Anda di halaman 1dari 3

Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat

tertentu yang diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian untuk bekerja di instansi
pemerintah dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan. UU No.5 tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara berisi tentang pengelolaan ASN. Peran ASN adalah sebagai pelayan
publik, pelaksana kebijakan publik, dan perekat pemersatu bangsa. Hal ini menunjukkan
jika orientasi ASN adalah menjadi pelayan masyarakat. ASN juga diharapkan mengutamakan
prinsip profesionalisme yang memiliki kompetensi, kualifikasi, objektivitas, transparansi,
serta bebas dari praktik KKN yang berbasis pada manajemen sumber daya manusia dan
mengedepankan merit system dalam mewujudkan birokrasi pemerintah yang baik. Aparatur
pemerintah yang professional setidaknya memiliki lima ciri sebagai prinsip yang harus
dilaksanakan untuk bias mewujudkan pemerintahan yang bersih, yaitu 1) akuntabilitas
yang diartikan sebagai bentuk tanggung jawab; 2) transparansi yang diartikan
keterbukaan; 3) taat hukum ; 4) komitmen yang ku at untuk bekerja keras demi
kepentingan Negara dan bukan untuk kelompok ataupun individu; 5) komitmen untuk
mengikutsertakan dan memberi kesempatan pada masyarakat untuk terlibat dalam
pembangunan.
Untuk menjalankan peran ASN sebagai pelayan publik, pelaksana kebijakan publik, dan
perekat pemersatu bangsa dibutuhkan sumber daya manusia yang handal untuk
melaksanakan tugasnya dan diharapkan dapat menginternalisasikan nilai-nilai dasar ASN
dalam memberikan pelayanan pada masyarakat. Salah satu hal utama dalam
mewujudkan ASN yang berkualitas adalah dengan pendidikan dan pelatihan. Menurut Smith
(2002), pelatihan adalah proses terencana mengubah sikap/perilaku, pengetahuan dan
keterampilan melalui pengalaman belajar untuk mencapai kinerja yang efektif dalam sebuah
kegiatan atau sejumlah kegiatan. Sebagai bentuk pendidikan dan pelatihan ASN adalah
Pelatihan Dasar CPNS Golongan II yang dilaksanakan untuk membentuk nilai-nilai dasar
PNS yang disebut dengan istilah ANEKA yang bertujuan agar PNS dapat mengaktulisasikan
nilai-nilai dasar ASN dalam melaksanakan tugasnya.
Sipil Negara (ASN) Aparatur Sipil Negara Calon PNS yang diangkat menjadi PNS
harus memenuhi persyaratan lulus pendidikan dan pelatihan. PERKALAN No. 12 tahun
2018 sebagai dasar untuk pelaksanaan latihan dasar CPNS golongan II. Sebuah
penyelenggaraan pelatihan inovatif dan terintegrasi yang memadukan pembelajaran klasikal
dan non-klasikal di tempat pelatihan dan di tempat kerja sehingga memungkinkan peserta
mampu menginternalisasi, menerapkan, dan mengaktualisasikan, serta membuatnya menjadi
kebiasaan (habituasi)
sehingga menjadikan dirinya sebagai karakter ASN yang profesional.
Pada kegiatan pelatihan dasar CPNS golongan II ini, penulis diberikan tugas untuk
membuat rancangan aktualisasi dan habituasi yang mengambil core issue untuk menjadi
prioritas yang harus dipecahkan melalui ide-ide kreatif dan inovatif yang dilandasi oleh
nilai-nilai dasar PNS yaitu akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan
anti korupsi (ANEKA).
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan
masyarakat yang amat penting di Indonesia. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas
kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatau wilayah kerja (Depkes, 2011).
Kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan semakin
meningkat sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, baik pelayanan yang
bersifat preventif, promotif, kuratif, maupun rehabilitative. Hal ini menunjukan bahwa
pandangan masyarakat terhadap kesehatan masih menjadi prioritas, terutama pada
kesehatan umum masyarakat, tidak terkecuali perhatian terhadap masalah kesehatan yang
masih sering dijumpai di wilayah Puskesmas Padangsari. Diantaranya tentang penemuan
kasus gizi buruk yang masih belum optimal, pelaksanaan program SI SEHO yang
belum optimal, belum optimalnya pengisian asuhan keperawatan oleh perawat yang
bertugas, peran kader TB paru yang belum optimal dalam menemukan pasien suspek
TB, dan yang menjadi perhatian penting adalah belum optimalnya perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) pada pasien TB paru dan keluarga di wilayah Puskesmas Padangsari.
Dalam hal ini kasus TB paru masih menjadi perhatian penting di Kota Semarang
khususnya dimana
masih ditemukan 11 pasien TB selama tiga bulan terakhir.
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas
kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong
dirinya sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan di
masyarakat (Depkes, 2007 : 2). Dalam rangka meningkatkan
manajemen mutu pelayanan di Puskesmas Padangsari serta memenuhi
standar pelayanan minimal Kota Semarang tentang eliminasi angka
kejadian TB paru di Kota Semarang umumnya, yang mana tercantum
dalam program P2TB (Pencegahan dan Pengobatan TB) tingkat
kesembuhan pasien dipengaruhi oleh tingkat PHBS pasien itu sendiri, baik
pola (behavior) pasien di dalam rumah ataupun di lingkungannya. Tidak
jarang ditemui factor pencetus dari TB paru yaitu padatn ya pemukiman
yang minim ventilasi udara, kelembaban rumah dan kebersihan rumah
yang tidak terjaga dengan baik. Ditambah lagi dengan ketidakteraturan
minum obat yang mana malah memperburuk prognosis kesembuhan.
4
Serta pola keseharian pasien bila meludah atau membuang dahak
sembarang tempat, tidak memakai masker, riskan menulari anggota
keluarga yang kontak 1 rumah dengan pasien tersebut.

Anda mungkin juga menyukai