85 167 1 SM
85 167 1 SM
ABSTRACT
The Vegetation Analysis of Weeds in Corn (Zea mays L.) Plantation and Its Conjunction
with Weed Control in Lambung Bukit, Padang, West Sumatra
Research about the vegetation analysis of weeds in corn (Zea mays L.) plantation and its conjunction with
weed control in Kelurahan Lambung Bukit, Padang, West Sumatra had been conducted from March to Juny 2011 by
using systematic squares method of 10 total plots with size 1x1 m2. It was found consist of 10 families, 15 genera,16
species and 1892 individuals weeds. Spermacoce alata (Rubiaceae) showed the highest value of Summed Dominance
Ratio (23,17%) and the lowest rate of SDR Hedyotis sp., Cyperus cephalotes and Amaranthus sp. (0,65%). The
diversity index of the weeds was H'= 1,2005 (moderate). Integrated weed management is a concept that prioritizes
natural control by creating environmental conditions that not favorable for the development of weeds and improve
the competitiveness of crops against weeds.
ABSTRAK
Penelitian mengenai analisis vegetasi gulma pada pertanaman jagung dan hubungannya dengan pengendalian
gulma di Kelurahan Lambung Bukit, Padang, Sumatera Barat telah dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juni 2011.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Metode Kuadrat sebanyak 10 plot dengan ukuran 1x1 m2. Pada penelitian
ini didapatkan 10 famili, 15 genus, 16 jenis, dan 1892 individu gulma. Gulma yang memiliki nilai SDR tertinggi yaitu
gulma jenis Spermacoce alata famili (Rubiaceae) dengan nilai Summed Dominance Ratio (SDR) 23,17 % dan nilai
SDR terendah Hedyotis sp., Cyperus cephalotes dan Amaranthus sp. (0,65%). Nilai indeks dari keanekaragaman jenis
gulma berada pada nilai H’ = 1,2005 (sedang). Pengelolaan gulma terpadu merupakan konsep yang mengutamakan
pengendalian secara alami dengan menciptakan keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi perkembangan
gulma dan meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma
tersebut (Moenandir, 1990). Selanjutnya, jagung. Hasil survei lapangan yang telah
Rukmana dan Saputra (1999) mengatakan dilakukan di Kelurahan Lambung Bukit,
bahwa gulma adalah tumbuhan yang tidak Padang, Sumatera Barat terdapat lahan per-
dikehendaki yang mengganggu usaha ma- tanaman jagung dengan kondisi lingkungan
nusia dalam mencapai kesejahteraan dan sekitar pertanaman memperlihatkan banyak-
memiliki kemampuan kompetitif dan agresif nya gulma yang tumbuh di sekitar area
serta tumbuhan yang kukuh (gigih) dan pertanaman tersebut. Hal ini akan memicu
tahan pengendalian. persaingan untuk tumbuh dan berkembang
Pemeliharaan tanaman jagung secara pada tanaman jagung dengan gulma yang
intensif tidak terlepas dari aspek pengen- berada di sekitar lahan pertanaman jagung
dalian gulma, karena kehadiran gulma pada tersebut. Rendahnya hasil jagung yang dica-
pertanaman jagung sering dianggap sebagai pai disebabkan banyaknya faktor, diantara-
salah satu penyebab turunnya hasil dan mutu nya pengeloalaan gulma belum dilaksanakan
biji jagung. Penurunan hasil tersebut sangat secara maksimal. Sehingga, pertumbuhan
tergantung pada jenis gulma, tingkat ke- dan produksi jagung akan menurun.
padatan, waktu kompetisi, serta senyawa Berdasarkan latar belakang diatas perlu
alelopati yang dikeluarkankan oleh gulma. dilakukan penelitian yang berjudul “Analisa
Akibat yang terjadi dari penurunan tersebut Vegetasi Gulma Pada Pertanaman Jagung
adalah kehilangan hasil yang dapat melebihi dan Hubungannya dengan Pengendalian
kehilangan hasil yang disebabkan oleh hama Gulma di Kelurahan Lambung Bukit,
dan penyakit pada tanaman (Kastanja,2012). Padang, Sumatera Barat”. Diharapkan hasil
Beberapa penelitian menunjukkan korelasi penelitian ini nantinya dapat dijadikan se-
negatif antara bobot kering gulma dan hasil bagai panduan dalam tindakan pengendalian
jagung, dengan penurunan hasil hingga 95% gulma pada pertanaman jagung di Kelurahan
(Violic, 2000). Di tingkat petani, kehilangan Lambung Bukit, Padang, Sumatera Barat.
hasil jagung karena persaingan dengan
gulma mencapai 10-15% (Moenandir,1990).
Hal ini berarti kehadiran gulma pada lahan BAHAN DAN METODE
pertanaman jagung tidak jarang menurunkan
hasil dan mutu biji. Alat dan Bahan
Keberhasilan pengendalian gulma me- Alat yang diperlukan adalah tali rafia,
rupakan salah satu faktor penentu tercapai- koran, karung, selotip, oven, kamera digital,
nya tingkat hasil jagung yang tinggi. Gulma pancang, hp, alat-alat tulis, plastik 5 kg,
dapat dikendalikan melalui berbagai aturan label gantung dan buku determinasi gulma
dan karantina; secara biologi dengan meng- (buku Weeds Of Rice In Indonesia (Soerjani
gunakan organisme hidup; secara fisik et al., 1987), Atlas Of 220 Weeds Of Sugar-
dengan membakar dan menggenangi, mela- cane Field In Java (Backer, 1973), The
lui budi daya dengan pergiliran tanaman, World’s Worst Weeds (Le Roy G. Holm et
peningkatan daya saing dan penggunaan al., 1988). Bahan yang diperlukan adalah
mulsa; secara mekanis dengan mencabut, jenis-jenis gulma pada pertanaman jagung
membabat, menginjak, menyiang dengan dan alkohol 70%.
tangan, dan mengolah tanah dengan alat me-
kanis bermesin dan nonmesin, secara kimia- Metode Penelitian
wi menggunakan herbisida. Gulma pada Penelitian dilakukan dengan Metode
pertanaman jagung umumnya dikendalikan Kuadrat dengan menggunakan plot ukuran
dengan cara mekanis dan kimiawi. 1x1 m2. Peletakan plot dilakukan secara
Pengendalian gulma secara kimiawi berpo- sistematik yang diambil sebanyak 10 plot
tensi merusak lingkungan sehingga perlu untuk tiap luasan pertanaman jagung. Untuk
dibatasi melalui pemaduan dengan cara mengetahui tentang pengendalian gulma
pengendalian lainnya (Fadly dan Tabri, yang ada pada pertanaman jagung di
2007). Kelurahan Lambung Bukit, Padang,
Sumatera Barat merupakan salah satu Sumatera Barat dibutuhkan wawancara seca-
willayah yang kayak akan hasil pertanian- ra langsung kepada pemilik lahan pertanam-
nya. Banyak jenis tanaman yang dikelola an jagung tersebut. Jenis gulma yang belum
oleh masyarakat disana, seperti tanaman diketahui namanya dikoleksi dan selanjutnya
Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 4, No. 2, Juli 2014, 135 – 142
137 | ………………Analisa vegetasi gulma pada pertanaman jagung dan hubungannya dengan pengendalian gulma
diidentifikasi di Herbarium Universitas tahun dalam kondisi dorman, dan akan ber-
Andalas. kecambah ketika kondisi lingkungan me-
matahkan dormansi itu. Terangkatnya biji
gulma ke lapisan atas permukaan tanah dan
HASIL DAN PEMBAHASAN tersedianya kelembaban yang sesuai untuk
perkecambahan mendorong gulma untuk
Komposisi Gulma tumbuh dan berkembang. Biji spesies gulma
Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil setahun (annual spesies) dapat bertahan
analisis vegetasi gulma pada pertanaman ja- dalam tanah selama bertahun-tahun sebagai
gung di Kelurahan Lambung Bukit, Padang, cadangan benih hidup atau viable seeds
Sumatera Barat didapatkan 10 famili, 15 (Melinda, Owen and Bucher, 1998).
genus, 16 jenis, dan 1892 individu gulma. Jumlah jenis gulma yang terus hidup
Pada pertanaman jagung di Kelurahan sangatlah bervariasi pada setiap areal tanam.
Lambung Bukit, Padang, Sumatera Barat, Variasi ini timbul bermula dari kemampuan
banyak ditemukan gulma dari famili gulma itu sendiri. Potensi kehadiran gulma
Rubiaceae yaitu sebanyak 959 individu. dalam satu daerah sangat tinggi yang di-
Selain famili Rubiaceae, dua famili lain sebabkan banyak faktor dan salah satunya
yang banyak ditemukan adalah Poaceae (143 adalah sistem pengolahan tanah. Menurut
individu) dan Compositae (735 individu). Moenandir (1993) bahwa biji gulma ber-
Sedangkan famili yang paling sedikit di- potensi untuk tumbuh menjadi satu populasi
temukan adalah Cyperaceae (1 individu). gulma bila keadaan menguntungkan. Biji-
Banyak faktor yang mempengaruhi ke- biji gulma dapat tumbuh mencapai jutaan
ragaman komunitas gulma pada pertanaman jumlahnya dalam tanah dan terdiri dari
jagung ini di antaranya yaitu deposit biji banyak jenis.
gulma dalam tanah. Biji gulma dapat ter-
simpan dan bertahan hidup selama puluhan
Tabel 1. Komposisi Gulma Pada Pertanaman Jagung di Kelurahan Lambung Bukit, Padang,
Sumatera Barat.
No Famili Genus Spesies Jumlah Individu
1 Amaranthaceae* Amaranthus Amaranthus sp. 1
Amaranthus hybridus L. 4
2 Achantaceae* Graptophyllum Graptophyllum sp. 3
3 Poaceae** Eleusine Eleusine indica (L) 17
Gaertn.
Echinocloa Echinochloa crus-galli 96
(L.) P. Beauv.
Eragrostis Eragrostis sp. 3
Digitaria Digitaria ciliaris (Retz.) 27
Koeler.
4 Onagraceae* Ludwigia Ludwigia perennis L. 14
5 Phyllanthaceae* Phyllanthus Phyllanthus niruri L. 12
6 Euphorbiaceae* Euphorbia Euphorbia hirta L. 2
7 Cyperaceae*** Cyperus Cyperus cephalotes Vahl. 1
8 Rubiaceae* Hedyotis Hedyotis sp. 1
Borreria Spermacoce alata Aubl. 958
9 Cleomaceae* Cleome Cleome rutidosperma DC. 18
10 Compositae* Ageratum Ageratum conyzoides (L.) 703
L.
Galinsoga Galinsoga parviflora Cav. 32
Jumlah Total 1892
Keterangan: ***= teki-tekian, **= rerumputan (gulma berdaun sempit), *= berdaun lebar
Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 4, No. 2, Juli 2014, 135 – 142
Analisa vegetasi gulma pada pertanaman jagung dan hubungannya dengan pengendalian gulma……………… | 138
10.00%
Family Dominan dan Co-Dominan 7.35%
Pada Tabel 2, dapat dilihat bahwa
5.00%
famili yang dominan pada lahan pertanaman 2.76% 2.45%
jagung di Kelurahan Lambung Bukit,
0.00%
Padang, Sumatera Barat, yaitu famili Spermacoce Ageratum Echinochloa Ludwigia Galinsoga
Rubiaceae (50,69%) dan family yang co- alata conyzoides crss-gali perennis parviflora
dominan pada famili Cyperaceae (0.05%). Gambar 2. Nilai SDR Gulma Pada
Menurut Johnston and Gillman (1995), suatu Pertanaman Jagung di
famili dikatakan dominan pada suatu ka- Kelurahan Lambung Bukit,
wasan yaitu jika memiliki persentase >20% Padang, Sumatera Barat.
dari total individu dan co-dominan jika
persentasenya 10%-20%.
Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 4, No. 2, Juli 2014, 135 – 142
139 | ………………Analisa vegetasi gulma pada pertanaman jagung dan hubungannya dengan pengendalian gulma
Gulma kedua yang mendominansi ini menjadi gulma dominan di lebih dari 60
adalah Ageratum conyzoides famili negara.
(Asteraceae) dengan nilai SDR 18,67 %.
Gulma Ageratum conyzoides termasuk go- Indeks Keanekaragaman Jenis
longan tumbuhan semusim yang banyak Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat
tumbuh di lahan pertanian, perkebunan bahwa nilai indeks dari keanekaragaman
karet, palawija, kopi, tembakau, cengkeh jenis gulma berada pada nilai H’ = 1,2005.
dan kelapa sawit. Dapat ditemukan hingga Hal ini sesuai dengan Magurran (2004)
ketinggian 3.000 mdpl, meyukai intensitas menyatakan bahwa nilai indeks keane-
cahaya tinggi dan ternaungi. Ageratum karagaman Shannon yaitu 1>H≥3 me-
conyzoides memiliki tekstur biji ringan nunjukkan keanekaragaman sedang. Odum
dengan jumlah biji yang banyak, dapat (1996) juga menyatakan bahwa tinggi ren-
tersebar dengan bantuan angin dan cukup dahnya keanekaragaman jenis suatu organ-
mengganggu perkebunan. Tumbuhan ini isme didalam komunitasnya tergantung pada
memiliki daya saing yang tinggi, sehingga banyaknya jumlah individu yang terdapat
dengan mudah tumbuh dimana-mana dan pada komunitas tersebut. Kondisi ling-
sering menjadi gulma yang merugikan para kungan sangat mempengaruhi keaneka-
petani (Okunade, 2002). Jenis ini ber- ragaman jenis suatu tumbuhan. Kondisi
kembang biak dengan biji dan tumbuh di yang sangat ekstrim akan menyebabkan
tempat terbuka atau agak terlindung gangguan terhadap stabilitas kehidupan dan
(Tjokrowardojo dan Djauhariya, 2011). distribusi beragam tumbuhan (Ewusie,
Gulma ketiga yang mendominansi 1990). Keanekaragaman jenis yang tinggi
adalah Echinochloa crus-gali famili merupakan indikator dari kemantapan atau
(Graminae) dengan nilai SDR 7,35 %. kestabilan dari suatu lingkungan partum-
Menurut Altop dan Mennan (2011), gulma buhan. Kestabilan yang tinggi menunjukkan
Echinochloa crus-gali memiliki distribusi tingkat kompleksitas yang tinggi, hal ini
yang luas, mampu beradaptasi pada berbagai disebabkan terjadinya interaksi yang tinggi
aspek ekologi, toleran terhadap kondisi pula sehingga akan mempunyai kemampuan
iklim kering dan kondisi anaerob, perke- lebih tinggi dalam menghadapi gangguan
cambahan dan pertumbuhan yang cepat, terhadap komponen-komponennya.
produksi biji yang banyak, sehingga spesies
Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 4, No. 2, Juli 2014, 135 – 142
Analisa vegetasi gulma pada pertanaman jagung dan hubungannya dengan pengendalian gulma……………… | 140
Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 4, No. 2, Juli 2014, 135 – 142
141 | ………………Analisa vegetasi gulma pada pertanaman jagung dan hubungannya dengan pengendalian gulma
Altop, E.K. and H. Mennan. 2011. Genetic Le Roy G. Holm, Ronald L.Plucknett, Juan
and morphologic diversity of V. Pancho, James P. Herberger .1988.
Echinochloa crus-galli populations The World’s Worst Weeds. University
from different origins. Phytoparasitica Press Of Hawai.
39, 93-102.
Melinda, L.H., M.D.K. Owen, and D.D.
Backer. 1973. Atlas Of 220 Weeds Of Sugar- Bucher. 1998. Effects Of Crop And
cane Field In Java. Jakarta. Weed Management On Density And
Vertical Distribution Of Weed Seeds
Buchler, D.B., J.D. Doll, R.T. Proost, and In Soil. Agron. J. 90:793-799.
M.R. Visocky. 1995. Integrating
mechanical weeding with reduce Moenandir, J . 1990. Persaingan Tanaman
herbicide use in conservation tillage Budidaya Dengan Gulma. Penerbit
corn production systems. Agron. J. CV. Rajawali.Jakarta.
87:507-512.
Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma Dalam
Clements, D.R., S.F.Wiese, R. Brown, D.P. Sitem Pertanian. PT. Gadjah Mada
Stonehouse, D.J. Hume, and C.J. University Press. Yogyakarta.
Swanton. 1995. Energy analysis of
tillage and herbicide inputs in Purwono dan Hartono, R. 2008. Bertanam
alternative weed management systems. Jagung Unggul. Penebar Swadaya.
Agriculture, Ecosystems and Jakarta.
Environment. 52:119-128.
Rizal, A. 2004. Penentuan kehilangan hasil
Efendi, R. dan A.F. Fadhly. 2004. Pengaruh tanaman akibat gulma. Dalam: S.
sistem pengolahan tanah dan Tjitrosemito, A.S. Tjitrosoedirdjo, dan
Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 4, No. 2, Juli 2014, 135 – 142
Analisa vegetasi gulma pada pertanaman jagung dan hubungannya dengan pengendalian gulma……………… | 142
Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 4, No. 2, Juli 2014, 135 – 142