Bab 2
Bab 2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk individu dan sekaligus makhluk sosialdalam bersikap dan
berperilaku tidak akan lepas dari konsep diri yangdimilikinya. Individu akan berkembang dan
mengalami perubahan-perubahan baik secara fisik maupun psikis sesuai dengan konsep dirinya.
Konsep diriadalah pandangan individu terhadap dirinya sendiri yang meliputi pandanganterhadap
keadaan fisik dan kualitas dirinya, yang merupakan faktor untuk menentukan sikap dan perilaku
individu dalam kehidupannya.Konsep diri bukanlah merupakan aspek yang dibawa sejak lahir,
tetapimerupakan aspek yang dibentuk melalui interaksi individu dalam berbagailingkungan, baik
itu lingkungan keluarga maupun lingkungan lain yang lebihluas. Pada dasarnya konsep diri
seseorang terbentuk dari lingkungan pertamayang paling dekat dengan individu, yaitu lingkungan
keluarga, tetapi lama-kelamaan konsep diri individu akan berkembang melalui hubungan
denganlingkungan yang lebih luas, seperti teman sebaya, lingkungan masyarakat dansebagainya.
Hasil dari interaksi individu dengan lingkungan inilah yang lebihmemberikan pengaruh
yang besar terhadap konsep diri individu tersebut,terutama pengaruh kelompok teman sebaya
(peer group). Pada masa remaja pengaruh kelompok sangatlah kuat. Merekacenderung untuk
berkumpul dan berinteraksi dalam kelompok sebayanya. Dengan adanya dinamika dan pengaruh
dalam kelompok, remaja dapat merumuskan, memperbaiki dan meningkatkan konsep dirinya
melaluikelompok yang dimilikinya. Sehingga dengan adanya interaksi dan dinamikayang
berkembang dalam kelompok (peer group) itulah yang pada akhirnyaakan membentuk konsep
diri pada remaja. Rogers (Atkinson: 1996:169) menjelaskan bahwa konsep diri adalahkesadaran
tentang diri yang mencakup semua gagasan, persepsi dan nilai yangmenentukan karakteristik
individu. Konsep diri ini mempunyai peranan yang penting dalam menentukan perilaku individu,
bagaimana individu memandangdirinya, yang akan tampak dari karakter dan seluruh perilakunya.
Kesadarandan pandangan tentang dirinya yang dihayati akan mempengaruhi
persepsiseseorang tentang kehidupan maupun perilakunya, apakah persepsi dan perilaku tersebut
bersifat positif atau negatif, tergantung pada konsep diri yang positif maupun negatif dari individu
tersebut. Individu yang mempunyaikonsep diri yang positif akan memandang dunia dan
kehidupannya dengancara yang berbeda dibandingkan dengan individu yang mempunyai konsep
diriyang negatif.Jika dalam perkembangannya individu mempunyai konsep diri yang positif,
maka individu cenderung memandang kehidupannya dengan sikapyang positif, begitu juga
sebaliknya individu yang mempunyai konsep diriyang negatif, akan memandang kehidupannya
1
dengan sikap-sikap yang negatif dan jelek, sehingga konsep diri individu yang positif maupun
negatif tersebutakan berpengaruh terhadap pembentukan sikap dan perilaku individu
tersebut.Konsep diri positif maupun negatif pada remaja bisa saja terbentuk karenaadanya faktor
internal dan keadaan keluarga yang juga merupakan lingkunganawal dalam membentuk konsep
diri anak. Keadaan finansial keluarga keutuhan dan keretakan dalam rumah tangga, keharmonisan
keluarga, danintensitas berkumpulnya keluarga di rumah juga akan mempengaruhi pembentukan
konsep diri pada anak.Seseorang yang mempunyai konsep diri yang positif akan terwujuddalam
sikap dan perilaku yang positif. Sedangkan perilaku seseorang yang bersifat negatif merupakan
gambaran atau perwujudan dari konsep diri yangnegatif.
Konsep diri negatif tersebut bercirikan individu cenderung dipenuhidengan persepsi dan
pandangan-pandangan yang negatif tentang dirinya dalammemahami dan memandang dirinya
baik tentang keadaan fisik, kualitas dan kemampuan dalam mencapai harapan dan
keberhasilannya serta dalammemandang kehidupannya. Orang yang mempunyai konsep diri
negatif cenderung tidak dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat beragam
tentang dirinya, sebaliknya seorang yang mempunyai konsep diriyang positif maka ia cenderung
dapat memahami segala fakta yang ada padadirinya
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulusan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Diri
Pengertian Konsep Diri – Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan
dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu
dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, 1998). Hal ini temasuk
persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan
lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta
keinginannya. Sedangkan menurut Beck, Willian dan Rawlin (1986) menyatakan
bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal,
emosional intelektual , sosial dan spiritual.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Menurut Stuart dan Sudeen ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori perkembangan,
Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) dan Self Perception
(persepsi diri sendiri), untuk lebih jelasnya mari kita baca lebih lanjut tentang “Faktor
yang mempengaruhi Konsep Diri” berikut ini:
Diwarta
1. Teori perkembangan Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang
secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan
orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari
lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui
bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya
dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri
sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang
nyata.
2. Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) Dimana konsep diri
dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri
melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan
interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi
orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya,
pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya
dan sosialisasi.
3
3. Self Perception (persepsi diri sendiri) Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri
dan penilaiannya, serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi
tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang
positif. Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku
individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif
yang dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan
interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan
konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang
terganggu.
4. Menurut Stuart dan Sundeen Penilaian tentang konsep diri dapat di lihat
berdasarkan rentang rentang respon konsep diri yaitu:
Staines (dalam Burns, 1993) mengatakan bahwa konsep diri memiliki peranan
penting dalam terbentuknya pola kepribadian seseorang, karena konsep diri
merupakan inti pola kepribadian; konsep ini mempengaruhi berbagai sifat dalam diri
seseorang. Lebih lanjut dikatakan oleh Staines (dalam Ismail, 2001), konsep diri
memiliki beberapa komponen utama, yaitu :
a. Diri yang dikognisikan atau diri yang dasar, yaitu pandangan yang
digambarkan oleh inidvidu tentang diri sendiri; pemikiran atau persepsi
individu mengenai kemampuan, status, dan peranan individu dalam
berhubungan dengan dunia luar.
b. Diri yang lain atau diri sosial, pandangan atau penilaian tentang diri sendiri
yang didasarkan pada penilaian orang-orang yang dihormati atau lingkungan
4
sekitar yang memiliki pengaruh besar terhadap diri individu yang diperoleh
melaui interaksi sosial individu dengan orang lain.
c. Diri yang ideal, seperangkat interpretasi individu saat sedang mengungkapkan
keinginan atau aspirasi yang bersifat pribadi, sebagaian besar berupa
keinginan dan sebagian lagi merupakan keharusan-keharusan, atau yang
disebut sebagai perangkat ambisi-ambisi yang mengarah pada suatu yaitu
gambaran diri yang ideal dan dipahami oleh individu sebagai dirinya sendiri.
Konsep diri yang kita punyai bukanlah merupakan faktor bawaan,melainkan sebuah
faktor yang kita pelajari dan banyak dipengaruhi olehfaktor-faktor lain melalui berbagai
pengalaman individu dalam berhubungan dengan orang lain. Tanggapan-tanggapan yang
5
diterimaindividu melalui berbagai pengalaman hidup dan bergaul dengan oranglain itulah yang
nantinya dapat mempengaruhi konsep diri individu yangmerupakan cerminan dalam menilai dan
memandang diri individu tersebut.Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan konsep
diriseseorang, antara lain adalah lingkungan yang paling dekat dengan ndividu yaitu lingkungan
keluarga, seperti orang tua dan anggota keluargalainnya di mana lingkungan keluarga inilah yang
merupakan faktor awaldalam mempengaruhi konsep diri individu, bagaimana individu
dalammemahami, menilai, dan mengambil sikap dirinya dalam perilakunyadengan orang lain.
Orang yang dikenal pertama kali oleh individu adalahorang tua dan anggota keluarga lain
(Clara R. Pudjijogyanti, 1995:12). Ini berarti bahwa individu akan menerima tanggapan pertama
darilingkungan keluarga dan individu cenderung masih mempunyai sifatketergantungan dengan
keluarga. Setelah individu mampu untuk melepaskan dirinya dari ketergantungan tersebut,
barulah ia akan berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas dengan teman-teman danorang
lain di lingkungan tersebut.Sedangkan Jalaluddin Rakhmat (1996:100-104) menyebutkan adadua
faktor yang mempengaruhi konsep diri, yaitu orang lain dan kelompok rujukan.
Hasil interaksi, hubungan dan pergaulan dengan orang lainakan menimbulkan orang lain
memberikan peranan kepada kita dalammembentuk konsep diri. Individu akan mengenal dirinya
karenaadanya pengaruh dari orang lain yang telah mengenal diri individudalam memberikan
pujian, sanjungan bahkan sampai pada bentuk cemoohan kepada individu. Sehingga faktor orang
lain di sinimempunyai pengaruh yang dapat mengakibatkan individu mengenal,memahami dan
menilai dirinya. Ketika orang lain memberikan penerimaan yang baik dan senang dengan
keberadaan individu , maka individu cenderung akan menerima dan menilai dirinya dengan baik.
Sebaliknya bila orang lain selalu menolak keberadaan individu, tidak senang dan selalu
memandang jelek terhadap dirinya, maka individutersebut cenderung tidak akan menyenangi dan
menerima dirinya.Akan tetapi tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yangsama terhadap
diri kita. Ada yang paling berpengaruh terhadap dirikita,
significant others
(Mead dalam Jalaludin Rakhmat: 1966). Oranglain itulah yang dengan individu mereka
mempunyai ikatan emosional,dan dari mereka secara perlahan-lahan individu membentuk
konsepdirinya. Dalam dimensi perkembangan,significant others meliputisemua orang yang
mempengaruhi perilaku, pikiran dan perasaan kita.Ketika inidividu masih kecil, mereka adalah
orang tua, saudara danorang yang tinggal satu rumah dengan individu. Mereka
mengarahkantindakan individu, membentuk pikiran dan menyentuh individu
secaraemosional.Sehingga dengan adanya berbagai pengaruh dari significant others atau orang
yang penting dan paling dekat dengan individu,sampai dengan adanya pengaruh dari orang lain
6
dan berbagaikelompok sosial dan masyarakat seperti adanya kelompok temansebaya (peer
group) yang mempunyai ikatan emosional yang kuat, halitu dapat berpengaruh terhadap konsep
diri kita dan semua itu tidak lepas dari adanya faktor pembelajaran yang disertai motivasi
yangterjadi pada diri individu dalam menemukan konsep diri mereka.
Kelompok Rujukan (Reference Group) Konsep diri individu juga terbentuk dari
adanya kelompok yang bercirikan individu itu berkumpul dalam suatu kelompok atau komunitas
yang ia inginkan. Setiap kelompok tersebut mempunyaiikatan emosional yang pada akhirnya
dapat berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri individu. Dalam kelompok tersebut
individuakan mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya sesuaidengan ciri-ciri dan
karakteristik kelompoknya tersebut. Kelompok inilah yang dinamakan dengan kelompok
rujukan.Dalam penelitian ini kelompok rujukan tersebut identik adanyakelompok sebaya (Peer
group) yang nantinya akan dijadikan sebagaimedia kelompok dalam meningkatkan konsep
diri.Kemudian James F. Calhoun (1995:77) mengemukakan ada empatfaktor yang dapat
mempengaruhi pembentukan konsep diri pada individu,yaitu:
Faktor Orang Tua
Orang tua adalah kontak sosial yang paling awal dan yang paling kuat yang dialami
individu. Anak bergantung kepadaorang tuanya untuk makanannya,
perlindungannya,kenyamanannya, tentu saja untuk kelangsungan hidupnya.Akibatnya orang tua
menjadi sangat penting di mata anak.
Faktor Kawan Sebaya
Kelompok kawan sebaya menempati kedudukan kedua setelahorang tua anak dalam
mempengaruhi konsep diri individutersebut. Untuk sementara individu merasa cukup
hanyadengan mendapatkan cinta dari orang tua, tetapi kemudianindividu membutuhkan
penerimaan anak-anak lain dalamkelompoknya.
Faktor Masyarakat
Anak muda tidak terlalu mementingkan kelahiran mereka,kenyataan bahwa mereka
hitam atau putih, orang Italia atau Amerika, anak laki-laki dari direktur bank lokal atau atau
anak perempuan dari pemabuk lokal. Tetapi masyarakat merekamenganggap penting fakta-fakta
semacam itu. Akhirnya penilaian ini sampai kepada anak dan masuk ke dalam konsepdiri.
Faktor Belajar
Konsep diri kita adalah hasil belajar. Belajar ini berlangsungsecara terus setiap harinya,
biasanya tanpa kita sadari. Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan psikologis yang relatif
permanen yang terjadi dalam diri kita sebagai akibat dari pengalaman (Hilgard dan Bower, 1966).
Melalui pengalaman jatuh dalam bak mandi dan hindungnya kemasukan air, anak belajar untuk
7
takut air. Prinsip yang sama berlaku dalammempelajari konsep diri.Pengalaman-pengalaman
individu dari hasil berinteraksi denganorang lain dan lingkungan yang lebih luas akan menyebabkan
perubahan pada diri individu dalam menilai diri dan nantinya akan dapat merubah kearah mana
konsep dirinya akan dibawa. Hal ini juga dipengaruhi olehfaktor motivasi yang diterima individu.
Semakin individu mendapatkanmotivasi untuk merubah konsep dirinya ke arah yang lebih baik,
makasemakin baik pula penilaian individu terhadap dirinya dan dalammenjalankan peranannya
dengan bergaul dan berinteraksi dengan oranglain dalam mewujudkan konsep dirinya.Berdasarkan
pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep diri tersebut dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, baik itufaktor dari dalam individu itu sendiri dalam memandang, menilai
danmempersepsikan dirinya,
D. Tahap-tahap kehilangan
8
tersebut. Jangan dipaksakan untuk segera baik, tetapi lebih baik dibantu dalam
hal pengontrolan.
Spiritual oleh Taylor, 1997 adalah segala sesuatu yang digunakan manusia
untuk berhubungan dengan sesuatu yang bukan bersifat materi yang memberi
kekuatan kehidupan dan kekuatan yang lebih besar. Spiritual digambarkan sebagai
bagian dari sesuatu yang datang untuk diketahui, dicintai, dan pelayanan kepada
Tuhan, dengan kata lain hubungan tanpa batas, dan pengalaman yang mempunyai
kekuatan yang menyeluruh.
Menurut Fish dan Shelly, 1978 kebutuhan spiritual membawahi semua tradisi
agama dan bersifat biasa pada semua orang, meliputi kebutuhan akan arti dan tujuan,
cinta dan saling berhubungan, saling memaafkan.
9
Tahap Perkembangan Spiritual Dari Manusia
Pada tahap ini individu sudah mengerti akan arti dan tujuan hidup.
Menggunakan pengetahuan misalnya untuk mengambil keputusan saat ini dan yang
akan datang. Kepercayaan berkembang dengan mencoba dalam hidup. Remaja
menguju nilai dan kepercayaan orang tua mereka dan dapat menolak atau
menerimanya. Pada tahap ini kepercayaan pada kelompok paling tinggi perannya
daripada keluarga. Tetapi keyakinan yang diambil dari orang lain biasanya lebih mirip
dengan keluarga, walaupun mereka protes dan memberontak saat remaja. Bagi orang
tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali
muncul konflik orang tua dan remaja.
10
Periode perkembangan spiritual pada tahap ini digunakan untuk instripeksi
dan mengkaji kembali dimensi spiritual, kemampuan introspeksi ini sama baik dengan
dimensi yang lain dari diri individu tersebut. Biasanya kebanyakan pada tahap ini
kebutuhan ritual spiritual meningkat.
Tahap perkembangan spiritual pada usia lanjut (65 tahun sampai kematian)
Pada tahap perkembangan ini menurut Haber (1987) pada masa ini walaupun
membayangkan kematianmereka banyak menggeluti spiritual sebagai isu yang
menarik, karena mereka melihat agama sebagai faktor yang mempengaruhi
kebahagiaan dan rasa berguna bagi orang lain. Riset membuktikan orang yag
agamanya baik, mempunyai kemungkinan melanjutkan kehidupan lebih baik. Bagi
lansia yang agamanya tidak baik menunjukkan tujuan hidup yang kurang, rasa tidak
berharga, tidak dicintai, ketidakbebasan dan takut mati. Sedangkan pada lansia yang
spiritualnya baik ia tidak takut mati dan dapat lebih mampu untuk menerima
kehidupannya. Jika merasa cemas terhadap kematian disebabkan cemas pada proses,
bukan karena kematian itu sendiri.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep diri secara fisiologis, emosional dan social dibentuk berdasarkan
reaksi orang lain terhadap seseorang dan kemudian oleh interpretasi individu
tentang reaksi ini pada diri sendiri. Komponen konsep diri adalah identitas, citra
tubuh, harga diri dan peran yang dapat dipengaruhi oleh peran kesehatan,
pengalaman keluarga, social dan okupasi, serta aktivitas intelektual dan
kesenangan. Identitas adalah rasa konsisten dari berbagai individu yang berbeda
dari orang lain. Stresor identitas selama masa remaja dapat menimbulkan
kebingungan identitas. Citra tubuh adalah gambaran mental tubuh seseorang yang
dipengaruhi oleh pertumbuhan dan perkembangan, nilai dan sikap budaya dan
social, dan persepsi individu tantang tubuh. Stresor citra tubuh mencakup
perubahan dalam penampilan fisik, struktur atau fungsi tubuh. Harga diri
bergantung pada persepsi seseorang tentang ideal diri dan stresor harga diri
meliputi perkembangan dan hubungan, penyakit, pembedahan serta respon
individu lain terhadap perubahan individu yang di akibatkan oleh kejadian ini.
Dalam penanganan masalah konsep diri dibutuhkan peran perawat sebagai orang
yang paling dekat dengan klien secara intensif. Untuk itu diperlukan hubungan
antara perawat-klien yang akan mempermudah dalam pemenuhan kebutuhan
klien. Dalam hal ini komunikasi terapeutik memegang peranan penting yang
memiliki tujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Oleh karna
itu perawat-klien dapat terlibat dalam peningkatan kesadaran diri klien,
mendorong eksplorasi diri klien, membantu klien dalam evaluasi diri, membantu
klien merumuskan tujuan dalam upaya adaptasi dan membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah direncanakan.
B. Saran
Untuk memepermudah seorang perawat dalam pengaplikasian teori ini
hendaknya seorang perawat memahami dan mampu membangun konsep
dirinya sendiri yang positif
Untuk menambah wawasan pembaca dapat melihat reverensi yang lain.
12