Anda di halaman 1dari 19

Case Report Session

DIARE AKUT

Oleh
Mayang Maliani 1210312077

Preseptor:
Dr. dr. Roni Eka Sahputra Sp.OT (K) - Spine

FAKULTAS KEDOKTERA UNIVERSITAS ANDALAS


PADANG
2018

0
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Diare akut adalah perubahan konsistensi buang air besar menjadi lebih

encer atau cair dari biasanya, dan atau frekuensi buang air besar tiga kali atau

lebih dalam satu hari, yang timbul mendadak. Diare akut biasanya berakhir dalam

7 hari dan tidak lebih dari 14 hari. Cairan yang dikeluarkan bersama feses

normalnya adalah 5-10 mL/kg/hari, namun pada kondisi tertentu dapat mencapai

200mL/kg/hari. Pada bayi yang masih mendapat ASI tidak jarang frekuensi

defekasinya lebih dari 3-4 kali sehari, keadaan ini tidak dapat disebut diare,

melainkan masih bersifat fisiologis atau normal.1-5


1.2 Epidemiologi
Diare menyumbang 9% angka kematian pada anak-anak, dan secara

global diperkirakan 0,71 juta kematian terjadi setiap tahunnya, sehingga diare

menjadi penyebab kematian kedua tersering didunia. Hampir 1.731 milliar

episode diare terjadi di tahun 2010 pada anak yang berusia kurang dari lima tahun

di negara berkembang, terutama di Afrika dan Asia Selatan.1


Berdasarkan data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia terdapat

6.897.463 kasus diare di Indonesia pada tahun 2016, dan 140.300 kasus di

Sumatera Barat pada tahun yang sama. Dilaporkan 100.000 balita meninggal

pertahun karena diare, dan setiapnya hari terdapat 273 balita meninggal. Dengan

adanya vaksinasi rotavirus dan tatalaksana yang tepat pada penderita diare telah

menurunkan angka mortalitas dan insiden diare.1,6,7


1.3 Etiopatogenesis
Diare pada umunya ditularkan secara fecal-oral atau dengan

mengonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi. Diare berkaitan

dengan kemiskinan, lingkungan yang tidak higienis seperti memasak makanan

kurang matang dan makanan dibiarkan terbuka. Faktor risiko lainnya adalah usia

1
muda, imunodefisiensi, malnutrisi, ASI ekslusif tidak diberikan, cara penyapihan

bayi yang tidak baik (terlalu cepat disapih, terlalu cepat diberi susu botol, dan

terlalu cepat diberi makanan padat).1


Etiologi diare adalah sebagai berikut:1,2,4
1. Infeksi
a. Virus (agen non-inflamatori)
 Rotavirus
 Norovirus
 Adenovirus
b. Bakteri (agen inflamatori)
 Shigella
 Escherichia coli
 Campylobacter jejuni
 Vibrio Cholera
 Salmonella
 Yersinia enterocilitica
c. Protozoa (agen inflamatori)
 Entamoeba histolytica
 Cryptosporidium
2. Malabsorpsi karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak terutama trigliserida

rantai panjang, atau protein.


3. Makanan basi atau makanan beracun. Diare karena keracunan makanan

terjadi akibat dua hal yaitu makanan mengandung zat kimia atau makanan

mengandung mikroorganisme yang mengeluarkan toksin, antara lain

Clostridium perfringens, Staphylococcus

4. Alergi terhadap makanan : terutama disebabkan oleh Cow’s milk protein


sensitive enteropathy (CMPSE), dan juga dapat disebabkan oleh makanan
lainnya.
5. Defek anatomis: Malrotasi, Penyakit Hirchsprung, dan Short Bowel
Syndrome
Etiologi diare akut yang paling sering adalah akibat infeksi virus (70%-

90%) yaitu rotavirus dan norovirus. Puncak infeksi rotavirus terjadi pada usis 6-24

bulan. Infeksi virus ini bersifat musiman di negara beriklim sedang, dan terjadi

sepanjang tahun di negara tropis. Sedangkan diare akut akibat infeksi bakteri

2
sebanyak 10%-20% dan biasanya terjadi pada bayi yang berusia beberapa bulan

pertama kehidupan.1,3.8
Enteropatogen yang infeksius dengan inokulum yang kecil (seperti

Shigella, enterohemorrhagic Escherichia coli, Campylobacter jejuni, noroviruses,

rotavirus, Giardia lamblia, entamoeba histolytica) dapat ditularkan dari kontak

orang ke orang, sedangkan yang lain seperti Cholera secara umum ditularkan

melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.1


Enteropatogen dapat memicu respon inflamasi dan non-inflamasi pada

mukosa intestinal. Enteropatogen menyebabkan diare non-inflamatori memalui

enterotoksin yang dihasilkan oleh beberapa bakteri, dekstrusi vili oleh virus,

perlengketan parasit dan bakteri ke mukosa usus. Diare inflamatori biasanya

disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus dan menghasilkan sitotoksin

dengan konsekuensi keluarnya cairan, protein, eritrosit dan leukosit ke lumen

usus. Diare yang menetap hingga 14 hari biasanya disebabkan oleh infeksi

parasit.1,3,4
Infeksi virus menyebabkan rusaknya vili usus, sehingga terjadi gangguan

penyerapan makanan di lumen usus. Bahan makanan di lumen usus akan menjadi

hiperosmolar atau hipertonis, sehingga dapat menarik cairan dan natrium ke

lumen uusu. Pada infeksi virus juga didapatkan demam yang tidak terlalu tinggi

dan diare tanpa lendir dan darah. 2,8


Akibat infeksi Rotavirus terjadi kerusakan sel epitel mukosa usus,

infiltrasi sel-sel radang pada lamina propia, pemendekan jonjot usus,

pembengkakan mitokondria, dan bentuk mikrovili (brush border) yang tidak

teratur. Sebagai akibat dari semua ini adalah terjadinya gangguan absorpsi

cairan/elektrolit pada usus halus dan juga akan terjadi gangguan pencernaan

(digesti) dari makanan terutama karbohidrat karena defisiensi enzim disakaridase

3
akibat kerusakan epitel mukosa usus. Defisiensi enzim ini menyebabkan

karbohidrat tidak dapat diserap dan dikeluarkam bersama feses. Zat tersebut

bersifat asam, sehingga menyebabkan pH feses menjadi rendah dan dapat

mengiritasi anus.2
Anak-anak dengan diare bakterial seperti Campylobacter jejuni dan

Salmonella sp biasanya disertai demam tinggi dan diare berdarah akibat invasi

kuman di mukosa usus dan perubahan pada kanal ion. Sedangkan infeksi dengan

dihasilkannya sgiha-toksin oleh E. Coli dan Shigella akan menyebabkan kolitis

hemoragik. Toksin vibrio cholera menyebabkan sekresi klorida, natrium dan air ke

lumen usus halus tanpa menyebabkan kerusakan mukosa usus, dan menyebabkan

diare seperti air cucian beras.2,8


1.3 Manifestasi Klinis
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala

lainnya bila terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologik.

Gejala gastrointestinal berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan

manifestasi sitemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.2


Pada anak-anak dengan diare viral ditandai dengan buang air besar encer

dengan atau tanpa muntah, demam yang tidak terlalu tinggi dan anoreksia. Pada

diare yang disebabkan oleh rotavirus atau norovirus, dapat terjadi muntah yang

biasanya berakhir dalam 1-2 hari, dan diare berakhir dalam 5-7 hari. Sedangkan

diare bakterial ditandai dengan buang air besar encer disertai berdarah dan

berlendir disertai demam tinggi. Selain diare dan muntah, juga dapat ditemukan

gejala dehidrasi, kejang akibat hiponatremi atau hipernatremia, kembung akibat

hipikalemi.1,2,3,5
1.4 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis, klinis dan beberapa

pemeriksaan penunjang. Diawal perjalanan penyakit hanya terdapat gejala muntah

4
dan demam, dan sangat penting untuk menyingkirkan penyakit serius, maka harus

ditanyakan warna muntah dan frekuensinya. Harus ditanyakan riwayat kontak

dengan orang yang memiliki gejala yang sama, riwayat perjalanan, dan paparan

dengan makanan yang terkontaminasi serta riwayat mengonsumsi obat-obatan.5,9


Pada pemeriksaan fisik harus dinilai apakah ada demam, nilai tanda-

tanda dehidrasi dan menentukan derajat dehidrasi, seperti mata cekung, mukosa

mulut kering, pengisian kapiler kurang dari 2 detik, turgor kulit melambat dan

pola pernafasan yang abnormal. Pada pemeriksaan abdomen bisa tidak ditemukan

kelainan.4
Derajat dehidrasi adalah sebagai berikut:1

Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk mengkonfirmasi dan

menyokong hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Seperti pemeriksaan elektrolit,

gula darah, darah lengkap dan mikrobiologi. Pemeriksaan elektrolit tidak rutin

dilakukan pada dehidrasi ringan-sedang. Pemeriksaan urea nitrogen darah,

memiliki sensitifitas dan spesifisitas untuk mendiagnosis dehidrasi pada anak-

anak. Pemeriksaan laboratorium berperan penting dalam mengevaluasi dehidrasi

berat. Pemeriksaan feses tidak rutin dilakukan, tapi harus dilakukan apabila diare

menetap sampai 14 hari, diare berdarah dan apabila terjadi peningkatan insiden

diare yang tiba-tiba.1,7,9,10

5
Dalam menegakkan diagnosis harus disingkirkan kemungkinan penyakit

lain seperti infeksi saluran cerna (gastroenteritis), apendisitis, malrotasi usus atau

volvulus, intususepsi, infeksi sistemik (pneumonia, meningitis), penyakit

metabolik (diabetes melitus), alergi makanan, defisiensi laktase, hernia

strangulata, infalamory bowel disease.2,4,11


1.5 Tatalaksana
Prinsip tatalaksana diare pada anak adalah terapi rehidrasi oral,

pemberian makanan, suplemen zinc, medikamentosa yang tepat dan edukasi.

Dehidrasi harus segera dikoreksi dalam 4-6 jam sesuai derajat dehidrasi dan

perkirakan kebutuhan hariannya. Pada anak diare dengan dehidrasi berat bahkan

syok, atau tidak bisa dengan rehidrasi oral, membutuhkan rehidrasi inisial melalui

intravena.1
Pemberian cairan pada dehidrasi harus disesuaikan dengan derajat

dehidrasi, yaitu:11
a. Tanpa dehidrasi  oralit baru 5-10cc/kg setiap muntah atau diare,

atau pada umur < 1 tahun sebanyak 50-100cc, umur 1-5 tahun

sebanyak 100-200cc, umur >5 tahun semaunya. ASI terus diberikan.


Pasien dapat dirawat dirumah, kecuali bila ada komplikasi (tidak mau

minum, muntah terus menerus, diare frekuen)


b. Dehidrasi ringan-sedang  oralit baru (hipoosmolar) 75cc/kg dalam

3 jam untuk mengganti cairan yang hilang dan sebanyak 5-10cc/kg

setiap muntah dan diare. Cairan intravena diberikan bila anak tetap

muntahsetiap deberi cairan oral. Cairan yang diberikan adalah ringer

laktat atau KaEN 3B atau NaCl, dengan jumlah cairan sesuai dengan

berat badan , yaitu:


- Berat badan 3-10 kg : 200cc/kg/hari
- Berat badan 10-15 kg : 175 cc/kg/hari
- Berat badan >15 kg : 135 cc/kg/hari

6
Pada anak dengan dehidrasi ringan-sedang harus dipantau di pojok

Upaya Rehidrasi Oral (URO) untuk meningkatkan pengetahuan dan

berperan aktif dalam penanggulangan diare pada anak, promosi

upaya rehidrasi oral dan pemberian pelayanan bagi penderita.

Penderita diobservasi selama minimal 3 jam.


c. Dehidrasi berat  Rehidrasi parenteral RL 100cc/kg dengan cara

pemberian:
- Umur < 12 bulan: 30cc/kg dalam 1 jam pertama, 70cc/kg dalam 5

jam berikutnya
- Umur > 12 bulan: 30 cc/kg dalam 30 menit pertama, 70cc/kg dalam

2,5 jam berikutnya.


- Berikan cairan peroral bila pasien mau minum, dimulai dengan

5cc/kg selama proses rehidrasi.

Penatalaksanaan diare berdasarkan manajemen terpadu balita sakit dari

Kementrian Kesehatan RI, dibedakan menjadi tiga yaitu:


a. Rencana terapi A

7
b. Rencana terapi B

8
c. Rencana terapi C

9
Larutan rehidrasi oral yang direkomendasikan WHO atau dikenal juga

dengan oralit baru menjadi pilihan untuk mengatasi dehidrasi. Oralit baru ini

adalah oralit dengan osmolaritas yang rendah yang dapat menurunkan kebutuhan

cairan intravena dan mengurangi pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi

kejadian muntah hingga 30%. Oralit baru ini mengandung natrium 75 mmol/L,

klorida 65mmol/L, kalium 20mmol/L, dan glukosa 75mmol/L, sitrat 10mmol/L,

dengan osmolaritas total 245mOsm/L.1,2,12


Pemberian larutan rehidrasi oral harus diberikan perlahan, terutama

apabila ada muntah. Ketentuan pemakaian oralit formula baru:1,13


a. Beri ibu 2 bungkus oralit
b. Larutkan 1 bungkus oralit dalam 1 liter air matang untuk persediaan 24

jam.
c. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan

ketentuan sebagai berikut:


 Untuk anak dengan berat badan < 10 kg, berikan 60-120 cc

setiap buang air besar atau muntah

10
 Untuk anak dengan berat badan > 10 kg, berikan 120-240 cc

setiap buang air besar atau muntah


d. Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersedia, maka

sisa larutan harus dibuang.


Pemberian zinc dapat mengurangi lama dan beratnya diare, serta dapat

meningkatkan nafsu makan anak. Zinc diberikan selama 10-14 hari dengan dosis

untuk anak dibawah umur 6 bulan 10mg (½ tablet) per hari, dan untuk anak diatas

umur 6 bulan 20 mg (1 tablet) per hari. Tablet zinc dapat dilarutkan dalam ASI air

matang atau oralit.1,2


ASI dan makanan harus tetap diberikan sesuai dengan umur pasien,

untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi yang

hilang. Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi

sering (±6 kali sehari), rendah serat.11


Antibiotik harus diberikan sesuai dengan indikasi seperti diare berdarah

atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional akan memperpanjang

lamanya diare, karena mengganggu keseimbangan flora normal usus dan

menyebabkan resistensi obat. Agen antimotilitas seperti loperamid kontraindikasi

diberikan pada anak-anak dengan diare berdarah karena akan menunda eliminasi

agen infeksius dari saluran cerna, selain itu tidak memiliki peran yang penting

dalam mengatasi diare akut pada anak. Antiemetik perlu diberikan untuk

mengoptimalkan terapi rehidrasi, obat yang aman adalah ondansentron.1,2,13


1.6 Edukasi
Beberapa edukasi yang dapat diberikan kepada ibu atau pengasuh adalah

sebagai berikut:1,2,13
a. ASI dan makan tetap dilanjutkan.
b. Apabila anak diare dan tidak tersedia oralit, maka dapat diberikan air tajin,

larutan gula dan garam, kuah sayur-sayuran, dan sebagainya (bila tidak

ada tanda dehidrasi).


c. Lengkapi imunisasi

11
d. Tingkatkan sanitasi dan kebersihan lingkungan, penyediaan air bersih,

serta cuci tangan yang benar sebelum makan.


e. Harus segera membawa anak ke rumah sakit apabila anak demam, buang

air besar berdarah, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare semakin

sering, belum membaik dalam 3 hari.

BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : An. FA
No MR : 08.001.945
Umur : 1 tahun 6 bulan
Jenis kelamin : Laki – laki
Alamat : Taruko III
Suku bangsa : Indonesia

Seorang pasien laki - laki berumur 1 tahun 6 bulan datang ke KIA Puskesmas

Belimbing :
Keluhan utama : BAB encer sejak 6 jam yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang:
 Buang air besar encer 6 jam yangg lalu, frekuensi 4 kali, tidak ada lendir

dan darah.
 Demam sejak 6 jam SMRS, tidak tinggi, hilang timbul, tidak menggigil,

dan tidak berkeringat.


 Pasien masih mau minum.
 Kejang tidak ada
 Sesak nafas, batuk pilek tidak ada
 Buang air kecil warna dan jumlah biasa, buang air kecil terakhir 1 jam

yang lalu
 Kaki dan tangan teraba hangat
 Sebelumnya pasien memakan makanan yang sudah biasa dan dimasak oleh

ibunya dan tidak ada mengonsumsi susu formula.

12
 Pasien saat ini masih mengonsumsi nasi lunak dengan lauk pauk
 Pasien belum ada meminum obat maupun oralit sebelumnya
 Ibu tidak merasakan penurunan berat badan pada anaknya saat digendong

dibandingkan sebelum sakit.


Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya
 Tidak ada riwayat kelainan kongenital
Riwayat penyakit keluarga
 Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama
Riwayat persalinan dan kehamilan
 Lama hamil : cukup bulan
 Cara lahir : operasi SC dengan indikasi bekas SC sebelumnya
 Berat badan lahir : 3350 gram
 Panjang badan : 49 cm
 Saat lahir langsung menangis kuat
Riwayat makanan dan minuman:
Bayi :
 ASI: 0 bulan sampai sekarang
 Nasi tim : 6 bulan-12 bulan
 Bubur susu : 8 bulan – 12 bulan
 Susu formula : 6 ulaan sampai sekarang
Anak:
Makanan utama 3 kali sehari menghabiskan 1 porsi makanan
 Daging: 1-2 x/minggu
 Ikan : 3 x/minggu
 Telur : 5-6 x/minggu
 Sayur : 3 x/minggu
 Buah : 3-4 x/minggu
Kesan: kualitas dan kuantitas baik
Riwayat imunisasi:
BCG : 2 bulan
DPT : 2 bulan (I), 3 bulan (II), 4 bulan (III)
Polio : 2 bulan (I), 3 bulan (II), 4 bulan (III)
Hepatitis B : Saat lahir (0), 2 bulan (I), 3 bulan (II), 4 bulan (III)
Campak : 9 bulan
Booster : Belum ada
Kesan : imunisasi dasar lengkap.
Riwayat perumahan dan lingkungan:
Rumah : Permanen
Perkarangan : Luas
Buang air besar : WC di dalam rumah
Sampah : Dibuang ke tempat pembuangan sampah
Sumber air minum : Sumur
Kesan : Sanitasi dan higien baik
Pemeriksaan Fisik
Pemriksaan Umum

13
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Sadar
Frekuensi nadi : 144 x/menit
Frekuensi nafas : 24 x/menit
Suhu : 37,5oC
Edema : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Anemis : Tidak ada
Sianosis : Tidak ada
Berat badan : 8 kg
Tinggi badan : 70 cm
BB/U : Z score (-2 SD) – (0 SD), CDC 75%
TB/U : -Z score 3 SD, CDC 89,7%
BB/TB : Z score (-1 SD) – (0 SD), CDC 91%
Status gizi : Gizi kurang
Kepala : Bulat, simetris
Rambut : Hitam dan tidah mudah dicabut
Mata : Tampak tidak cekung, air mata ada, konjungtiva tidak anemis,

sklera tidak ikterik, pupil hitam dan isokor Ø 2mm/2mm


Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada
Tenggorokan : Tonsil T1-T1, tidak hiperemis
Gigi dan mulut : Mukosa basah, sianosis pada bibir tidak ada
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks : normochest, tidak ada retraksi dinding dada
Paru
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi : Fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada rhonki dan wheezing
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordir teraba di 1 jari medial LMCS RIC 4
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : Irama reguler, tidak ada murmur
Abdomen
Inspeksi : Tidak ada distensi
Palpasi : Teraba supel, hepar dan lien tidak teraba, tidak ada nyeri tekan,

turgor kulit kembali < 2 detik


Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus normal
Punggung : Tidak ditemukan kelainan
Alat kelamin : Tidak ditemukan kelainan
Ekstremtas : akral hangat, CRT<2”
Pemeriksaan Penunjang : -
Diagnosis kerja : Diare dengan dehidrasi ringan-sedang ec infeksi virus

14
Tatalaksana:
 Pojok URO
Pemberian oralit untuk dehidrasi ringan – sedang 200 cc setiap kali diare di

rumah.
 Zinc 1x20 mg PO
 Paracetamol syr 3 x 1 cth PO
 ASI OD

BAB III
DISKUSI
Seorang pasien laki - laki berusia 1 tahun 6 bulan datang ke KIA

Puskesmas Belimbing dengan keluhan BAB encer sejak 6 jam yang lalu frekuensi

kali. Diare yang dialami pasien tidak berlendir dan berdarah, hanya saja buang air

besar lebih encer dari biasanya dan ampas yang sedikit. Berdasarkan tinjauan

pustaka, diare yang seperti ini disebabkan oleh infeksi virus. Selain itu, didukung

oleh data epidemiologi bahwa penyebab diare akut terbanyak (70-90%) adalah

virus, yaitu rotavirus atau norovirus. Faktor risiko terjadinya diare akut pada

pasien ini adalah usia yang sangat muda. Pasien ini juga mengalami demam yang

hilang timbul dan tidak terlalu tinggi. Adanya demam menunjukkan suatu proses

inflamasi atau infeksi didalam tubuh.

15
Pada pasien yang mengalami diare akut, harus segera dinilai apakah ada

tanda-tanda dehidrasi atau tidak. Dari pemeriksaan fisik pada pasien ini

didapatkan, anak tampak sakit sedang, masih mau minum, nadi lebih cepat yaitu

144x/menit, mata tidak cekung, dan turgor kulit baik yaitu <2“, dan pemeriksaan

fisis lain dalam batas normal. Hal ini merupakan tanda dehidrasi ringan sedang.
Pemeriksaan penunjang yang biasanya pada keadaan ini adalah cek darah

rutin untuk memperkirakan penyebab infeksi pada pasien ini, untuk lebih

mengarah ke infeksi virus atau bakteri. Pemeriksaan elektrolit yang tidak rutin

dilakukan pada dehidrasi ringan-sedang. Selain itu, pemeriksaan feses juga tidak

rutin dilakukan.
Tatalaksana awal pada pasien ini adalah mengatasi dehidrasi dan

mencegah perburukan. Pada pasien dengan dehidrasi sedang, diberikan larutan

rehidrasi oral sebanyak 75/kg dalam 3 jam. Setelah dipantau di pojok URO

(upaya rehidrasi oral), anak tidak memuntahkan yang di minum. Infeksi virus

bersifat self-limiting, sehingga terapi hanya bersifat simptomatik. Dan

tatalakssana selanjutnya di rumah dengan pemberian oralit 200 cc tiap kali diare.

16
DAFTAR PUSTAKA
1. Bhutta ZA. Acute Gastroenteritis in Children in Nelson Textbook of

Pediatric. 20th edition. Philadelpia: Elsevier: 2016


2. Subagyo, Bambang dan Nurtjahjo Budi Santoso. Diare Akut.. Buku

Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1. Cetakan 1. Jakarta: IDAI;

2010:137-45
3. Webb A, Starr M. Acute Gastroenteritis in Children. Australian Family

Physician. 2005. Vol 34; No 4


4. Churgay CA, Afrat Z. Gastroenteritis in Children: Part 1 Diagnosis.

American Academy of Family Physicians. 2012; 85 (11)


5. Guarino A, Vecchio AL, Ashkenazi S, Gendrel D, Shamir R,

Szajewska. European Society for Pediatric Gastroenterology,

Hepatology, and Nutrition/ European Society for Pediatric Infectious

Disease Evidence-Based Guidelines for the Managenment of Acute

Gastroenteritis in Children in Europe: Update 2014. JPGN. 2014;

59(1)
6. Halim F, Warrouw SM, Rampengan NH, Salendu P. Hubungan Jumlah

Koloni eschericia Coli dengan Derajat Dehidrasi pada Diare Akut. Sari

Pediatri. 2017;19(2):81-5
7. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Data dan Informasi; Profil

Kesehatan Indonesia 2016. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI.

2017
8. Elliott EJ. Clinical Review; Acute Gastroenteritis in Children. BMJ.

2007; Vol 334: pp 35-40


8. Cincinati Children’s Hospital Medical Center. Acute Gastroenteritis: In

Children Aged 2 Month Throught 5 Years. CPG. 2013


9. South Australian Paediatric Practice Guidelines. Gastroenteritis in

Children. South Australian Child Health Clinical Network. 2016

17
10. Pujiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra,

Harmoniati D. Pedoman Pelayanan Medis. IDAI. 2009


11. Alam MM, Khurshid A, Shaukat S, Rana MS, Sharif S, Angez M, et al.

Open Access; Viruses. 2015; (7): 378-393


12. Churgay CA, Aftab Z. Gastroenteritis in Children: Part II Prevention

and Management. American Family Physician. 2012; 85(11)

18

Anda mungkin juga menyukai