang terus menerus.
Cara menentukan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk setiap unit sebagai berikut:
1. Rasio perawat klien disesuaikan dengan standar perkiraan jumlah klien sesuai
data sensus.
2. Pendekatan teknik industri, yaitu identitas tugas perawat dengan menganalisa
alur keja perawat atau work flow rata-rata frekuansi dan waktu kerja ditentukan
dengan data sensus klien, dihitung untuk menentukan jumlah perawat yang
dibutuhkan.
3. System approach staffing atau pendekatan sistem ketenangan dapat menentukan
jumlah optimal yang sesuai dengan kategori perawat untuk setiap unit serta
mempertimbangkan kompunen input-proses-output-umpan balik.
Kebutuhan tenaga dapat ditinjau berdasarkan waktu perawatan langsung, waktu
perawatan tidak langsung dan waktu pendidikan kesehatan. Perkiraan jumlah tenaga
dapat dihitung berdasarkan waktu perawatan langsung yang dihitung berdasarkan tingkat
ketergantungan klien. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk perawatan langsung (direct
care) adalah berkisar 4-5 jam/klien/hari. Menurut Minetri dan Hurchinsun (2016) dalam

9
Gillies (2017), waktu yang dibutuhkan untuk perawatan langsung didasarkan pada
kategori berikut:
a) Perawatan mandiri (self care) adalah ½ x 4 jam =2 jam.
b) Perawatan sebagian (partial care) adalah ¾ x 4 jam = 3 jam
c) Perawatan total (total care) adalah 1-1½ x 4 jam = 4-6 jam
d) Perawatan intensif (intensive care) adalah 2 x 4 jam = 8 jam
Perkiraan jumlah tenaga juga dapat didasarkan atas waktu perawatan tidak langsung.
Berdasarkan penelitian perawat dirumah sakit, Grace Detroit dalam Gillies (2017),
menyatakan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan perawatan tidak langsung adalah 36
menit/klien/hari. Dipihak lain, menurut Wolfe dan Young (2011) dalam buku yang sama
merupakan sebesar 60 menit/klien/hari.
Selain cara diatas, waktu pendidikan kesehatan dapat juga digunakan sebagai dasar
penghitungan kebutuhan tenaga. Menurut Gillies (2017), waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan pendidikan kesehatan berkisar 15 menit/ klien/hari.
Menghitung waktu yang dibutuhkan dalam perawatan klien per hari, perlu
menjumlahkan ketiga cara tersebut yaitu perawatan langsung, waktu perawatan tidak
langsung dan waktu pendidikan kesehatan. Selanjutnya jumlah tenaga yang di butuhknan
di hitung berdasarkan beban kerja perawat.
Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam menentukan beban kerja perawat yaitu:
1) Jumlah klien yang di rawat setiap hari/ bulan/ tahun di unit tersebut.
2) Kondisi atau tingkat ketergantungan.
3) Rata – rata harm perawatan.
4) Pengukuran keperawatan langsung, perawatan tidak langsung, dan, dan
pendidikan kesehatan.
5) Frekuensi tindakan perawatan yang di butuhkan klien.
6) Rata-rata waktu perawatan langsung,tidak langsung dan pendidikan kesehatan.
Di samping itu, ada beberapafaktor lain yang mempengaruhi beban kerja perawat,
yaitu masalah komunitas, bencana alam, kemajuan IPTEK, pendidikan konsumen,
keadaan ekonomi, ikim/ musim, politik, dan hukum/ peraturan.
Dengan mengelompokkan klien menurut jumlah dan kompleksitas pelayanan
keperawatan yang di butuhkan klien, pimpinan keperawatan dapat memperhitungkan

10
jumlah tenaga keperawatan yang di butuhkan untuk masing – masing unit. Metode
perhitungan yang di gunakan, yaitu metode rasio, metode gilles, metode lokakarya
keperawatan, metode di Thailand dan Filipina dan metode perhitungan ISN (indicator staf
need).
Metode rasio di dasarkan atas surat keputusan mentri kesehatan no 262 tahun 1979,
kebutuhan tenaga di dasarkan pada rasio tempat tidur yang tersedia di kelas masing –
masing untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada.
Tabel 5-1 metode rasio menurut SK Menkes No 262 1979.
Rumah Sakit Perbandingan
Kelas A dan B Tempat tidur : tenaga medis = 4-7 : 1 tempat tidur :
tenaga keperawatan = 2 : 3-4 tempat tidur : tenaga non-
keperawatan = 3:1 tempat tidur : tenaga non-medis = 1 : 1
Kelas C Tempat tidur : tenaga medis = 9 : 1 tempat tidur : tenaga
keperawatan = 1 : 1 tempat tidur: tenaga non-
keperawatan = 5:1 tempat tidur : tenaga non-medis = 3: 4
Kelas D Tempat tidur : tenaga medis = 15 : 1 tempat tidur : tenaga
keperawatan = 2:1 tempat tidur : tenaga non-medis = 6 : 1
Metode Gillies (2017), digunakan khusus untuk menghitung tenaga keperawatan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
A X B X 365
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 =
(365 hari libur)𝑥 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖
Keterangan :
A = jumlah kerja tenaga keperawatan per hari
B = jumlah pasien rata-rata per hari

11
Cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat dapat menggunakkan rumus berikut :
1) Unit Rawat Inap (URI)
Jumlah jam perawatan x 52 minggu x 6 hari x jumlah kunjungan koreksi 25%
41 jumlah minggu efektif x 40 jam
2) Unit Rawat Jalan (URJ)
Jumlah jam perawatan x 52 minggu x 7 hari x jumlah kunjungan koreksi 25%
41 jumlah minggu efektif x 40 jam
3) Kamar Bedah/Operasi (KBd/O)
Jumlah jam perawatan x 52 minggu x 7 hari x jumlah.angg.Tim.OK koreksi
25%
41 jumlah minggu efektif x 40 jam
4) Kamar Bersalin (KB)
Jumlah jam perawatan x 52 minggu x 7 hari x jumlah kunjungan koreksi 10%
41 jumlah minggu efektif x 40 jam
Selanjutnya dapat dihitung jumlah tenaga secara keseluruhan dan penjumlahan URI,
URJ, KBd/O dan KB.
Metode lain yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan tenaga adalah
dengan metode perhitungan ISN (Indicator Staff Need). Dasar yang digunakan dalam
metode ini adalah beban kerja dan tiap-tiap unit atau institusi. Setiap unit harus
memproyeksikan kegiatan atau keluaran yang akan dihasilkan pada masa mendatang.
Tiga faktor yang mendasari formula ISN, yaitu :
a) Indicator beban kerja. Indicator ini merupakan pembilang dan sebagai faktor
variable dalam formula ISN yang dihitung berdasarkan hasil pelaksanan yang
dicapai oleh masing-masing kategori tenaga selama satu tahun kalender. Untuk
tenaga yang sama yang bertugas pada institusi yang berbeda akan memiliki beban
kerja dan kapasitas yang berbeda pula.
b) Bobot (weighting).
c) Kapasitas tenaga.
Berikut merupakan salah satu contoh perhitungan tenaga berdasarkan salah satu
metode di atas (Gillies, 2014).

12
B. Jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat

Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat tergantung kepada jenis
perencanaan yang disusun kepala ruangan diantaranya adalah :
1) Menunjuk ketua tim yang bertugas didalam ruangan.
2) Mengikuti serah terima pasien di shif sebelumnya.
3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien : gawat, transisi dan persiapan pulang
bersama ketua tim.
4) Mengidentifikasijumlah perawat yang dibutuhkanberdasarkan aktivitasdan
kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan atau penjadwalan.
5) Merencanakan strategis pelaksanaan keperawatan.
6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan, medis
yang dilakukan, progam pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter.
7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan.
8) Membantu dan mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
9) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
10) Menjaga terwujudnya visi, misi keperawatan dan rumah sakit. (Syahputra, 2014).

Menurut Asmuji (2014) jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat selain yang
sudah disebutkan dan dijelaskan di atas, kegiatan perencanaan dalam manajemen
keperawatan adalah membuat perencanaan jangka panjang, jangka menengah, dan jangka
pendek. Perencanaan jangka pendek atau disebut juga “perencanaan operasional” adalah
perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu jam sampai dengan satu tahun; perencanaan
jangka menengah adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu hingga lima tahun;
sedangkan perencanaan jangka panjang atau sering disebut “perencanaan strategis” adalah
perencanaan yang dibuat untuk kegiatan tiga sampai dengan 20 tahun.
Dalam ruang perawatan, perencanaan biasanya hanya dibuat untuk jangka pendek.
Menurut Keliat, dkk (2006), rencana jangka yang dapat diterapkan di ruang perawatan adalah
rencana harian, rencana bulanan, dan rencana tahunan.
a) Rencana harian

13
Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat yang
dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana harian ini dibuat oleh kepala ruang, ketua
tim/ perawat primer, dan perawat pelaksana.
b) Rencana bulanan
Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu bulan. Rencana
bulanan ini harus disinkronkan dengan rencana harian. Rencana bulanan dapat dibuat
oleh kepala ruang dan ketua tim/ perawat primer.
c) Rencana tahunan
Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali. Rencana
tahunan disusun berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya. Rencana tahunan
dibuat oleh kepala ruang.
Ada dua jenis perencanaan, yaitu:
1. Perencanaan strategi merupakan perencanaan yang sifatnya jangka panjang yang
ditetapkan oleh pemimpin dan merupakan umum suatu organisasi. Perencanaan
jangka panjang digunakan untuk mengembangkan pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada pasien, juaga digunakan untuk merevisi pelayanan yang sudah
tidak sesuai lagi dengan keadaan masa kini.
2. Perencanaan operasional menguraikan kativitas dan prosedur yang akan digunakan
serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa orang-orang
yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas, menetapkan prosedur serta
menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan metode untuk
mengevaluasi perawatan pasien.
Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2000) sebagai berikut:
Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan, dan
peraturan – peraturan : membuat perencanaan jangka pendek dan jangka panjang untuk
mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi, menetapkan biaya – biaya untuk setiap kegiatan
serta merencanakan dan pengelola rencana perubahan.
Sebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala ruangan menurut depkes (1994),
dengan melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi: merencanakan jumlah dan kategori
tenaga perawatan serta tenaga lain sesuai kebutuhan, merencanakan jumlah jenis peralatan

14
perawatan yang diperlukan, merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan
keperawatan yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.

15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam meningkatkan profesionalisme
pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan keperawatan dapat dipertahankan, bahkan
ditingkatkan. Dengan melihat pentingnya fungsi perencanaan, dibutuhkan perencanaan yang
baik dan professional.
Fungsi perencanaan manajemen keperawatan di ruang rawat inap yang dilaksanakan oleh
kepala ruangan melibatkan seluruh personil mulai dari perawat pelaksana, ketua tim, dan
kepala ruangan. Sebelum melakukan perencanaan terlebih dahulu dianalisa dan dikaji sistem,
strategi organisasi, sumber-sumber organisasi, kemampuan yang ada, aktifitas spesifik dan
prioritas..

B. SARAN
Kami menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti dan dipahami
dengan baik, sehingga kita dapat mengetahui tentang menyusun perencanaan manajemen
keperawatan suatu unit ruang rawat dan puskesmas. Agar dapat menjadi pedoman buat kita
sebagai perawat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Asmuji. 2014. Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan (Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Professional).
Jakarta: Salemba Medika
Sagala, Ronald. 2018. Manajemen Keperawatan Buku Praktis Bagi Perawat dan Perawat.
Jakarta: Salemba Medika
Candra, Dewi. 2016. Review Of the Quality In Profemen In Discharge Plening Through
Coaching In Nursing: Nurse Media
Simone, Barbagallo, optimization and planning of operating theatre activites: an original
definition of pathways and and process modeling: Biomet Cetral
Audid skotlen. 2012. Plenning Ward Nursing – Legacy Or Desigh: Auditor General

17

Anda mungkin juga menyukai