Faktor-Faktor yang mempengaruhi perubahan organisasi
Banyak faktor yang mempengaruhi suatu organisasi, dan sebagian besar faktor- faktor tersebut berubah secara kontinyu. Faktor-faktor ini, yang menimbulkan atau menyebabkan perubahan, berasal baik dari luar (ekternal) maupun dari dalam organisasi (internal). Dalam faktor eksternal, organisasi berusaha keras untuk menstabilkan arus masuk dan arus keluar. Faktor eksternal merupakan faktor yang menentukan kemampuan organisasi untuk menarik sumber daya-sumber daya manusia dan bahan baku yang dibutuhkan, atau untuk memproduksi dan memasarkan barang- barang atau jasa-jasanya, menjadi salah satu kelompok kekuatan penyebab perubahan. Misalnya, sebuah organisasi dapat menggunakan sebuah sistem yang dilakukan dengan tepat waktu untuk manajemen sumber daya material dan berusaha untuk mendapatkan produk yang berkualitas. Disamping itu, berbagai faktor dalam lingkungan internal yang mempengaruhi cara organisasi melaksanakan kegiatan-kegiatannya, juga merupakan kelompok kekuatan lainnya yang menyebabkan timbulnya perubahan. Misalnya, rendahnya produktifitas, absensi, omset, sabotase dan pemogokan merupakan faktor yang menunjukkan adanya perubahan dalam suatu manajemen yang sangat penting. Dalam beberapa kasus, kekuatan internal merupakan kekuatan yang muncul yang dirancang sebagai respons terhadap perubahan organisasi untuk menghadapi perubahan dalam faktor-faktor ekstenal (Rizescu and Tileaga, 2016) Berikut adalah faktor-faktor yang memicu perubahan, yaitu: 1. Faktor eksternal yang dapat di kendalikan pada tingkat manajer yang lebih rendah. 2. Manajer suatu perusahaan harus merespon perubahan-perubahan yang terjadi di pasar: produk baru yang diperkenalkan oleh kompetitor, amplifikasi kation produk baru dan mengiklankan diskon untuk berbagai kategori produk atau peningkatan layanan yang ditawarkan kepada pelanggan yang ingin membeli produk atau layanan yang lebih murah dan kualitas lebih baik. 3. Adanya perubahan teknologi dengan memperkenalkan komputer dan industri robot yang memungkinkan resolusi cepat dengan berbagai masalah yang kompleks dalam produksi dan manajemen, membantu mengurangi biaya dan meningkatkan kualitas. 4. Peningkatan kompleksitas kehidupan menghasilkan sistem komunikasi yang kompleks, maupun mutasi sosial. 5. Faktor internal yang bertindak melalui perubahan dalam organisasi: proses pengambilan keputusan, komunikasi, hubungan interpersonal, kepemimpinan, gaya manajemen, dll. B. Ciri-ciri Perubahan Organisasi Ciri-ciri perubahan organisasi menurut (Rizescu and Tileaga, 2016), sebagai berikut: 1. Relative Advantage (Keuntungan relatif) Keuntungan relatif merupakan tingkat dimana suatu inovasi yang diterima secara lebih baik dibandingkan dengan ide yang digantinya. Keuntungan relatif dari inovasi sebagai yang diterima oleh anggota-anggota sebuah sistem sosial, secara positif berhubungan dengan kecepatan adopsinya. Keuntungan relatif mengacu pada manfaat dari adanya suatu perubahan, manfaat dari ide-ide lain, tetapi pelaksanaan tidak menawarkan perhitungan yang ekuivalen. Ini dimensi penting dalam tahap penilaian dari proses pengambilan keputusan. Keuntungan relatif dari sebuah perubahan dalam membentuk penyimpanan yang lebih tinggi, mempengaruhi konflik sosial, psikologis atau keamanan, dan membentuk suatu produktivitas yang tinggi. 2. Impact on Social relations (Dampak pada hubungan sosial) Banyak perubahan terjadi yang memiliki dampak dalam menentukan hubungan sosial di dalam “target” sistem dan hubungan antara individu atau kelompok “target” dari lingkungan ekternal. Perubahan dapat menciptakan pemimpin baru, karena dapat menciptakan peran lain dalam suatu organisasi. 3. Divisibility Hal ini mengacu pada sejauh mana perubahan dapat diimplementasikan dalam skala yang terbatas 4. Reversibility Reversibilitas berkaitan erat dengan divisibility. Ini mengacu pada situasi dimana perubahan diperkenalkan kemudian ditolak. Ini merupakan dimensi penting dari tahap adopsi (perubahan). 5. Complexity Karakteristik ini penting dalam tahap penilaian dan penggunaan perubahan. Iniidividu yang berbeda dapat merespons dengan cara yang berbeda dari individu- individu lain. Agen perubahan harus siap untuk mewujudkan hal yang cukup besar waktu menjelaskan aspek teknis perubahan dan pelatihan, untuk tujuan penggunaannya. 6. Compatibility (kesesuaian) Kesesuaian perubahan yang akan digunakan sangat penting. Keadaan tersebut meliputi faktor psikologis, sosiologis dan budaya. Agen perubahan harus memiliki perhatian besar untuk memastikan bahwa perubahan tersebut selaras dengan sejumlah elemen, seperti nilai-nilai dan keyakinan kelompok, tingkat pendidikan, sejarah perubahan dalam organisasi,dll. 7. Communicability Kemudahan informasi merupakan suatu hal yang mendasar diantara lainnya. Beberapa strukur sosial lebih tebuka untuk komunikasi langsung antara orang dibanding yang lain. Ini berlaku dalam struktur yang besar maupun struktur kecil. Komunikasi penting dalam proses pengambilan suatu keputusan. 8. Time Kecepatan dalam mengenalkan perubahan merupakan faktor penting. Terdapat kebutuhan untuk berpikir dalam waktu yang optimal. Langkah perubahan yang paling tepat kemungkinan tidak sesuai dengan tingkat maksimum yang diperkirakan. Perubahan dapat dikenalkan terlalu cepat atau terlalu lambat. Ukuran ini dapat dianggap sebagai kriteria dalam pemilihan strategi untuk perubahan.
C. Strategi untuk Perubahan dan Pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi adalah upaya berkelanjutan dan terencana untuk mengubah organisasi menjadi lebih efektif dan lebih manusiawi. Faktanya bahwa pengembangan organisasi direncanakan berbeda dari upaya rutin atau kebetulan yang terjadi di semua organisasi. upaya berkelanjutan dari pengembangan organisasi memiliki dua pengertian yaitu mereka memiliki periode waktu yang lama dan menjadi elemen budaya organisasi (Rizescu and Tileaga, 2016). Strategi untuk perubahan dan pengembangan organisasi sebagai berikut: 1. Forming Team Spirit Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kelompok kerja dengan meningkatkan proses antar individu, memperjelas tujuan dan peran. Istilah “spirit” dapat merujuk pada suatu kelompok permanen, kelompok operasi, departemen, atau orang-orang dari berbagai sektor organisasi yang harus bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Pembentukan spirit biasanya dimulai dengan sesi diagnostik, dimana tim mengevaluasi tingkat fungsionalitasnya. Tujuan pada tahap ini untuk membangun gambaran tentang kekuatan dan kelemahan kelompok dan hasil idealnya yaitu terjadi peningkatan perubahan dalam suatu kelompok. 2. Total Qualitty Management Strategi ini merupakan upaya sistematis untuk mencapai peningkatan kualitas produk dan layanan organisasi secara berkelanjutan. Diantara karakter khas TQM (Total Qualitty Management) yaitu fokus pada pelanggan, kepedulian menjalin hubungan baik dengan pemasok, peningkatan berkesinambungan dari proses kerja, mencegah kesalahan, metrik kualitas dan evaluasi, pelatihan yang luas dan adanya keterlibatan karyawan. 3. Reengineering Strategi ini merupakan desain ulang radikal dari proses organisasi untuk mencapai perbaikan besar dalam hal waktu, biaya, kualitas atau layanan. Bukan menyesuikan terkait struktur atau organisasi, tetapi pertanyaan “apa yang sedang kita hadapi?” atau “jika anda membuat sebuah organisasi saat ini, bagaimana tampilannya?”. Strategi dapat diterapkan ke seluruh organisasi atau hanya departemen. Pada dasarnya reengineering bertujuan untuk merampingkan proses dan memperkuat kerja sama antara mereka yang terlibat dalam proses tersebut. Strategi ini biasanya diterapkan di perusahaan yang memiliki keuntungan besar, teknologi canggih dan deregulasi persaingan. Misalnya, asuransi, bank, broker atau telekomunikasi. 4. Downsizing Downsizing terdiri dari serangkain kegiatan yang berpusat pada manajemen organisasi untuk meningkatkan efisiensi, produktifitas, dan/atau daya saing. Strategi ini mempengaruhi jumlah orang yang bekerja di organisasi dan proses kerjanya. D. Cara-cara Penanganan Perubahan Ada dua pendekatan utama penanganan perubahan organisasi yang dapat digunakan para manajer. Pertama adalah proses perubahan reaktif, dimana manajemen bereaksi atas tanda-tanda bahwa perubahan dibutuhkan, pelaksanaan modifikasi sedikit demi sedikit untuk menangani masalah-masalah tertentu yang timbul. Kedua, manajemen mengembangkan suatu program perubahan yang direncanakan (planned change), yang disebut proses proaktif, melalui pelaksanaan berbagai investasi waktu dan sumber daya lainnya yang berarti untuk mengubah cara-cara organisasi.
Perubahan proaktif (dilakukan Masalah Perubahan reaktif (dilakukan
sebelum masalah terjadi) Setelah masalah terjadi) John & Warren (1972)
E. Tahap-tahap Proses Perubahan
Menurut (Salerno and Brock, 2008) proses perubahan sebagai berikut: 1. Tahap 1 : tekanan dan desakan. Proses mulai ketika manajemen puncak mulai merasa adanya kebutuhan atau tekanan akan perubahan. Ini disebabkan oleh berbagai masalah yang berarti, seperti penurunan penjualan atau laba secara tajam, penurunan produktifitas, dan/atau tingginya putaran tenaga kerja. 2. Tahap 2 : Intervensi dan reorientasi. Konsultan atau pengantar perubahan dari luar sering digunakan untuk merumuskan masalah dan memulai proses dengan membuat para anggota organisasi untuk memusatkan perhatiannya pada masalah tersebut. Pihak- pihak luar sering digunakan, tetapi orang-orang staf internal juga sering mempunyai kemampuan pengelolaan proses bila mereka dipandang “ahli” dan “dipercayai”. 3. Tahap 3: diagnosa dan pengenalan masalah. Informasi dikumpulkan dan dianalisa oleh pengantar perubahan dan manajemen. Masalah-masalah yang paling penting dikenali dan diperhatikan. 4. Tahap 4: Penemuan dan komitmen pada penyelesaian. Pengantar perubahan hendaknya merangsang pemikiran dan mencoba untuk menghindari penggunaan “metoda-metoda lama yang sama”. Penyelesaian-penyelesaian diketemukan melalu pengembangan secara kreatif, alternatif-alternatif baru dan masuk akal. Bila para bawahan didorong untuk berpartisipasi dalam proses ini, mereka mungkin akan lebih terikat pada serangkaian kegiatan yang akhirnya dipilih. 5. Tahap 5: Percobaan dan pencarian hasil-hasil. Penyelesaian-penyelesaian yang dikembangkan pada tahap 4 biasanya diuji dalam program-program percobaan berkala kecil dan hasil-hasilnya dianalisa. Barangkali satu-satuan, atau bagian tertentu darun sutau satuan, mencoba suatu gagasan sebelum dicoba dalam organisasi sebagai keseluruhan. 6. Tahap 6: Penguatan dan penurunan. Bila serangkaian kegiatan telah diuji dan sesuai dengan keinginan, harus diterima secara sukarela. Pelaksanaan kegiatan yang telah diterima harus menjadi sumber penguatan dan menimbulkan keterikatan pada perubahan. Rizescu, A., Tileaga, C., 2016. Factors Influencing Continuous Organisational Change. Journal of Defense Resources Management 7, 13. Salerno, A., Brock, L., 2008. The Change Cycle: How People Can Survive and Thrive in Organizational Change. A Partical Guide to Navigating The 6 Stages of Change. Berrett-Koehler Publishers.