Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI

“SIRKULASI AIR DI BUMI”

Disusun oleh :

Eva Aulia F 21080116120026

Abdullah Kamil R 21080118130110

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sirkulasi adalah sirkulasi yang tidak pernah berhenti dari air bumi dimana air dapat
berpindah dari darat ke udara kemudian ke darat lagi bahkan tersimpan di bawah permukaan
dalam tiga fasenya yaitu cait ( air ), padat ( es ), dan gas ( uap air ). Keberadaan sirkulasi
hidrologi sangat significant dalam kehidupan.
Meskipun keseimbangan air di bumi tetap konstam dari waktu ke waktu, molekul air
bisa datang dan pergi, dan keluar dari atmosfer. Air bergerak dari satu tempat ke tempat lain,
seperti dari sungai ke laut, atau dari laut ke atmosfer, oleh proses fisik penguapan, kondensasi,
presipitasi, infiltrasi, limpasan, dan aliran bawah permukaan. Dengan demikian, air berjalan
melalui fase yang berbeda : cair, padat, dam gas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian sirkulasi air?
2. Bagaimana proses sirkulasi air?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sirkulasi air
2. Untuk mengetahui proses sirkulasi air

1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini agar lebih memahami sirkulasi air, serta mengerti tentang
pentingnya air di muka bumi.

2
BAB II
ISI

2.1 Hidrologi
Hidrologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu terdiri dari kata hydros yang berarti air dan
kata logos yang berarti ilmu, dengan demikian secara umum hidrologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang air. Secara lebih mendetail, hidrologi adalah cabang ilmu teknik sipil yang
mempelajari pergerakan, distribusi dan kualitas air di seluruh bumi, termasuk siklus hidrologi
dan sumber daya air. Sedangkan menurut Singh (1992), hidrologi adalah ilmu yang membahas
karakteristik menurut waktu dan ruang tentang kuantitas dan kualitas air bumi, termasuk di
dalamnya kejadian, pergerakan, penyebaran, sirkulasi tampungan, eksplorasi, pengembangan
dan manajemen.
Dari beberapa pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa hidrologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang air, baik di atmosfer, di bumi, dan di dalam bumi, tentang perputarannya,
kejadiannya, distribusinya serta pengaruhnya terhadap kehidupan yang ada di alam ini.
Berdasarkan konsep tersebut, hidrologi memiliki ruang lingkup atau cakupan yang luas.
Secara substansial, cakupan bidang ilmu itu meliputi: asal mula dan proses terjadinya air
pergerakan dan penyebaran air sifat-sifat air keterkaitan air dengan lingkungan dan kehidupan.
Hidrologi merupakan suatu ilmu yang mengkaji tentang kehadiran dan gerakan air di alam.
Studi hidrologi meliputi berbagai bentuk air serta menyangkut perubahan-perubahannya,
antara lain dalam keadaan cair, padat, gas, dalam atmosfer, di atas dan di bawah permukaan
tanah, distribusinya, penyebarannya, gerakannya dan lain sebagainya.
Pembahasan tentang ilmu hidrologi tidak dapat dilepaskan dari siklus hidrologi. Siklus
hidrologi sendiri adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan
kembali ke atmosfer melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.

2.2 Cabang – cabang Hidrologi


a. Limnologi
Limnologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang air yang terdapat
pada suatu depresi yang tergenang pada suatu cekungan. Limnologi berasal dari bahasa
yunani “limne” artinya genangan air yang berarti bias, kolam, rawa, atau danau.
Limnologi mempelajari tentang sistem perairan. Didalamnya termasuk danau dan
kolam air tawar, kolam air asin, rawa, sungai, aliran, dan cucuran air ( treams ).

3
Menurut Musa ( 2009 ), Limnologi adalah ilmu yang mempelajair hal – hal
tentang perairan daratan yang mencakup faktor – faktor abiotik serta interaksi yang
terjadi diantaranya.
b. Potamologi
Potamologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang air yang
terdapat di atas permukaan tanah dan merupakan air yang mengalir. Potamologi
merupakan bagian dari ilmu hidrologi yang khusus mempelajari tentang aliran
permukaan ( runoff ). Kajiannya yang ditekankan pada proses runoff, faktor – faktor
yang mempengarhi runoff, distribusi runoff menurut ruang dan waktu, pengukuran
runoff dan analisis data runoff untuk mengembangkan teori tentang runoff baik untuk
pengembangan ilmunya maupun untuk menyelesaikan masalah praktis seperti masalah
banjir dan penyediaan sungai.
c. Oceanografi
Oceanografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang morfologi,
topografi, biologi laut dan lautan.
d. Kriologi
Kriologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang es dan salju
e. Hidrometeorologi
Hidrometeorologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara unsur-unsur
meteorologi dengan siklus hidrologi. Hidrometeorologi dikaitkan dengan bencana
hidrometeorologi, yaitu banjir, kekeringan, tanah longsor, puting beliung, hingga
gelombang pasang.
f. Geohidrologi
Geohidrologi (groundwater hydrology) adalah ilmu yang mempelajari
terdapatnya, distribusinya dan gerakan air didalam tanah. Air hujan yang turun ke
permukaan tanah/bumi, sebagian akan meresap ke dalam tanah dan akan menjadi air
tanah. Keterdapatan air tanah dibawah permukaan bumi sekarang ini, disamping air
yang berasal dari peresapan langsung dari permukaan (’air asal luar’), juga air tanah
yang memang sudah tersimpan sejak lama di dalam bumi sendiri (’air asal dalam’). Air
tanah yang berasal dari peresapan air dari permukaan disebut ’Air Meteorik’ yang
merupakan air yang paling banyak terdapat dalam bumi. Sedangkan air yang sejak lama
sudah tersimpan di dalam bumi dapat berasal dari yang tersisa atau terbentuk pada saat
kristalisasi magma yangg disebut ’Air Juvenil’, juga air tanah dapat berasal dari jebakan

4
air yang terendap dan tersimpan bersama-sama pembentukan batuan sedimen yang
disebut ’Air Connate’.
g. Hidrometri
Hidrometri adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara pengukuran
air, baik dipermukaan, dalam tanah, maupun di atmosfer.Hidrometri merupakan
kegiatan untuk mengumpulkan data mengenai sungai, baik yang menyangkut tentang
ketinggian muka air maupun debit sungai serta sedimentasi atau unsur aliran lain.
Informasi yang terukur mencakup perubahan variasi waktu dan ruang.
Cabang-cabang ilmu di atas tidak berdiri sendiri-sendiri, tetapi saling berkaitan satu
sama lain. Mempelajari hidrologi berarti juga mempelajari bagian-bagian Potamologi,
Limnologi, Geohidrologi, Kriologi, dan Hidrometeorologi.
2.3 Asal – usul Air di Bumi
Air meliputi sekitar 70% permukaan Bumi. Asal usul air di Bumi, atau alasan mengapa
ada lebih banyak air di Bumi daripada di planet lain di Tata Surya, masih belum dipastikan.
Ada beberapa teori yang telah diajukan untuk menjelaskan bagaimana samudra di Bumi
terbentuk sebagai berikut:
1. Pendinginan Bumi purba hingga ke titik ketika komponen volatil yang terlepas ke
atmosfer mencapai tekanan tertentu yang memungkinkan penstabilan dan
pemertahanan air.
2. Komet, objek trans-Neptunus, atau meteorit (protoplanet) yang kaya akan air
menubruk bumi. Pengukuran rasio isotophidrogendeuterium dan protium menunjukkan
peras asteroid karena kemiripannya dengan persentase ketidakmurnian dalam kondrit
yang kaya akan karbon di samudra bumi, sementara pengukuran terhadap konsentrasi
isotop di komet dan objek trans-Neptunus tidak terlalu mirip dengan yang di bumi.
3. Secara biokimia melalui mineralisasi dan fotosintesis. Mineralisasi adalah suatu proses
pengendapan mineral bijih (metal) dari media yang membawanya akibat perubahan
lingkungan kimia dan fisik sekitarnya.
4. Perembesan air yang disimpan di mineral hidrat di bebatuan Bumi secara perlahan.
5. Fotolisis: radiasi dapat mengurai ikatan kimia di permukaan. Fotolisis merupakan
proses reaksi kimia yaitu berupa pelisisan senyawa kimia dengan bantuan sinar atau
foton. Terdapat berbagai proses reaksi kimia yang melibatkan fotolisis seperti:
Fotosintesis. Pada proses fotosintesis, cahaya akan diserap melalui klorofil
Air di muka bumi bukan terjadi secara instan, melainkan memerlukan proses yang
cukup lama. Karena banyak ilmuan yang yakin bahwa bumi pada awalnya adalah tandus dan
kering. Sekitar 4,1 miliar tahun hingga 3,8 milyar tahun yang lalu, merupakan periode di mana

5
bumi dihujani komet, asteroid, dan protoplanet. Komet dan asteroid yang tertutup lapisan es
diperkirakan telah membawa air ke bumi yang kemudian menjadi lautan dan samudra. Komet
dan asteroid tersebut ketika menabrak bumi itu ternyata pecah saat memasuki lapisan atmosfer
bumi dan kemudian menjadi partikel-partiklel uap air yang megambang di udara (awan),
kemudian turun sebagai hujan. Proses ini berlangsung lebih dari 3,8 milyar tahun yang lalu.
Menurut perkiraan ilmuwan, terbentuknya air di bumi terjadi sekitar 2 miliar tahun lalu
ketika bumi mulai mengalami proses pendinginan. Sebelumnya bumi berbentuk gas yang
kemudian memadat menjadi bentuk cair lalu mulai mengeras dan mendingin. Proses
pendinginan secara bertahap telah menyelimuti bumi dengan lapisan awan yang padat, yang
mengandung sebagian besar air di planet ini. Untuk jangka waktu yang lama, permukaan bumi
masih sangat panas sehingga tetesan air yang jatuh akan segera kembali menjadi uap air. Hal
ini membuat tingkat kepadatan awan semakin tinggi sehingga tidak ada sinar matahari yang
mampu menembus sampai permukaan bumi. Segera setelah bumi mendingin, hujan mulai
turun. Hujan ini adalah hujan yang pertama dan terjadi secara terus-menerus dari siang ke
malam, hari ke bulan, bulan ke tahun dan tahun ke abad. Air ini kemudian mengisi basin dan
tempat-tempat yang rendah di permukaan bumi hingga akhirnya menjadi lautan.

2.4 Sirkulasi air


Sirkulasi air merupakan proses pergantian air yang tidak pernah berhenti. Sirkulasi air
biasanya disebut juga sebagai siklus hidrologi. Siklus hidrologi adalah sebuah proses
pergerakan air dari bumi ke armosfer dan kembali lagi ke bumi yang berlangsung secara
kontinyu (Triadmodjo, 2008). Selain berlangsung secara kontinyu, siklus hidrologi juga
merupakan siklus yang bersifat konstan pada sembarang daerah (Wisler dan Brater, 1959).
Siklus hidrologi dimulai dengan terjadinya penguapan air ke udara. Air yang menguap tersebut
kemudian mengalami proses kodensasi (penggumpalan) di udara yang kemudian membentuk
gumpalan – gumpalan yang dikenal dengan istilah awan (Triadmodjo, 2008).
Siklus hidrologi terjadi karena adanya tahapan- tahapan yang saling berkaitan satu sama
lain dan bentuknya memutar. Siklus hidrologi ini setidaknya mencakup 9 tahap, yakni
evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, sublimasi, kondensasi, adveksi, presipitasi, run off,
dan infiltrasi.
Pemanasan air laut oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi
tersebut dapat berjalan secara terus menerus. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai
presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es, dan salju (sleet), hujan gerimis atau
kabut.

6
Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas
atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah.
Jumlah keseluruhan air di bumi ini relatif tetap dari masa ke masa, karena mengalami
suatu siklus atau serangkaian peristiwa yang berlangsung secara terus menerus, dimana kita
tidak tau kapan dan dimana berawalnya dan berakhirnya sehingga terjadilah siklus hidrologi
(Hydrology cycle).
Matahari berfungsi sebagai motor pemanas, air yang ada di permukaan bumi
mengalami penguapan, kemudian uap air naik ke udara (atmosfer).
Semakin ke atas suhu udara semakin turun (dingin). Sehingga uap air akan mengalami
pengembunan ( kondensasi ) dan menempel pada inti kondensasi (debu), kristal – kristal garam,
asam – asam belerang, abu, amoniak, sulfide, dan ion, maka terbentuklah awan. Apabila awan
yang terbentuk tersebut semakin jenuh dengan uap air maka terjadilah hujan ( presipitasi).
Air hujan yang akan jatuh ke bumi akan mengalir dipermukaan tanah (Run Off),
meresap ke dalam tanah (infiltrasi), dan sebagian lagi akan menguap (evaporasi).
Air hujan yang mengalami infiltrasi akan meresap terus menuju ke lapisan yang jenuh
dengan air dalam tanah (air tanah). Air dalam tanah tidak diam melainkan bergerak (baseflow).
Pada bagian tertentu keluar sebagian mata air (spring water) atau dalam bentuk air arthesis,
lalu menuju ke sungai, danau, dan rawa – rawa. Akhirnya aliran air tersebut akan sampai ke
laut atau samudera.
Akibat pemanasan matahari, air laut akan kembali mengalami penguapan. Dan
berlangsung terus menerus seperti itu.

Gambar : Ilustrasi Siklus Hidrologi

7
2.5 Cara Pergerakan Air
Ada beberapa cara pergerakan air, yaitu sebagai berikut :
1. Evaporasi / transpirasi
Air yang ada di laut, daratan, sungai, tanaman akan menguap ke atmosfer dan
kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air ( awan ) itu akan menjadi
bintik – bintik air yang selanjutnya akan turun ( precipitation ) dalam bentuk hujan,
salju, es.
2. Infiltrasi / perkolasi
Air bergerak ke dalam tanah melalui celah – celah dan pori –pori tanah serta batuan
menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak
secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut
memasuki kembali sistem air permukaan.
3. Air permukaan
Air bergerak di atas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau. Makin
landai lahan dan makin sedikit pori – pori tanah, maka aliran permukaan semakin
besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai –
sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa
seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.

2.6 Proses dalam siklus hidrologi


1. Evaporasi
Siklus hidrologi diawali oleh terjadinya penguapan air yang ada di permukaan
bumi. Air-air yang tertampung di badan air seperti danau, sungai, laut, sawah,
bendungan atau waduk berubah menjadi uap air karena adanya panas matahari.
Penguapan serupa juga terjadi pada air yang terdapat di permukaan tanah. Penguapan
semacam ini disebut dengan istilah evaporasi. Menurut Sri Harto (1983), proses
evaporasi sendiri terbagi atas dua kejadian yang berkesinambungan, yaitu interface
evaporation dan vertical vapor transfer. Interface evaporation adalah transformasi air
menjadi uap air di 8 permukaan, sedangkan vertical vapor trasfer adalah proses
pemindahan lapisan udara yang kenyang uap air dari proses interinterface evaporation.
Evaporasi adalah suatu proses yang mengubah air yang berwujud cair menjadi
air dalam wujud gas atau biasa disebut dengan penguapan. sehingga memungkinkan ia
untuk naik ke atas atmosfer bumi. Semakin tinggi panas matahari (misalnya saat musim
kemarau), maka jumlah air yang menjadi uap air dan naik ke atmosfer bumi.

8
2. Transpirasi

Gambar : Proses Transpirasi


Penguapan air di permukaan bumi bukan hanya terjadi di badan air tanah.
Penguapan air juga dapat berlangsung di jaringan makhluk hidup, seperti hewan dan
tumbuuhan. Penguapan semacam ini dikenal dengan istilah transpirasi.

Sama seperti evaporasi, transpirasi juga mengubah air yang berwujud cair
dalam jaringan makhluk hidup menjadi uap air dan membawanya naik ke atas menuju
atmosfer. Akan tetapi, jumlah air yang menjadi uap air melalui proses transpirasi
umumnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah uap air yang dihasilkan
melalui proses evaporasi.

3. Evapotranspirasi

Gambar : Proses Evapotranspirasi


Evapotranspirasi adalah penguapan air keseluruhan yang terjadi di seluruh
permukaan bumi, baik yang terjadi pada badan air dan tanah, maupun pada jaringan
mahluk hidup. Evapotranspirasi merupakan gabungan antara evaporasi dan transpirasi.

9
Dalam siklus hidrologi, laju evapotranspirasi ini sangat mempengaruhi jumlah uap air
yang terangkut ke atas permukaan atmosfer.
4. Sublimasi
Selain lewat penguapan, baik itu melalui proses evaporasi, transpirasi, maupun
evapotranspirasi, naiknya uap air dari permukaan bumi ke atas atmosfer bumi juga
dipengaruhi oleh proses sublimasi.
Sublimasi adalah proses perubahan es di kutub atau di puncak gunung menjadi
uap air tanpa melalui fase cair terlebih dahulu. Meski sedikit, sublimasi juga tetap
berkontribusi terhadap jumlah uap air yang terangkut ke atas atmosfer bumi melalui
siklus hidrologi panjang. Akan tetapi, dibanding melalui proses penguapan, proses
sublimasi dikatakan berjalan sangat lambat
5. Kondensasi

Gambar : Proses Kondensasi


Ketika uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi, transpirasi,
evapotranspirasi, dan proses sublimasi naik hingga mencapai suatu titik ketinggian
tertentu, uap air tersebut akan berubah menjadi partikel – partikel es berukuran sangat
kecil melalui proses kondensasi. Perubahan wujud uap air menjadi es tersebut terjadi
karena pengaruh suhu udara yang sangat rendah di titik ketinggian tersebut.
Partikel-partikel es yang terbentuk akan saling mendekati dan bersatu satu sama
lain sehingga membentuk awan. Semakin banyak partikel es yang bergabung, awan
yang terbentuk juga akan semakin tebal dan hitam.

10
6. Adveksi

Gambar : Proses Adveksi


Awan yang terbentuk dari proses kondensasi selanjutnya akan mengalami
adveksi. Adveksi adalah proses perpindahan awan dari satu titik ke titik lain dalam satu
horizontal akibat arus angin atau perbedaan tekanan udara. Adveksi memungkinkan
awan akan menyebar dan berpindah dari atmosfer lautan menuju atmosfer daratan.
Perlu diketahui bahwa, tahapan adveksi tidak terjadi pada siklus hidrologi pendek.
7. Presipitasi

Gambar : Proses Presipitasi


Awan yang mengalami adveksi selanjutnya akan mengalami proses presipitasi.
Proses prepitasi atau yang sering disebut hujan adalah proses mencairnya awan akibat
pengaruh suhu udara yang tinggi. Pada proses inilah hujan terjadi. Butiran-butiran air
jatuh dan membasahi permukaan bumi.
Apabila suhu udara di sekitar awan terlalu rendah hingga berkisar < 0 derajat
Celcius, presipitasi memungkinkan terjadinya hujan salju. Awan yang mengandung
banyak air akan turun ke litosfer dalam bentuk butiran salju tipis seperti yang dapat kita
temui di daerah beriklim sub tropis.

11
Presipitasi yang jatuh di permukaan bumi dalam bentuk es/salju akan tertahan
sementara di permukaan bumi sebelum es/salju tersebut mencair. Sedangkan presipitasi
yang jatuh dalam bentuk hujan akan jatuh di permukaan bumi dan mengalir melalui
sungai ataupun saluran. Aliran ini disebut dengan aliran/limpasan permukaan. Jika
tanah yang dialiri memiliki rongga tanah yang cukup, maka air akan meresap ke dalam
tanah melalui peristiwa yang disebut infiltrasi. Sebagian air yang mengalir akan
kembali ke atmosfer melalui penguapan dan transpirasi oleh tanaman
8. Pengaliran ke Luar (Outflow)
Setelah presipitasi air sungai itu mengumpulkan 3 jenis limpasan, yakni
limpasan permukaan (surface runoff), aliran intra(interflow) dan limpasan air tanah
(groundwater runoff) yang akhirnya akan mengalir ke laut. Limpasan permukaan
(surface runoff) adalah pergerakan air dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah
di permukaan bumi. Pergerakan air tersebut misalnya terjadi melalui saluran-saluran
seperti saluran got, sungai, danau, muara, laut, hingga samudra. Aliran intra (inter
flow) adalah aliran dalam arah lateral yang terjadi dibawah permukaan tanah, yang
terdiri dari gerakan air dan lengas tanah secara lateral menuju elevasi yang lebih rendah
yang akirnya masuk kesungai.
2.7 Faktor yang Mempengaruhi Sirkulasi Air
Sirkulasi air yang terjadi di bumi berangsung secara kontinu antara air laut dan air
daratan. Namun, sirkulasi air ini tidak merata, karena terdapat perbedaan besar presipitasi dari
tahun ke tahun, dari musim ke musim yang berikut dan juga dari wilayah ke wilayah yang lain.
Sirkulasi ini dipengaruhi oleh kondisi meteorologi, antara lain suhu, tekanan atmosfir, angin,
dan lain-lain. Serta dipengaruhi pula oleh kondisi topografi.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa, siklus air atau siklus hidrologi
adalah siklus air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer
melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Ada beberapa cara pergerakan air,
yaitu evaporasi / transpirasi, infiltrasi / perkolasi, dan air permukaan. Proses dalam siklus
hidrologi antara lain evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, sublimasi, kondensasi, adveksi,
presipitasi, run off, infiltrasi.

3.2 Saran
Saran yang disampaikan yaitu agar kita dapat mengetahui sirkulasi air di bumi dan
bagaimana prosesnya.

13

Anda mungkin juga menyukai