Bab 5 Etbis
Bab 5 Etbis
Kelompok :
- Valda B / 115160156
- Claudia / 115160164
- Rudy F / 115160199
- Dennis W / 115160200
- Welly / 115160272
- Ryan S / 115160274
LATAR BELAKANG MUNCUL NYA GCG
Mulai populernya istilah "tata kelola perusahaan yang baik" atau lebih dikenal dengan istilah
good corporate governance, tidak lepas dari maraknya skandal perusahaan yang menimpa
perusahaan - perusahaan besar, baik yang ada di Indonesia maupun yang ada di Amerika
Serikat.
Runtuhnya Sistem Ekonomi Komunis mejelang akhir abad ke-20, menjadikan Sistem
Ekonomi Kapitalis sebagai satu-satunya sistem ekonomi yang paling dominan di seluruh
dunia. Sistem Ekonomi Kapitalis ini makin kuat mengakar berkat arus globalisasi dan
perdagangan bebas yang mampu dipaksakan oleh negera-negara maju penganut sistem
ekonomi kapitalis. Ciri umum sistem ekonomi kapitalis adalah kegiatan bisnis dan
kepemilikan perusahaan dikuasai oleh individu-individu/sektor swasta.
Pola krisis di Indonesia-sebagaimana juga di beberapa negara Asia lainnya sekitar tahun 1997
diawali oleh para spekulan mata asing sehingga memberikan tekanan berat pada mata uang
lokal di beberapa negera di Asia. Akibatnya, terjadi penurunan nilai mata uang lokal,
naikknya suku bunga bank, meningkatnya kredit macet, dan anjloknya indeks harga saham
(I.P.G. Ary Suta dan Soebowo Musa, 2004). Sebelum krisis, perusahaan-perusahaan besar di
Indonesia mendomisasi pinjaman ke bank dalam valuta asing sehingga pada terjadinya krisis
pada tahun 1997 perusahaan-perusahaan tersebut mengalamai kebangkurat atau kesulitan
keuangan karena utang yang menggelembung akibat dari bunga bank yang meningkat dan
anjloknya nilai rupiah. Hal ini menimbulkan efek donomi dengan hancurnya sistem
perbankan di Indonesia pada akhirnya menimbulkan krisis ekonomi, politik, dan sosial yang
sangat kompleks.
Beberapa perusahaan yang bermasalah dan bahkan tidak mampu lagi meneruskan kegiatan
usahannya akibat adanya praktik tata kelola perusahaan yang buruk (bad corporate
governance), antara lain : PT. Indorayon, PT Lapindo Brantas, PT Dirgantara Indonesia, dan
bank-bank ini harus melakukan mergerBank Pembangunan Indonesia-Bapindo, Bank Dagang
Negara (BDN) , Bank Bumi Daya - (BBD), Bank Export- Import- Bank Exim).
Pada intinya, timbulnya krisis ekonomi di Indonesia disebabkan pada tata kelola perusahaan
yang buruk (bad corporate governance) dan tata kelola pemerintahaan yang buruk pula (bad
government governance) sehingga memberi peluang besar timbulnya praktik-praktik korupsi,
kolusi dan nepotisme.
Kasus manipulasi dan kebangkrutan perusahaan tidak saja terjadi di Indonesia, tetapi juga
terjadi di negara superpower Amerika Serikat (AS). Bahkan, yang menimpa AS terjadi secara
bergelombang dalam kurun waktu yang relatif singkat. Sama seperti di Indonesia, Kasus yang
terjadi di AS juga disebabkan oleh lemanya tata kelola perusahaan. Kasus manipulasi dan
kebangkrutan perusahaan terjadi pada sekitar awal tahun 2000-an menimpa perusahaan-
perusahaan raksana, seperti : Enron, Tyco, Adelphia, Global Crossing, Williams
Technologies Companies, WorldCom, Dynegy, JP Morgan, Chase, Citicorp, AOL,
TimeWarner, dan Lucent Technologies (Tuanakotta, 2007).
Akibat dari berbagai praktik tata kelola perusahaan yang buruk oleh perusahaan-perusahaan
besar ini bukan saja telah menimbulkan krisis ekonomi di Indonesia tetapi juga memengaruhi
perekenomian AS dan dunia. Untuk mengatasi krisis global pertama pada awal tahun 2000-
an, pemerintah AS bertindak cepat untuk meredam kepanikan para investor dengan
mengeluarkan undang-undang yang terkenal dengan nama Sarbanes-Oxley Act of 2002.
Undang-undang ini berisi penataan kembali Akuntansi Perusahaan Publik, tata kelola
perusahaan, dan perlindungan terhadap investor. Oleh karena itu, Undang-Undang ini
menjadi acual awal dalam menjabarkan dan menegakkan GCG, baik di AS maupun di
Indonesia.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance merupakan:
1. Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran dewan komisaris,
Direksi, Pemegang Saham dan Para Stakeholder lainnya.
2. Suatu sistem pengecekan dan perimbangan kewenangan atas pengendalian perusahaan
yang dapat membatasi munculnya dua peluang: pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan
aset perusahaan.
3. Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian, berikut
pengukuran kinerjanya.
Konsep Good Corporate Governance (GCG) adalah konsep yang sudah saatnya
diimplementasikan dalam perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia, karena melalui
konsep yang menyangkut struktur perseroan, yang terdiri dari unsur-unsur RUPS, direksi dan
komisaris dapat terjalin hubungan dan mekanisme kerja, pembagian tugas, kewenangan dan
tanggung jawab yang harmonis, baik secara intern maupun ekstern dengan tujuan
meningkatkan nilai perusahaan demi kepentingan shareholders dan stakeholders.
Prinsip- prinsip OECD (dalam Sukrisno Agoes, 2006) mencakup lima bidang utama, yaitu:
a. Kewajaran (fairness)
b. Transparansi
c. Akuntabilitas
d. Pertanggungjawaban
e. Kemandirian
Prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh NCG hampir sama dengan yang diungkapkan oleh
Menteri Negara BUMN. Penjelasan singkat atas masing-masing prinsip yang telah
dikemukakan dapat diberikan sebagai berikut:
Salah satu akar krisis ekonomi di Indonesia dan krisis pasar modal di AS adalah buruknya
kinerja perusahaan – perusahaan besar yang sebagain besar merupakan perusahaan public
yang telat terdaftar di bursa. Buruknya kinerja ini disebabkan oleh berbagai praktik
kecurangan yang dilakukan oleh para eksekutif perusahaan-perusahaan tersebut.
Indra Surya dan Ivan Yustiavandana (2007) mengatakan bahwa tujuan dan manfaat dari
penerapan GCG adalah:
Kegiatan perseroan di Indonesia didasarkan atas payung hukum undang undang nomor 1
tahun 1995 tentang perseroan terbatas. Namun undang undang ini kemudian dicabut dan
diganti dengan undang undang nomor 40 tahun 2007. sebagaimanar dalam pasal 1 ayat 1 UU
nomer 40 tahun 2007 yang dimaksud dengan perseroan adalah badan hukum yang merupakan
persekutuan modal,didirikan berdasarkan perjanjian,melakukan kegiatan usaha dengan modal
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam Undang Undang ini serta peraturan pelaksanannya.
Wewenang dari ketiga organ ini diatur dalam Bab I Pasal 1 sebagai berikut:
Ayat 4 Rapat umum pemegang saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah
Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan
kepada direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam
Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar.
Ayat 5 Direksi adalah Organ Perseoran yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di
dalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
Ayat 6 Dewan komisaris adalan Organ Perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar
serta memberi nasehat kepada direksi.
Meskipun ketentuan mengenai organ perseroan telah di atur dalam undang undang perseroan
terbatas nomor 40 tahun 2007 dan selanjutnya di tuangkan kembali di alam anggaran dasar
perseroan, namun dalam praktiknya organ ini belum mampu menjamin terselenggaranya tata
kelolan perusahaan yang sehat. Hal ini karena sifat undang undang hanya mengatur ketentuan
ketentuan secara garis besar saja sehingga pasti ada ketentuan ketentuan dalam undang
undang yang memerlukan petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis lebih lanjut dalam
bentuk peraturan atau pedoman yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah yang berwenang
serta institusi atau organisasi yang terkait.
Indra surya dan ivan yustiavananda (2006) menyebutkan paling tidak diperlukan empat
tambahan untuk melengkapi penerapan gcg,yaitu:
1. Komisaris independen
2. Direktur independen
3. Komite audit
4. Sekretaris perusahaan
Pertama, komisaris dan direktur independen adalah seseorang yang ditunjuk untuk mewakili
pemegeang saham independen(pemegang saham minoritas). Sebagaimana diatur dalam
undang undang perseroan, anggota direksi dan komisaris di angkat dan di berhentikan oleh
RUPS, sedangkan keputusan yang di ambil dalam RUPS didasarkan atas perbandingan
jumlah suara para pemegang saham, hak suara dalam RUPS tidak di dasarkan atas satu orang
atau satu suara, tetapi di dasarkan atas jumlah saham yang dimilikinya, sebagai
konsekuensinya,keputusan penetapan dan pemberhentian anggota komisaris dan direksi akan
selalu berasal dari kepentingan pemegang saham mayoritas. Oleh karena itu,para anggota
Direksi dan komisaris tersebut tentunya akan selalu berpihak kepada kepentingan pemegang
saham mayoritas dan sering kali mengabaikan dan merugikan kepentingan para pemegang
saham minoritas atau para pemangku kepentingan lainnya, oleh karenaa itu, bila para
pemegang saham minoritas atau para pemangku kepentingan pemegang saham mayoritas .
Kedua, komisaris dan direktur independen adalah pihak yang di tunjuk tidak dalam kapasitas
mewakili pihjak mana pun dan semata mata di tunjuk berdasarkan latar belakang
pengetahuan pengalaman dan kahlian profesional yang di milikinya untuk sepenuhnya
menjalankan tugas demi kepentingan perusahaan.
Syarat syarat menjadi komite audit menurut forum for coporate governance in indonesia dan
YPPMI institute :
● Komite audit bertanggung jawab kepada dewan komisaris
● Terdiri atas sekurang kurang nya 1 orang komisaris independen dan sekurang
kurangnya 2 orang anggota berasal dari luar emiten atau perusahaan publik
● Memiliki integritas tinggi, kemampuan, pengetahyuan dan pengalaman yang memadai
sesuai latar belakang pendidikannya, serta mampu berkomuinikasi dengan baik
● Salah satu dari anggota komite audit memiliki latar belakang pendidikan keuangan
dan akuntansi
● Memiliki pengetahuan yang cukup untuk membaca dan memahami laporan keuangan
● Bukan merupakan orang dalam kantor akuntan publik yang memberi jasa audit atau
non audit pada emiten atau perusahaan publik yang bersangkutan dalam satu tahun
terakhir sebelum diangkat oleh komisaris sebagaimana dimaksud dalam peraturan
VIII.A.2. Tentang independensi akuntan y ang memberikan jasa audit di pasar modal
● Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan emiten,komisaris,direktur atau pemegang
saham utama
● Tidak mempunyai hubumngan usaha baik langsung maupun tidak langsung berkaitan
dengan kegiatan usaha emiten
● Tidak merangkap sebagai komite audit pada emiten atau perusahaan publik yang pada
periode yang sama
● Sekretaris eprusahaan harus bertindak sebagai sekretasris komtite audit
Aturan mengenai komite audit ini, antara lain dapat dilihat pada:
1. SE ketua Bapepam nomr SE-03/PM/2000 tentang komite audit untuk
perusahaan publik
2. Keputusan direksi PT BEJ Nomor Kep-305/07-2004 tentang pencatatan saham
dan efek
3. Keputusan materi negara pendayagunaan badan usaha milik negara nomor
kep-133/m-bumn/1999 tentang pembentukan komite audit bagi BUMN
Jabatan sekretaris perusahaan menempati posisi yang sangat tinggi dan strategis
karena orang dalam jabatan ini berfungsi sebagai pejabat penghubung antar perusahaan
dengan pihak luar perusahaan, khususnya bagi perusahaan-perusahaan besar yang telah
mendaftarkan sahamnya dibursa. Tugas utama sekretaris perusahaan antara lain
menyimpan dokumen perusahaan, daftar pemegang saham, risalah rapat direksi dan
RUPS serta meyimpan dan menyediakan informasi penting lainya bagi kepentingan
seluruh pemangku kepentingan.
Aturan yang berkaitan dengan sekretaris perusahaan ini dapat dilihat antara lain
pada:
1. Keputusan Ketua Bapepam Nomor 63 tahun 1996 tentang Pembentukan
Sekretaris Perusahaan bagi Perusahaan Publik.
2. Keputusan Direksi BEJ Nomor 339 Tahun 2001 tentang Sekretaris
Perusahaan.
GCG DALAM BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN)
Berdasarkan peraturan yang ada, dapat dibedakan tiga jenis bentuk hukum BUMN
yaitu Persero, Perusahaan Umum (Perum), dan Perusahaan Jawatan (Perjan). Tjager dkk
(2003) selanjutnya mengungkapkan bahwa rendahnya kinerja BUMN ini ada kaitannya
dengan belum efektifnya penerapan tata kelola perusahaan yang baik di BUMN tersebut.
5. Fairness (kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak
stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku.
Pasar modal didefinisikan sebagai pasar yang dimana berbagai instrumen keuangan/sekuritas
jangka panjang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang atau modal sendiri, baik
diterbitkan pemrintah, public authoritics atau perusahaan swasta.
Pasar modal lebih sempit dri pasar keuangan karena pasar modal hanya memperjualbelikan
instrumen keuangan jangka panjang sedangkan pasar keuangan mencakup instrumen jangka
pendek dan jangka panjang.
Keberadaan pasar modal ditentukan oleh beberapa lembaga penungjang pasar modal:
Beberapa peraturan yang berhubungan denga tata kelola yang sehat yang ditujukan oleh
lembaga lembaga penunjang, antar lain :
1. UU No 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, teruama yang berkaitan dengan sistem
transparasi penungkapan informasi penting seperti hak memesan efek terlebih dahulu,
benturn kepentingan, tender penggabungan usaha, dll
2. Peraturan Bapepam No IX.D.1T tentang Hak memesan efek terlebih dahulu terutama
menyangkut prinsip keadilan yang menyangkut antar investor
3. Peraturan Bapepam No VIII.G.2 tentang laporan keuangan, terutama berhubungan
dengan prinsip transparansi, akuntabilitas, dan tanggung jawab dalam penyusuna
laporan keuangan
4. Peraturan Bapepam No IX.E.1 tentang benturan kepentingan transaksi tertentu ubtuk
mejamin transaksi berjalan secara independen, jujur, dan tidak merugikan pihak
lainuntuk kepentingan pihak tertentu
5. Peraturan Bapepam No IX.E.2 tentang transaksi meterial dan perubahan kegiatan
usaha yang dilakukan perusahaan terbuka. Ini berkaitan dengan prinsip transparansi
dan akuntabilitas
6. Peraturan Bapepam No IX.G.1 tentang penggabungan usaha dan peleburan
perusahaan publik dan emiten. Ini berkaitan dengan prinsip keadilan
7. Peraturan Bapepam No IX.I.1 tentang rencana dan pelaksanaan RUPS, ini
menyangkut kepentingan pemegang saham minoritas agar tidak diberlakukan secara
tidak adil oleh pemegang saham mayoritas dalam RUPS
8. Peraturan Bapepam No IX.J.1 tentang pokok- pokok anggran dasar perseroan yang
melakukan penawaran umum fek bersifat ekuitas dan perusahaan publik. Ini
menyangkut prinsip tata kelola dan aturan main pokok perusahaan
9. Peraturan Bapepam No X.K.5 tentang keterbukaan informasi bagi emiten atau
perusahaan publik yang yang dimohonkan pernyataan pailit. Ini menyangkut prinsip
transparansi
10. Peraturan Bapepam No IX.I.4 tentang pembentukan sekretariat perusahaan. Ini
menyangkut prinsip transparansi dan tanggung jawab emiten
11. Peraturan Bapepam No IX.I.6 tentang direksi dan komisaris emiten dan perusahaan
publik. Ini menyangkut prinsip tata kelola perusahaan yang sehat