LEMBAR PENGESAHAN
TANDA
KETERANGAN TANGGAL
TANGAN
Pembuat
Dokumen
Authorized
Elisabet Lidia N., S.K.M., M.Kes
Person
i
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT PARU SURABAYA
Jl. Karang Tembok No. 39 Telp. (031) 3713836
Surabaya – 60153
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT PARU SURABAYA
NOMOR 445/ /102.6/2019
TENTANG
ii
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RS PARU SURABAYA TENTANG PANDUAN
SISTEM PERINGATAN DINI (EARLY WARNING SYSTEM - EWS)
Pertama : Panduan Sistem Peringatan Dini (Early Warning System - EWS)
sebagaimana dimaksud dalam diktum kesatu sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Peraturan ini
Kedua : Panduan Sistem Peringatan Dini (Early Warning System - EWS) di RS
Paru Surabaya sebagaimana dimaksud dalam diktum kedua wajib
dijadikan acuan dalam upaya deteksi dini perubahan kondisi pasien yang
memburuk di RS Paru Surabaya.
Ketiga : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Peraturan ini akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Surabaya
Pada tanggal : 19 April 2019
iii
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PARU SURABAYA
NOMOR 445/ /102.6/2019
PANDUAN SISTEM PERINGATAN DINI (Early Warning
System - EWS)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan anugerah yang
telah diberikan kepada penyusun, sehingga Panduan Sistem Peringatan Dini (Early Warning
System) RS Paru Surabaya ini dapat selesai disusun. Panduan ini merupakan panduan kerja
bagi semua pihak dalam memberikan pelayanan pasien RS Paru Surabaya.
Dalam panduan ini diuraikan tentang pengertian, ruang lingkup, tata laksana, dan
pendokumentasian terkait Panduan Sistem Peringatan Dini Early Warning System di RS
Paru Surabaya. Penyusun menyampaikan terima kasih atas bantuan semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan panduan ini.
iv
DAFTAR ISI
v
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Identifikasi yang tepat dan dapat dipercaya pada pasien yang menderita sakit kritis atau
yang mengalami kondisi perburukan klinis, menjadi tantangan sekaligus titik kelemahan
pada praktek pemberian asuhan pada pasien disemua tingkat usia dalam beberapa
kurun waktu ini. Pasien yang membutuhkan perawatan intensif atau akhirnya meninggal
sering menunjukkan tanda-tanda perubahan serta gangguan baik secara tanda tanda
vital, secara fisiologis dan bahkan kepada perubahan perilaku sebelum pada akhirnya
mengalami henti nafas dan berhentinya sistem pernafasan jantung dan paru. Dari hasil
penelitian dilaporkan bahwa henti nafas jantung dan paru menghasilkan keluaran yang
buruk, dan hanya 15%-36% yang berhasil hidup.
Dengan tindakan preventif, diharapkan dapat mengurangi kejadian henti nafas jantung
dan paru dan memperbaiki tingkat mortalitas, namun hal ini sangat bergantung pada
kemampuan, ketepatan dan kecepatan dari respon time staf klinis dalam melakukan
identifikasi dan rujukan tepat waktu pada pasien-pasien yang berisiko.Inilah yang
menjadi tantangan dalam mencegah henti nafas jantung dan paru, dimana kemampuan
penyedia layanan kesehatan untuk mengidentifikasi tanda-tanda awal perburukan klinis
dan intervensi yang masih seringkali menjadi hambatan. Alternatif yang dapat dilakukan
adalah dengan menggunakan Early Warning Score dimana tingkat perburukan penyakit
dinilai dengan menggabungkan beberapa parameter klinis yang digunakan dan dapat
menjadi acuan dalam pemberian skor tunggal. Dari hasil penggabungan skor ini akan
menghasilkan kondisi dimana, bila pasien memiliki skor lebih besar dari ambang batas,
maka pasien akan diidentifikasi dan dirujuk ke tingkat perawatan yang lebih tinggi.
Early Warning Scoring System adalah sebuah sistem skoring fisiologis yang umumnya
digunakan di unit perawatan bedah sebelum pasien mengalami kondisi kegawat
daruratan. Skoring EWSS disertai dengan algoritme tindakan berdasarkan hasil skoring
dari pengkajian pasien. (Duncan & McMullan, 2012). Penerapan EWSS di pelayanan
rumah sakit begitu diperlukan karena belum semua staf memahami dengan benar risiko
terjadinya kegawatan pada pasien, sehingga monitoring yang dilakukan tidak dilakukan
pemantauan secara optimal sehingga berdampak kepada perburukan kondisi pasien.
Dengan menggunakan Early Warning Scores diharapkan kondisi kegawatan dapat
dicegah atau diturunkan sebelum kondisi pasien terjadi perburukan. Dengan demikian,
melalui tatalaksana yang lebih dini, maka kondisi yang mengancam jiwa dapat diketahui
dan tertangani lebih cepat atau bahkan dapat dihindari, sehingga output yang dihasilkan
lebih baik (Firmansyah, 2013).
B. DEFINISI
1. Early Warning System (EWS) adalah sistem peringatan dini yang dapat diartikan
sebagai rangkaian sistem komunikasi informasi yang dimulai dari deteksi awal, dan
pengambilan keputusan selanjutnya. Diteksi dini merupakan gambaran dan isyarat
terjadinya gangguan fungsi tubuh yang buruk atau ketidakstabilan fisik pasien
sehingga dapat menjadi kode dan atau mempersiapkan kejadian buruk dan
meminimalkan dampaknya, penilaian untuk mengukur peringatan dini ini
menggunakan Early Warning Score.
2. National Early Warning Score (NEWS) adalah sebuah pendekatan sistematis yang
menggunakan skoring untuk mengidentifikasi perubahan kondisi sesorang sekaligus
menentukan langkah selanjutnya yang harus dikerjakan. Penilaian ini dilakukan pada
orang dewasa (berusia lebih dari 16 tahun), tidak untuk anak-anak dan ibu hamil.
Sistem ini dikembangkan oleh Royal College of Physicians, the Royal College of
Nursing, the National Outreach Forum and NHS Training for Innovatio, London tahun
2012.
3. Sistem skoring NEWS menggunakan pengkajian yang menggunakan 7 (tujuh)
parameter fisiologis yaitu tekanan darah sistolik, nadi, suhu, saturasi oksigen,
kebutuhan alat bantu O2 dan status kesadaran untuk mendeteksi terjadinya
1
perburukan/ kegawatan kondisi pasien yang tujuannya adalah mencegah hilangnya
nyawa seseorang dan mengurangi dampak yang lebih parah dari sebelumnya.
4. Pediatric Early Warning System (PEWS) adalah penggunaan skor peringatan dini
dan penerapan perubahan kompleks yang diperlukan untuk pengenalan dini terhadap
pasien anak di rumah sakit.
5. Maternity Early Warning Score (MEWS) adalah metode EWS khusus menangani
pasien obstetik, guna memastikan pemantauan aman dan baik dalam kehamilan atau
periode postnatal. Selain itu, membantu meningkatkan deteksi dini dan pengelolaan
penyakit yang mengancam.
6. Sistem skoring PEWS menggunakan pengkajian yang menggunakan 10 (sepuluh)
parameter fisiologis yaitu warna kulit, upaya respirasi, penggunaan alat bantu O2,
denyut jantung, waktu pengisian capillary refill, tekanan darah sistolik, tingkat
kesadaran dan suhu kesadaran untuk mendeteksi terjadinya perburukan/ kegawatan
kondisi pasien yang tujuannya adalah mencegah hilangnya nyawa seseorang dan
mengurangi dampak yang lebih parah dari sebelumnya.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menurunkan mortalitas yang lebih berfokus pada pendeteksian penilaian terhadap
perubahan keadaan pasien melalui pengamatan yang sistematis terhadap semua
perubahan fisiologi pasien, sehingga kondisi kegawatan dapat dicegah/ diturunkan
sebelum hal tersebut terjadi.
2. Tujuan khusus
a. Menilai pasien dengan kondisi akut
b. Mendeteksi sejak dini penurunan kondisi klinis pasien selama dalam perawatan di
rumah sakit
c. Dimulainya respon klinik yang tepat waktu secara kompeten
2
BAB II RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Panduan Sistem Peringatan Dini (Early Warning System - EWS) ini
merupakan panduan yang dibuat agar PPA (perawat, dokter atau tenaga terlatih lain) dapat
melakukan identifikasi yang tepat dan dapat dipercaya pada kondisi pasien sakit kritis atau
yang mengalami perburukan klinis. Tantangan dalam mencegah henti kardiopulmoner
terletak pada kemampuan penyedia layanan kesehatan untuk mengidentifikasi tanda-tanda
awal perburukan klinis dan intervensi. Dengan penggunaan Early Warning Scores yang lebih
berfokus pada pendeteksian dini tanda-tanda kegawatan, diharapkan kondisi kegawatan
dapat dicegah/ diturunkan sebelum hal tersebut terjadi. Dengan demikian, melalui
tatalaksana yang lebih dini kondisi yang mengancam jiwa dapat tertangani lebih cepat atau
bahkan dapat dihindari, sehingga output yang dihasilkan lebih baik (Firmansyah, 2013).
A. UNIT KERJA
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi/Unit Pelayanan Intensif
3. Instalasi/Unit Kamar Operasi
4. Instalasi/Unit Rawat Inap
5. Instalasi/Unit Kamar Bersalin
B. PENANGGUNG JAWAB
1. Direktur
a. Menetapkan personil dengan tanggung jawab, akuntabilitas, dan otonomi untuk
menerapkan NEWS.
b. Memberikan dukungan kepada manajer untuk menerapkan NEWS.
c. Memastikan kebijakan dan prosedur tersedia di setiap rumah sakit untuk
mendukung pelaksanaan.
d. Memantau penerapan Sistem NEWS untuk mendukung evaluasi yang sedang
berjalan dan apa saja tindakan yang diperlukan setelah evaluasi.
e. Menghubungkan kelompok/komite pelaksana dengan tanggung jawab rumah
sakit.
2. Manajer/Kepala Bidang
a. Memastikan semua anggota staf yang relevan mengetahui panduan ini dan
kebijakan pendukungnya.
b. Memantau penerapan lokal Sistem NEWS, dengan memasukkan Protokol NEWS
dan hasilnya.
c. Memastikan staf didukung untuk melaksanakan program pendidikan dan
pelatihan terkait, yang sesuai untuk rumah sakit.
3. Profesional Pemberi Asuhan (DPJP, Perawat)
Semua staf klinis harus mematuhi Panduan ini dan kebijakan, prosedur dan protokol
terkait. Staf klinis harus mematuhi lingkup profesional mereka tentang pedoman
praktik dan mempertahankan kompetensi, dalam mengenali dan menanggapi pasien
dengan kerusakan klinis, termasuk penggunaan Sistem NEWS, di mana ini berada
dalam lingkup praktik mereka. Dalam menggunakan Panduan ini, staf perawatan
kesehatan profesional harus menyadari peran delegasi yang sesuai.
3
d. NEWS juga dapat diimplementasikan untuk asesmen prehospital pada kondisi
akut oleh first responder seperti pelayanan ambulans, pelayanan kesehatan
primer, puskesmas untuk mengoptimalkan komunikasi kondisi pasien sebelum
diterima di rumah sakit tujuan.
e. Parameter yang digunakan untuk menetukan Skor EWS: Commented [SL1]: Ews atau news ??
PARAMETER 3 2 1 0 1 2 3
Respiratory
<8 9-11 12-20 21-24 > 25
rate
< 92-
Saturasi O2 94-95 > 96
91 93
Suplementasi
Ya Tidak
O2
< 35,1- 36,1- 38,1- >
Temperatur
35 36,0 38,0 39,0 39,1
Tekanan < 91- 101- 111-
> 220
darah 90 100 110 129
91- 111-
Nadi < 40 41-50 51-90 > 131
110 130
V (voice), P
Level A
(pain), atau U
kesadaran (alert)
(unresponsive)
TOTAL
4
RESPON FREKUENSI
SKOR KLASIFIKASI TINDAKAN
KLINIS MONITORING
kan apakan
ekskalasi
perawatan ke
Tim perawatan
kritis diperlukan
(yaitu Tim
penjangkauan
perawatan kritis)
>7 Tinggi Harus segera Berkolaborasi dengan Bed side Commented [SL2]: Untuk kasus asma attack, alo atau dc
memberikan Tim medis/pemberian monitor/every terkadang penilaian awal skor > 7 sehingga secara penilaian
penilaian darurat asesmen kegawatan/ time butuh perawatan di icu, sedangkan dalam faktanya setelah
pemberian therapi kondisi pasien membaik, apakah perlu
secara klinis pindah ruang ICU penilaian score ulang ??
oleh Tim
penjangkauan/cr
itical care Commented [SL3]: Kita belum ada tim
outreach dengan
kompetensi
penanganan
pasien kritis dan
biasanya terjadi
transfer pasien
ke area
perawatan
dengan alat
bantu
5
PARAMETER 3 2 1 0 1 2 3
Kapilla refill <2 >2
Level
A V P/U
kesadaran
TOTAL
Keterangan :
0-2 : skor normal (hijau), penilaian setiap 4 jam.
3 : skor rendah (hijau), penilaian setiap 1-2 jam
4 : skor menengah (orange) penilaian setiap 1 jam
≥ 5 : skor tinggi (merah) penilaian setiap 30 menit.
6
BAB III TATA LAKSANA
7
11. Ketika seorang pasien terus dipantau menggunakan teknologi elektronik, serangkaian
tanda vital harus didokumentasikan pada bagan observasi.
8
Commented [SL5]: sho artinya apakah?
9
8. Ketika panggilan dibuat untuk bantuan darurat, praktisi medis yang hadir atau tim
harus diberitahu pada saat yang sama bahwa panggilan telah dibuat, dan jika
mungkin, mereka harus hadir untuk memberikan informasi medis yang relevan
mengenai pasien mereka, memberikan dukungan dan belajar dari dokter yang
memberikan bantuan.
9. Semua peluang harus diambil oleh dokter yang memberikan bantuan darurat untuk
menggunakan panggilan sebagai peluang pendidikan bagi staf lingkungan dan
mahasiswa medis, keperawatan dan terapi yang terdaftar sebelumnya.
10. Para dokter yang memberikan bantuan darurat harus dapat berkomunikasi dengan
cara yang tepat, rinci dan terstruktur dengan praktisi medis utama atau tim di rumah
sakit akut tentang konsekuensi dari panggilan tersebut, termasuk
mendokumentasikan informasi dalam catatan perawatan kesehatan.
11. Acara seputar panggilan untuk bantuan darurat dan tindakan yang dihasilkan dari
panggilan harus didokumentasikan dalam catatan perawatan kesehatan dan
dianggap sebagai bagian dari proses peningkatan kualitas yang sedang berlangsung.
Rekaman harus sesuai untuk tujuan audit.
ISBAR
Communcation Tools
I Identifikasi: diri, dokter, pasien
Identity Apakah benar ini dokter ........?
Saya ...........(sebutkan nama, saya perawat ruang .............. ;
saya hendak melaporkan mengenai pasien ................ (sebutkan
nama pasien)
S Situasi: Mengapa Anda menelpon
Situation Saya menelpon karena .......... (total NEWS = 6)
Resp. rate ....... Saturasi ...... SpO2 ........ Suhu ...... Nadi .......
Tensi ...... Output urin ..... (sebutkan parameter abnormal dulu)
B Background: Apa latar belakang pasien yang relevan?
Background Pasien ........ (sebutkan umur), dengan diagnosis .... pasca
tindakan (bedah) ......, riwayat medis sebelumnya .......; saat ini
mendapat ........ (infus, kateter, dll.)
A Asesmen: Apa yang Anda pikirkan menjadi masalah pasien?
Assessment Menurut saya ......... (pasien mengalami hipovolemik syok).
R Rekomendasi: Apa yang menurut Anda perlu dilakukan
Recommendation Saya berharap Anda ....... (datang dan visite pasien/ memberikan
terapi obat, dll.)
Apakah ada yang perlu saya lakukan sebelum Anda visite?
10
seperti ini. Informasi ini harus diberikan saat dimulainya pekerjaan dan sebagai
bagian dari pendidikan dan pelatihan penyegaran reguler.
11
BAB IV DOKUMENTASI
12
Input
Balans Cairan Output
Jenis Infus
Terapi Oksigen
Laboratorium :
Paraf dan Nama Petugas
13
38° 0
37° 0
36° 0
≤35° 0
Ya 1
Oksigen
Tidak 0
Retraksi Otot Pernafasan
Total Early Warning Score
Input
Balans Cairan Output
Jenis Infus
Terapi Oksigen
Laboratorium :
14
>50 2
41-50 1
31-40 0
PERNAPASAN 21-30 0
16-20 0
11-15 0
≤10 3
≥39° 0
38° 0
37° 0
SUHU
36° 0
≤35° 0
Ya 1
Oksigen
Tidak 0
Retraksi Otot Pernafasan
Total Early Warning Score
Input
Balans Cairan Output
Jenis Infus
Terapi Oksigen
Laboratorium :
15
50 3
3
>140 3
130 3
120 2
110 2
100 1
90 1
NADI
80 0
70 0
60 0
50 0
40 1
30 3
≥25 3
21-24 2
PERNAPASAN 12-20 0
9-11 1
≤8 3
≥39° 2
38° 1
37° 0
SUHU
36° 0
≤35° 1
3
Ya 2
Oksigen
Tidak 0
Total Early Warning Score
Input
Output
Balans Cairan
Jenis
Infus
Terapi Oksigen
Laboratorium :
16