Anda di halaman 1dari 7

Tugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Penyakit – Penyakit Akibat Kerja

Disusun Oleh :
Nama : Maola Maqdan
NIM : 114140084
Kelas : F (Rabu 15.45 – 17.30 WIB)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN ”
YOGYAKARTA
2016
Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani yang
ditimbulkan ataupun diperparah oleh aktivitas kerja ataupun kondisi lain yang berhubungan
dengan pekerjaan.

Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja


Pemeriksaan Kesehatan Berkala.
Pemeriksaan Kesehatan Khusus.
Pelayanan Kesehatan.
Penyedian Sarana dan Prasarana serta perbaikan tempat kerja yang lebih aman, sehat dan
ergonomis.
Tedapat beberapa penyebab PAK yang umum terjadi di tempat kerja, berikut beberapa jenis
yang digolongkan berdasarkan penyebab dari penyakit yang ada di tempat kerja.
a. Golongan fisik: bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara, vibrasi, penerangan Efek
pencahayaan pada mata, kekuatan pencahayaan beraneka ragam, yaitu berkisar 2.000-
100.000 lux di tempat terbuka sepanjang hari dan pada malam hari dengan pencahayaan
buatan 50-500 lux.
Kelelahan pada mata ditandai oleh :
Iritasi pada mata / conjunctiva
Penglihatan ganda
Sakit kepala
Daya akomodasi dan konvergensi turun
Ketajaman penglihatan
Upaya perbaikan penggunaan pencahayaan di tempat kerja. Grandjean (1980) menyarankan
sistem desain pencahayaan di tempat kerja sebagai berikut:
Hindari sumber pencahayaan lokal langsung dalam penglihatan pekerja
Hindari penggunaan cat mengkilap terhadap mesin-mesin, meja, kursi, dan tempat kerja
Hindari pemasangan lampu FL yang tegak lurus dalam garis penglihatan
b. Golongan kimiawi: semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas, larutan, kabut
c. Golongan biologik: bakteri, virus, jamur, dll
d. Golongan fisiologik/ergonomik: desain tempat kerja, beban kerja.
e. Golongan psikososial: stres psikis, monotomi kerja, tuntutan pekerjan
Macam-Macam Penyakit Akibat Kerja
Adapun beberapa penyakit akibat kerja, antara lain:
Pencemaran udara oleh partikel dapat disebabkan karena peristiwa alamiah maupun ulah
manusia, yaitu lewat kegiatan industri dan teknologi. Partikel yang mencemari udara banyak
macam dan jenisnya, tergantung pada macam dan jenis kegiatan industri dan teknologi yang
ada. Partikel-partikel udara sangat merugikan kesehatan manusia. Pada umumnya udara yang
tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai macam penyakit saluran pernapasan atau
pneumoconiosis. Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh
adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap didalam paru-paru. Penyakit
pneumoconiosis banyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel (debu) yang masuk atau
terhisap kedalam paru-paru. Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai
di daerah yang memiliki banyak kegiatan industri dan teknologi, yaitu silikosis, asbestosis,
bisinosisi, antrakosis, dan beriliosis.
a. Penyakit Silikosis
Penyakit silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa SiO2
, yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap. Debu silika bebas ini
banyak terdapat di pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang
mengerjakan besi (mengikir, menggerinda) dll. Selain dari itu, debu silika juga banyak
terdapat di tempat penampang besi, timah putih dan tambang batu bara. Pemakaian batu bara
sebagai bahan bakar juga banyak menghasilkam debu silika bebas SiO2. Pada saat dibakar,
debu silika akan keluar dan terdispersi ke udara bersamasama dengan partikel yang lainya,
seperti debu alumunia, oksida besi dan karbon dalam bentuk debu. Tempat kerja yang
potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu mendapatkan pengawasan keselamatan dan
kesehatan kerja dan lingkungan yamg ketat sebab penyakit silikosis belum ada obatnya yang
tepat.
b. Penyakit Asbestosis
Penyakit asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau serat asbes
yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun yang
paling utama adalah magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri
yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain
sebagainya. Debu asbes yang terhirup ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak
nafas dan batuk-batuk yang disertai dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak
besar/melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak maka akan tampak debu asbes
dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu
diikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan
mengakibatkan asbestosis ini.
c. Penyakit Bisnosis
Penyakit bisnosis adalah penyakit yang disebabkan oleh pencemaran debu kapas atau serat
kapas di udara yang kemudian terhisap kedalam paruparu. Pencemaran ini dapat dijumpai
pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan, atau pergudangan kapas. Masa
inkubasi penyakit bisnosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit
bisnosis ini berupa sesak nafas, terasa berat pada dada, terutama peda hari senin (yaitu hari
awal kerja pada setiap minggu). Pada bisnosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut
biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan
emphysema.
d. Penyakit Antrakosis
Penyakit antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu batu
bara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara atau pada
pekerja-pekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara
pada tanur besi, lokomotif (stoker), dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja
boiler pada pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara. Penyakit antrakosis ada tiga
macam, yaitu: penyakit antrakosis murni, penyakit silikoantrakosis, dan penyakit
tuberkolosilkoantrakosis.
e. Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam murni, oksida,
sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit saliran pernafasan
yang disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis,
dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering, dan sesak nafas.
Penyakit beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang menggunakan logam
campuran berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio,
dan juga pada pekerja pengolahan bahan penunjang industri nuklir.
f. Penyakit Saluran Pernafasan
PAK pada saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun kronis. Akut misalnya asma akibat
kerja. Sering didiagnosis sebagai tracheobronchitis akut atau karena virus kronis, misal:
asbestosis. Seperti gejala Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) atau edema paru
akut. Penyakit ini disebabkan oleh bahan kimia seperti nitrogen oksida.
g. Penyakit Kulit
Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam kehidupan, dan kadang
sembuh sendiri. Dermatitis kontak yang dilaporkan, 90% merupakan penyakit kulit yang
berhubungan dengan pekerjaan. Penting riwayat pekerjaan dalam mengidentifikasi iritan
yang merupakan penyebab, membuat peka, atau karena faktor lain.
h. Kerusakan Pendengaran
Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukan akibat pajanan kebisingan yang lama, ada
beberapa kasus bukan karena pekerjaan. Riwayat pekerjaan secara detail sebaiknya
didapatkan dari setiap orang dengan gangguan pendengaran. Dibuat rekomendasi tentang
pencegahan terjadinya
hilang pendengaran.
i. Gejala pada Punggung dan Sendi
Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan penyakit pada punggung yang
berhubungan dengan pekerjaan daripada yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Penentuan kemungkinan bergantung pada riwayat pekerjaan. Artritis dan tenosynovitis
disebabkan oleh gerakan berulang yang tidak wajar.
j. Kanker
Adanya presentase yang signifikan menunjukan kasus Kanker yang disebabkan oleh pajanan
di tempat kerja. Bukti bahwa bahan di tempat kerja 2. Kecelakaan & penyakit akibat kerja
(karsinogen) sering kali didapat dari laporan klinis individu dari pada studi epidemiologi.
Pada Kanker pajanan untuk terjadinya karsinogen mulai > 20 tahun sebelum diagnosis.
k. Coronary Artery
Penyakit ini disebabkan oleh karena stres atau Carbon Monoksida dan bahan kimia lain di
tempat kerja.
l. Penyakit Liver
Sering didiagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus atau sirosis karena
alkohol. Penting riwayat tentang pekerjaan, serta bahan toksik yang ada.
m. Masalah Neuropsikiatrik
Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja sering diabaikan.
Neuropatiperifer, sering dikaitkan dengan diabet, pemakaian alkohol, atau tidak diketahui
penyebabnya. Depresi SSP oleh karena penyalahgunaan zat-zat atau masalah psikiatri.
Kelakuan yang tidak baik mungkin merupakan gejala awal dari stres yang berhubungan
dengan pekerjaan. Lebih dari 100 bahan kimia (a.I solven) dapat menyebabkan depresi SSP.
Beberapa neurotoksin (termasuk arsen, timah, merkuri, methyl, butyl ketone) dapat
menyebabkan neuropati perifer. Selain itu, Carbon disulfide dapat menyebabkan gejala
seperti psikosis.
n. Penyakit yang Tidak Diketahui Sebabnya
Alergi dan gangguan kecemasan mungkin berhubungan dengan bahan kimia atau lingkungan
sick building syndrome. Multiple Chemical Sensitivities (MCS), misal: parfum, derivate
petroleum, rokok.
Faktor- Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja
a. Faktor Fisik
1) Suara tinggi atau bising dapat menyebabkan ketulian
2) Temperature atau suhu tinggi dapat menyebabkan Hyperpireksi, Miliaria, Heat Cramp,
Heat Exhaustion, dan Heat Stroke
3) Radiasi sinar elektromagnetik infra merah dapat menyebabkan katarak
4) Ultraviolet dapat menyebabkan konjungtivitis
5) Radio aktif/alfa/beta/gama/X dapat menyebabkan gangguan terhadap sel tubuh manusia
6) Tekanan udara tinggi menyebabkan Coison Disease
7) Getaran menyebabkan Reynaud’s Desiase, ganguan metabolisme, Polineurutis
Pencegahan:
1) Pengendalian cahaya di ruang laboratorium.
2) Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai.
3) Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi
4) Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
5) Pelindung mata untuk sinar laser
6) Filter untuk mikroskop
b. Faktor Kimia
Asal: bahan baku, bahan tambahan, hasil sementara, hasil samping(produk), sisa produksi
atau bahan buangan. Bentuk: zat padat, cair, gas, uap maupun partikel Cara masuk tubuh
dapat melalui saluran pernafasan, saluran pencerrnaan kulit dan mukosa. Masuknya dapat
secara akut dan secara kronis. Efek terhadap tubuh: iritasi, alergi, korosif, asphyxia,
keracunan sistematik, kanker, kerusakan kelainan janin. Terjadi pada petugas/ pekerja yang
sering kali kontak dengan bahan kimia dan obat-obatan seperti antibiotika. Demikian pula
dengan solvent yang banyak digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal
sebagai zat yang paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi
dampak negatif terhadap kesehatan. Gangguan kesehatan yang paling sering adalah
dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak,
dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan toksik (trichloroethane,
tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan
penyakit
akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan
kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.
Pencegahan :
1) Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk diketahui oleh
seluruh petugas laboratorium.
2) Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah tertelannya bahan
kimia dan terhirupnya aerosol.
3) Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, celemek, jas
laboratorium) dengan benar.
4) Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa.
5) Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.
c. Faktor Biologi
Viral Desiases: rabies, hepatitis
Fungal Desiases: Anthrax, Leptospirosis, Brucellosis, TBC, Tetanus
Parasitic Desiases: Ancylostomiasis, Schistosomiasis
d. Faktor Ergonomi/Fisiologi
Faktor ini sebagai akibat dari cara kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan kerja yang salah,
dan kontruksi yang salah. Efek terhadap tubuh: kelelahan fisik, nyeri otot, deformirtas tulang,
perubahan bentuk, dislokasi, dan kecelakaan.
e. Faktor Psikologi
Faktor ini sebagai akibat organisasi kerja (tipe kepemimpinan, hubungan kerja komunikasi,
keamanan), tipe kerja (monoton, berulangulang, kerja berlebihan, kerja kurang, kerja shift,
dan terpencil). Manifestasinya berupa stress
Berikut ini beberapa tips dalam mencegah penyakit kerja, diantaranya:
Memakai alat pelindung diri secara benar dan teratur
Mengenali resiko pekerjaan dan cegah supayah tidak terjadi lebih lanjut
Segara akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yang
berkelanjutan
Selain itu terdapat pula beberapa pencegahan lain yang dapat ditempuh
seperti berikut ini:
a. Pencegahan Pimer – Healt Promotio
Perilaku kesehatan
Faktor bahaya di tempat kerja
Perilaku kerja yang baik
Olahraga
Gizi
b. Pencegahan Skunder – Specifict Protectio
Pengendalian melalui perundang-undangan
Pengendalian administratif/organisasi: rotasi/pembatas jam kerja
Pengendalian teknis: subtitusi, isolasi, alat pelindung diri (APD)
Pengendalian jalur kesehatan imunisasi
c. Pencegahan Tersier
Pemeriksaan kesehatan pra-kerja
Pemeriksaan kesehatan berkala
Pemeriksaan lingkungan secara berkala
Surveilans
Pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada pekerja
Pengendalian segera ditempat kerja
Contoh Gambar Penyakit Akibat Kerja :

Anda mungkin juga menyukai