Anda di halaman 1dari 2

Kasus Manajemen Lingkungan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Kasus : 200 Ribu Ha hutan Bangka Belitung rusak akibat Tambang Timah

Dinas Kehutanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mencatat 200 ribu dari 654
ribu hektare total kawasan hutan mengalami kerusakan karena penambangan bijih
timah ilegal dan penebangan hutan liar di daerah ini.

Penyelesaian :
Dampak pencemaran : air , udara, kontaminasi tanah

Dampak pada ekologi : tumbuhan dan binatang, keanekaragaman hayati , habitat alam

Dampak SDA : sumber daya hutan, kesediaan air tanah, mineral dan tambang , sumber
daya energi, kehidupan hewan dan tumbuhan langka

Langkah-langkah penyelesaian :

1. Dinas Kehutanan provinsi Kepulauan Bangka Belitung bekerja sama dengan TNI,
Polri, dan elemen masyarakat melakukan pengawasan dan penindakan tegas
kepada pelaku pengrusakan hutan
2. menertibkan tambang-tambang ilegal yang beroperasi kawasan hutan
3. mengimbau masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan dengan tidak menambang
dan menebang pohon di kawasan hutan
4. berupaya menghijaukan kembali hutan-hutan gundul ini dengan menanami
kembali berbagai pohon, guna menimalisir bencana alam dan pemanasan global
yang mengancam keberlangsungan makhluk hidup
5. Pelaksanaan Reklamasi
6. Melakukan upaya penegakan hukum agar memberikan efek jera terhadap pelaku
penambangan ilegal dan pelaku peruskan hutan
Asumsi :
Probabilitas untuk variabel 65%
Konsekuensi untuk bahan lain :
Luas area yang di bebaskan 13387 M2
Biaya permeter tanah Rp 2.400.000
Biaya pembebasan lahan Rp 32.128.800.000
Konsekuensi akibat pembebasan lahan 45%
Biaya pembebasan lahan Rp 14.457.960.000
Kerugian akibat pembebasan lahan terlambat
BAGI INVESTOR MERUPAKAN TAMBAHAN BIAYA
EMV = PROBABILITAS x KONSEKUENSI Rp 9.397.674.000
BIAYA PENGADAAN TANAH :
BIAYA PEMBEBASAN LAHAN + BIAYA RISIKO KETERLAMBATAN Rp 41.526.474.000

Anda mungkin juga menyukai