Anda di halaman 1dari 11

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Struktur makhluk hidup merupakan struktur kompleks yang terdiri dari

sel-sel dan jaringan yang kemudian membentuk organ dan sistem organ. Sel

dan jaringan merupakan struktur mikroskopis yang merupakan struktur

anatomi dan hanya dapat diamati menggunakan bantuan mikroskop.

Pengamatan sel dan jaringan dapat dilakukan melalui salah satu ilmu biologi

yaitu mikroteknik. Metode yang dilakukan tergantung dari sediaan yang akan

diamati. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah metode pewarnaan

supravital.

Pewarnaan supravital adalah metode pewarnaan yang digunakan

dalam mikroskop untuk memeriksa sel-sel hidup yang telah dikeluarkan dari

suatu organisme. Ini berbeda dari pewarnaan intravital, yang dilakukan dengan

menyuntikkan atau memasukkan noda ke dalam tubuh. Karenanya, pewarnaan

supravital mungkin memiliki toksisitas yang lebih besar, karena hanya

beberapa sel yang perlu bertahan sebentar. Istilah " pewarnaan vital "

digunakan oleh beberapa penulis untuk merujuk secara khusus pada

pewarnaan intravital, dan oleh yang lain secara bergantian dengan pewarnaan

supravital, konsep intinya adalah bahwa sel yang diperiksa masih

hidup. Ketika sel-sel masih hidup dan tidak melekat, di luar tubuh, noda

supravital bersifat sementara.

Jaringan yang dapat diamati melalui metode pewarnaan supravital adalah

jaringan epitel, dan biasanya teknik ini banyak digunakan untuk mengamati
jaringan mukosa mulut. Metode pewarnaan supravital adalah salah satu

metode yang sangat penting dalam ilmu biologi, mengingat masih banyak

mahasiswa biologi yang belum mengetahui metode ini. Berdasarkan uraian di

atas maka dilakukan praktikum yang berjudul pewarnaan supravital.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana cara membuat

preparat utuh dari embrio ayam?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah untuk mengetahui

cara membuat preparat utuh dari embrio ayam.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang diproleh pada praktikum ini adalah dapat mengetahui cara

membuat preparat utuh dari embrio ayam.


II.TINJAUAN PUSTAKA

A. Mukosa Mulut

Mukosa rongga mulut adalah jaringan yang melapisi rongga mulut,

terdiri dari dua bagian yaitu epitel dan lamina propia. Lamina propia

mengandung serabut kolagen, serabut elastik, retikulin, dan jaringan

penghubung. Lapisan di bawah lamina propia adalah lapisan submukosa, yang

merupakan jaringan ikat kendor yang mengandung lemak, pembuluh darah,

limfe, dan saraf. Epitel rongga mulut tersusun dari sel squamous bertingkat,

mirip dengan epitel squamous bertingkat yang ditemukan di bagian tubuh lain,

yaitu memiliki aktivitas turn over yang dimulai dari sel basalis. Turn over atau

indeks maturasi adalah perbandingan antara sel basal-parabasal, sel

intermediet, dan sel superfisial. Sel basalis yang matur akan berdiferensiasi

menjadi sel intermediet, kemudian akan berdiferensiasi lagi menjadi sel

superfisial. Sel superfisial adalah lapisan terluar dari epitel dan yang paling

mudah terlepas dari permukaan. Ketebalan mukosa bukal mencapai 40-50

lapisan sel, yaitu sekitar 500-800 μm (Santoso, 2013).

B. Jaringan Epitel

Jaringan adalah kumpulan dari sel-sel sejenis atau berlainan jenis

termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem

tertentu. Tubuh mamalia hanya tersusun oleh 4 jenis jaringan yaitu jaringan

epitel, penyambung/pengikat, otot dan saraf. Tubuh jaringan ini tidak terdapat

dalam satuan-satuan yang tersendiri tetapi saling bersambungan satu dengan


yang lain dalam perbandingan yang berbeda-beda menyusun suatu organ dan

sistem tubuh (Harjana, 2011).

Jaringan epitel memiliki beberapa jenis, salah satunya adalah Epitel

berlapis gepeng pada epidermis. Tersusun oleh banyak lapis sel yang disebut

keratinosit. Sel-sel ini secara tetap diperbarui melalui mitosis sel-sel dalam

lapis basal yang secara berangsur digeser ke permukaan epitel. Selama

perjalanan-nya, sel-sel ini berdiferensiasi, membesar, dan mengumpulkan

filamen keratin dalam sitoplasmanya. Mendekati permukaan, sel-sel ini mati

dan secara tetap dilepaskan (terkelupas). Waktu yang dibutuhkan untuk

mencapai permukaan adalah 20 sampai 30 hari. Modifikasi struktur selama

perjalanan ini disebut sitomorfosis dari sel-sel epider-mis. Bentuknya yang

berubah pada tingkat berbeda dalam epitel memungkinkan pembagian dalam

potongan histologik tegak lurus terhadap permukaan kulit (Kalangi, 2013).\

C. Preparat Supravital

Metode supravital merupakan suatu metode untuk mendapatkan sediaan

dari sel atau jaringan yang hidup. Zat warna yang biasa dipakai untuk

pewarnaan supravital adalah janus green, neutral red, methylene blue, dengan

kosentrasi tertentu. Preparat supravital merupakan preparat yang bersifat

sementara sehingga harus segera diamati dengan mikroskop setelah

pembuatan preparat tersebut selesai (Dafrosa, 2014).


D. Langkah Metode Supravital

Keutuhan akrosom (KA) diamati dengan metode supravital triple

staining technique bedasarkan. Sampel mani yang akan diuji ditambah larutan

PBS, kemudian diendapkan selama 4 jam, setelah proses pengendapan,

endapan yang diperoleh diambil dengan menggunakan pipet pasteur,

selanjutnya ditambah larutan trypan blue 2 % dalam PBS dan diinkubasi

selama 15 menit pada temperatur 38 oC, setelah diinkubasi, dari sediaan dibuat

preparat ulas, amati dengan mikroskop fase kontras pada pembesaran 10 x

100. Penilaian keutuhan akrosom dilakukan terhadap sperma dengan akrosom

utuh dan hidup, total sperma yang diamati dari setiap sampel, paling sedikit

200 sel sperma (Taofik, 2012).


III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari rabu, 2 Oktober 2019 pukul 13.00-

selesi WITA, bertempat di Laboratorium Biologi Unit Zoologi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Bahan dan kegunaan


No. Bahan Kegunaan
1 2 3
1. Alcohol 70% Untuk membersihkan alat
2. Kapas Untuk membersihkan
3. Larutan pewarna (janus Sebagai pewarna sediaan bahan
green 0,05 % dan
neutral 0,05 %)

C. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat dan kegunaan


No. Alat kegunaan
1 2 3
1. Skapel Sebagai alat bedah
2. Kaca benda Tempat meletakkan objek yang akan diamati
3. Kaca penutup Untuk menutup kaca objek
4. mikroskop Untuk mengamati

D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Bersihkan skapel yang tumpul dengan alcohol 70%.


2. Dengan skapel tersebut keruklah selaput lender mulut pada bagian dalam

sebelah pipi.

3. Teteskan selaput lender mulut tersebut di atas kaca benda yang bersih,

kemudian teteskan larutan pewarna yang telah disiapkan.


B. Pembahasan

Metode supravital merupakan suatu metode untuk mendapatkan

sediaan dari sel atau jaringan yang hidup. Zat warna yang biasa dipakai

untuk pewarnaan supravital adalah janus green, neutral red, methylene blue,

dengan kosentrasi tertentu. Preparat supravital merupakan preparat yang

bersifat sementara sehingga harus segera diamati dengan mikroskop

setelah pembuatan preparat tersebut selesai. Praktikum ini dilakukan

menggunakan sediaan sel epitel dari mukosa mulut.

Sel-sel epitel mukosa mulut terdiri dari empat lapisan berturut-turut

dari yang paling dalam ke permukaan yaitu lapisan

germinativum/basalis, lapisan spinosum, lapisan granulosum dan lapisan

corneum. Stratum basalis terdiri dari selapis sel berbentuk kubusyang

berbatasan dengan lamina propia dan mengandung sel-sel induk yang secara

kontinyu bermitosis dan anak selnya dikirimkan ke lapisan yang lebih

superfisial. Stratum spinosum terdiri dari beberapa lapis sel berbentuk bulat

atau oval dan mempunyai karakteristik sel yang mulai matang. Stratum

granulosum terdiri dari beberapa lapis sel yang lebih gepeng dan lebih matang

dari stratum spinosum dan mengandung banyak granula keratohyalin

yang merupakan bakal sel keratin.

Hasil pengamatan terlihat pada preparat terdapat Pengamatan dibawah

mikroskop sel-sel epitel terwarna biru agak keunguan. Nukleus sel epitel

terwarna lebih kuat menjadi lebih biru karena nukleus bersifat asam akan

terwarna oleh pewarna basa yaitu methylene blue. Saat pengamatan sel
masih dalam bentuk asalnya, tidak terjadi plasmolisis atau krenasi karena

menggunakan zat warna netral yaitu pada kosentrasi setara dengan

kosentrasi cairan tubuh 0,9% larutan. Didalam preparat masih terdapat

kotoran hal ini diduga berasal dari kotoran yang ada di dalam mulut

yang ikut terambil saat pengambilan epitelium mukosa menggun akan tangkai

skapel. Inti di selimuti oleh cairan yang disebut sitoplasma, dimana terlihat

pada preparat berwarna biru muda, dan sel tersebut dilindungi oleh dinding sel,

terdapat juga sel epitel.


V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum ini adalah mengamati bagian-bagian sel tubuh

dapat dilakukan dengan tanpa mematikan sel-sel dengan menggunakan

pewarnaan supravital, dimana sel-sel diambil dari mukosa mulut dengan tanpa

merusak sel-selnya. Caranya dengan mengeruk mukosa mulut menggunakan

skapel lalu kmudian diberikan larutan berdasarkan prosedur kerja, kemudian

diamati menggunakan mikroskop.

B. Saran

Saran yang dapat saya ajukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk laboratorium agar jumlah mikroskop ditambah sehingga praktikan

dapat smua mengamati preparatnya.

2. Untuk asisten pembimbing agar adapat menjelaskan materi praktikum lebih

jelas lagi.

3. Untuk praktikan agar dapat melakukan praktikum dengan baik sehingga

diproleh hasil yang maksimal.


DAFTAR PUSTAKA

Dafrosa, L., 2014, Pembuatan Preparat Supravital Epitelium Mukosa Mulut,


Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Semarang

Harjana, T., 2011, Histologi, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta

Kalangi, S.J.R., 2013, Histofisiologi Kulit, Jurnal Biomedik (JBM), 5( 3): 12-14

Rahmawati, A., Tofrizal, Yenita, Siti, N., 2018, Gambaran Sitologi Eksfoliatif
pada Apusan Mukosa Mulut Murid SD Negeri 13 Sungai Buluh Batang
Anai Padang Pariaman, Jurnal Kesehatan Andalas, 7(2): 246-247

Taofik, A., 2012, Hubungan Antara Karakteristik Sperma dalam Mani Beku
dengan Keberhasilan Inseminasi Buatan pada Sapi Perah Frissian
Holstein, Jurnal Edisi Juli, 6 (1-2): 166-167

Anda mungkin juga menyukai