NIM:031910034
FAKULTAS HUKUM
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Penggunaan bahasa Indonesia dalam bidang hukum sampai saat ini masih jauh dari
harapan. Bahasa Indonesia yang dituangkan dalam peraturan perundangan dan
berbagai putusan di bidang hukum kerap mengundang multitafsir dan tak lugas. Hal itu
terjadi karena para pembuat aturan dan penegak hukum tak menguasai bahasa
Indonesia secara baik. Di samping itu, minimnya padanan kosakata bahasa Indonesia
membuat berbagai dokumen hukum yang ada masih menggunakan bahasa asing,
seperti bahasa Inggris dan Belanda. Untuk itu, para pakar bahasa Indonesia dan
pemangku kepentingan harus duduk bersama untuk merumuskan bahasa hukum yang
baku, lugas, singkat, modern, dan mudah dicerna secara jelas, tegas dan tepat.
Peraturan yang multitafsir merupakan gambaran dari kelemahan penguasaan
bahasa Indonesia oleh para pembuat aturan dan penegak hukum. Salah satu
contohnya adalah putusan hakim yang sering menimbulkan ketidakpastian bagi para
pihak yang berperkara. Keputusan hakim malah menimbulkan perdebatan. Seharusnya
hakim, jaksa, dan pengacara bisa merumuskan semua tuntutan, pandangan,
pertahanannya, dalam bahasa Indonesia yang baik dan tidak menimbulkan banyak
interpretasi yang dapat menimbulkan kesalahpahaman.
Ketidakmampuan menggunakan bahasa Indonesia juga tampak dalam proses legislasi
atau pembuatan produk hukum Kalau masih ada peraturan yang multitafsir berarti
penguasaan bahasanya yang perlu diperhatikan.
Untuk mengatasi persoalan, perlu adanya antisipasi yang dimulai dari mahasiswa
hukum diwajibkan mengambil mata kuliah bahasa Indonesia dan kemahiran bantuan
hukum. Mahasiswa diajarkan dasar-dasar penulisan akademik yang benar, dari sisi
gramatikal, tata kalimat, serta memahami makna dari kata-kata kunci. Meski masih
dianggap kurang, penambahan mata kuliah itu akan membuat lulusannya lebih paham
bahasa hukum. Pendidikan yang bias dikatakan tinggi bidang hukum harus
memandang bahasa Indonesia setara dengan bahasa asing. Dengan demikian
diharapkan setiap produk hukum bisa mengandung kepastian dan keadilan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam bahasa
hukum agar mudah dimengerti dan tidak menimbulkan makna yang ambigu?
2. Apa saja Bentuk-Bentuk Umum Bahasa?
3. Apa saja Jenis-jenis Ilmu Pengetahuan Bahasa?
4. Apa Fungsi Bahasa Hukum Sebagai Alat Komunikasi?
BAB II
LANDASAN TEORI
- BAHASA HUKUM
Bahasa Indonesia hukum yang berfungsi sebagai alat atau sarana untuk
menyampaikan informasi. Oleh karena bahasa Indonesia merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari bahasa Indonesia. Kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa
Indonesia hukum juga berlaku dalam bahasa Indonesia hukum, hanya saja antara
bahasa hukum dan bahasa Indonesia mempunyai cirri-ciri yang tegas yang berfungsi
sebagai pembeda yaitu yang mencakup dengan konsep bahasa itu sendiri.
Dalam bahasa Indonesia sesuai konsepnya satu kata dapat mempunyai beberapa
arti, sedangkan dalam bahasa hukum sedapat mungkin menghindarkan seperti hal
tersebut. Karena didalam bahasa hukum terdapat suatu konsep atau prinsip mono
smantik atau kesatuan makna. Hal ini dimaksudkan supaya jangan timbul hal yang
berbedayang menyangkut dengan kaidah hukum.
Tanpa kemampuan berbahasa manusia tidak bias mengembangkan budaya, sebab
tanpa kemampuan berbahasa hilang pola kemampuan untuk meneruskan nilai-nilai
budaya dari generasi yang satu kepada generasi selanjutnya. Disamping itu pula tanpa
kemampuan berbahasa manusia tidak dapat melakukan berfikir secara sistematisdan
teratur. Dengan melihat kemampuan berfikir manusia itu maka
fungsi bahasa dapat dibagi 2 :
1. Sebagai alat komunikasi antara manusia
2. Sebagai alat untukmenyampaikan pesan
3. Sebagai sarana komunikasi untuk mengekspresikan sikap
4. Sebagai alat komunikasi untuk berfikir
5. Sebagai sarana untuk mempersatukan kelompok manusia yang menggunakan bahasa
tersebut.
Manusia dapat berfikir dengan baik karena dia mempunyai bahasa komunikasi sebagai
alat bahasa yang verbal yang dipakai dalam kegiatan berfikir, agar fikirannya dapat
disampaikan dengan baik kepada orang lain. Menurut seorang sarjana WET GET
STEYN mengatakan bahwa batas bahasaku adalah batas duniaku. Menggambarkan
betapa beratnya proses berfikir dalam dunia. Karena memberikan kemungkinan
manusia berfikir abstrak. Dimana objek yang factual menjadi symbol sebagaimana yang
dikemukakan oleh BARDER JOHAN NASUTION hal 9 tahun 2001 yang menyebutkan
bahwa manusia sebagai animal simboly yaitu makhluk yang mempergunakan symbol
atau bahasa yang bersifat abstrak ini memungkinkan untuk memikirkan sesuatu secara
terus menerus, teratur dan sistematis. Ungkapan fikiran tidak dapat dilakukan tanpa
bahasa dalam kaitannya dengan pemahaman hukum, perlu bahasa hukum itu sendiri
oleh karena bahasa hukum tersusun dari symbol-simbol yang mempunyai arti khusus.
Keistimewaan bahasa hukum adalah: orang selalu tidak merasa puas terhadap makna
yang dikandung dalam istilah hukum sehingga orang selalu mencari terus menerus
makna yang paling tepat.
b. Semantik
Semantik ialah ilmu pengetahuan linguistik yang membahas hubungan formal yang
terdapat diantara simbol dan makna. Semantik juga sering disebut sebagai ilmu
pengetahuan tentang makna. Semantik mempelajari makna konvensional kata-kata
atau term yang dipergunakan dalam komunikasi sosial.
c. Sintaksis
Sintaksis ialah ilmu pengetahuan linguistik yang membahas hubungan formal diantara
simbol-simbol yang mempunyai fungsi khusus di dalam tata bahasa.
4. Bahasa Hukum sebagai alat komunikasi mempunyai tiga fungsi antara lain
a. Fungsi Simbolik
Bahasa Hukum mempunyai fungsi simbolik yakni berfungsi untuk
mengkomunikasikan buah pikiran. Fungsi simbolik ini terlihat sangat menonjol di dalam
komunikasi-komunikasi ilmiah hukum. Fungsi simbolik Bahasa Hukum memungkinkan
kita untuk memikirkan segala sesuatu yang berkaitan dengan hukum, karena bahasa
memberikan kemampuan berpikir secara teratur dan sistematis. Fungsi simbolik sangat
menonjol dalam komunikasi ilmiah, hal ini dapat dipahami karena komunikasi ilmiah
mensyaratkan suatu bentuk komunikasi yang berbeda dari bentuk komunikasi yang
bersifat estetika.
Komunikasi ilmiah bertujuan menyampaikan informasi berupa pengetahuan, agar
komunikasi ilmiah ini berjalan dengan baik, bahas yang digunakan harus bebas dari
unsur emotif dan harus bersifat reproduktif.
Contoh : Anak yang lahir diluar pernikahan yang sah hanya mempunyai hubungan
hukum dengan ibu yang melahirkannya.
Fungsi simbolik selanjutnya dari Bahasa Hukum dapat berupa bahasa yang
mencerminkan bahasa isyarat. Ini merupakan salah satu keistimewaan dari Bahasa
Hukum.
b. Fungsi Emotif
Bahasa Hukum sebagai sarana komunikasi ilmiah hukum harus bersifat jelas
dan objetif serta harus terbebas dari unsur-unsur emotif. Bersifat emotif artinya
berusaha untuk memaksa dengan menggunakan bahasa sebagai sarana
komunikasinya dan dilakukan secara rasional.
Adanya unsur emotif dalam komunikasi ilmiah hukum, akan menjadikan kominikasi
kurang sempurna, bahkan hukum yang dikomunikasikan tidak sesuai dengan tujuan
hukum itu sendiri.
Contoh Fungsi Emotif: Rina baru saja diputuskan oleh pacarnya tanpa sebab yang
jelas. Rina menceritakan keluh kesahnya kepada sahabatnya, Ranti.
Pada contoh tersebut, Rina menggunakan bahasa untuk mengungkapkan perasaan
sedihnya Dalam hal ini,tumpuannya terdapat adasi penutur(addresser).
Fungsi ini berfokus pada pembicara atau penulis, yaitu proses pengungkapan kehendak
dan perasaan pembicara atau penulis. Contoh teks yang kental dengan fungsi ini
adalah bukuharian,otobiografi,memoir,ulasan dan komentar atau resensi. Karya sastra
pun sangat sering mengandung fungsi ini.Teks ilmiah jarang menonjolkan fungsi ini
karena yang terpenting di dalam bentuk keilmiahan adalah acuannya bukan cara
menerangkan acuan itu yang mungkin saja khas bagi tiap-tipa penulisnya. Kalau toh
fungsi ini hadir didalam teks ilmiah maka fungsi ini bisa saja diabaikan.
c. Fungsi Afektif
Fungsi Afektif dalam Bahasa Hukum berkaitan erat dengan sikap, fungsi ini diharapkan
supaya norma-norma Hukum yang dikomunikasikan melalui Bahasa Hukum mampu
mengubah dan mengembangkan kepribadian agar mentaati hukum, mengingtkan
kesadaran hukum serta bersikap tegas sesuai dengan aturan-aturan hukum.
BAB IV
PENUTUP
- Kesimpulan
Bahasa adalah alat komunikasi yang universal adanya, terlepas dari beragamnya
bahasa yang ada di dunia ini. Perlu disadari juga bahwa setiap disiplin ilmu juga
mempunyai bahasa yang lazimnya tidak sesuai dengan kaidah gramatikal yang sesuai
dengan bahasa yang baik dan mudah dimengerti. Di bidang hukum misalnya, bahasa
yang digunakan oleh praktisi hukum tentunya bahasa yang hanya dimengerti oleh
kalangan-kalangan hukum, dan masyarakat awam merasa asing. Seperti yang sudah
dijelaskan diatas, tentunya penggunaan bahasa hukum yang tepat dan baik adalah
salah satu dari factor tegaknya hukum agar tidak menimbulkaan makna yang ambigu.
Itulah perlunya mengapa mata kuliah bahasa Indonesia itu perlu dipelajari kembali oleh
seorang mahasiswa.
- Saran
Untuk menyikapi fungsi bahasa hukum, maka penulis menyarankan beberapa hal
sebagai berikut :
a. Semestinya khalayak lebih memahami mengenai fungsi bahasa hukum karena
sesungguhnya fungsi bahasa sangat berperan dalam suatu penalaran bagi khalayak
luas
b. Perlunya dibuat wadah/tempat yang dapat meyalurkan fungsi bahasa dalam suatu
penalaran khususnya bahasa hukum yang sedikit lebih sulit agar tidak salah dalam
penggunaannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://lylsabine.blogspot.co.id/2016/05/makalah-bahasa-indonesia-penggunaan.html
https://herygaara5.wordpress.com/2011/04/13/penggunaan-bahasa-hukum-dalam-
bahasa-indonesia/
http://rosepasca.blogspot.co.id/2012/09/bahasa-hukum.html