BAB I (Edit)
BAB I (Edit)
BAB I
PENDAHULUAN
aspek ekonomi dan aspek sosial (1). Secara biologis, penduduk lansia
yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Berdasarkan data dari Badan Pusat
Statistik (BPS) tahun 2010, warga Indonesia yang berusia di atas 60 tahun
diperkirakan sebesar 24 juta jiwa atau 9,77% dari total jumlah penduduk. Umur
merupakan salah satu faktor utama untuk menderita penyakit kardiovaskular. Orang-
orang dengan umur lebih dari 60 tahun lebih rentan untuk terkena serangan jantung,
stroke, penyakit jantung koroner (PJK) dan tekanan darah tinggi yang menuju pada
gagal jantung, jika dibandingkan orang muda (3). PJK merupakan penyakit yang
2
infark miokard dan angina pektoris, National Health and Nutrition Examination
Survey (NHANES) III di USA menunjukkan bahwa sekitar 27% pria dan 17%
wanita berusia 80 tahun ke atas menderita PJK. Sedangkan pada kelompok umur 65-
74 tahun, didapat 64% masalah jantung pada pria dan 60% pada wanita adalah PJK
(1).
Jantung merupakan salah satu organ manusia yang berfungsi memompa darah
ke seluruh tubuh dan sangat berperan dalam sirkulasi. Jantung memiliki suatu
mekanisme khusus yang menjaga irama jantung dan menjalarkan potensial aksi ke
seluruh otot jantung (2), dimana potensial aksi dari jantung tersebut berupa arus
listrik. Aktivitas bioelektrik jantung disalurkan melalui pencetus aksi potensial secara
bergelombang ke seluruh jantung. Alat medis yang dapat digunakan untuk merekam
yang diletakkan secara spesifik di atas permukaan kulit. Rangkaian elektroda ini
Dikenal dua belas sadapan EKG, enam sadapan disebut sadapan ekstremitas,
yaitu sadapan I, II, III, aV R, aVL, dan aVF. Keenam sadapan ekstremitas dibagi lagi
menjadi 2 subkelompok, yaitu sadapan ekstremitas bipolar (I, II, III) dan sadapan
ekstremitas unipolar (aVR, aVL, dan aVF). Enam sadapan lainnya adalah sadapan
prekordial. Pada sadapan ini elektroda diletakkan di berbagai posisi pada dinding
dada (4,5,6).
3
Salah satu hal penting yang dinilai dalam rekaman EKG adalah menentukan
aksis jantung. Aksis merupakan resultan semua vektor yang mewakili arus-arus
depolarisasi jantung secara keseluruhan. Aksis yang biasanya dievaluasi adalah aksis
semua gaya listrik pada saat tertentu pada bidang frontal, sedangkan aksis horizontal
QRST) antara sadapan unipolar ekstremitas (aVL dan aVF) dan sadapan unipolar dada
(V1 dan V6). Aksis frontal bisa dinilai dengan melihat sadapan I dan aV F ataupun
dengan sadapan I, II dan III. Kenapa ingin kita lihat perbedaan kedua jenis cara
menilai aksis frontal ini? Masukkan di sini biar orang (di luar orang akademisi yang
pada bidang frontal menggunakan sadapan I dan aV F dengan sadapan I, II, III.
Dengan demikian, penelitian ini akan dilakukan, dengan subyek penelitiannya adalah
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Landasan Ulin. Lansia digunakan karena mereka
cenderung mengalami deviasi ke kiri, yaitu terletak lebih negatif dari -30o dan disebut
Left Axis Deviation (LAD). Alasan pengambilan data di Panti Sosial tersebut adalah
karena disini terdapat data tentang keadaan/kondisi lansia, tentang penyakit yang
penyakit ada gak panti werdha lain? Kalau ada tentunya kan tentu punya data
4
lengkap juga, kenapa di panti sosial yang di landasan ulin ini?Saya pisah lagi
paragrafnya
B. Perumusan Masalah
Masalah yang akan diteliti adalah apakah terdapat perbedaan hasil pengukuran
aksis jantung pada sadapan I dan aVF dengan sadapan I, II, III pada hasil EKG lansia
C. Tujuan Penelitian
pengukuran aksis jantung pada sadapan I dan aV F dengan sadapan I, II, dan III pada
hasil EKG lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Landasan Ulin.
pada hasil EKG lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Landasan
Ulin.
2. Mengetahui gambaran hasil pengukuran aksis jantung pada sadapan I, II, dan III
pada hasil EKG lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Landasan
Ulin.
dengan sadapan I, II, dan III pada hasil EKG lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
D. Manfaat Penelitian
hasil pengukuran jantung menggunakan sadapan I dan aVF dengan sadapan I, II dan
III, juga untuk mengamati aktivitas kelistrikan di dinding jantung (inferior dan
lateral). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana diagnosis yang mudah
dan cepat untuk mengetahui indikasi penyakit dan kelainan jantung, khususnya yang
berhubungan dengan penyakit jantung yang disertai gambaran deviasi aksis pada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jantung terdiri atas empat ruangan, yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel
kanan dan ventrikel kiri (Gambar 2.1). Ruangan-ruangan ini dibatasi oleh katup-katup
jantung, yaitu katup trikuspid yang mengatur aliran darah antara atrium kanan dan
ventrikel kanan, katup pulmonal yang mengatur aliran darah dari ventrikel kanan ke
arteri pulmonal, katup mitralis yang mengatur aliran darah kaya O 2 paru dari atrium
kiri ke ventrikel kiri, serta katup aorta yang mengatur aliran darah kaya O 2 dari
ventrikel kiri ke aorta. Ditinjau dari sudut kelistrikannya, jantung hanya terdiri dari
dua bagian, karena kedua atrium berkontraksi secara bersamaan, demikian juga kedua
ventrikel. Karena massa otot atrium relatif lebih sedikit, maka depolarisasi yang
Kontraksi otot jantung untuk mendorong darah dicetuskan oleh potensial aksi
yang menyebar melalui membran sel otot. Jantung berkontraksi atau berdenyut secara
berirama akibat potensial aksi yang ditimbulkan sendiri, suatu sifat yang dikenal
dengan otoritmisitas. Terdapat dua jenis khusus sel otot jantung, yaitu 99% sel otot
jantung kontraktil yang melakukan kerja mekanis, yaitu memompa. Sel-sel pekerja
ini dalam keadaan normal tidak menghasilkan sendiri potensial aksi. Sebaliknya,
sebagian kecil sel sisanya adalah sel otoritmik, tidak berkontraksi tetapi
atrium kanan, yang disebut simpul sinoatrium (nodus SA). Kelambatan sementara
terjadi pada saat depolarisasi merambat mencapai suatu tempat di atrium (9), yang
dikenal dengan istilah potensial aksi. Potensial yang timbul pada otot jantung
Depolarisasi dari tempat ini dihantarkan dengan cepat sekali melalui jaringan
konduksi khusus yang kemudian bercabang dua di septum antara ventrikel, menjadi
cabang berkas kiri (Left Bundle Branch) dan cabang berkas kanan (Right Bundle
8
Branch). Selanjutnya melalui serat-serat khusus yaitu serabut Purkinye, aliran listrik
permukaan kulit pada lokasi-lokasi tertentu. Aktivitas kelistrikan dideteksi oleh mesin
EKG dengan miliVolt (mV). Kalibrasi standar yaitu tinggi amplitudo dari 1 mV akan
Kontraksi dan relaksasi dari otot jantung dihasilkan oleh depolarisasi dan
repolarisasi sel miokardium. Aktivitas listrik ini diubah oleh elektroda yang
diletakkan di ekstremitas dan dinding dada, lalu dicatat pada kertas grafik yang
dipengaruhi oleh massa miokardium, vektor depolarisasi, ketebalan dan fungsi dari
dengan hipertrofi ventrikel relatif mempunyai massa miokardium yang lebih besar
yang kemudian menghasilkan amplitudo yang tinggi pada hasil rekaman EKG
(12,15).
9
ekuivalen dengan 0,2 detik. Tiap kotak besar terbagi dalam 5 kotak kecil, masing-
yaitu sadapan I, II, III, aV R, aVL, dan aVF. Keenam sadapan ekstremitas dibagi lagi
menjadi 2 subkelompok, yaitu sadapan ekstremitas bipolar (I, II, III) dan sadapan
ekstremitas unipolar (aVR, aVL, dan aVF). Enam sadapan lainnya adalah sadapan
prekordial (17,18,19).
yang dipakai untuk menentukan aksis anteroposterior jantung. Sadapan II, III, dan
aVF untuk melihat permukaan bawah jantung, sadapan I dan aV L untuk melihat sisi
kiri jantung, dan aVR untuk melihat sisi kanan jantung (17).
10
Sadapan III : mengukur potensial antara kaki kanan dan kaki kiri
Sadapan bipolar disebut demikian oleh karena sadapan ini hanya merekam
perbedaan tegangan dari 2 elektroda (11). Hubungan antara ketiga sadapan ini
Ini didasarkan pada hukum Kirchhoff yang menyatakan bahwa jumlah aljabar semua
ekstremitas lain dengan terminal sentral, sadapan aVR, aVL, dan aVF adalah sadapan
prekordial berguna untuk menilai jantung dalam bidang transversal. Tempat sadapan
Setiap sadapan EKG mempunyai kutub positif dan kutub negatif. EKG klinis
didasarkan pada rekaman dari sadapan yang bersifat unipolar dan sadapan bipolar.
dengan kutub positif dan satu elektroda “indifferent” (I) yang dihubungkan dengan
kutub negatif. Letak elektroda E bisa pada salah satu ekstremitas atau pada dinding
dada, sedangkan elektroda I secara artifisial merupakan gabungan dari dua atau tiga
elektroda ekstremitas. Sadapan bipolar direkam dari dua elektroda yang terletak pada
dua ekstremitas atau pada dua tempat di dinding dada dengan jarak yang agak
berjauhan, tapi jarak kedua elektroda tersebut terhadap jantung hampir sama jauhnya.
frontal, sadapan II, III, dan aVF untuk melihat permukaan bawah jantung, sadapan I
dan aVL untuk melihat sisi kiri jantung, dan aVR untuk melihat sisi kanan jantung
(22).
12
0 = pusat jantung
I = garis mendatar 0o
III = +120o
aVR = -150o
aVL = -30o
aVF = +90o
2. Nomenklatur
Gelombang, segmen dan interval yang terdapat dalam hasil EKG adalah:
a. Gelombang P
Nodus SA yang terletak pada dinding kanan atas atrium kanan akan
Amplitudo gelombang P jarang melebihi dua setengah kotak kecil (0,25 mV). Durasi
dari gelombang P tidak lebih dari tiga kotak kecil (0,12 detik) (12,13,15).
b. Interval PR
berakhirnya depolarisasi ventrikel, dimana pada EKG dimulai dari awal gelombang P
sampai akhir dari kompleks QRS. Durasi normal dari interval PR adalah 3-5 kotak
c. Kompleks QRS
Durasi kompleks QRS tidak lebih dari 2,5 kotak kecil (0,10 detik). Perlambatan pada
depolarisasi ventrikel, misalnya pada Bundle Branch Block, akan memberikan durasi
d. Segmen ST
Akhir dari kompleks QRS disebut dengan J point atau ST junction. Segmen
e. Gelombang T
normal adalah asimetris. Defleksi positif terjadi secara perlahan sampai pada puncak
pada tengah gelombang awal, kemudian secara curam pada setengah gelombang
14
f. Interval QT
Interval QT dimulai dari awal kompleks QRS sampai akhir gelombang T dan
interval QT adalah 0,35-0,45 detik, dan tidak lebih dari setengah panjang interval RR.
VAT merupakan jarak antara permulaan dari kompleks QRS dan puncak
gelombang R. Ini menggambarkan waktu yang ditempuh dari aktivasi awal berkas
His sampai ke titik aktivasi lengkap pada otot jantung. Variasi VAT tergantung dari
ketebalan otot ventrikel. Batas normal tertinggi pada V1 dan V2 (ventrikel kanan)
adalah 0,03 detik dan batas normal tertinggi pada V5 dan V6 (ventrikel kiri) adalah
nol, ini merupakan penurunan dari gelombang R. Oleh karena itu, hipertrofi kedua
Blok pada cabang berkas His, VAT dari bilik yang terlibat terlihat memanjang,
hal ini berhubungan dengan rute yang tidak pasti oleh eksitasi gelombang yang
menuju dinding ventrikel. Pada kasus ini, akan dihasilkan gambaran gelombang R
yang bifida dan VAT diukur sampai puncak kedua yang merupakan awal dari defleksi
intrinsik (4).
ventrikel (epikardium) antara ventrikel kanan dan kiri. Nilai normal rasio VAT adalah
< 1. Rasio VAT bermakna klinis sebagai penanda terjadinya hipertrofi ventrikel, BBB,
sistolik dan diastolik pada jantung. Perubahan yang menyolok akan menyebabkan
3. Aksis Jantung
depolarisasi jantung secara keseluruhan. Keadaan patologis pada otot jantung atau
mengakibatkan perubahan intensitas dan arah dari vektor utama jantung, yang
menghitung resultan vektor QRS dari 2 sadapan (1 sadapan unipolar dan 1 sadapan
bipolar) pada bidang frontal, menghitung resultan vektor QRS dari 2 sadapan bipolar
ekstremitas dan sadapan unipolar dada. Aksis pada bidang horizontal dilihat dari
bagian inferior rongga dada (diafragma). Dasar penentuan rotasi jantung adalah letak
Transitional Zone (TZ) pada gambaran kompleks QRS sadapan unipolar dada (7).
sadapan aVL dan sadapan V1. Begitu pula morfologi kompleks ventrikular antara
sadapan aVF dan sadapan V6, sedangkan morfologi gelombang R pada sadapan
3. Jantung intermediate: Morfologi kompleks ventrikular pada sadapan aVL dan aVF
satu sama lain mirip dalam bentuk serta ukuran yang serupa dengan V6.
sadapan aVL dan sadapan V6, sedangkan morfologi gelombang R pada sadapan
sadapan aVL dan sadapan V6. Begitu pula morfologi kompleks ventrikular antara
menempatkan letak posisi jantung pada keadaan horizontal yang berada pada -90 o
sampai -30o, jantung semihorizontal antara -30o sampai 30o, jantung intermediate
antara 30o sampai 75o, jantung semivertikal antara 75o sampai 110o, dan posisi jantung
vertikal pada 110o sampai 180o, seperti pada Gambar 2.4 (7).
jantung semivertikal, intermediate, dan semihorizontal yang terletak pada -30o sampai
110o. Posisi jantung horizontal berdasarkan aksis yang terletak lebih negatif dari -30 o
disebut deviasi aksis kiri (Left Axis Deviation/LAD), sebaliknya posisi jantung
vertikal berdasarkan aksis yang terletak lebih positif dari 110 o disebut deviasi aksis
normal terbagi lagi menjadi tiga kategori, yaitu posisi jantung berdasarkan aksis
18
anteroposterior yang normal sekali (jantung intermediate) yang terletak pada 30o
sampai 75o, normal ke kiri (jantung semihorizontal) terletak pada -30 o sampai 30o, dan
sehingga posisi jantung cenderung menjadi horizontal, yaitu terletak antara -10o
sampai -20o. Hal ini berarti pada lansia, aksis jantungnya cenderung mengalami
deviasi ke kiri, yang disebut LAD. Penyebab dari LAD pada lansia adalah karena
adanya penurunan jumlah sel pacu jantung di nodus SA. Ini menyebabkan gangguan
pada sistem konduksi jantung. Selain itu, pada lansia juga terjadi proses kalsifikasi
pada katup, septum maupun lapisan otot. Kalsifikasi pada septum antar ventrikel akan
menghambat sistem konduksi, sehingga terjadi blok jantung, dimana pada lansia
cenderung mengalami blok di cabang berkas kiri. Hal ini menyebabkan penebalan
otot ventrikel kiri sebagai akibat kompensasi jantung yang memompa darah lebih
Masukkan juga dalam pengukuran EKG, apa saja yang bisa mempengaruhi
(menjustifikasi kriteria inklusi di bab metode)
Article III. Perubahan Kardiovaskular pada Orang Lanjut Usia
normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
biasanya akan mengalami dua macam interaksi, yang berasal dari penuaan itu sendiri
19
atau proses patologis yang mengikuti penyakit jantung tersebut. Hal ini disebabkan
oleh perubahan akibat bertambahnya usia sulit dipisahkan dengan perubahan akibat
proses patologis, karena begitu banyak penyakit yang timbul seiring dengan
1. Perubahan anatomis
pada dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh darah menjadi kaku. Kekakuan ini
akan menyebar ke dinding ventrikel, sehingga penekanan terjadi ke area otot yang
lebih besar. Selain itu terdapat pengurangan jumlah sel pada nodus SA yang
katup jantung, terutama pada anulus mitral dan katup aorta. Hanya sekitar 10% sel
Pada pembuluh darah terjadi kekakuan arteri sentral dan perifer akibat
proliferasi kolagen, hipertrofi otot polos, kalsifikasi, serta kehilangan jaringan elastik.
Meski sering terdapat aterosklerosis pada lansia, secara normal pembuluh darah akan
mengalami penurunan debit aliran akibat peningkatan deposit lipid pada endotel (23).
2. Perubahan fisiologis
adalah perubahan pada fungsi sistol ventrikel. Sebagai pemompa utama aliran darah
umum pasien. Perubahan fungsi sistol ventrikel ini terjadi karena dinding ventrikel
20
tidak dalam keadaan relaks pada saat kontraksi. Parameter utama yang terlihat adalah
detak jantung, preload dan afterload, performa otot jantung, serta regulasi
Perubahan kerja diastolik terjadi terutama pada pengisian awal diastol, karena
otot-otot jantung mengalami penurunan kerja. Akibat kurangnya kerja otot atrium
untuk melakukan pengisian diastolik awal, akan terjadi fibrilasi atrium sebagaimana
optimal, terjadi penurunan komplians ventrikel ketika menerima darah yang dapat
sehingga terjadi edema paru dan kongesti sistemik vena yang sering menjadi gejala
otot berwarna coklat dan disebut brown atrophy. Begitu juga terjadi degenerasi
amiloid atau amiloidosis yang disebut senile cardiac amiloidosis. Perubahan yang
jantung dan aorta. Kalsifikasi ini secara umum mengakibatkan gangguan aliran darah
sentral dan perifer. Ditambah lagi dengan adanya aterosklerosis pada dinding
pembuluh darah besar dan degenerasi mukoid, terutama mengenai daun katup
jantung, akan menyebabkan terjadi kelainan aliran jantung dan pembuluh darah.
BAB III
22
A. Landasan Teori
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (14). Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang
telah mencapai usia 60 tahun ke atas. PJK merupakan penyakit yang paling sering
ditemukan pada lansia, yang umumnya ditemukan pada usia lebih dari 65 tahun. Pada
saat ini penyakit jantung dapat dideteksi menggunakan alat yang disebut EKG. EKG
yang umum terdiri dari 2 jenis sadapan, yaitu unipolar dan bipolar (23).
Aksis jantung merupakan salah satu hal yang dinilai dalam pemeriksaan EKG,
dan merupakan resultan dari semua vektor yang mewakili arus-arus depolarisasi
jantung secara keseluruhan. Keadaan patologis pada otot jantung atau sistem
mengakibatkan perubahan intensitas dan arah vektor utama jantung, yang kemudian
menghitung resultan vektor QRS dari 2 sadapan (1 sadapan unipolar dan 1 sadapan
bipolar) pada bidang frontal, menghitung resultan vektor QRS dari 2 sadapan bipolar
ekstremitas dan sadapan unipolar dada. Dasar penentuan rotasi jantung adalah letak
Transitional Zone (TZ) pada gambaran kompleks QRS sadapan unipolar dada (7).
Dengan metode ini aksis anteroposterior jantung dapat ditentukan dari ekstremitas
yang mana saja. Akan tetapi, pada prakteknya 2 sadapan yang paling bagus memberi
informasi tentang aktivitas bioelektrik jantung adalah sadapan I dan aVF, karena
sumbu kedua sadapan ini saling berpotongan tegak lurus sebagai horizontal dan
vertikal. Dalam keadaan normal, resultan arus jantung berjalan di antara dua sumbu
ini. Lalu apa masalahnya dengan sadapan I dan aVF ini, dan beri penjelasan/alasan
Landasan teori di atas digambarkan dalam kerangka konsep pada Gambar 3.1.
24
Anteroposterior Longitudinal
Axis
LAD N RAD
B. Hipotesis
jantung pada sadapan I dan aV F dengan sadapan I, II, III pada hasil EKG lansia di
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Populasi yang diambil untuk penelitian ini adalah lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Sejahtera Landasan Ulin yang berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan
data di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Landasan Ulin, jumlah populasi
Sampel diambil dari populasi dengan kriteria inklusi yaitu: bersedia untuk
tenang, memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) antara 18-25 kg/m2, tampak sehat
berdasarkan tanda vital (denyut jantung, frekuensi nafas, dan denyut nadi) dan
dan minuman yang mempengaruhi hasil penyadapan dalam jumlah berlebihan seperti
makanan yang mengandung elektrolit tinggi (misalnya susu, pisang, jambu biji,
1. Alat Penelitian
26
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seperangkat mesin EKG
(ECG-3006® Shenzen Biocare Electronic Co., Ltd – South Korea), kertas perekam
identitas.
2. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jelly EKG (Signa Gel ®,
D. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
2. Variabel terikat
3. Variabel pengganggu
C. Definisi Operasional
1. Sadapan EKG dikenal 12 belas sadapan EKG, enam sadapan dinamakan sadapan
ekstremitas, yaitu sadapan I, II, III, aVR, aVL, dan aVF. Keenam sadapan
(I, II, III) dan sadapan ekstremitas unipolar (aVR, aVL, dan aVF) (2). Enam
posisi pada dinding dada (9,10). EKG yang digunakan adalah merk ECG-3006 ®
Shenzen Biocare Electronic Co., Ltd – South Korea. Pada penelitian ini, variabel
2. Sadapan I adalah rekaman perbedaan voltase antara lengan kanan (kutub negatif)
4. Sadapan III adalah rekaman perbedaaan voltase antara lengan kiri (kutub
5. Sadapan aVF adalah sadapan yang menghadap ke jantung dari arah pinggul kiri,
6. Aksis jantung adalah semua vektor yang mewakili arus-arus depolarisasi jantung
secara keseluruhan (nomorreferensi). Pada penelitian ini yang diteliti adalah aksis
anteroposterior menggunakan sadapan I dan aVF, serta sadapan I, II, dan III. Aksis
a. LAD (<300)
7. Orang lanjut usia (lansia) adalah kelompok orang yang berusia 60 tahun ke atas
(nomorreferensi). Pada penelitian ini subyek yang diteliti adalah lansia dari
berasal dari Panti Sosial Tresna Werdha LandasanUlin, sesuai dengan kriteria
inklusi.
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap persiapan, tahap
1. Tahap persiapan
kepada tahap penentuan apakah subyek penelitian layak untuk diikutkan dalam
serta diwawancara tentang riwayat makan dan minum, riwayat konsumsi obat,
serta riwayat penyakit yang pernah diderita. Sesudah itu, dilakukan pengukuran
tinggi badan, berat badan, dan pengukuran tanda vital. Subyek yang memenuhi
kriteria inklusi diikutkan dalam penelitian ini. Pada pengukuran berat badan,
subyek penelitian diminta untuk melepaskan alas kaki dan berdiri di atas alat ukur
berat (misalnya jaket dan ikat pinggang) maupun benda-benda yang melekat di
tubuh subyek penelitian (jam tangan, gelang dan lain-lain yang mempengaruhi
kali dan diambil rata-rata. Berat badan subyek penelitian dicatat dalam satuan
kilogram (kg) dengan ketelitian 0,1 kg. Pada pengukuran tinggi badan, subyek
diminta untuk berdiri tegak lurus dengan tumit, bokong, bagian dorsal tubuh dan
ubun-ubun terletak dalam satu garis vertikal yang sejajar dengan tembok tempat
bersandar. Kedua mata kaki sebelah dalam saling bersentuhan, tangan dalam
posisi rapat di sisi tubuh, bagian bawah mata dan telinga terletak dalam satu garis
horizontal yang sejajar dengan lantai. Tinggi badan diukur oleh peneliti dari ujung
3 kali dan diambil rata-rata. Data tinggi badan yang diperoleh dicatat dalam
satuan meter (m) dengan ketelitian 0,01 m. Tanda vital subyek penelitian yang
stetoskop; frekuensi nafas dengan cara observasional dan frekuensi denyut nadi
yang dihitung dengan meraba arteri radialis subyek penelitian dan menghitung
Subyek yang memenuhi kriteria inklusi dijelaskan tentang prosedur penelitian ini
penelitian ini. Sesudah pasien memahami dan menyetujui prosedur yang akan
2).
Tahap ini adalah tahap yang sangat menentukan keberhasilan penelitian, sebab
subyek penelitian yang diperlukan harus dalam keadaan tenang, tidak melakukan
Tahap ini meliputi persiapan perangkat EKG seperti elektroda, kertas pencatat,
dan jelly.
2. Tahap penyadapan
a. Subyek penelitian diminta untuk berbaring dengan santai pada tempat yang telah
disiapkan.
31
diletakkan di atas meja dekat dengan sumber listrik dan dipastikan sumber
tenaganya.
pergelangan tangan dan kaki sesuai dengan aturan baku pemasangan sadapan
EKG ekstremitas.
dada sesuai dengan aturan baku pemasangan sadapan EKG prekordial (dada).
Setelah itu mesin EKG dihidupkan dengan cara menekan tombol power.
diletakkan pada sadapan unipolar dada (V1, V6) dan unipolar ekstremitas (aVL dan
aVF).
f. Kertas hasil perekaman dipotong secara perlahan dan hati-hati agar tidak merusak
hasil perekaman.
dilepaskan, jelly pada tempat perekaman dibersihkan dengan kapas yang telah
dibasahi alkohol 70%. Lempeng elektroda dibersihkan dari sisa jelly yang
tertinggal serta alat-alat EKG dibersihkan dan dikembalikan pada tempat semula.
elektrokardiografi pada sadapan I dan aVF, serta sadapan I, II, III. Morfologi
dengan morfologi kompleks ventrikular pada sadapan unipolar dada (V 1 dan atau
frekuensi.
Perbedaan sadapan i dan avf dengan III dan avfinterpretasi aksis jantung
berdasarkan sadapan I dan aVF dengan sadapan II dan AVf, III dan AVf dibandingkan
Tempat penelitian adalah di Panti Sosial Treshna Werdha Landasan Ulin dan
akan dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan Desember 2010. Jadwal
J. Biaya Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
4. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Terjemahan oleh Sri Yuliani
Handoyo. Jakarta: Gramedia, 2002.
6. Anonim. Heart rate and blood pressure variability 2003; (online), Available from:
http://www.nymc.edu/fhp/centers/syncope/index.htm
7. Nizomy IR. Axis jantung frontal dan horizontal. Diajukan pada Workshop
Elektrokardiografi, 6 Maret 2006, Banjarbaru. Banjarbaru: Bagian Fisiologi
Fakultas Kedokteran UNLAM, 2006.
8. Anonim. Selection info analysis for R-R data (general information) 2002;
(online), Available from: http://www.polar.fi/polar/channels/eng/polar/
about_hrm.html
9. Sumartono RW, Aryastami NK. Penyakit jantung dan pembuluh darah pada usia
55 tahun menurut survei kesehatan rumah tangga 1992. Cermin Dunia
Kedokteran No. 123. Jakarta : Departemen Kesehatan RI., 1999.
10. Riliantono LI, Barras F, Karo SK, Roebiono PS. Buku ajar kardiologi. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.
11. Kenchaiah S, Evans JC, Levy D, Wilson PWF, Benjamin EJ. Obesity and the risk
of heart failure. N Engl J Med 2002; 347:305-13.
12. Wu MH, Hsieh FC, Wang JK, Kau ML. A variant of long QT syndrome
manifested as fetal tachycardia and associated with ventricular septal defect.
Heart 1999;82:386-88.
15. Dewi S, Yusna. Faktor risiko yang berperan terhadap terjadinya depresi pada
pasien geriatri yang dirawat di rs dr. Cipto mangunkusumo. Jakarta: Universitas
Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran No. 156, halaman 125-127.2007.
16. Sumartono RW, Aryastami, NK. Penyakit jantung dan pembuluh darah pada usia
55 tahun menurut survei kesehatan rumah tangga 1992. Cermin Dunia
Kedokteran 1999;123: halaman 123125
17. Feldman H, Rey M. A guide to reading and understanding ECG (aka EKG), 1999;
(online), (http://endeavor.med.nyu.edu/student-org/erclub/ ekghome.html, diakses
12 Mei 2004).
18. Evelyn C, Pearce. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Terjemahan oleh Sri
Yuliani Handoyo. Jakarta. Gramedia, 2002.
19. Thaler MS. Satu-satunya buku EKG yang anda perlukan. Jakarta: Hipocrates,
1999
22. Foss ML, Keteyian SJ. Cardiovascular system: function and exercise responses
in: Fox’s The Physiological Basis Of Exercise and Sports, 6 th edition. Boston:
WCB McGraw-Hill 1993.
23. Daniel. Penyakit jantung degeneratif awasi jantung lansia. 2006 Available from:
http://www.epfl.ch/personal/schimmin/uni/ecglex/ekg.htm.