Anda di halaman 1dari 4

KERANGKA ACUAN KEGIATAN/TERM OF REFERENCE

KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN LAINYA TERMASUK LOKAL SPESIFIK


PUSKESMAS ARAS KABU TAHUN 2020

Urusan : Wajib kesehatan


Unit Organisasi : Puskesmas Aras Kabu
Lokasi Kegiatan : Desa.
Sasaran Program : KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN LAINYA TERMASUK
LOKAL SPESIFIK.
Indikator Kinerja Program : Pelayanan Kesehatan lainya termasuk lokal Spesifik
Meningkat.
Kegiatan : Pelayanan Kesehatan lainya termasuk lokal Spesifik.
Sasaran Kegiatan : Seluruh Masyarakat.
Indikator Kinerja Kegiatan : Angka Cakupan Pelayanan Kesehatan lainya termasuk lokal
Spesifik Meningkat
Keluaran (output) : Terlaksananya Pelayanan Kesehatan lainya termasuk lokal
Spesifik.
Indikator Keluaran (output) : Jumlah Masyarakat Yang Mendapatkan Pelayanan Kesehatan
lainya termasuk lokal Spesifik.

A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
1. Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 29 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Mata di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 61 Tahun 2016 tentang Pelayanan Kesehatan
Tradisional.

.B. Gambaran Umum Kegiatan.

Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer adalah penerapan kesehatan


tradisional yang memanfaatkan ilmu biomedis dan biokultural dalam penjelasannya serta manfaat
dan keamanannya terbukti secara ilmiah. Pengobatan tradisional merupakan salah satu upaya
pengobatan dan/atau perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran dan/atau ilmu keperawatan, yang
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan.
Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun, berdasarkan
resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic
maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang
bermanfaat bagi kesehan, dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau
masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan
karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkab efek samping, karena masih bisa
dicerna oleh tubuh.
Beberapa perusahaan mengolah obat-obatan tradisional yang dimodifikasi lebih lanjut. Bagian
dari Obat tradisional yang bisa dimanfaatkan adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga.
Bentuk obat tradisional yang banyak dijual dipasar dalam bentuk kapsul, serbuk, cair, simplisia dan
tablet.
Selain Pelayanan Kesehatan Komplementer ,Pelayanan Kesehatan Indra Juga Termasuk Dalam
Pelayanan Kesehatan lainya Termasuk Lokal Spesifik.Indera penglihatan sangat menentukan kualitas
sumber daya manusia, karena 83 % informasi sehari-hari masuknya melalui jalur penglihatan,
melalui pendengaran 11 %, penciuman 3,5 %, peraba 1,5 %, dan pengecap 1,0 %.
Dari hasil survey Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-1996 yang
dilakukan di 8 Provinsi menunjukkan bahwa prevalensi kebutaan di Indonesia 1,5 %. Menurut WHO
prevalensi kebutaan yang melebihi 1 % bukan hanya masalah medis saja tetapi sudah merupakan
maslah social yang petlu ditangani secara lintas program dan lintas sector. Penyebab utama kebutaan
adalah katarak (0,78%), glaucoma (0,20%), kelainan refraksi (0,14%), dan penyakit-penyakit lain
yang berhubungan dengan usia lanjut (0,38%).
Dalam rangka menurunkan angka kebutaan ini, WHO telah mencanangkan program Vision 2020:
The Right to Sight pada tanggal 30 September 1999, yang kemudian ditindaklanjuti dengan
pencanangan Vision 2020: The Right to Sight di Indonesia pada tanggal 15 Februari 2000 oleh Ibu
Megawati Soekarnoputri. Dalam sidang world Health Assembly ke 59 di Geneva, dan pada Mei 2006
dibahas berbagai isu penting diantaranya pemberantasan kebutaan yang masih menjadi masalah
dunia, dengan penyebab terbanyak adalah katarak dan trachoma. Di Indonesia xeroftalmia masih
menjadi penyebab kebutaan yang disebabkan kekurangan vitamin A.
Sebagai tindak lanjut atas pencanangan Vision 2020 ini Departemen Kesehatan telah menyusun
kebijakan-kebijakan di bidang Kesehatan Indera Penglihatan yaitu: Rencana Strategi Nasional
Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (Renstranas PGPK) untuk mencapai Vision
2020 dan Pedoman Manajemen Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran. Kegiatan
penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan di Provinsi dan Kabupaten/Kota akan
difokuskan pada 4 penyebab utama kebutaan yaitu katarak, kelainan refraksi, xeroftalmia, dan
glaucoma. Namun demikian adanya focus penanggulangan tersebut tidak menutup kemungkinan
untuk mengangkat penyebab kebutaan yang spesifik yang ada di wilayah tersebut. Kegiatan
pelayanan kesehatan Indera dilaksanakan oleh Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan
strata pertama dan Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM)/ Balai Kesehatan Indera Masyarakat
(BKIM) dan Rumah Sakit Umum (RSU) sebagai sarana rujukan.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja dan mempunyai funsi sebagai 1)
Penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, 2) Pusat pemberdayaan masyarakat dan 3) Pusat
pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan
kesehatan masyarakat. Dalam mencapai Visi: Kecamatan Sehat, Puskesmas menyelenggarakan upaya
kesehatan wajib yaitu upaya promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta
KB, upaya perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta upaya
pengobatan. Selain itu sesuai dengan masalah daerah setempat dapat dilaksanakan upaya kesehatan
pengembangan. Kesehatan Indera Penglihatan termasuk dalam upaya kesehatan pengembangan
Puskesmas yang dapat diintegrasikan dengan upaya kesehatan lainnya.
Agar program kesehatan Indera Penglihatan ini dapat dikelola baik dari aspek manajemen di
tingkat Puskesmas maupun aspek pelayanan kepada masyarakat yang mencakup promotif, preventif,
dan kuratif, maka diperlukan suatu pedoman pelayanan kesehatan Indera Penglihatan di Puskesmas.
Pedoman ini akan menjadi acuan bagi petugas Puskesmas dalam pelaksanaan
Dikarenakan Pentingnya Pelayanan Kesehatan Lain nya Termasuk Lokal Spesifik,Maka
Puskesmas Merasa Perlu Mengadakan Pendataan,Pemeriksaan,Pembinaan Serta Sosialisasi Dan
Advokasi tentang Indra Dan Pelayanan Kesehatan Tradisonal Komplementer.Maka Puskesmas
Merencanakan Kegiatan Tersebut Melalui Dana Bantuan Operasional Kesehatan T.A 2020.

B. PENERIMA MANFAAT : Seluruh Lapisan Masyarakat.


C. JENIS KEGIATAN : Penyuluhan,Diskusi,Pemeriksaan Dan Pembinaan.

D. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN


E. 1. Metode Pelaksanaan : Penyuluhan,Diskusi,Pemeriksaan Dan Pembinaan.
2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
a. Tahapan : Dari Puskesmas-Ke Kantor Desa-Lokasi Sasaran/Desa-Ke
Kantor Desa-Puskesmas
b. Waktu Pelaksanaan :
BULAN
NO KEGIATAN
Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Des
1 Penjaringan Penderita √ √
Gangguan Pendengaran Dan
penglihatan.
2 Pendampingan Penderita √ √
Gangguan penglihatan.
3 Pendampingan Penderita √ √
Gangguan pendengaran.
4 Penyuluhan Tentang Gangguan √
Pendengaran Dan penglihatan.
5 Pendataan dan pembinaan √ √
Kesehatan Tradisional
6 Sosialisasi Tentang Kesehatan √
Tradisional

F. BIAYA YANG DIPERLUKAN

No Kegiatan Jlh Ptgs/Gol Jlh Desa Frek Biaya


1 Penjaringan Penderita 2 Org/Gol.III 6 Desa 2 Kl 2 Org x 6 Desa x 2 Kl x Rp. 120.000 = 2.880.000
Gangguan Pendengaran
Dan penglihatan.
2 Pendampingan Penderita 2 Org/Gol.III 6 Desa 2 Kl 2 Org x 6 Desa x 2 Kl x Rp. 120.000 = 2.880.000
Gangguan penglihatan.
3 Pendampingan Penderita 2 Org/Gol.III 6 Desa 2 Kl 2 Org x 6 Desa x 2 Kl x Rp. 120.000 = 2.880.000
Gangguan pendengaran.
4 Penyuluhan Tentang 2 Org/Gol.III 6 Desa 1 Kl 2 Org x 6 Desa x 1 Kl x Rp. 120.000 = 1.440.000
Gangguan Pendengaran
Dan penglihatan.
5 Pendataan dan 2 Org/Gol.III 6 Desa 2 Kl 2 Org x 6 Desa x 2 Kl x Rp. 120.000 = 2.880.000
pembinaan Kesehatan
Tradisional
6 Sosialisasi Tentang 2 Org/Gol.III 6 Desa 1 Kl 2 Org x 6 Desa x 1 Kl x Rp. 120.000 = 1.440.000
Kesehatan Tradisional

Aras Kabu, 15 Oktober 2019


Diketahui Pengelola Yankestradkom/Indra
Kepala Puskesmas Aras Kabu Puskesmas Aras Kabu

dr. Sri Mahyuni Rohanna Simarmata,SKM


NIP. 19751205 201001 2 014 NIP. 19691105 199003 2 009

P P
l l
t t
. .
K K
e e
p p
a a

Anda mungkin juga menyukai