Anda di halaman 1dari 17

TEKNOLOGI DIGITAL DALAM PENDIDIKAN

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

LANDASAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Disusun Oleh:
KELOMPOK 8

1. SRI RAHAYU ( P2A119004 )


2. MAHARANI WULANDARI ( P2A119007 )

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Teknologi Digital Dalam Pendidikan. Makalah ini dibuat
sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Landasan Teknologi
Pendidikan pada Program studi Megister Teknologi Pendidikan.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan, saran yang
membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.

Jambi, Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C. TujuanMasalah ........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Mengintegrasikan TIK dalam Proses Belajar Mengajar di
sekolah............................................... ................................................... 3
B. Guru dan TIK …………………………............................................... 4
C. Peran Utama Untuk Kebijakan Inovasi Dalam
Pendidikan.............................................................................. ................. 5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................ 15
B. Saran ...................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kebijakan pendidikan perlu mencerminkan fakta bahwa komputer dan
Internet semakin ada di mana-mana dalam kehidupan sehari-hari. Bab ini
mempertimbangkan dampak potensial dan aktual dari teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) pada pengajaran dan pembelajaran. Ditemukan bahwa tahun
2003 dan 2012, siswa di seluruh dunia telah memperoleh akses yang lebih besar
dari komputer di sekolah, walaupun intensitas dan variasi penggunaannya
bervariasi di berbagai negara. Ini meneliti faktor-faktor yang mendorong guru
untuk lebih memanfaatkan TIK di kelas serta apa yang menghambat mereka, dan
melihat keterampilan TIK terhadap pemecahan masalah guru yang berkaitan
dengan teman sebaya mereka di luar pendidikan. Akhirnya, ia
mempertimbangkan apakah investasi dalam teknologi, atau penggunaan
komputer dan Internet oleh siswa, terkait dengan hasil pendidikan yang lebih
baik.
Tantangan pendidikan pada abad ke-21 adalah membangun masyarakat
berpengetahuan (knowledge-based society) yang dapat dibangun melalui
pengintegrasian Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam proses
pembelajaran. Dalam konteks pendidikan, sesungguhnya peran TIK adalah
sebagai “enabler” atau alat untuk memungkinkan terjadinya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien serta menyenangkan. Dalam hal ini TIK
dijadikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri.
Dalam pendidikan modern, guru dituntut untuk mampu mengintegrasikan
TIK dalam proses pembelajaran. Dilihat dari sisi peran TIK bagi guru, maka
pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaran seharusnya memungkinkan
dirinya untuk: (1) menjadi fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan
teman belajar dan (2) dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar
kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar (UNESCO, 2002: 22-23).
Guru sebagai aktor utama dalam proses pendidikan di sekolah perlu
mendapatkan perhatian lebih melalui kegiatan pelatihan dan pendidikan yang
sistematis dalam penguasaan TIK. Guru yang dituntut harus dengan cepat
mengupdate pengetahuan, keterampilan, dan kompetensinya dalam bidang TIK,
ternyata tidak dapat begitu saja dengan mudah dalam upaya menguasai bidang
TIK ini. Banyak kendala mulai dari faktor usia, dukungan sarana peralatan,
kesempatan, dukungan kebijakan dari atasan, hingga ketersediaan infrastruktur
di sekolah yang tidak merata dan tidak dengan mudah bisa disesuaikan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah mengintegrasikan TIK dalam proses belajar mengajar di
sekolah…?
2. Bagaimanakah peran utama untuk kebijakan Inovasi dalam Pendidikan…?

C. TUJUAN PENULIS
1. Mengetahui bagaimana mengintegrasikan TIK dalam proses belajar
mengajar di sekolah…?
2. Mengetahui bagaimanakah peran utama untuk kebijakan Inovasi dalam
Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mengintegrasikan TIK Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah


Komputer dan Internet semakin menjadi bagian dari lingkungan di mana
orang dewasa muda tumbuh dan belajar. Karena itu sekolah dan sistem
pendidikan perlu menuai manfaat pendidikan dari teknologi informasi dan
komunikasi (TIK). Kebijakan TIK terkoordinasi umum di tingkat sekolah,
kabupaten atau nasional. Mereka membantu sekolah dan guru untuk mengikuti
arus terus-menerus kebaruan teknologi, dan untuk mengelola perubahan dan
gangguan yang dapat diperkenalkan oleh alat baru.
Teknologi informasi dan komunikasi dapat mendukung dan
meningkatkan pembelajaran. Dengan akses ke komputer dan Internet, siswa
dapat mencari informasi dan memperoleh pengetahuan di luar apa yang tersedia
melalui guru dan buku teks. TIK juga memberikan para siswa cara-cara baru
untuk melatih keterampilan mereka - seperti memelihara halaman web pribadi
atau publikasi online, memprogram komputer, berbicara dan mendengarkan
penutur asli ketika mempelajari bahasa kedua, dan / atau menyiapkan presentasi
multimedia, baik sendiri atau sebagai bagian dari tim yang terhubung dari jarak
jauh. Perangkat TIK menyatukan media pendidikan yang terpisah secara
tradisional (buku, menulis, rekaman audio, rekaman video, database, game, dll.),
Sehingga memperluas atau mengintegrasikan berbagai waktu dan tempat di
mana pembelajaran dapat terjadi (Livingstone, 2011).
Kehadiran luas TIK dalam kehidupan sehari-hari juga menciptakan
kebutuhan akan keterampilan khusus. Paling tidak, pendidikan dapat
meningkatkan kesadaran pada anak-anak dan keluarga mereka tentang risiko
yang mereka hadapi online dan bagaimana cara menghindarinya (OECD, 2012).
Sebagai teknologi yang dinamis dan berubah yang mengharuskan para
penggunanya untuk memperbarui pengetahuan dan keterampilan mereka secara
berkala, TIK juga mengundang sektor pendidikan untuk memikirkan kembali
konten dan metode pengajaran dan pembelajaran. pengguna TIK - seperti kita
semua saat ini - seringkali harus menyesuaikan diri dengan perangkat atau
perangkat lunak baru atau fungsi baru dari perangkat dan aplikasi yang ada.
Akibatnya, pengguna TIK harus belajar, dan melepaskan, dengan langkah cepat.
Hanya mereka yang dapat mengarahkan proses belajar ini sendiri, memecahkan
masalah yang tidak dikenal saat mereka muncul, akan sepenuhnya menuai
manfaat dari dunia yang kaya teknologi.
Bandingkan dua kalimat berikut! ”Learning to Use ICTs vs Using ICTs
to Learn”. Secara sederhana, mengintegrasikan TIK ke dalam proses
pembelajaran sama maknanya dengan menggunakan TIK untuk belajar (using
ICTs to learn) sebagai lawan dari belajar menggunakan TIK (learning to use
ICTs). Belajar menggunakan TIK mengandung makna bahwa TIK masih
dijadikan sebagai obyek belajar atau mata pelajaran.
Sebenarnya, UNESCO mengklasifikasikan tahap penggunaan TIK dalam
pembelajaran ke dalam empat tahap sebagai berikut:
1. Tahap emerging, baru menyadari akan pentingnya TIK untuk pembelajaran
dan belum berupaya untuk menerapkannya,
2. Tahap applying, satu langkah lebih maju dimana TIK telah dijadikan
sebagai obyek untuk dipelajari (mata pelajaran),
3. Tahap integrating, TIK telah diintegrasikan ke dalam kurikulum
(pembelajaran),
4. Tahap transforming merupakan tahap yang paling ideal dimana TIK telah
menjadi katalis bagi perubahan/evolusi pendidikan.

TIK diaplikasikan secara penuh baik untuk proses pembelajaran


(instructional purpose) maupun untuk administrasi (administrational purpose).
Apa yang terjadi dalam praktek pembelajaran di negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia, TIK masih dijadikan sebagai obyek atau mata pelajaran.
Sebagian besar, TIK masih dijadikan sebagai obyek belajar atau mata pelajaran
di sekolah-sekolah. Bahkan di tingkat perpendidikan tinggi atau akademi,
banyak dibuka program studi yang berkaitan dengan TIK, seperti teknik
informatika, manajemen informatika, teknik komputer, dan lain-lain. Fryer
(2001) mengatakan bahwa penggunaan TIK dalam pembelajaran bertujuan
untuk melatih keterampilan menggunakan TIK dengan cara
mengintegrasikannya ke dalam aktifitas pembelajaran, bukan mengajarkan TIK
tersebut sebagai mata pelajaran yang terpisah. Jadi, sudah saatnya TIK
diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran dan bukan hanya sekedar menjadi
mata pelajaran yang terpisah. Dengan mempersiapkan sumber daya manusia
Indonesia untuk siap memasuki era masyarakat berbasis pengetahuan
(knowledge-based society). Tahun 2020 Indonesia akan memasuki era
perdagangan bebas (AFTA). Pada masa itu, masyarakat Indonesia harus
memiliki ICT literacy yang mumpuni dan kemampuan menggunakannya untuk
meningkatkan produktifitas (knowledge-based society). Pengintegrasian TIK ke
dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan ICT literacy, membangun
karakteristik masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society) pada
diri peserta didik, di samping dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses
pembelajaran itu sendiri.
UNESCO (2002) menyatakan bahwa pengintegrasian TIK ke dalam
proses pembelajaran memiliki tiga tujuan utama:
1. Untuk membangun ”knowledge-based society habits” seperti kemampuan
memecahkan masalah (problem solving), kemampuan berkomunikasi,
kemampuan mencari, mengoleh/mengelola informasi, mengubahnya
menjadi pengetahuan baru dan mengkomunikasikannya kepada orang lain,
2. Untuk mengembangkan keterampilan menggunakan TIK (ICT literacy), dan
3. Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran.

Dari sisi pendekatan, Fryer (2001) menyarankan dua pendekatan yang


dapat dilakukan pendidik ketika merencanakan pembelajaran yang
mengintegrasikan TIK, yaitu:
1. Pendekatan Topik (Theme-Centered Approach); Pada pendekatan ini,
topik atau satuan pembelajaran dijadikan sebagai acuan. Secara sederhana
langkah yang dilakukan adalah: 1) menentukan topik; 2) menentukan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai; dan 3) menentukan aktifitas pembelajaran
dan software (seperti modul. LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM,
bahan belajar on-line di internet, dll) yang relevan untuk mencapai tujuan
pembelajaran tersebut. Rencana pembelajaran yang dicontohkan di atas
merupakan salah satu contoh penggunaan pendekatan ini.
2. Pendekatan Software (Software-centered Approach); menganut langkah
yang sebaliknya. Langkah pertama dimulai dengan mengidentifikasi
software (seperti bku, modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM,
bahan belajar on-line di internet, dll) yang ada atau dimiliki terlebih dahulu.
Kemudian menyesuaikan dengan topik dan tujuan pembelajaran yang
relevan dengan software yang ada tersebut. Sebagai contoh, karena di
sekolah hanya ada beberapa VCD atau mungkin CD-ROM tertentu yang
relevan untuk suatu topik tertentu, maka pendidik merencanakan
pengintegrasian software tersebut untuk mengajar hanya topik tertentu
tersebut. Topik yang lainnya terpaksa dilaksanakan dengan cara
konvensional. Sedangkan dari sisi strategi pembelajaran, ada beberapa
pendekatan yang disarankan untuk membangun keterampilan berpikir
tingkat tinggi peserta didik, diantaranya adalah:
a) Resources-based learning memiliki karakteristik dimana peserta didik
diberikan/disediakan berbagai ragam dan jenis bahan belajar baik cetak
(buku, modul, LKS, dll) maupun non cetak (CD/DVD, CD-ROM,
bahan belajar online) atau sumber belajar lain (orang, alat, dll) yang
relevan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Kemudain peserta didik diberikan tugas untuk melakukan aktifitas
belajar tertentu dimana semua sumber belajar yang mereka butuhkan
telah disediakan. Sebagai contoh, tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai adalah peserta didik dapat membandingkan beberapa teori
penciptaan alam semesta. Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran
tersebut, pendidik telah mengidentifikasi dan menyiapkan berbagai
bentuk dan jenis sumber belajar yang berisi informasi tentang teori
penciptaan alam semesta berupa buku, VCD, CD-ROM, alamat situs di
internet dan mungkin seorang narasumber ahli astronomi yang
diundang khusus ke kelas. Kemudian peserta didik ditugaskan untuk
mencari minimal dua teori tentang penciptaan alam semesta secara
individu atau kelompok baik dari buku, VCD, maupun internet sesuai
dengan seleranya. Peserta didik juga diminta untuk menganalisis
perbedaan dari berbagai segi tentang teori-teori tersebut dan membuat
laporannya dalam MSWord yang kemudian dikirim ke pendidik dan
teman lainnya melalui e-mail.
b) Case-based learning memiliki karakteristik di mana peserta didik
diberikan suatu permasalahan terstruktur untuk dipecahkan. Dengan
case-based learning solusi pemecahan masalahnya sudah tertentu
karena skenario sudah dibuat dengan jelas.
c) Problem-based learning memiliki kemungkinan solusi pemecahan
masalahnya akan berbeda. Misal, dua orang peserta didik diberikan satu
permasalahan dengan pendekatan problem-based learning. Maka solusi
yang diberikan oleh peserta didik yang satu dengan peserta didik yang
lain mungkin berbeda.
d) Simulation-based learning memiliki karakteristik dimana peserta didik
diminta untuk mengalami suatu peristiwa yang sedang dipelajarinya.
Sebagai contoh, peserta didik diharapkan dapat membedakan perubahan
percampuran warna-warna dasar. Maka, melalui suatu software tertentu
(misal virtual lab) peserta didik dapat melakukan berbagai percampuran
warna dan melihat perubahan-perubahannya. Dan ia dapat mencatat
laporannya dalam bentuk tabel dengan menggunakan MSExcell atau
MSWord. Atau kalau perlu mempresentasikan hasilnya dengan
menggunakan MSPowerpoint.
e) Colaborative-based learning memiliki karakteristik dimana peserta
didik dibagi kedalam beberapa kelompok, melakukan tugas yang
berbeda untuk menghasilkan satu tujuan yang sama. Sebagai contoh,
untuk mencapai tujuan pembelajaran dimana peserta didik dapat
membedakan beberapa teori penciptaan alam semesta, peserta didik
dibagi ke dalam tiga kelompok. Masing-masing kelompok ditugas kan
mencari satu teori penciptaan alam semesta. Kemudian ketiga
kelompok tersebut berkumpul kembali untuk mendiskusikan perbedaan
teori tersebut dari berbagai segi dan membuat laporannya secara
kolektif. Salah seorang peserta didik dapat ditunjuk untuk menyajikan
hasilnya.

Sementara itu bentuk-bentuk pemanfaatan komputer oleh peserta didik


dalam pembelajaran antara lain:
1. Membuat naskah draft dan akhir laporan percobaan,
2. Mengarang cerita dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris,
3. Membuat Powerpoint hasil diskusi,
4. Memberi ilustrasi pada karangan,
5. Membuat iklan yang disertai dengan gambarnya dalam Bahasa Inggris atau
Bahasa Indonesia,
6. Mencari sumber informasi dari internet, mengevaluasi, mengolah, dan
mempublikasikan,
7. Mencari berita (straight news) atau ulasan suatu isu dari berbagai laman dan
meneliti perbedaan dan persamaan sudut pandang,
8. Membuat blog dan menuliskan pendapat pribadi tentang berbagai isu,
9. Memanfaatkan facebook untuk berinteraksi antar teman mempraktikan
Penggunaan bahasa indonesia formal dan informal,
10. Berkirim surat secara elektronik (e-mail) pada guru untuk praktik menulis
surat resmi,
11. Memanfaatkan facebook untuk berinteraksi dengan kawan pena
internasional / nasional menggunakan Bahasa Inggris sederhana,
12. Membuat surat elektronik pada guru atau teman untuk praktik berkirim atau
membuat surat atau pengumuman dengan menggunakan Bahasa Inggris atau
Bahasa Indonesia,
13. Membuat teka teki Matematika atau soal bercerita dan diupload untuk
mengajak teman-teman mencari jawabannya,
14. Membuat grafik yang menunjukkan macam-macam hobi teman sekelas,
15. Mencari dan mengolah informasi tentang keunggulan suatu daerah
di Indonesia dan membuat brosur untuk mempromosikan daerah tersebut,
16. Dan lain-lain.
Sedangkan dalam aspek hubungan antara pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi dalam pembelajaran dengan modus belajar, yang
dikembangkan Horton (2000) yaitu:
1. Mendengarkan; Presentasi, video/audio conference.
2. Membaca; Browsing Internet, buku on-line, perpustakaan digital.
3. Memperhatikan; Presentasi, menonton film.
4. Mencari saran; Mailing list, e-mail, chatting, video/audio conference, on-
line mentoring.
5. Menyimak; diskusi on-line
6. Menerima kritik; Diskusi on-line, video/audio conference, mailing list, on-
line mentoring.
7. Memodelkan; Simulasi, game on-line, kegiatan role-playing on-line.
8. Eksplorasi; Eksperimen virtual, simulasi.
9. Mendiskusikan ide; Mailing list, video/audio conference, chatting, diskusi
on-line.
10. Mempraktekkan; Eksperimen virtual, test on-line, game pembelajaran,
editing.
11. Meneliti; Tutorial on-line, perpustakaan digital.

Pada akhirnya, komputer menawarkan fleksibilitas, kreativitas,


efektivitas, efisiensi, dan interaksi serta perpustakaan yang tak dibatasi dinding.
Dalam pelajaran mengarang, misalnya, kegiatan merevisi dan mengedit draft
karangan bisa dilakukan dengan mudah karena draft menjadi barang yang
mudah diubah. Kemudahan itu akan memberi ruang tanpa batas bagi kreativitas
siswa dalam menyusun alur cerita, menata kalimat, memilih kata yang paling
tepat seperti yang dia inginkan.
Komputer juga memungkinkan kerja kreatif tersebut dilakukan dengan
jauh lebih cepat (efisien) dibandingkan kalau hal tersebut dilakukan tanpa
menggunakan komputer. Jika guru juga memanfaatkan internet, maka siswa bisa
memanfaatkan komputer sebagai sarana mendapatkan informasi dan berinteraksi
dengan orang lain untuk hal-hal yang bermanfaat.
B. Guru dan TIK
1. Praktek mengajar
Praktik mengajar yang digunakan oleh guru dapat memainkan peran
penting dalam seberapa banyak siswa belajar. Teknologi saja tidak akan
meningkatkan pembelajaran, tetapi menggunakannya sebagai bagian dari
praktik mengajar yang baik dapat membuka pintu baru bagi pelajar dan guru.
Sangat mengejutkan bahwa meskipun teknologi lazim dalam kehidupan kita
sehari-hari, mayoritas guru di banyak negara tidak sering menggunakan TIK
dalam praktik mereka. Di beberapa sekolah hal ini mungkin disebabkan oleh
kurangnya persediaan, tetapi pengembangan profesional guru dan
kepercayaan mereka tentang pekerjaan adalah kunci untuk membuka kunci
potensi teknologi untuk pengajaran dan pembelajaran.

2. Keterampilan TIK guru


Dalam upaya peningkatan mutu mengajar dan mutu pembelajaran di
era globalisasi, guru sebaiknya menguasai program komputer, agar dapat
memanfaatkan teknologi yang telah tersedia dan untuk memudahkan dalam
mengajar. Guru hendaknya dapat menggunakan peralatan yang lebih
ekonomis, efisien, dan mampu dimiliki oleh sekolah, tidak menolak
digunakannya peralatan teknologi modern yang relevan dengan tuntutan
masyarakat dan perkembangan zaman, serta mempunyai berbagai
keterampilan yang mendukung tugasnya dalam mengajar. Salah satu
keterampilan tersebut adalah bagaimana seorang guru dapat menggunakan
media pembelajaran (Syaiful Bahri, 2006). Guru dapat membuat kreasi dan
variasi media interaktif, pembuatan CD pembelajaran interaktif, powerpoint,
dan dengan media komputer. Masalah utama yang dihadapi mitra saat ini
adalah kemampuan guru dalam pemanfaatan IT atau ICT untuk kegiatan
pembelajaran belum merata. Selain itu juga masih adanya kesenjangan literasi
TIK antar wilayah di satu sisi dan perkembangan internet yang juga
membawa dampak negatif terhadap nilai dan norma masyarakat sehingga
perlu dilakukan upaya secara aktif dari semua stakeholder sekolah dalam
peningkatan kualitas pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi. Kegiatan Pengabdian kepada masyarakat yang diusulkan
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan guru mengenai pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi pada kegiatan pembelajaran,
meningkatkan kemampuan guru untuk membuat bahan ajar pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi sehingga dapat mengoptimalkan potensi
yang ada di sekolah mitra dalam pemanfaatan Teknologi Informasi untuk
peningkatan kualitas pembelajaran
.
C. Pesan Utama Untuk Kebijakan Inovasi Dalam Pendidikan
Sejarah teknologi digital dalam pendidikan sejauh ini terutama
merupakan salah satu janji yang tidak terkirim, kepercayaan naif dan kebijakan
yang tidak efektif. Bukti terbaru, termasuk analisis data PISA yang dilaporkan
dalam bab ini, menunjukkan bahwa memperkenalkan teknologi digital di
sekolah tidak menghasilkan peningkatan efisiensi yang dijanjikan melalui hasil
yang lebih baik dengan biaya lebih rendah. Ada hubungan yang lemah atau
bahkan negatif antara penggunaan TIK dalam pendidikan, dan kinerja dalam
matematika dan membaca, bahkan setelah memperhitungkan perbedaan dalam
pendapatan nasional dan dalam status sosial ekonomi siswa dan sekolah.
Sebagian dari penjelasan untuk ini harus terletak pada fokus dominan
pada teknologi dan konektivitas, baik di antara pemasok barang dan jasa maupun
di antara para pembuat kebijakan. Sekolah dan sistem pendidikan belum siap
untuk merealisasikan potensi teknologi dan kondisi yang sesuai perlu dibentuk
jika mereka ingin siap. Kesenjangan dalam keterampilan digital baik guru dan
siswa, kesulitan dalam menemukan sumber belajar digital berkualitas tinggi dan
perangkat lunak dari sebagian besar yang berkualitas buruk, kurangnya kejelasan
tujuan pembelajaran, dan kurangnya persiapan pedagogis tentang bagaimana
memadukan teknologi secara bermakna ke dalam pelajaran dan kurikulum, telah
mendorong irisan antara harapan dan kenyataan. Jika tantangan-tantangan ini
tidak diatasi sebagai bagian dari rencana teknologi sekolah dan pemerintah,
teknologi mungkin lebih berbahaya daripada manfaatnya bagi interaksi guru-
siswa yang menopang pemahaman konseptual yang mendalam dan pemikiran
tingkat tinggi.
Meskipun banyak tantangan yang terlibat dalam mengintegrasikan
teknologi dalam pengajaran dan pembelajaran, teknologi digital menawarkan
peluang besar untuk pendidikan. Di banyak ruang kelas di seluruh dunia,
teknologi digunakan untuk mendukung pengajaran dan keterlibatan siswa yang
berkualitas, melalui ruang kerja kolaboratif, laboratorium jarak jauh dan virtual,
atau melalui banyak alat TIK yang membantu menghubungkan pembelajaran
dengan tantangan kehidupan nyata yang otentik. Guru yang menggunakan
pedagogi berbasis penyelidikan, berbasis proyek, berbasis masalah, atau
koperasi sering menemukan teknologi baru sebagai alat yang berharga dan
industri sedang mengembangkan sejumlah teknologi, seperti pembelajaran
analitik dan permainan serius, yang berjanji untuk mengeksploitasi loop umpan
balik cepat yang diberikan oleh komputer untuk mendukung penilaian formatif
yang real-time, sehingga berkontribusi pada pembelajaran yang lebih pribadi.
Apa ini menunjukkan bahwa keberhasilan integrasi teknologi dalam
pendidikan bukan masalah memilih perangkat yang tepat, jumlah waktu yang
tepat untuk dihabiskan dengannya, perangkat lunak terbaik atau buku teks digital
yang tepat. Elemen kunci untuk sukses adalah guru, pemimpin sekolah dan
pengambil keputusan lainnya yang memiliki visi, dan kemampuan, untuk
membuat hubungan antara siswa, komputer dan pembelajaran.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Teknologi informasi dan komunikasi dapat mendukung dan meningkatkan
pembelajaran. Dengan akses ke komputer dan Internet, siswa dapat mencari
informasi dan memperoleh pengetahuan di luar apa yang tersedia melalui guru
dan buku teks. Empat tahap penggunaan TIK dalam pembelajaran yang
ditetapkan oleh UNESCO, yaitu : Tahap emerging, Tahap applying,
Tahap integrating, Tahap transforming. Dua pendekatan yang dapat dilakukan
pendidik ketika merencanakan pembelajaran yang mengintegrasikan TIK, yaitu :
Pendekatan Topik dan pendekatan Software.
Teknologi saja tidak akan meningkatkan pembelajaran, tetapi
menggunakannya sebagai bagian dari praktik mengajar yang baik dapat
membuka pintu baru bagi pelajar dan guru. Meskipun banyak tantangan yang
terlibat dalam mengintegrasikan teknologi dalam pengajaran dan pembelajaran,
teknologi digital menawarkan peluang besar untuk pendidikan. Di banyak ruang
kelas di seluruh dunia, teknologi digunakan untuk mendukung pengajaran dan
keterlibatan siswa yang berkualitas, melalui ruang kerja kolaboratif,
laboratorium jarak jauh dan virtual, atau melalui banyak alat TIK yang
membantu menghubungkan pembelajaran dengan tantangan kehidupan nyata
yang otentik

B. SARAN
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, jika ada
kesalahan atau kekurangan harap dimaklumi dan diberi saran agar penulis bisa
memperbaiki kesalahan yang ada dan mampu mengembangkan lebih baik akan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

OECD. (2016). Innovating Education and Educating fo Innovation : The Power of digital
Technologies and Skill, OECD Publishing, Paris.
http://dx.doi.org/10.1787/9789264265097-en

Sari. P (2012). Teknologi pada sistem pendidikan.


https://pinsari.blogspot.com/2012/12/teknologi-pada-sistem-pendidikan.html.
Diakses pada 20 oktober 2019

Hariningsih. (2005). Teknologi Informasi. Jakarta: Penerbit Graha Ilmu.

Yusrinto. (2018). Telaah dunia digital menuju transformasi digital.


https://yusrintosepu.wixsite.com/yoes/2018/04/20/digitalisasi-pendidikan-
telaah-dunia-digital-menuju-transformasi-digital. Diakses pada 20 Oktober
2019

Anda mungkin juga menyukai