Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGOBATAN ISLAMI
TITIK KRITIS HALAL & HARAM PADA PENGOBATAN
MENGGUNAKAN INSULIN

OLEH
SIFAK GIATNA
1807045005

Oleh :

SIFAK GIATNA

(1807045005)

PASCASARJANA FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut federasi diabetes internasional (IDF) menunjukkan terdapat 415
juta orang menderita Diabetes mellitus pada tahun 2015 dan terus meningkat
dari tahun ketahun. Penyakit ini di Indonesia masuk dalam peringkat ke 4
prevalensi tertinggi diabetes. Sehingga dalam pengobatanya salah satu
pilihanya adalah penggunaan insulin.
Insulin merupakan salah satu jenis protein terkecil di dunia yang terdiri
dari 51 asam amino. Insulin terbuat dari bahan baku glukosa dan garam yang
difermentasi menggunakan bakteri E. coli. Sampai saat ini, di Indonesia belum
pemah didirikan pabrik insulin. Kebutuhan insulin di Indonesia dicukupi
dengan cara mengimpor insulin dari luar negeri dalam bentuk kristal sehingga
harga jualnya relatif mahal. Pada Oktober 1920, Banting dan Best berhasil
menemukan insulin dengan cara mengikatkan benang di sekeliling saluran
pankreas pada sepuluh ekor anjing. Ketika mereka memeriksa saluran
pankreas tersebut beberapa minggu kemudian, semua sel pencemaan pada
pankreas telah menghilang (mati dan diserap oleh sistem imunitas atau sistem
kekebalan) dan yang tertinggal hanyalah ratusan islet. Kemudian mereka
mengisolasi protein dari islet-islet tersebut dan menemukan insulin.
Dahulu insulin yang dibutuhkan berasal dari kelenjar pankreas sapi atau
babi. untuk membuat hanya satu pond (0.45 Kg) insulin heewani dibutuhkan
oleh 750 pasien diabetes selama setahun diperlukan 8.000 pound (3600 Kg)
kelenjar pankreas fsti 23.500 ekor hewan. Laporan dariMinistry of Health,
Education and Walfare (Kementrian Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan
Serikat), dalam tahun 1981 diperlukan 56 juta ekor hewan untuk memenuhi
kebutuhan insulin di seluruh Amerika Serikat.
Dari urian diatas dapat diketahui bahwa insulin dapat berasal dari babi
ataupun anjing sehingga perlu dikaji apakah kehalalan dari penggunaan
produk insulin dari hewan yang haram.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan insulin?
2. Bagaimana proses pembuatan insulin?
3. Apa manfaat insulin?
4. Apakah hukum penggunaan insulin?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari insulin
2. Untuk mengetahui proses pembuatan insulin
3. Untuk mengetahui manfaat insulin
4. Untuk hukum penggunaan insulin

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI INSULIN
Insulin adalah hormon yang dibuat oleh pankreas. Merupakan yang tertua
dari obat saat ini tersedia, dan dengan demikian satu dengan pengalaman yang
paling klinis. Meskipun awalnya dikembangkan untuk mengobati kekurangan
insulin tipe 1 diabetes, telah lama digunakan untuk mengobati resisten insulin
diabetes tipe 2. Ini adalah obat yang paling efektif untuk mengurangi glikemia
(Anonim, 2010). Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh pankreas
yang berfungsi mengontrol kadar glukosa (gula) di dalam darah.
Insulin adalah hormon utama yang mengendalikan glukosa dari darah ke
dalam sebagian besar sel (terutama sel otot dan lemak, tetapi tidak pada sel
sistem saraf pusat). Oleh karena itu, kekurangan insulin atau kekurangpekaan
reseptor-reseptor memainkan peran sentral dalam segala bentuk diabetes
mellitus.
Sebagian besar karbohidrat dalam makanan akan diubah dalam waktu
beberapa jam ke dalam bentuk gula monosakarida yang merupakan
karbohidrat utama yang ditemukan dalam darah dan digunakan oleh tubuh
sebagai bahan bakar. Insulin dilepaskan ke dalam darah oleh sel beta (β-sel)
yang berada di pankreas, sebagai respons atas kenaikan tingkat gula darah,
biasanya setelah makan. Insulin digunakan oleh sekitar dua pertiga dari sel-sel
tubuh yang menyerap glukosa dari darah untuk digunakan sel-sel sebagai
bahan bakar, untuk konversi ke molekul lain yang diperlukan, atau untuk
penyimpanan.
Insulin juga merupakan sinyal kontrol utama untuk konversi dari glukosa ke
glycogen untuk penyimpanan internal dalam hati dan sel otot
B. PROSES PEMBUATAN INSULIN
Insulin dibuat melalui beberapa tahapan dalam proses pembuatannya yaitu :
1. Vektor (plasmid E.coli) dan DNA Pengkode Insulin.
Kode genetik insulin terdapat dalam DNA di bagian atas lengan
pendek dari kromosom ke-11 yang berisi 153 basa nitrogen (63 dalam

3
rantai A dan 90 dalam rantai B). DNA pengkode insulin dapat diisolasi
dari gen manusia atau hewan yang ditumbuhkan dalam kultur di
laboratorium. Selain itu, dapat pula disintesis rantai DNA yang membawa
sekuens nukleotida spesifik yang sesuai karakteristik rantai polipeptida A
dan B dari insulin. Urutan DNA yang diperlukan dapat ditentukan karena
komposisi asam amino dari kedua rantai telah dipetakan. Enam puluh tiga
nukleotida yang diperlukan untuk mensintesis rantai A dan sembilan puluh
untuk rantai B, ditambah kodon pada akhir setiap rantai yang menandakan
pengakhiran sintesis protein.
Vektor yang digunakan adalah plasmid E.coli yang mengandung
amp-R sehingga sel inang akan resistan terhadap amphisilin serta
mengandung lac-Z yang menghasilkan β-galactosidase sehingga dapat
menghidrolisis laktosa.
2. Penyelipan DNA Insulin ke dalam Vektor (plasmid E.Coli)
Masing-masing DNA insulin dan plasmid E.Coli dipotong dengan enzim
restriksi yang sama. Kemudian DNA insulin A dan B secara terpisah
diselipkan ke dalam plasmid berbeda dengan menggunakan enzim ligase.
3. Pemasukan Plasmid Rekombinan ke dalam Sel E.Coli
Plasmid yang telah diselipkan DNA insulin (plasmid rekombinan)
dicampurkan dalam kultur bakteri E.Coli. Bakteri-bakteri tersebut akan
mengambil plasmid rekombinan melalui proses transformasi. Akan tetapi,
tidak semua bakteri mengambil plasmid tersebut.
4. Pengklonan Sel yang Mengandung Plasmid Rekombinan
Sel yang mengandung plasmid rekombinan dapat diseleksi dari sel yang
tidak mengandung plasmid rekombinan. Medium nutrien bakteri yang
digunakan mengandung amphisilin dan X-gal. Sebagaimana telah
disebutkan sebelumnya, plasmid yang digunakan sebagai vektor ini
mengandung amp-R dan lac-Z sehingga sel bakteri yang mengandung
plasmid rekombinan akan tumbuh dalam medium tersebut karena resisten
terhadap amphisilin serta akan berwarna putih karena plasmid yang

4
mengandung gen asing (gen insulin manusia) dalam gen lac-Z tidak dapat
memproduksi β-galactosidase sehingga tidak dapat menghidrolisis laktosa.
5. Identifikasi Klon Sel yang Membawa Gen Insulin
Proses ini dilakukan melalui hibridisasi asam nukleat. Pada proses ini,
disintesis probe asam nukleat yang mengandung komplementer dari gen
insulin, probe dilengkapi dengan isotop radioaktif atau fluorosen.
6. Pomproduksian dalam Sekala Besar
Klon sel yang telah diidentifikasi diproduksi dalam skala besar dengan
cara ditumbuhkan dalam tangki yang mengandung medium cair. Gen
insulin diekspresikan bersama dengan sel bakteri yang mengalami mitosis.
Rantai insulin A dan rantai B yang dihasilkan kemudian dicampurkan dan
dihubungkan dalam reaksi yang membentuk jembatan silang disulfida.
Pada saat ini, peneliti mulai menggunakan vektor plasmid dari sel
eukariotik yaitu ragi bersel tunggal karena ragi merupakan sel eukariotik
yang memiliki plasmid, dapat tumbuh dengan cepat, serta hasil akhir
proses pembuatan insulin dengan ragi akan menghasilkan molekul insulin
yang lebih lengkap dengan struktur tiga dimensi yang sempurna sehingga
lebih identik dengan insulin manusia. Ekstrasinya, yaitu dengan cara ko
intraseluler, bakterinya harus dipecah. Namun, kalo ekstraseluler di ambil
supernatannya dan disentrifus.
C. PEMANFAATAN INSULIN
Berdasarkan berbagai penelitian klinis, terbukti bahwa terapi insulin pada
pasien hiperglikemia memperbaiki luaran klinis. Insulin, selain dapat
memperbaiki status metabolik dengan cepat, terutama kadar glukosa darah,
juga memiliki efek lain yang bermanfaat, antara lain perbaikan inflamasi.
Infus insulin (glucose-insulin-potassium [GIK]) terbukti dapat memperbaiki
luaran pada pasien gawat darurat yang dirawat di ruang intensif akibat
kelainan jantung atau stroke. Terapi insulin intensif pada pasien gawat darurat
yang dirawat di ruang intensif terbukti dapat menurunkan angka kematian. Hal
tersebut terutama disebabkan oleh penurunan angka kejadian kegagalan organ
multipel akibat sepsis. Selain itu, penggunaan infus insulin juga dapat

5
menurunkan mortalitas di rumah sakit secara keseluruhan, sepsis, gagal ginjal
akut yang membutuhkan dialisis atau hemofiltrasi, jumlah transfusi darah sel
darah merah, polineuropati, dan penurunan penggunaan ventilasi mekanis
yang berkepanjangan serta lama perawatan di ruang intensif. Penggunaan
infus insulin-glukosa secara intensif pada pasien infark miokard akut juga
memperbaiki angka kematian jangka panjang. Hal serupa ditemukan pada
pasien stroke.
Beberapa persiapan sebelum operasi, antara lain melakukan pengendalian
metabolik (kadar glukosa darah puasa < 140 mg/dL, kadar glukosa darah 2
jam setelah makan.
a. Operasi kecil Penggunaan obat antidiabetik oral atau insulin dapat
diteruskan bila kadar glukosa darah sudah terkendali dengan baik.
Pasien-pasien ini tidak memerlukan persiapan khusus seperti puasa dan
sesudah tindakan dapat makan seperti biasa.
b. Operasi sedang Operasi sedang yang elektif merupakan kasus yang
paling sering ditemukan oleh para spesialis penyakit dalam saat
persiapan prabedah seperti operasi laparatomi, bedah tumor
kandungan, bedah tulang, dan bedah saraf. Persiapannya sama dengan
operasi besar, yang pada dasarnya harus dilakukan sebaik mungkin
sebelum menjalani tindakan operasi. Perlu dicatat kepentingan
pemantauan kadar glukosa darah selama operasi. Untuk hal tersebut
petugas cukup menggunakan reflectance meter yang dapat digunakan
di kamar operasi. Operasi yang lama dapat meningkatkan kadar
glukosa darah. Bila kadar glukosa darah tinggi maka perlu diberikan
insulin.
c. Operasi besar Bagi pasien yang akan menjalani operasi besar yang
memerlukan anestesi umum dan dipuasakan, dibutuhkan infus insulin
dan glukosa serta pemantauan kadar glukosa darah setiap jam.
Pemberian infus insulin dan glukosa dapat diberikan secara terpisah,
misalnya insulin kerja singkat dimasukkan ke dalam larutan NaCl
0,9% dengan konsentrasi 0,5 unit/ml dan larutan dekstrose 5% atau

6
10% tergantung keperluan. Infus insulin ditambahkan pada infus
dekstrosa dan kecepatan infus disesuaikan dengan kadar glukosa darah
(untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 11). Pada operasi yang
memerlukan pembatasan cairan seperti pada pasien gagal ginjal dan
penyakit jantung kongestif, sebagai asupan karbohidrat dapat
digunakan dekstrosa 50%. Tindakan operasi jantung dan pintas
kardiopulmonar seringkali memerlukan dosis insulin yang tinggi untuk
mengendalikan kadar glukosa darah dengan baik. Pengendalian kadar
glukosa darah yang baik selama operasi akan menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas pasien DM. Kadar glukosa darah yang baik
pada persiapan dan selama operasi dipertahankan pada kadar 100–125
mg/dL. Hal yang perlu mendapat perhatian pada pasien DM yang
memerlukan tindakan operasi darurat adalah waktu terakhir mendapat
suntikan insulin dan penilaian status metabolik melalui pemantauan
kadar glukosa darah. Bagi pasien yang akan menjalani operasi elektif,
pemberian insulin umumnya dimulai apabila ditemukan kadar glukosa
darah lebih dari 140 mg/dL. Sementara itu, bagi pasien DM di ruang
intensif yang akan menjalani operasi, insulin dapat mulai diberikan
bila kadar glukosa darah lebih dari 110 mg/dL. Target kadar glukosa
darah yang diinginkan untuk pasien kritis yang akan menjalani operasi
adalah 80 – 110 mg/dL, sementara untuk pasien dengan operasi
lainnya, target kadar glukosa darah adalah 90-140 mg/dL.
d. Penatalaksanaan pasca tindakan operasi Pada operasi besar, infus
dekstrosa dan insulin harus diteruskan sampai pasien bisa makan,
kemudian dimulai dengan pemberian insulin subkutan sesuai
kebutuhan. Bagi pasien yang memerlukan nutrisi enteral tetap
dianjurkan pemberian insulin kerja singkat setiap enam jam dan perlu
pengawasan untuk menghindari terjadinya hipoglikemia. Pasien yang
tidak bisa makan dan harus mendapat nutrisi parenteral dapat
mengalami gangguan metabolik yang berat. Penggunaan infus insulin
pada pasien-pasien tersebut mengikuti aturan dosis seperti yang

7
ditunjukkan pada tabel 2. Kadar glukosa darah dipertahankan pada
kisaran 80 – 110 mg/dL untuk pasien kritis dan kisaran 90 – 140
mg/dL untuk pasien operasi lainnya.

8
BAB III
PEMBAHASAN
Pemanfaatan babi hukumnya haram baik atas dagingnya, lemak ataupun
bagian tubuh yang lainya. Namun harus dilihat dulu situasi dan kondisi dari
pasien yang akan menggunaka insulin tersebut. Jika masih memungkinkan untuk
tidak menggunakan insulin maka dipilih cara lain untuk mengatasi penyakit
diabetes yang dialaminya missal dengan mengurangi / mengatur pola makan
sehingga kadar gula darah tidak meningkat sehingga penggunaan insulin yang
berasal dari babi ini dilarang/diharamkan dikarenakan masih ada alternative lain
menggunkan cara yang halal. Saat ini juga telah tersedia insulin yang tidak berasal
dari babi ataupun hewan najis lainya. Salah satu hewan yang digunakan yaitu sapi.
Islam mengajarkan agar berobat menggunakan barang barang yang suci
bukan yang najis apalagi haram. Namun pada kenyataanya dilapangan sangat sulit
untuk membedakan mana produk obat yang halal ataupun haram karena kemajuan
dunia pengobatan aspek kehalalan obat tersebut dikesampingkan oleh industry
farmasi yang memproduksi produk farmasi salah satunya insulin. Dalam hadis
yang diriwayatkan Abu Daud
“sesungguhnya Allah SWT. Telah menurunkan penyakit dan obatnya, serta
menyediakan obat setiap penyakit, maka berobatlah , dan jangan berobat dengan
sesuatu yang haram.
Pendapat ini dipegang oleh jumhur ulama mazhab dari kalangan
Malikiyah, Hanabilah dan pendapat yang masyhur dari mazhab Hanafiyah.
Sedangkan sebagian ulama yang lain cenderung membolehkan berobat dengan
yang haram asalkan bukan khamr. Pendapat ini dipegang oleh para ulama dari
kalangan mazhab Asy-Syafi’iyyah dan sebagian perkataan dari kalangan
Hanafiyah. Al Imam Izz Abdussalam mengatakan bahwa:
“Dibolehkan berobat dengan barang najis sekalipun jika tidak ada ditemukan
dihadapannya benda yang suci/halal. Karena mencari keselamatan dan keafiatan
itu didahulukan dari sekedar menghindari najis. Namun tidak dibolehkan berobat
dengan Khamr.”

9
Dalil yang digunakan oleh kalangan ini pertama adalah keumuman kaidah bahwa
sesuatu yang dharurat itu bisa menghalalkan sesuatu yang dilarang. Namun
kebolehan berobat dengan benda najis menurut kalangan ini tidak bersifat mutlak,
namun memiliki syarat dan ketentuan, yakni:
1. Tidak ditemukan obat yang berasal dari bahan yang suci yang bisa
menggantikannya,
2. Diketahui secara keilmuan bahwa benda najis/haram tersebut memang bisa
memberikan kesembuhan.
Banyak ditemukan dalam obat-obatan penggunaan unsur babi, yaitu dalam hal
bahan utama, bahan tambahan, dan bahan penolong. Ditemukan juga penggunaan
embrio dan organ manusia serta penggunaan alkohol. Temuan yang dimaksud
berupa : Insulin, Heparin, Cangkang Kapsul, dan Alkohol. Hal ini karena
sebagaimana penuturan salah satu Ketua MUI Pusat, Amidhanbanyaknya obat
yang beredar di pasaran tidak ada kepastian halal atau haramnya oleh karena tidak
bersertifikat.
Temuan obat-obatan yang mengandung penggunaan unsur babi dalam bahan
utama, bahan tambahan dan bahan penolong berupa: Pertama, yaitu Insulin
merupakan hormon yang digunakan untuk mengatur gula tubuh. Insulin
digunakan dalam mengobati penyakit diabetes. Penderita diabetes memerlukan
hormon insulin dari luar, untuk mengembalikan kondisi gula tubuhnya kembali
normal. Insulin dimasukan ke dalam tubuh dengan cara disuntik. Insulin bisa
berasal dari kelenjar mamalia atau dari microorganism hasil rekayasa genetika.
Salah satu produk Insulin terkenal yang beredar di pasaran adalah Mixtard
yang diproduksi oleh Novonordisk. Ada banyak tipe mixtard yang diproduksi
dengan kode produk yang berbeda-beda. Kandungannya ada yang berasal dari
manusia yang diperbanyak dengan teknik rekombinansi DNA dan proses mikroba,
ada juga yang berasal dari hewan, yakni babi.
Informasi kehalalan produk ini sangat terbatas, bahkan dokterpun tidak
mengetahuinya. Dari data yang dirilis oleh International Diabetes Federation
pada tahun 2003 menyebutkan, terdapat 70% (tujuh puluh persen) insulin yang
beredar berasal dari manusia, 17% (tujuh belas persen) berasal dari babi, 8%

10
(delapan persen) dari sapi, dan 5%(lima persen) merupakan campuran antara babi
dan sapi.
Adapun Hasil Keputusan Musyawarah Nasional Alim Ulama NU 16-20
Rajab 1418 H/17-20 Nopember 1997 M Di Ponpes QOMARUL HUDA Bagu,
Pringgarata Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat yang dapat dijadikan rujukan
untuk mengambil hukum tentang penggunaan insulin pada penderita diabetes.
1. Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab [18]
Adapun berobat dengan bahan-bahan najis selain khamr itu boleh. Hal ini berlaku
pada seluruh jenis najis selain yang memabukkan. Ini adalah pendapat al-
Madzhab, al-Manshush dan Jumhur ulama memastikannya (sebagi keputusan
hukum tunggal).
2. Al-Iqna’ fi Hill Alfazh Abi Syuja’ [19]
Dan adapun perintah Nabi SAW. Kepada orang-orang suku ‘Urainah agar
meminum air kencing unta, maka hal itu untuk tujuan pengobatan. Sementara
pengobatan dengan obat najis itu boleh ketika tidak menemukan obat suci yang
bisa menggantikannya. Dan Adapun sabda Nabi Saw.:
“Allah SWT. tidak menjadikan kesembuhan umatku dalam obat yang Ia haramkan
bagi mereka”.
Maka dipahami untuk khamr (saja).
3. Mughni al-Muhtaj ila Ma’rifah Alfazh al-Minhaj[20]
Dan bila seseorang menyambung tulangnya karena dibutuhkan, dengan tulang
najis yang selainnya tidak layak untuk dijadikan penyambung, maka ia dianggap
udzur dalam hal itu. Oleh karenanya, shalatnya sah besertaan tulang tersebut
(berada di tubuhnya).
4. Al-Mawahib al-Saniyah Syarh al-Fawa’id al-Bahiyah[21]
Barangsiapa mengkhawatirkan keselamatan diri atau sakit yang bisa
menyebabkan kematian, atau semisalnya dari semua perkara yang bisa
menyebabkan boleh bertayammum, dan ia (hanya) menemukan barang haram
namun tidak memabukkan, seperti bangkai meski dari binatang najis
mughallazhah, maka ia wajib memakan atau meminumnya.

11
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Diabetes mellitus merupakan penyakit dengan gejala peningkatan
kadar gula darah akibat gangguan insulin.
2. Insulin merupakan hormon yang digunakan untuk mengatur gula
tubuh. Penderita diabetes memerlukan hormon insulin dari luar guna
mengembalikan kondisi gula tubuhnya menjadi normal kembali.
3. Diperbolehkannya dalam penggunaan insulin tidak bersifat mutlak, ada
beberapa syarat, yakni; tidak ditemukan obat yang berasal dari bahan
yang suci yang bisa menggantikannya, diketahui secara keilmuan
bahwa benda najis/haram tersebut memang bisa memberikan
kesembuhan.
B. SARAN
Sebagai seorang muslim sudah barang tentu wajib hukumnya untuk menjaga
kesehatan. Sekalipun kita mendapatkan ujian berupa kesehata, maka kita
sepatutnya berusaha semaksimal mungkin untuk mencari obat yang halal dan
baik. Seandainya di hadapkan pada obat yang belum jelas hukumnya, maka
kehati-hatianlah yang perlu kita maksimalkan.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://watawasoubilhaqqi.blogspot.com/2018/06/hukum-penggunaan-insulin-dari-
babi.html

Al-Jurhuzi, Abdullah bin Sulaiman. Al-Mawahib al-Saniyah Syarh al-Fawa’id al-


Bahiyah pada al-Asybah wa al-Nadzair. Indonesia: Dar Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyah

Al-Nawawi, Yahya bin Syaraf. al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab. 1996. Jilid IX.
Beirut: Dar al-Fikr

Al-Syirbini, Muhammad Khatib. al-Iqna’ fi Hill Alfazh Abi Syuja’ pada Tuhfah al-
Habib. Juz I. Beirut: Dar al-Fikr

Al-Syirbini, Muhammad Khatib. Mughni Muhtaj ila Ma’rifah Alfazh al-Minhaj. Juz I.
Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah

13

Anda mungkin juga menyukai