Anda di halaman 1dari 11

MIDTEST

“REKAYASA GEMPA II”

Oleh :

Nama : Kiki Fatmala

Nim : 1622302095

Kelas : III-C (PAGI)

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE

TAHUN AJARAN 2019


PERTANYAAN

1. Tuliskan dengan ringkas dan jelas teori gempa tektonik dan parameter-
parameter yang anda ketahui dalam pengenalan gempa bumi
2. Tuliskan dengan ringkas dan jelas parameter-parameter Dinamika Struktur.
3. Tuliskan dengan ringkas dan jelas yang dimaksud dengan Respon Spektrum
dan Pushover Analisys.
4. Tuliskan dengan ringkas dan jelas kriteria apa saja yang harus dipenuhi untuk
perencanaan struktur tahan gempa.
5. Tuliskan dengan ringkas dan jelas apa yang dimaksud dengan Desain Kinerja
Struktur.
6. Tuliskan dengan ringkas resume dari artikel yang dibahas pada group kalian
masing-masing (minimal dua paragraph dan maksimal satu halaman folio).

JAWABAN :

1. Gempa tektonik adalah gempa bumi yang terjadi karena pergeseran lapisan
kulit bumi akibat lepasnya lempeng batuan dalam perut bumi. Gempa bumi
tektonik memiliki kekuatan yang cukup dahsyat sehingga menimbulkan
dampak yang sangat besar. Contoh gempa tektonik salah satu nya ialah seperti
yang terjadi di wilayah Aceh. Gempa tektonik yang terjadi di Aceh pada
tanggal 26 desember tahun 2004 pada pukul 08:58:53 UTC, merupakan gempa
bumi terbesar ketiga yang pernah tercatat di seismograf dan durasi patahan
terpanjang sepanjang sejarah (antara 8,3 dan 10 menit) dengan guncangan
gempa tersebut berskala 9,1–9,3 dalam skala kekuatan moment dan IX
(violent) dalam skala intensitas mercalli. Gempa bumi ini terjadi di bawah laut
(megathrust) yang disebabkan ketika Lempeng Hindia didorong ke bawah oleh
Lempeng Burma sehingga lepasnya lempengan dan memicu serangkaian
tsunami mematikan di sepanjang pesisir daratan yang berbatasan dengan
Samudra Hindia dengan Gelombang tsunami yang tingginya mencapai 30
meter (100 ft) menewaskan 230.000–280.000 jiwa di 14 negara dan
menenggelamkan sejumlah permukiman pesisir.
Parameter-parameter dalam pengenalan gempa bumi ialah :
 Epicentrum
Epicentrum (epicentre) adalah titik dipermukaan bumi yang didapat
dengan menarik garis melalui focus tegak lurus pada permukaan bumi.
Daerah sekitar Epicentrum ini pada umumnya merupakan wilayah yang
paling besar merasakan getaran gempa bumi dan menderita kerusakan
yang sangat besar akibat gempa bumi yang terjadi.
 Hipocentrum
Hipocentrum (hypocentre) adalah pusat gempa bumi, yaitu tempat
terjadinya perubahan lapisan batuan atau dislokasi di dalam bumi
sehingga menimbulkan gempa bumi.
Getaran yang terjadi di hipocentrum merambat ke permukaan bumi
dengan dua macam gelombang, yaitu :
a. Gelombang longitudinal, atau gelombang primer (P) dengan
kecepatan rambat 7,5 – 14 km/detik. Gerakannya searah dengan
sumber getaran.
b. Gelombang transversal, atau gelombang sekunder (S) dengan
kecepatan rambat 3,5 – 7 km/detik. Gerakannya tegak lurus
terhadap sumber getaran, bersifat merusak.
 Intensitas Gempa bumi
Intensitas gempa bumi adalah cerminan pengaruh goncangan gempa
bumi terhadap tingkat kerusakan sarana dan prasarana. Besarnya
intensitas atau kekuatan gempa bumi diukur dengan suatu alat yang
dinamakan seismograf.

2. Dinamika struktur dapat diartikan sebagai variasi atau perubahan terhadap


waktu dalam konteks gaya yang bekerja (eksitasi) pada struktur. Beban
dinamis dapat berupa variasi besarannya (magnitude), arahnya (direction) atau
posisinya (point of application) berubah terhadap waktu. Demikian pula
respons struktur terhadap beban dinamik, yaitu lendutan dan tegangan yang
dihasilkan juga perubahan-waktu, atau bersifat dinamik.
Parameter-parameter Dinamika Struktur bangunan ialah :
 Massa
Suatu struktur yang kontinu kemungkinan mempunyai banyak derajat
kebebasan karena banyaknya massa yang mungkin dapat ditentukan.
Banyaknya derajat kebebasan umumnya berasosiasi dengan jumlah
massa tersebut akan menimbulkan kesulitan. Hal ini terjadi karena
banyaknya persamaan differensial yang ada. Terdapat dua permodelan
pokok yang umumnya dilakukan untuk mendeskripsikan massa
struktur.
 Kekakuan
kekakuan adalah salah satu dinamik karakteristik struktur bangunan
yang sangat penting disamping massa bangunan. Antara massa dan
kekakuan struktur akan mempunyai hubungan yang unik yang
umumnya disebut karakteristik diri atau Eigenproblem. Hubungan
tersebut akan menetukan nilai frekuensi sudut ω, dan periode getar
struktur T. Kedua nilai ini merupakan parameter yang sangat penting
dan akan sangat mempengaruhi respon dinamik struktur. Pada prinsip
bangunan geser ( shear building ) balok pada lantai tingkat dianggap
tetap horizontal baik sebelum maupun sesudah terjadi pergoyangan.
Pada prinsip desain bangunan tahan gempa dikehendaki agar kolom
lebih kuat dibandingkan dengan balok, namun demikian rasio tersebut
tidak selalu linear dengan kekakuannya, Pada prinsipnya, semakin kaku
balok maka semakin besar kemampuannya dalam mengekang rotasi
ujung kolom, sehingga akan menambah kekuatan kolom.
 Redaman
Redaman merupakan peristiwa pelepasan energi ( energi dissipation)
oleh struktur akibat adanya berbagai macam sebab. Beberapa penyebab
itu antara lain adalah pelepasan energi oleh adanya gerakan antar
molekul didalam material, pelepasan energi oleh gesekan alat
penyambung maupun system dukungan, pelepasan energi oleh adanya
gesekan dengan udara dan pada respon inelastic pelepasan energi juga
terjadi akibat adanya sendi plastis. Karena redaman berfungsi
melepaskan energi maka hal ini akan mengurangi respon struktur.

3. Respon Spektrum
Respon spektrum adalah suatu spektrum yang disajikan dalam bentuk
grafik/plot antara periode getar struktur T, lawan respon-respon maksimum
berdasarkan rasio redaman dan gempa tertentu.
Respon-respon maksimum dapat berupa :
 simpangan maksimum (spectral displacement, SD)
 kecepatan maksimum (spectral velocity, SV) atau
 percepatan maksimum (spectral acceleration, SA)
 massa struktur single degree of freedom (SDOF).
Pushover Analisis
Pushover Analisis adalah analisa pushover adalah analisa static nonlinear untuk
mengetahui perilaku keruntuhan suatu bangunan atau struktur. Analisa
dilakukan dengan memberikan suatu pola beban lateral static pada struktur,
yang kemudian secara bertahap ditingkatkan dengan factor pengali sampai satu
target perpindahan tercapai. Analisa pushover ini menghasilkan kurva
pushover/kapasitas yang menggambarkan hubungan antara gaya geser (V) dan
perpindahan pada atap (D).

4. Beberapa kriteria dasar yang dapat dipakai sebagai acuan untuk merencanakan
tata letak struktur bangunan di daerah rawan gempa adalah :
 Struktur bangunan harus mempunyai bentuk yang sederhana, kompak
dan simetris
 Struktur bangunan tidak boleh terlalu langsing, mempunyai kekakuan
yang cukup.
 Distribusi dari massa, kekakuan dan kekuatan disepanjang tinggi
bangunan diusahakan seragam dan menerus.
 Elemen-elemen vertikal dari struktur (kolom) harus dibuat lebih kuat dari
elemen-elemen.
5. Desain Kinerja Struktur
Desain kinerja struktur adalah suatu kegiatan merencanakan suatu sistem
struktur bangunan yang berdasarkan dengan fungsi dari bangunan tersebut,
sebagai contoh ialah Pemilihan Level Kinerja Struktur Pada Bangunan Sistem
Rangka Pemikul Momen Yang Direncanakan Secara Direct Displacement-
based Design Studi Kasus : Bangunan Beraturan Dengan Bentang Tidak
Seragam.

6. Resume Dari Artikel


“perilaku jembatan bentang menerus akibat beban gempa rencana
SNI-1726-2002 dengan peta gempa 2010”

PENDAHULUAN
Jembatan adalah suatu struktur konstruksi yang berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan
seperti lembah yang dalam, alur sungai, saluran irigasi dan pembuang . Lokasi
jembatan yang dianalisis terletak di Way Robok Kota Liwa Kabupaten Lampung
Barat dengan panjang bentang jembatan ± 215 m. Analisis ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar perbedaan perilaku jembatan bentang menerus akibat
beban gempa rencana sesuai SNI-1726-2002 dengan beban gempa rencana sesuai
peta gempa 2010, sehingga dari analisis ini kita dapat mengetahui kapasitas desain
akibat beban gempa rencana SNI 2002 mampu menahan beban gempa rencana
sesuai peta gempa 2010.

TINJAUAN PUSTAKA
1. Pembebanan jembatan.
Pembebanan Jembatan terdiri dari 3 kelompok yaitu :
 Beban permanen (berat sendiri, beban mati tambahan, efek rangkak
dan susut, efek prategang dan tekanan tanah).
 Beban Lalu Lintas (beban lajur “D”, beban truk “T” , gaya rem
dan gaya sentrifugal).
 Beban Lingkungan (beban angin, beban gempa dan beban
temperatur).
2. Beban gempa pada jembatan.
Berdasarkan standar perencanaan gempa untuk jembatan SNI
833:2008.
3. Respon Spektra
Konsep respon spektra dikenalkan oleh M.A.Biot pada tahun 1932 yang
dipopulerkan oleh G.W.Housner.
4. Daktilitas

METODE PENELITIAN
1. Model jembatan yang ditinjau
model jembatan yang ditinjau adalah model seperti jembatan
rencana way robok dengan ketinggian pier P1 dan P4 = 28 m dan
pier P2 dan P3 = 60 m, dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

2. Analisis menggunakan cara Pushover Analysis (analisis static nonlinier)


dengan data respon spectra yang dihasilkan dari beberapa alternative
model yaitu Nilai PGA sesuai Peta Gempa yang berlaku pada SNI 03-
1726-2002. Beban respon spektra juga ditinjau berdasarkan Bridge
Design Manual (LRFD) tahun 2010 dengan data dari Peta Gempa Draft
SNI 2010.
3. Jumlah model yang dianalisis berjumlah 5 model jembatan dengan
masing-masing respon spectra.
4. Untuk kegiatan analisa performance pier jembatan, maka disusun
rangkaian kegiatan yang akan dilakukan seperti diagram alir.
Diagram alir dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
ANALISIS HASIL
1. respon spektra desain
Dalam analisa ini, respon spektra digunakan untuk entry beban gempa.
Dalam hal ini digunakan 2 (dua) nilai respon spektra.
1. Menurut UBC 1997 dengan nilai PGA berdasar SNI 03-1726-2002,
Respon spektra rencana berdasarkan SNI 03-1726-2002 merupakan
modifikasi dan adaptasi model respon spektrum rencana UBC 1997.
Wilayah Jembatan Way Robok berdasarkan peta zonasi gempa 2002
termasuk dalam wilayah 1. Berdasarkan data SPT test termasuk dalam
kategori stiff soil profile (tanah sedang), sehingga untuk zonasi gempa
2002 wilayah 5 diperoleh nilai Ca = 0,32 dan Cv = 0,5.
2. Menurut Peta Hazard Gempa Indonesia 2010. Dari data SPT test lokasi
jembatan Way Robok termasuk site class “D” (tanah sedang), lokasi
jembatan Way robok pada 5o0o18.30o Ls dan 104o7o19.28o BT. Untuk
data kajian sesuai Peta Hazard Gempa Indonesia 2010 digunakan level
gempa 2% dalam 50 tahun (periode ulang gempa 2500 tahun).

• Sehingga diperoleh nilai sebagai berikut: SPGA = 0,6 g; Ss = 1,2 g dan S1 =


0,6
• Faktor amplifikasi PGA (FPGA) = 1,0
• Koefisien periode pendek (Fa) = 1,02 dan Koefisien periode 1 detik (Fv) =
1,5
• PGAM = FPGA x SPGA = 0,60 SMS= Fa x Ss= 1,22
• SM1= Fv x S1= 0,90

Selanjutnya, untuk mendapatkan parameter respon spektra desain, spektra


percepatan desain untuk perioda pendek dan perioda 1.0 detik dapat diperoleh
melalui perumusan berikut ini:
SDS = μ SMS dan SD1 = μ SM1 untuk gempa
2500 tahun, maka µ = 2/3 sehingga SDS = 2/3 x 1,22= 0,82
SD1 = 2/3 x 0,90 = 0,60
Dari kedua data respon spektra tersebut dapat digambarkan pada Gambar 7.
KESIMPULAN
Dari semua analisis yang telah dilakukan dan merujuk pada tujuan dari
analisis ini diperoleh beberapa kesimpulan antara lain:
1. daktilitas dari pier P1 dan P2 untuk semua model memenuhi persyaratan
maksimum daktilitas yaitu µD ≤ 5 untuk multiple pier,
2. Hanya model II dan V yang mampu menahan displacement
yang terjadi akibat beban gempa,
3. model II mempunyai daktilitas paling besar dibandingkan dengan model
yang lain,
4. besarnya displacement struktur akibat respon spektra desain peta gempa
2010 lebih besar 30% dibandingkan dengan akibat respon spektra
desain berdasarkan SNI-1726-2002,
Nilai puncak respon spektra desain peta gempa 2010 lebih besar 30%
dibandingkan dengan respon spektra disain berdasarkan SNI- 1726-2002

Anda mungkin juga menyukai