Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KIMIA ANALISIS I
TITRASI KOMPLEKSOMETRI

DISUSUN OLEH :

 Eunike S. R. Waas  Nonong Rumbia


 Aldin Saleh. R  Nurul A. Tuasamu
 Andini Hehaitu  Rokia Latuamuri
 Basaria Kilwow  Wafiqah H. Latuapo
 Ermi Victoria. W  Mutia Laitupa
 Febrian Ngantung  Mirtan Kaimudin
 Ipa Nadra. B

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MALUKU HUSADA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karna berkat dan rahmatnya. kami

dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Kompleksometri”. Dalam menyusun

makalah ini, terdapat hambatan yang kami alami, namun berkat dukungan,

dorongan dan semangat sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam makalah

Kompleksometri yang kami susun ini. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik

dan saran yang membangun untuk penyempurnaannya. Akhir kata semoga

makalah “Kompleksometri” ini bermanfaat bagi pembaca.

Ambon, 17 Juli 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4


B. Tujuan ..................................................................................................................... 4
C. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 5

A. Definisi Kompleksometri ........................................................................................ 7


B. Prinsip Kerja Titrasi Kompleksometri .................................................................... 8
C. Metode-meode Titrasi Kompleksometri ................................................................. 8
D. Prosedur Kerja Titrasi Kompleksometri ................................................................. 9
E. Hasil Analisis Dan Kurva Titrasi Kompleksometri ................................................ 9
F. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kurva Titrasi .................................................. 10
G. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kestabilan Kompleks ..................................... 10

BAB III KESIMPULAN .................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 14


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bagi orang awam, mendengar zat kimia saja, mereka sudah
beranggapan bahwa itu adalah zat yang berbahaya, tetapi tanpa di
sadarinya, di dalam kehidupan sehari-hari kita bergelut dengan zat-zat
kimia apakah itu kebutuhan sehari-hari seperti makanan, minuman,
pernafasan, pakaian, obat-obatan, sabun, pasta gigi bahkan proses dalam
tubuh kita sendiri juga berupa proses kimia, jadi dengan kata lain kita
tidak bisa lari dari zat kimia. Kenyataannya memang zat kimia itu ada
yang berfaedah buat kehidupan kita manusia tetapi juga berbahaya bagi
kehidupan kita manusia pada khususnya dan makhluk hidup pada
umumnya.
Kompleksometri adalah suatu cara untuk penetapan kadar zat – zat
(kation) yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan suatu
komplekson. Prinsipnya adalah pembentukan senyawa kompleks antara
ion logam dengan EDTA.
Titrasi kompleksometri adalah titrasi yang berdasarkan reaksi
pembentukan kompleks, misalnya penetapan kadar Ca (ion logam) dengan
EDTA (garam natrium dari asam etilendiaminatetra-asetat).
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan
senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah
satu zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi
kompleksometri adalah garam dinatrium etilendiamina tetraasetat
(dinatrium EDTA).
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat
saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi
pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali
dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu
pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-
tama akan diterapkan pada salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku
sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi)
kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi.
Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui
reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral.
Titrasi kompleksometri atau kelatometri yaitu titrasi berdasarkan
pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang
sukar mengion). Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran
dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks.
Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks
banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi.
Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun
disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.
Titrasi kompleksometri ini digunakan untuk penetapan kation
bervalensi banyak dalam air. Di dalam dunia farmasi, metode ini banyak
digunakan dalam penetapan kadar suatu senyawa obat yang mengandung
ion logam, misalnya penentuan kadar MgSO4 yang digunakan sebagai
laksativum atau ZnO yang digunakan sebagai antiseptic. Sehingga kadar
logam-logam yang ada dalam suatu produk farmasi sehingga tepat kadar
(sesuai standar) dan tidak menjadi toksik serta membahayakan konsumen.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui teori titrasi kompleksometri
2. Untuk mengetahui prinsip kerja titrasi komleksometri
3. Untuk mengetahui metode yang dilakukan pada titrasi kompleksometri
4. Untuk mengetahui prosedur kerja titrasi kompleksometri
5. Untuk mengetahui hasil analisis dan kurva titrasi kompleksometri
6. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan titrasi kompleksometri
7. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi titrasi
kompleksometri

C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah teori titrasi kompleksometri
2. Bagaimanakah prinsip kerja titrasi kompleksometri
3. Apa saja metode yang digunakan pada titrasi kompleksometri
4. Bagaimanakah prosedur kerja dari titrasi kompleksometri
5. Bagaimanakah hasi analisis dan kurva titrasi kompleksometri
6. Apa saja kelemahan dan kelebihan dari titrasi kompleksometri
7. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi titrasi kompleksometri
BAB II
PEMBAHASAN

A. TEORI TITRASI KOMPLEKSOMETRI


Kompleksometri adalah jenis titrasi dimana titrant dan titrat saling
mengkompleks, jadi membentuk hasil berupa kompleks. Kompleks-
kompleks yang akan dibahas dibentuk oleh reaksi suatu ion logam suatu
kation, dengan suatu anion atau molekul netral. Ion logam dalam
kompleks itu disebut atom pusat, dan gugus yang terikat pada atom pusat
disebut ligan. Banyaknya ikatan yang dibentuk oleh atom pusat disebut
bilangan koordinasi logam itu.
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi
reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul
netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya
kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek
biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai
titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA.
Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi
dimana reaksi antara bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk
suatu kompleks senyawa. Kompleks senyawa ini dsebut kelat dan terjadi
akibat titran dan titrat yang saling mengkompleks. Kelat yang terbentuk
melalui titrasi terdiri dari dua komonen yang membentuk ligan dan
tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati. Kelat yang
terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komponen yang membentuk ligan
dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati.
Dalam larutan dengan pH tertentu sebagaian besar kation atau
logam dapat bereaksi dengan KOMPLEKSON yang kemudian
membentuk ion kompleks. Contoh :
Ag+ → [Ag(CN)2]¯
Cu2+ → [Cu(NH₃)₄]²⁺
Jika diperhatikan contoh-contoh kompleks, terlihat bahwa suatu
kompleks selalu terjadi dari sebuah ion logam yang dinamakan ion negatif
atau molekul. Sedangkan yang dinamakan Ligand (dari kata latin ligare =
mengikat) . Jumlah ligand ini berbeda-beda dari dua sampai delapan.
Jumlah ikatan dengan ligand itu disebut bilangan koordinasi yang biasanya
merupkan bilangan genap terutama bernilai 4 atau 6. Ion logam univalen
biasanya mempunyai bilangan koordinasi dua.
Muatan sebuah kompleks dapat positif (+), negatif (-) atau nol (0).
Muatan tersebut merupakan jumlah muatan inti dan semua ligand yang
diikatnya. Ligand yang mempunyai satu atom donor pasangan elektron
(missal I¯ dan CN¯) monodentat atau unidentat, sedang Ligand yang
mempunyai atom donor lebih dari satu disebut poli- atau muktidentat,
bidentat kalau punya dua donor, terdentat bila 3, kuadridentat, pentedentat,
heksadentat, dst.
Titrasi kompleksometri merupakan suatu titrasi yang berdasarkan
reaksi pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dengan zat
pembentuk kompleks. Titrasi tersebut adalah jenis titrasi dimana titran
(larutan pentitrasi) dan titrat (larutan yang dititrasi) saling mengkompleks,
membentuk hasil berupa senyawa kompleks.

B. PRINSIP KERJA TITRASI KOMPLEKSOMETRI


Pereaksi untuk titrasi kompleksometri sangat banyak digunakan
untuk menitrasi ion-ion logam dalam larutan. Kebanyakan dari pereaksi ini
adalah zat-zat anorganik yang mengandung beberapa gugus elektron yang
dapat berikatan kovalen dengan ion logam, misalnya EDTA (H4Y) yang
dapat bereaksi dengan ion logam dengan perbandingan stoikiometri 1:1
sebagai berikut: Mn+ + Y4-D MY-(4-n)
Fraksi Y4- dari larutan EDTA dipengaruhi oleh pH, sehingga harga
tetapan kesetimbangan yang dipengaruhi oleh pH disebut
Keffektif (Kkondisional), Keff = Kabs.a4 dan a4 adalah fraksi Y4- pada pH tertentu.
Supaya pH konstan, titrasi dilakukan dalam larutan yang dibuffer pada pH
tertentu.
Karena banyak ion-ion logam yang dapat bereaksi dengan EDTA
maka selektivitas dapat diatur dengan mencari pH serendah mungkin
dimana titrasi masih layak dilakukan (Keff ≥ 108). Keselektifan ini dapat
juga diatur dengan menggunakan “masking agent”.
Selama titrasi terjadi perubahan konsentrasi ion logam bebas.
Kurva titrasi diperoleh dengan mengalurkan pM= -log [M] terhadap
volume EDTA. Pada titik ekivalen terdapat perubahan pM yang besar.
Indikator titrasi kompleksometri pada umumnya adalah indikator
metalokrom yang merupakan senyawa organik berwarna yang juga
membentuk kompleks dengan ion logam. Warna kompleks logam –
indikator berbeda dengan warna indikator bebas.
Contoh:
Eriochrom black T (EBT). Kompleks logam EBT umumnya berwarna
merah seperti H2In-. Titrasi harus diatur pada pH 7 atau lebih sehingga
indikator bebas dalam bentuk HIn2- yang berwarna biru. Pada penambahan
EDTA yang sedikit berlebih larutan berubah menjadi biru akibat bebasnya
indikator:
Mln-+ HY3- → HIn2-+ MY2-
Merah biru
C. METODE-METODE TITRASI KOMPLEKSOMETRI

a) Titrasi langsung, dapat dilakukan terhadap sedikitnya 25 kation dengan


menggunakan indicator logam. Pereaksi pembentukan kompleks,
seperti sitrat dan tartrat, sering ditambahkan untuk pencegahan endapan
hidroksida logam. Buffer NH3-NH4Cl dengan pH 9 sampai 10 sering
digunakan untuk logam yang membentuk kompleks dengan amoniak.
b) Titrasi kembali, digunakan apabila reaksi antara kation dengan EDTA
lambat atau apabila indicator yang sesuai tidak ada. EDTA berlebih
ditambahkan berlebih dan yang bersisa dititrasi dengan larutan standar
Mg dengan menggunakan calmagnite sebagai indicator. Kompleks Mg-
EDTA mempunyai stabilitas relative rendah dan kation yang ditentukan
tidak digantikan dengan magnesium. Cara ini dapat juga untuk
menentukan logam dalam endapan, seperti Pb di dalam PbSO4 dan Ca
dalam CaSOa.
c) Titrasi substitusi, berguna bila tidak ada indicator yang sesuai untuk ion
logam yang ditentukan. Sebuah larutan berlebih yang mengandung
kompleks Mg-EDTA ditambahkan dan ion logam, misalnya M2+,
menggantikan magnesium dari kompleks EDTA yang relative lemah
itu.
d) Titrasi secara tidak langsung, beberapa jenis telah dilaporkan, antara
lain penentuan sulfat dengan menambahkan larutan baku barium
berlebihan dan menitrasi kelebihan tersebut dengan EDTA. Juga pospat
sudah ditentukan setelah pengendapan sebagai MgNH4PO4 yang tidak
terlalu sukar lanrt lalu menitrasi kelebihan Mg.
e) Cara titrasi alkalimetri, dengan menambahkan larutan Na2H2Y
berlebihan kepada larutan analat yang bereaksi netral. Ion hydrogen
yang dibebaskan dititrasi dengan larutan baku basa.

D. PROSEDUR KERJA TITRASI KOMPLEKSOMETRI

1. Alat yang Dipakai


Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah batang
pengaduk,botol semprot,buret, corong, erlenmeyer, gelas ukur, klem,
pipet, sendok tanduk, statif dan timbangan analtik.
2. Bahan yang Digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
aquadest, dapar amonia pH 10, EDTA, indikator EBT, kertas
pH, kertas timbang, NaOH, tissu dan ZnSO4.
3. Cara Kerja
Ditimbang seksama 100 mg ZnSO4, kemudian dilarutkan dalam
erlenmeyer dengan 100 ml air suling, ditambahkan NaOH encer demi
tetes secukupya hingga terbentuk endapan yang mantap. Ditambahkan
5 ml dapar ammonia pH 10, dititrasi dengan EDTA 0,05 M
menggunakan indikator EBT-NaCl 20 mg hinga terjadi warna biru.
Tiap ml EDTA 0,05 M setara dengan 14,38 ZnSO4.7H2o

E. HASIL ANALISIS DAN KURVA TITRASI KOMPLEKSOMETRI

No Kelompok Berat ZnSO4 Volume % kadar


titran
1. Kelompok 1 100,6 mg 7,5 ml 185,88 %
2 Kelompok 2 100,5 mg 4,8 ml 119,08 %
3 Kelompok 3 100,8 mg 8,5 ml 210,11 %
4. Kelompok 4 100,4 mg 4,4 ml 109,26 %
Rata-rata % kadar 156,08 %
Perhitungan % kadar:
Kelompok 1 = 185, 88 %
Kelompok 2 = 119, 08 %
Kelompok 3 = 210.11 %
Kelompok 4 = 109,26 %
Rata – rata persen kadar : 156,08 %

F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURVA TIRTASI

1. PH Larutan
Pada bagian 4 telah dituliskan bahwa harga derajat disosiasi
EDTA, a4, bergantung pada pH laruta seprti pada tabel 10.3
harga a4 pada berbagai pH dihitung berdasarkan rumusan yang telah
diuraikan pada bagian 4. dari tabel 10.3 terlihat bahwa semakin besar
harga pH maka harga a4 pun semakin besar. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin besar harga pH semakin besar konsentrasi Y4- dalam
larutan.

Ph a4
2,0 3,7 ´ 10-14
3,0 2,5 ´ 10-11
4,0 3,6 ´ 10-9
5,0 3,5 ´ 10-7
6,0 2,2 ´ 105
7,0 4,8 ´ 104
8,0 5,4 ´ 10-3
9,0 0,052
10,0 0,35
11,0 0,85
12,0 0,98

2. Harga Kf
Pengaruh harga Kf terhadap pM pada pH 7. sebelum titik
ekivalen semua ion logam mempunyai harga pM yang semua karena
semua ion logam mempunyai konsentrasi yang sama sedangkan harga
Kf belum berpengaruh pada saat ini. Ketika titik ekivalen tercapai,
harga Kf mulai berperan mempengaruhi harga pM.
3. Indikator ion logam
Indikator ion logam adalah suatu zat warna organik Yang
membentuk kelat berwarna dengan ion logam pada rentang pM.
Beberapa kriteria yang perlu dijadikan acuan dalam memilih indikator
ion logam antara lain: ikatan zat warna dengan ion logam harus lebih
pernah dari pada ikatan ion logam dengan EDTA dan perubahan
warna harus mudah diamati mata. Kebanyakan indikator ion logam
mengandung gugs fungsi azo.

F. KELEMAHAN DAN KELEBIHAN TITRASI KOMPLEKSOMETRI


 Kelebihan
Edta stabil, mudah larut, dan menujukkan komposisi kimiawi
yang tertentu. selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian
Ph, misal Mg, Cr, Ca, dan Ba dapat dititrasi pada Ph 11; Mn2+, Fe, Co,
Ni, Zn, Cd, Al, Pb, Cu, Ti, dan V dapat dititrasi pada Ph 4-7. Terakhir
logam seperti Hg, Bi, Co, Fe, Cr, Ca, In, Sc, Ti, V, dan Th dapat
dititirasi pada Ph 1-4. Edta sebagai natrium, Na2H2Y sendiri
merupakan Standar primer sehingga tidak perlu distandarisasi lebih
lanjut. Kompleks yang mudah larut dalam air ditemukan. Suatu titik
ekuivalen segera tercapai dalam titrasi dan akhirnya titrasi
kompleksometri dapat digunakan untuk penentuan beberapa logam
pada operasi skala semi-mikro.
 Kekurangan
1. Kurang baik untuk ini Ca2+ dengan Edta , karena kompleks Ca-Ebt
>Ca –Edta)
2. Titik ekuivalen terjadi terlalu cepat
3. Agar penentuan Ca2+ dengan Edta dapat menggunakan indikator
Ebt, maka perlu ditambah sedikit Mg2+ kedalam Edta sebelum
dilakukan standarisasi.
G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESTABILAN
KOMPLEKS
a. Kemampuan mengkompleks logam-logam.
Kemampuan mengkompleks relatif (dari) logam-logam digambarkan
dengan baik menurut klarifikasi Schwarzenbach, yang dalam garis
besarnya didasarkan atas pembagian logam menjadi asam Lewis
(penerima pasangan elektron) kelas A dan kelas B.
b. Ciri-ciri khas ligan itu.
Di antara ciri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai mempengaruhi
kestabilan kompleks dalam mana ligan itu terlibat, adalah :
1. kekuatan basa dari ligan itu,
2. sifat-sifat penyepitan (jika ada), dan
3. efek-efek sterik (ruang).
Keinertan atau kelabilan kinetik dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi
pengamatan umum berikut ini merupakan pedoman yang baik akan
perilaku kompleks-kompleks dari berbagai unsur, yaitu diantaranya :
1. Unsur grup utama, biasanya membentuk kompleks-kompleks
labil.
2. Dengan kekecualian Cr(III) dan Co(III), kebanyakan unsur
transisi
baris-pertama, membentuk kompleks-kompleks labil.
3. Unsur transisi baris kedua dan baris ketiga, cenderung
membentuk kompleks-kompleks inert.
Suatu reaksi kompleks dapat dipakai dalam penitaran apabila:
a) Kompleks cukup memberikan perbedaan pH yang cukup besar
pada daerah titik setara.
b) Terbentuknya cepat.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
1. Titrasi kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan
memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan dengan ion logam
utamanya.
2. Kegunaan titrasi kompleksometri diantaranya adalah:
a. Penetapan total kesadahan air
b. Penetapan kadar Mg dan Mgcl2
c. Analisis kadar attapulgite dalam tablet A
d. Penetapan kation bervalensi banyak dalam air.
3. Prosedur- prosedur penting untuk titrasi ion-ion logam dengan Edta
a. Titrasi langsung
b. Titrasi balik
c. Titrasi penggantian atau subsitusi
d. Titrasi alkalimetri
DAFTAR PUSTAKA

Gholib, Ibnu., Dan Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka
Pelajar. Jogjakarta

Pujaatmaka, A. Handayana. 2002. Kamus Kimia. Balai Pustaka. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai