MAKALAH
Disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah Perencanaan Sistem Pengajaran
Dosen Pengampu : Sarifudin, S.Pd.I.,M.Si.
Disusun Oleh :
Hilman Abdurrahman : 201321044
Ikhwan Fiddin : 201321046
Indra Prayoga : 201321048
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HIDAYAH
BOGOR
2016 M/ 1438 H
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .................................................................................. 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang sangat beragam
dan berbeda satu dengan lainnya. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya,
manusia berusaha semampunya melakukan segala aktifitas yang sangat
beragam pula. Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan manusia sangat
mempengaruhi tingkah laku manusia. Manusia akan merasa tentram dan puas
bila kebutuhannya terpenuhi dan sebaliknya, ia akan merasa tertekan bila
kebutuhannya tidak terpenuhi. Ini menunjukan bahwa kebutuhan sangat
mempengaruhi tingkah laku manusia.
Kebutuhan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk
mempertahankan hidup serta untuk memperoleh kesejahteraan dan
kenyamanan. Sedangkan berdasarkan ensiklopedi Indonesia Kebutuhan adalah
salah satu aspek psikologis yang menggerakan makhluk hidup dalam akifitas-
aktifitasnya dan menjadi dasar (alasan) berusaha. Pada dasarnya, manusia
bekerja mempunyai tujuan tertentu, yaitu memenuhi kebutuhan. Kebutuhan
tidak terlepas dari kebutuhan sehari-hari. Selama hidup manusia memerlukan
bermacam-macam kebutuhan, seperti makanan, pakaian, perumahan,
pendidikan dan kesehatan. Kebutuhan dipengaruhi oleh kebudayaan,
lingkungan, waktu dan agama. Semakin tinggi tingkat kebudayaan suatu
masyarakat, semakin tinggi / banyak pula macam kebutuhan yang harus
dipenuhi.
Salah satu diantara banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi oleh
manusia adalah kebutuhan untuk memperoleh keilmuan yakni dalam belajar
mengajar. Kebutuhan ini sangat penting karena mengingat semakin
berkembangnya zaman dan seringkali mengalami perubahan akibat kemajuan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), maka pendidikan harus dapat
mengantisipasi perubahan tersebut karena pendidikan merupakan cara yang
paling strategis untuk mengimbangi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi itu. Dan kebutuhan akan pendidikan itu harus di analisis agar tujuan
pendidikan dapat tercapai dengan maksimal.
1
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat di
rumuskan beberapa rumusan masalah tentang Menilai Kebutuhan Peserta
Didik, diantaranya :
1. Apa yang dimaksud dengan peserta didik dan tujuan mengenalnya?
2. Apa saja macam-macam kebutuhan peserta didik?
3. Bagaimana fungsi sekolah sebagai pemuas kebutuhan peserta didik?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah
mempelajari tentang Menilai Kebutuhan Peserta Didik serta pembahasan yang
mencakup ruang lingkup di dalamnya macam-macam kebutuhan peserta didik
beserta fasilitas yang menjadi alat pemuas untuk memenuhi kebutuhan
mereka.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang dilakukan oleh penyusun adalah dengan
menggunakan metode pustaka (Library research) yaitu mencari dan
mengumpulkan data-data ilmiah yang relevan dengan tema yang akan dibahas,
terutama yang terdapat dalam referensi yang mempelajari tentang Menilai
Kebutuhan Peserta Didik.
2
BAB II
MENGENAL PESERTA DIDIK
1
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit PT. Bumi Aksara, 2008.
Hlm. 100.
3
bimbingan, menilai hasil belajar dan kemajuan belajar peserta didik, dan
kegiatan-kegiatan guru lainnya yang bertalian dengan individu peserta didik.2
Selain itu, dengan mengenal peserta didik maka minat, bakat, kemampuan
dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik akan berkembang secara
optimal karena terdapat peran guru sebagai fasilitator di dalamnya3
2
Ibid, hlm. 101.
3
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional. Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya,
2008. Hlm. 35.
4
status sosial orang tua di masyarakat, norma agama, dan lainnya akan
mempengaruhi sikap, tujuan, tingkah laku peserta didik di sekolah,
sehingga guru sering mengalami kesulitan untuk memahaminya. Guru
perlu mengenal situasi dan kondisi dalam keluarga peserta didik agar dapat
merencanakan kegiatan-kegiatan yang serasi.
3. Hasil belajar
Guru perlu mengenal hasil belajar dan kemajuan belajar peserta didik
yang telah diperoleh sebelumnya, misalnya dari sekolah lain, sebelum
memasuki sekolahnya sekarang. Hal-hal yang perlu diketahui itu adalah
antara lain penguasaan pelajaran, ketrampilan-ketrampilan belajar dan
bekerja. Pengenalan dalam hal-hal tersebut penting artinya bagi guru, oleh
sebab dalam pengenalan ini guru dapat membantu atau mendiagnosis
kesulitan belajar siswa, dapat memprakirakan hasil dan kemajuan belajar
selanjutnya (pada kelas-kelas berikutnya), kendatipun hasil-hasil tersebut
dapat saja berbeda dan bervariasi sehubungan dengan keadaan motivasi,
kematangan, dan penyesuaian sosial.
4. Kesehatan badan
Guru perlu secara berkala mengetahui tentang keadaan kesehatan dan
pertumbuhan peserta didik. Keadaan kesehatan dan dan pertumbuhan ini
besar pengaruhnya terhadap hasil pendidikan dan penyesuaian sosial
mereka. Peserta didik yang kurang sehat badannya mungkin karena
mengalami kurang vitamin maka badannya kurang energik untuk belajar.
Anak yang selalu sakit-sakitan menyebabkan dihinggapi rasa frustasi,
rendah diri, dan serba canggung. Siswa yang kurang baik pengelihatan dan
pendengarannya kurang baik daya tangkapnya jika duduk dibelakang
kelas. Siswa yang sering menderita sakit akibatnya sering tidak masuk
sekolah dan hasil belajarnya kurang memuaskan. Kalau guru mengenal
data yang lengkap tentang kesehatandan pertumbuhan jasmaninya maka
guru dapat memikirkan dan mengusahakan pemberian bantuan kepada
5
mereka seperti memperbaiki prosedur mengajar, mengatur tempat duduk
dan memberikan bantuan lainnya.
5. Kebutuhan emosional
Diantara kebutuhan emosional yang terpenting di kalangan para
peserta didik pada umumnya ialah ingin diterima (acceptance),
berteman/mencintai (affection), dan rasa aman (security. Kebutuhan ini
perlu mendapat kepuasan, dan apabila tidak berhasil memberikan
kepuasan atas kebutuhan tersebut maka akan menimbulkan frustasi dan
gangguan mental lainnya. Gejala gangguan mental (maladjustment) di
kalangan para peserta didikmasing-masing berlainan, namun demikian kita
dapat melihat gejala-gejala umum yang menunjukan bahwa seorang
peserta didik sedang mengalami kesulitan memuaskan emosionalnya, tentu
dapat dilihat dari tingkah lakunya sebagai berikut :
a. Tingkah laku pemalu, tidak mau berteman dengan peserta didik lain,
mengasingkan diri.
b. Kelakuan yang sangat agresif seperti berteriak-teriak, mendorong dan
mengganggu peserta didik lain, merusak suasana kelas dengan
perbuatan onar.
c. Tingkah laku submissive seperti tingkah laku meminta-minta, terlalu
bergantung pada orang lain, self depresiasi, dan lain-lain.
d. Gejala sakit somatic, merasa sakit badan yang sebenarnya disebabkan
oleh gangguan mental seperti sakit kepala, sakit kulit, terganggu bicara
dan lain-lain.
Gangguan mental ini sudah tentu disebabkan oleh sesuatu atau
beberapa faktor tertentu, mungkin karena situasi di sekolah. Denga
mengenal kondisi emosional peserta didik, guru dapat memberikan
bimbingan yang diperlukan dan berusaha memelihara sifat-sifat pribadi
yang baik guna menjamin stabilitas emosional mereka.
6
6. Sifat-sifat Kepribadian
Guru perlu mengenali sifat-sifat kepribadian peserta didik agar guru
mudah mengadakan pendekatan pribadidengan mereka. Dengan demikian,
hubunga pribadi menjadi lebih dekat dan akan mendorong pengajaran
lebih efektif. Selain dari itu guru dapat pula menyediakan kegiatan-
kegiatan yang serasi dengan kepribadian mereka dan memlihara sifat-sifat
baik serta sedapat mungkin mengurangi sifat-sifat yang jelek.
4
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit PT. Bumi Aksara, 2008.
Hlm. 101-105.
7
BAB III
MENILAI KEBUTUHAN PESERTA DIDIK
8
membaca Al-Qur’an misalnya, anak-anak dikirim ke pesantren dan
untuk pengetahuan umum anak-anak dikirim ke sekolah.
3. Lambat laun masyarakat semakin bertambah maju. Kemajuan
disebabkan adanya pengaruh-pengaruh dari luar dan perkembangan
berpikir serta bertambahnya pengalaman individu-individu dalam
masyarakat itu. Kehidupan dan penghidupan bertambah banyak
macam ragamnya akibat dari kemajuan ilmu dan teknologi. Sehingga
akibat wajar dari kemajuan itu maka masyarakat memerlukan tenaga-
tenaga yang lebih terdidik, terlatih, lebih berpengalaman dan
dibutuhkan pula bermacam-macam ketrampilan. Oleh karena itu
bertambahnya jenis sekolah sesuai dengan tuntutan kebutuhan
masyarakat, masyarakat kurang puas dengan hanya pendidikan rendah
saja, maka timbullah sekolah yang memberikan pendidikan yang lebih
tinggi, menengah dan seterusnya.
4. Pertambahan penduduk menjadi faktor yang besar pula pengaruhnya.
Pertambahan penduduk di desa-desa telah mendorong orang banyak
pergi ke kota sehingga timbul masalah urbanisasi dan pengangguran.
Salah satu usaha yang harus dikerjakan adalah memperluas
kesempatan belajar bagi para peserta didik agar generasi yang baru itu
dapat diselamatkan dari kebodohan, kemiskinan, dan pengangguran. 5
5
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit PT. Bumi Aksara, 2008.
Hlm. 3-7.
9
1. Analisis Kebutuhan Peserta Didik Menurut Para Ahli
Dalam tahap-tahap perkembangan individu peserta didik, dan satu
aspek yang paling menonjol ialah adanya bermacam ragam kebutuhan
yang yang meminta kepuasan.
Beberapa ahli telah mengadakan analisis tentang jenis-jenis kebutuhan
peserta didik, antara lain :
a. Prescott, mengadakan klarifikasi kebutuhan sebagai berikut.
1) Kebutuhan-kebutuhan fisiologis : bahan-bahan dan keadaan yang
esensial, kegiatan dan istirahat, kegiatan seksual.
2) Kebutuhan-kebutuhan sosial atau status : menerima dan diterima,
dan menyukai orang lain.
3) Kebutuhan-kebutuhan ego atau integrative : kontak dengan
kenyataan; simbolis progresif, menambah kematangan diri sendiri,
keseimbangan antara berhasil dan gagal, menemukan
individualitasnya sendiri.
b. Maslow, menyatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan fisiologi akan
timbul setelah kebutuhan-kebutuhan psikologis terpenuhi. Ia
mengadakan klasifikasi kebutuhan dasar sebagai berikut.
1) Kebutuhan-kebutuhan akan keselamatan (safety needs)_
2) Kebutuhan-kebutuhan memiliki dan mencintai (belongingness and
love needs)
3) Kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan (esteem needs)
4) Kebutuhan-kebutuhan untuk menonjolkan diri (self actualizing
needs)
Maslow yakin, bahwa ada hubungan dalam pemuasan kebutuhan
dan berjalan secara sistematis. Misalnya : setelah kebutuhan lapar
dipenuhi baru timbul kebutuhan senang akan makanan.
Kebutuhan keselamatan timbul setelah kebutuhan fisiologis.
Misalnya tiap orang berusaha menjaga keselamatan dan keamanan
dirinya dari gangguan luar, atau situasi-situasi yang tidak
menyenangkan.
10
Kebutuhan akan penghargaan, ialah keinginan seseorang untuk
penilaian yang baik dari orang lain, ingin dihormati, merasa mampu,
percaya atas kemampuannya menghadapin dunia ini.
Kebutuhan self aktualisasi adalah kebutuhan yang tertinggi, ingin
dianggap orang yang terbaik, ingin menjadi orang ideal, dan lain-lain.
11
Keempat kelompok diatas menjadi acuan dari kompetensi dasar dan harus
dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif.
Menerapkan kompetensi inti merupakan salah satu kebutuhan peserta
didik yakni untuk memenuhi kecakapan peserta didik dalam pengetahuan,
pemahaman, kemahiran (skill), sikap dan minat.
12
dapat dijadikan bahan dalam memperbaiki usahanya, yakni tindakan
belajar mengajar berikutnya. 6
Peserta didik adalah sasaran penilaian yang telah ditetapkan maka
langkah selanjutnya untuk menilai sasaran tersebut adalah menetapkan alat
penilaian yang paling tepat. Pada umumnya alat penilaian atau evaluasi ini
dibedakan menjadi dua jenis, yakni (a) tes, dan (b) non tes
a. Tes ; berupa tes lisan, tulisan dan tindakan.
b. Non tes ; berupa observasi, wawancara, studi kasus dan skala
penilaian.7
6
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit Sinar Baru,
1989. Hlm. 111.
7
Ibid, hlm. 113-114.
13
c. Memberikan pembelajaran remidi (remedial teaching), yakni
mengadakan pembelajarankembali atau pembelajaran ulang secara
khusus bagi para peserta didik yang tertinggal belajarnya.
d. Menyajikan pembelajaran secara konkrit dan actual kepada peserta
didik yang lamban yakni dengan menggunakan berbagai variasi media
dan variasi metode pembelajaran untuk membantu mereka dalam
memahami konsep-konsep pembelajaran.
e. Memberikan layanan bimbingan konseling bagi peserta didik yang
menghadapi kesulitan-kesulitan emosional serta hambatan-hambatan
yang lain.
f.
Memberikan perhatian khusus dan berusaha membangkitkan motivasi
dan kreativitas belajar, misalnya melalui hadiah dan pujian .8
8
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional. Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya,
2008. Hlm. 125-126.
14
depan yang lebih cerah. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan kecerdasan emosi dalam pembelajaran diantaranya
1) Menyediakan lingkungan belajar yang kondusif.
2) Mengembangkan sikap empati dan merasakan apa yang sedang
dirasakan oleh peserta didik.
3) Membantu peserta didik menemukan solusi dalam setiap masalah
yang di hadapinya.
4) Melibatkan peserta didik secara optimal dalam pembelajaran, baik
secara fisik, sosial, maupun emosional.
5) Merespon setiap perilaku peserta didik secara positif dan
menghindari respon yang negative.
6) Menjadi teladan dalam menegakkan aturan dan disiplin dalam
pembelajaran.
b. Mengembangkan Kreativitas
Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah untuk
mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui
berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Hal-hal yang dapat
menciptakan suasana belajar yang efektif dan kreatif diantaranya :
1) Dikembangkannya rasa percaya diri pada peserta didik dan tidak
ada perasaan takut gagal
2) Diberi kesempatan untuk berkomunikasi ilmiah secara bebas dan
terarah
3) Dilibatkan dalam menentukan tujuan dan evaluasi belajar
4) Diberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter,
serta
5) Dilibatkan secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran
secara keseluruhan
15
kesemuanya itu berpengaruh terhadap kebiasaannya dalam mengikuti
pembelajaran dan berperilaku di sekolah. Kebiasaan tersebut masih
banyak yang tidak menunjang bahkan menghambat pembelajaran.
Dengan kata lain masih banyak peserta didik yang tidak disiplin.
Kondisi tersebut menuntut guru untuk senantiasa mendisiplinkan
peserta didik agar dapat mendongkrak kualitas pembelajaran dan
kedisiplinan ini pun merupakan kebutuhan peserta didik. Adapun
langkah yang bisa dilakukan diantaranya menggunakan pelaksanaan
aturan sebagai alat untuk menegakkan kedisiplinan.9
9
Ibid, hlm. 161-171
10
Rudi Susilana, Media Pembelajaran. Bandung: Penerbit CV. Wacana Prima, 2008.
Hlm. 1-2.
16
a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan indera.
c. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid
dengan sumber belajar.
d. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan
kemampuan visual, auditori dan kinestiknya.
e. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan
menimbulkan persepsi yang sama.
Dalam kaitannya dengan fungsi media pembelajaran, dapat ditekankan
beberapa hal berikut ini diantaranya :
a. Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan suatu fungsi
tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk
mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif.
b. Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan
proses pembelajaran. Hal ini mengandung pengertian bahwa media
pembelajaransebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri
tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka
menciptakan situasi belajar yang diharapkan.
c. Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan
kompetensi yang ingin dicapai dan isi pembelajaran itu sendiri. Fungsi
ini mengandung makna bahwa penggunaan media dalam pembelajaran
harus selalu melihat kepada kompetensi dan bahan ajar.
d. Media pembelajaran bukan berfungsi sebagai alat hiburan, dengan
demikian tidak diperkenan menggunakannya hanya sekedar untuk
permainan.
e. Media pembelajaran bisa berfungsi untuk mempercepat proses belajar
f. Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar.
17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Peserta didik adalah salah satu komponen dalam pengajaran, di samping
faktor guru, tujuan dan metode pengajaran. Sebagai salah satu komponen
maka dapat dikatakan bahwa peserta didik adalah komponen yang
terpenting diantara komponen lainnya. Istilah Peserta didik pun digunakan
sebagai orang yang menempuh jenjang pendidikan tertentu. Mengenal
tujuan peserta didik mengandung konsekuensi agar guru dapat membantu
pertumbuhan dan perkembangan secara efektif, memahami peserta didik
dengan seksama, agar guru dapat menentukan bahan-bahan yang akan
diberikan, prosedur mengajar yang serasi, juga mengadakan diagnosis atas
kesulitan.
2. Diantara macam-macam kebutuhan peserta didik diantaranya ; Menurut
Prescott, a) Kebutuhan-kebutuhan fisiologis, b) Kebutuhan-kebutuhan
sosial atau status, c) Kebutuhan-kebutuhan ego atau integrative. Menurut
Maslow, menyatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan fisiologi akan timbul
setelah kebutuhan-kebutuhan psikologis terpenuhi. Yaitu a) Kebutuhan-
kebutuhan akan keselamatan (safety needs), b) Kebutuhan-kebutuhan
memiliki dan mencintai (belongingness and love needs), c) Kebutuhan-
kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), d) Kebutuhan-kebutuhan
untuk menonjolkan diri (self actualizing needs). Dari sisi lain peserta didik
juga membutuhkan kebutuhan dalam menerapkan kompetensi inti dan
membutuhkan kebutuhan dalam mengevaluasi peserta didik.
3. Secara fundamental sekolah berfungsi untuk memberikan bekal
pengetahuan, keterampilan serta kemampuan yang dibutuhkan siswa agar
dapat memiliki modal di masa depan secara utuh serta tersalurkannya
bakat dan potensi diri yang dimiliki oleh peserta didik. Adapun fungsi
sekolah sebagai pemuas kebutuhan peserta didik diantaranya a)
Membimbing Keberhasilan Peserta Didik, b) Mendongkrak Kualitas
Pembelajaran Peserta Didik, dan c) Mengefektifkan Sarana, Fasilitas, dan
Lingkungan Pendidikan
18
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar, 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit PT. Bumi
Aksara.
Mulyasa, E, 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Penerbit PT. Remaja
Rosdakarya
Sudjana, Nana, 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Penerbit
Sinar Baru.
Susilana, Rudi, 2008. Media Pembelajaran, Bandung: Penerbit CV Wacana
Prima.
19