Fix Nya
Fix Nya
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari aspek geografis, klimatologis dan demografis Indonesia adalah negara
yang rawan bencana. Letak geografis Indonesia di antara dua benua dan dua
samudera berada di daerah khatulistiwa yang memiliki iklim tropis dimana hanya
memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Seiring dengan
perubahan iklim global, sering dirasakan perubahan iklim yang ekstrim seperti
perubahan siklus musim hujan dan musim kemarau. Dengan kondisi tersebut
Indonesia mempunyai potensi terjadinya bencana alam berupa banjir, longsor,
kekeringan dan kebakaran lahan.
Selain bencana yang disebabkan faktor alam, bencana yang disebabkan oleh
faktor non alam seperti kegagalan teknologi dan wabah penyakit merupakan
bencana yang juga berpotensi terjadi di Indonesia. Tercatat beberapa kejadian
terkait dengan bencana non alam ini yang menyebabkan korban dan kerugian yang
cukup banyak.
Sedangkan bonus demografis berupa jumlah penduduk yang sangat banyak
dengan keberagaman suku, budaya dan agama menyebabkan Indonesia kaya akan
sumber daya manusia sekaligus berpotensi menjadi pemicu konflik akibat
kemajemukan tersebut.
Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana
Sumber : BNPB 2012
Dari tabel diatas menunjukan dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ada
ribuan kejadian bencana baik besar maupun kecil yang menyebabkan ribuan orang
meninggal dan ratusan ribu orang mengungsi. Data ini menunjukan bahwa
Indonesia selain daerahnya rawan bencana, masyarakatnya juga sangat rentan dalam
menghadapi bencana sehingga resiko bencana sangat berpotensi menimbulkan
kerugian personel maupun materil sangat besar. Copolla (2007) dalam sebuah
bukunya mengungkapkan bahwa ada hubungan yang erat antara bencana,
kemiskinan dan pembangunan. Senada dengan Copolla (2007), Asian Disaster Risk
Reduction (2005) turut mengeluarkan data analisa bahwa tingkat kerusakan yang
disebabkan oleh bencana alam jelas terhubung ke tingkat sosial-ekonomi suatu
negara. Untuk mengurangi resiko bencana perlu peningkatan kapasitas pada
masyarakat itu sendiri maupun pemerintah dalam penanggulangannya.
Dalam penanganan bencana, setiap aspek/bidang harus diatur untuk
mendapatkan kepastian hukum dan pedoman pelaksanaan di lapangan. Peraturan-
peraturan yang sudah ada harus senantiasa dipedomani dan dilaksanakan sebagai
usaha dalam pengurangan resiko bencana dan mengurangi korban akibat bencana.
Peraturan tersebut mulai dari Undang-undang, Perpres, Permen, maupun Perka.
Peraturan yang dipedomani dalam penanggulangan bencana salah satunya adalah
Perka BNPB.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimana implementasi Perka 10 tahun 2008 dilaksanakan
b. Bagaimana implementasi Perka 14 tahun 2010 dilaksanakan
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
a. Menganalisis dan mengkritisi Perka BNPB No 10 tahun 2008
b. Menganalisis dan mengkritisi Perka BNPB No 14 tahun 2010
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manajemen Kedaruratan
Manajemen kedaruratan adalah seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan
dan penanggulangan kedaruratan, pada menjelang bencana, saat bencana dan
sesudah keadaan darurat. Tujuan manajemen kedaruratan adalah:
1. Mengurangi jumlah korban
2. Meringankan penderitaan
3. Stabilisasi kondisi korban
4. Mengamankan aset
5. Memulihkan fasilitas kunci
6. Mencegah kerusakan lebih jauh
7. Menyediakan pelayanan dasar dan penanganan pasca darurat
8. Meringankan beban masyarakat setempat.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana disebutkan bahwa tanggap darurat bencana adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana
untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan
sarana.
a) Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya;
2. Pengerahan peralatan;
3. Pengerahan logistik;
4. Imigrasi, cukai, dan karantina;
5. Perizinan;
6. Pengadaan barang/jasa;
7. Pengelolaan dan pertanggungjawaban uang dan/atau barang;
8. Penyelamatan; dan
9. Komando untuk memerintahkan sektor/lembaga
Gambar 3.2 Alur koordinasi pembentukan Komando Tanggap Darurat bencana Tingkat Kabupaten/Kota
(Sumber : Perka BNPB No 10 Tahun 2008)
F. Pengorganisasian
Organisasi pos komando tanggap darurat bencana merupakan organisasi satu
komando, dengan mata rantai dan garis komando serta tanggap jawab yang jelas.
Instansi/lembaga dapat dikoordinasikan dalam satu organisasi berdasarkan satu
kesatuan komando. Organisasi ini dapat dibentuk di semua tingkatan wilayah bencana
baik di tingkat kabupaten/kota, Provinsi maupun nasional. Struktur organisasi pos
komando tanggap darurat terdiri dari:
1. Komandan tanggap darurat bencana
2. Wakil komandan tanggap darurat bencana
3. Staf komando: Sekretariat; Hubungan masyarakat; Keselamatan dan keamanan
serta Perwakilan instansi/lembaga
4. Staf umum terdiri dari Bidang operasi; Bidang perencanaan; Bidang logistik,
peralatan, dan pengelolaan bantuan serta Bidang administrasi keuangan
Struktur organisasi ini bekerja sesuai tupoksi masing-masing, sesuia jenis,
kebutuhan, dan kompleksitas bencana dapat dibentuk unit organisasi dalam bentuk
seksi-seksi yang berada di bawah bidang dan ipimpin oleh kepala seksi yang
bertanggung jawab kepada kepala bidang.
G. Pendanaan/Pembiayaan
Pos komando tanggap darurat bencana mayoritas berasal dari pemerintah dan
didukung bantuan dana sukarela.
1. APBD Kabupaten/Kota
2. APBD Provinsi
3. APBN
4. Bantuan lain yang tidak mengikat
A. JURNAL
Bui, T., Sankaran, S.& I Sebastian (2006). Foundations for Designing Global Emergency
Response Systems (ERS). In Proceedings of the 3rd International ISCRAM
Conference-Newark, NJ, USA (pp. 72-81).
Chia, E. S. (2007). "Engineering disaster relief." Technology and Society Magazine, IEEE
26(3): 24-29.
Comfort, L. K., Dunn, M., Johnson, D., Skertich, R., & Zagorecki, A. (2004). Coordination
in complex systems: increasing efficiency in disaster mitigation and response.
International Journal of Emergency Management, 2(1-2), 62-80.
Daniel Huber, Riegelman, Edward, and Luke Heyerdahl. "GIS-based emergency
management." U.S. Patent Application No. 10/456,019.
National Incident Management System (Nims), an Introduction Is-700 Self-Study Guide,
August 2004