Anda di halaman 1dari 8

KEGIATAN BELAJAR 4: REKONSILIASI FISKAL

A. URAIAN MATERI
1. Latar belakang RekonsiliasiFiskal
Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh wajib pajak karena terdapat perbedaan penghitungan,
khususnya laba menurut akuntansi (komersial) dengan laba menurut perpajakan (fiskal). Laporan
keuangan komersial atau bisnis ditujukan untuk menilai kinerja ekonomi dan keadaan finansial
dari sektor swasta, sedangkan laporan keuangan fiskal lebih digunakan untuk menghitung pajak.
Untukkepentingankomersialataubisnis,laporankeuangandisusunberdasarkanprinsipakuntansi
yang berlaku umum, yaitu standar akuntansi keuangan (SAK), sedangkan untuk kepentingan
fiskal, laporan keuangan disusun berdasarkan peraturan perpajakan atau UU Pajak Penghasilan,
disingkat UU PPh1(Resmi,2017).
Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh wajib pajak yang menyelenggarakan pembukuan.
Berdasarkan Undang-Undang KUP pasal 28 ayat (1), wajib pajak orang pribadi yang melakukan
usaha atau pekerjaan bebas dan semua wajib pajak badan wajib menyelenggarakan pembukuan,
kecuali wajib pajak orang pribadi tersebut diperbolehkan menghitung penghasilan neto
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN). Berdasarkan Pasal 14 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 2009, wajib pajak
orangpribadiyangbolehmenggunakanNPPNadalahyangomzetnyatidakmelebihiRp4,8milyar
setahun.
Tidaksemuawajibpajakmampumenyelenggarakanpembukuan.Halinidiakomodasioleh
undang-undang. Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang Pajak Penghasilan menyatakan bahwa Wajib
Pajakorangpribadiyangmelakukankegiatanusahaataupekerjaanbebasyangperedaranbrutonya
dalam satu tahun kurang dari Rp4.800.000.000 boleh menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN), dengan syarat memberitahukan
kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu tiga bulan pertama dari tahun pajak yang
bersangkutan.JikadalamjangkawaktutigabulantersebuttidakmemberitahukankepadaDirektur
Jenderal Pajak, wajib pajak tersebut dianggap memilih menyelenggarakan pembukuan. Wajib
Pajak yang menghitung penghasilan netonya dengan menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto wajib menyelenggarakan pencatatan (Resmi,2017).

1
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

1
Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 yang mulai berlaku
tanggal1Juli2013,wajibpajakorangpribadidanbadanyangmelakukanusahadenganperedaran bruto
tidak lebih Rp 4,8 milyar setahun, dikenakan Pajak Penghasilan final sebesar 1% dari
peredaranusahasetiapbulan,kecualipenghasilandariusahasehubungandenganpekerjaanbebas.
Dengandemikian,sejaktanggal1Juli2013,yangdapatmenggunakanNPPNadalahorangpribadi yang
melakukan pekerjaan bebas dengan peredaran usaha tidak lebih dari Rp 4,8 milyar setahun.
Perbedaan kedua dasar penyusunan laporan keuangan tersebut mengakibatkan perbedaan
penghitungan laba (rugi) suatu entitas (wajib pajak). Pertanyaan yang kemudian harus dijawab
adalahapakahsuatuentitasharusmelakukanpembukuanuntukmemenuhikeduatujuantersebut? Jika
suatu entitas (wajib pajak) harus menyusun dua laporan keuangan yang berbeda maka di samping
terdapat pemborosan waktu, tenaga, dan uang juga akan terjadi tidak tercapainya tujuan
menghindarimanipulasipajak.Dalammengatasimasalahtersebut,pendekatandalampenyusunan
laporan keuangan fiskal biasanya adalah sebagaiberikut:
1. Laporan keuangan fiskal disusun secara beriringan dengan laporan keuangan komersial,
artinya meskipun laporan keuangan komersial disusun berdasarkan prinsip akuntansi
bisnis, tapi ketentuan perpajakan sangat dominan dalam mendasari proses penyusunan
laporankeuangan
2. Laporan keuangan fiskal ekstrakomtabel dengan laporan keuangan bisnis, artinya laporan
keuangan fiskal merupakan produk tambahn di luar laporan keuangan bisnis. Laporan
keuangan fiskal disusun secara terpisah di luar pembukuan (ekstrakomtabel) melalui
penyesuaian atau prosesrekonsiliasi.
3. Laporan keuangan fiskal disusun dengan menyisipkan ketentuan-ketentuan pajak dalam
laporan keuangan bisnis, artinya pembukuan yang diselenggarakan perusahaandidasarkan
padaprinsipakuntansibisnis,tetapijikaadaketentuanperpajakanyangtidaksesuaidengan
prinsip akuntansi bisnis maka yang diprioritaskan adalah ketentuanperpajakan.

Dalam rangka menjembatani perbedaan tujuan kepentingan laporan keuangan komersial


denganfiskalsertatercapainyaefisiensimakalebihdimungkinkanuntukmenerapkanpendekatan yang
kedua. Perusahaan hanya menyelenggarakan pembukuan menurut akuntansi komersial, tetapi
apabila akan menyusun laporan keuangan fiskal, barulah menyusun rekonsiliasi terhadap laporan
tersebut (Resmi,2017).

2
2. Penyebab Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dan Laporan KeuanganFiskal
Penyebab perbedaan laporan keuangan komersial dan fiskal adalah karena terdapat
perbedaan prinsip akuntansi, perbedaan metode dan prosedur akuntansi, perbedaan pengakuan
penghasilan dan biaya, serta perbedaan perlakuan penghasilan dan biaya.
1. Perbedaan prinsipakuntansi
Beberapaprinsipakuntansiyangberlakuumumdalamduniabisnisdanprofesi,tetapitidak diakui
dalam fiskal,meliputi:
a. Prinsip konservatisme. Penilaian sediaan akhir berdasarkan metode “terendah
antara harga pokok dan nilai realisasi bersih” dan penilaian piutang dengan nilai
taksiran realisasi bersih, diakui dalam akuntansi komersial, tapi tidak diakuidalam
fiskal.
b. Prinsip harga perolehan (cost). Dalam akuntansi komersial, penentuan harga
perolehan untuk barang yang diproduksi sendiri boleh memasukkan unsur biaya
tenaga kerja yang berupa natura. Dalam fiskal, pengeluaran dalam bentuk natura
tidak diakui sebagai pengurangbiaya.
c. Prinsippendanaan(matching)biaya-manfaat.Akuntansikomersialmengakuibiaya
penyusutan pada saat aset tersebut menghasilkan. Dalam fiskal, penyusutan dapat
dimulai sebelum menghasilkan seperti alat-alatpertanian.
2. Perbedaan Metode dan ProsedurAkuntansi
a. Metode penilaian sediaan. Akuntansi komersial membolehkan beberapa metode
penghitungan/penentuan harga perolehan sediaan. Dalam fiskal hanya
membolehkan dua metode, yaitu rata-rata (average) dan masuk pertema keluar
pertama (FIFO).
b. Metode penyusutan dan amortisasi. Akuntansi membolehkan memilih beberapa
motode penyusutan. Dalam fiskal, pemilihan metode penyusutan lebih terbatas,
antara lain metode garis lurus (straight line method) dan saldo menurun (declining
balance method). Disamping metodenya, termasuk yang membedakan umur
ekonomisataumasamanfaatdiaturdanditetapkanberdasarkanKeputusanMenteri
Keuangan. Koreksi fiskal tidak memperbolehkan memperhitungkan nilai residu
dalam menghitungpenyusutan.

3
c. Metode penghapusan piutang. Dalam fiskal, penghapusan piutang dilakukan pada
saat piutang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat-syarat tertentu yang
diatur dalam peraturanperpajakan.
3. Perbedaan Perlakuan dan Pengakuan Penghasilan danBiaya
a. Penghasilan tertentu diakui dalam akuntansi komersial, tetapi bukan merupakan
Objek Pajak Penghasilan. Dalam rekonsiliasi fiskal, penghasilan tersebut harus
dikeluarkan dari total Penghasilan Kena Pajak (PKP) atau dikurangkan dari laba
menurut akuntansikomersial.
b. Penghasilan tertentu diakui dalam akuntansi komersial, tetapi pengenaan pajaknya
bersifatfinal.Dalamrekonsiliasifiskal,penghasilantersebutharusdikeluarkandari
total PKP atau dikurangkan dari laba menurut akuntansikomersial.
c. Penyebab perbedaan lain yang berasal dari penghasilanadalah:
i. Kerugian suatu usaha di luarnegeri.
ii. Kerugian usaha dalam negeri tahun-tahunsebelumnya.
iii. Imbalan dengan jumlah yang melebihi kewajaran.
d. Dalamrekonsiliasifiskal,pengeluaranataubiayatersebutharusditambahkanpada
penghasilan neto menurut akuntansi (Pasal 9 ayat 1 UUPPh).

3. Beda Tetap dan BedaWaktu


Perbedaan penghasilan dan biaya/pengeluaran menurut akuntansi dan menurut fiskal dapat
dikelompokkan menjadi perbedaan tetap atau perbedaan permanen dan perbedaan sementara atau
perbedaan waktu.
1. PerbendaanTetap
Perbedaan tetap terjadi karena transaksi-transaksi pendapatan dan biaya diakui menurut
akuntansi komersial dan tidak diakui menurut fiskal. Perbedaan tetap mengakibatkan laba (rugi)
bersih menurut akuntansi berbeda (secara tetap) dengan penghasilan (laba) kena pajak menurut
fiskal. Contoh perbedaan tetap adalah:
a. Penghasilan yang pajaknya bersifat final, seperti bunga bank, dividen, sewa tanah dan
bangunan, dan penghasilan lain sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (2) UUPPh.

4
b. Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak, seperti dividen yang diterima oleh PT,
Koperasi, BUMN/BUMD, bunga yang diterima oleh perusahaan reksadana, dan
penghasilan lain sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (3) UUPPh.
c. Biaya/pengeluaranyangtidakdiperbolehkansebagaipengurangpenghasilanbruto,seperti
pembayaran imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan, sumbangan,
biaya/pengeluaran untuk kepentingan pribadi pemilik, cadangan atau penumpukan dana
cadangan, pajak penghasilan, dan biaya atau pengurang lain yang tidak diperbolehkan
(non-deductible expenses) menurut fiskal sesuai Pasal 9 ayat (1) UUPPh.
2. Perbedaanwaktu
Perbedaan waktu terjadi karena perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan biaya dalam
menghitung laba. Suatu biaya atau penghasilan telah diakui menurut akuntansi komersial dan
belumdiakuimenurutfiskalatausebaliknya.Perbedaaninibersifatsementarakarenaakantertutup pada
periode sesudahnya. Contoh perbedaan ini antara lain: pengakuan piutang tak tertagih,
penyusutan harta berwujud, amortisasi harta tak berwujud atau hak, penilaian sediaan, dan lain-
lain.

4. Teknik RekonsiliasiFiskal
Teknik rekonsiliasi fiskal dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Jika suatu penghasilan diakui menurut akuntansi, tetapi tidak diakui menurut fiskal, maka
rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan sejumlah penghasilan tersebut dari
penghasilan menurut akuntansi, yang berarti mengurangi laba menurutfiskal.
2. Jika suatu penghasilan tidak diakui menurut akuntansi, tetapi diakui menurut fiskal, maka
rekonsiliasi dilakukan dengan menambahkan sejumlah penghasilan tersebut pada
penghasilan menurut akuntansi, yang berarti menambah laba menurutfiskal.
3. Jika suatu biaya/pengeluaran diakui menurut akuntansi, tetapi tidak diakui sebagai
pengurang penghasilan bruto meurut fiskal, maka rekonsiliasi dilakukan dengan
mengurangkan sejumlah biaya/pengeluaran tersebut dari biaya menurut akuntansi, yang
berarti menambah laba menurutfiskal.
4. Jika suatu biaya/pengeluaran tidak diakui menurut akuntansi, tetapi diakui sebagai
pengurang penghasilan bruto menurut fiskal, maka rekonsiliasi dilakukandengan

5
menambahkan sejumlah biaya/pengeluaran tersebut pada biaya menurut akuntansi, yang
berarti mengurangi laba menurut fiskal.

Perbedaan dimasukkan sebagai koreksi fiskal positif apabila:


1. Pendapatan menurut fiskal lebih besar daripada menurut akuntansi atau suatu penghasilan
diakui menurut fiskal, tetapi tidak diakui menurutakuntansi.
2. Biaya/pengeluaran menurut fiskal lebih kecil daripada menurut akuntansi atau suatu
biaya/pengeluaran tidak diakui menurut fiskal, tetapi diakui menurutakuntansi.

Perbedaan dimasukkan sebagai koreksi fiskal negatif apabila:


1. Pendapatan menurut fiskal lebih kecil daripada menurut akuntansi atau suatu penghasilan
tidak diakui menurut fiskal (bukan objek pajak), tetapi diakui menurutakuntansi.
2. Biaya/pengeluaran menurut fiskal lebih besar daripada menurut akuntansi atau suatu
biaya/pengeluaran diakui menurut fiskal, tetapi tidak diakui menurutakuntansi.
3. Suatu pendapatan telah dikenakan pajak penghasilan bersifatfinal.

Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh wajib pajak badan dan wajib pajak orang pribadi yang
wajib menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan pendekatan akuntansi (komersial).
RekonsiliasifiskaldilakukanuntukmempermudahpengisianSuratPemberitahuan(SPT)Tahunan
PPhdanmenyusunlaporankeuanganfiskalsebagailampiranSPTTahunanPPh.Rekonsiliasiyang
dibahas dalam modul ini hanya dibatasi pada rekonsiliasi laporan labarugi.

B. RANGKUMAN
Laporan keuangan yang disusun perusahaan biasanya harus disesuaikan dengan peraturan
fiskal ketika laporan keuangan tersebut dijadikan sebagai dasar untuk membuat SPT PPh yang
disampaikan ke kantor pajak. Hal ini disebabkan laporan keuangan perusahaan mengacu pada
standar akuntansi keuangan (SAK), yang tidak selalu sesuai dengan ketentuan perpajakan. Secara
umum,rekonsiliasifiskaldilakukanolehwajibpajak(WP)karenaterdapatperbedaanperhitungan
antaralaba menurutkomersialatauakuntansidenganlabamenurutperpajakan.Laporankeuangan
komersial ditujukan untuk menilai kinerja ekonomi dan keadaan finansial dari sektor swasta,
sedangkanlaporankeuanganfiskallebihditujukanuntukmenghitungpajak.Perbedaanlaporan

6
keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal berdasarkan pembebanannya dapat
dibedakan dua macam, yaitu beda tetap dan beda waktu.
Beda tetap merupakan perbedaan pengakuan baik penghasilan maupun biaya antara
akuntansi komersial dengan ketentuan Undang-undang PPh yang sifatnya permanen artinya
koreksifiskalyangdilakukantidakakandiperhitungkandenganlabakenapajak.Contohnyaantara lain
sumbangan, entertain (tanpa daftar nominatif), pengeluaran yang tidak ada kaitannya dengan
kegiatan perusahaan dan penghasilan bungadeposito.
Beda waktu merupakan perbedaan pengakuan baik penghasilan maupun biaya antara
akuntansi komersial dengan ketentuan Undang-undang PPh yang sifatnya sementara artinya
koreksi fiskal yang dilakukan akan diperhitungkan dengan laba kena pajak. Contohnya: biaya
penyusutan, biaya sewa dan pendapatan laba selisih kurs.
Dengandemikian,rekonsiliasifiskaldapatdiartikansebagaiusahamencocokanperbedaan
yang terdapat dalam laporan keuangan komersial dengan perbedaan yang terdapat dalam laporan
keuangan fiskal yang disusun berdasarkan UUperpajakan.
Koreksi fiskal adalah koreksi perhitungan pajak yang diakibatkan oleh adanya perbedaan
pengakuan metode, manfaat, dan umur, dalam menghitung laba secara komersial atau dengan
secara fiskal. Koreksi fiskal dibedakan menjadi dua jenis, yaitu koreksi fiskal positif dan koreksi
fiskal negatif. Koreksi fiskal positif akan menyebabkan laba kena pajak akan bertambah,
sedangkan koreksi negatif akan menyebabkan laba kena pajak berkurang.
Dengan demikian, untuk keperluan perpajakan wajib pajak tidak perlu membuat
pembukuan ganda, melainkan cukup membuat satu pembukuan berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK), dan pada waktu mengisi SPT Tahunan PPh terlebih dahulu harus dilakukan
koreksi-koreksi fiskal. Teknik rekonsiliasi fiskal dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Jika suatu penghasilan diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui menurut fiskal,
rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan sejumlah penghasilan tersebut dari
penghasilan menurut akuntansi, yang berarti mengurangi laba menurutakuntansi.
2. Jika suatu penghasilan tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui menurut
fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan menambahkan sejumlah penghasilan tersebut pada
penghasilan menurut akuntansi, yang berarti menambah laba menurutakuntansi.
3. Jika suatu biaya atau pengeluaran diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui sebagai
pengurangpenghasilanbrutomenurutfiskal,rekonsiliasidilakukandenganmengurangkan

7
sejumlah biaya atau pengeluaran tersebut dari biaya menurut akuntansi, yang berarti
menambah laba menurut akuntansi.
4. Jika suatu biaya atau pengeluaran tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui sebagai
pengurangpenghasilanbrutomenurutfiskal,rekonsiliasidilakukandenganmenambahkan
sejumlah biaya atau pengeluaran teersebut pada biaya menurut akuntansi yang berarti
mengurangi laba menurutakuntansi.
Koreksi fiskal sangat erat kaitannya dengan persiapan dan penghitungan pajak terutang
selamasatutahun,terutamabagiwajibpajakbadan,danjugabagiwajibpajakorangpribadiyang
melakukanpembayaran.Karenaitupemahamanatasrekonsiliasifiskalinisangatpentingterutama
untuk memudahkan dalam pengisian SPT PPh Badan yang jatuh tempo setiap tanggal 30 April
dan SPT PPh Orang Pribadi yang jatuh tempo setiap tanggal 31Maret.

Anda mungkin juga menyukai