PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu
penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk
disalurkan dan digunakan pada pengobatan serta pencegahan penyakit. Farmasi
mencakup pengetahuan mengenai identifikasi, pemilahan, aksi farmakologis,
pengawetan, penggabungan, analisis, dan pembakuan bahan obat (drugs) dan
sediaan obat (medicine). Bidang ilmu farmasi merupakan gabungan dari beberapa
cabang ilmu pengetahuan lain diantaranya adalah kimia analisis (Siregar, 2003)
Dalam bidang farmasi terdapat ilmu tentang kimia analisis dalam
penerapannya kimia analisis terbagi menjadi dua teknik analisis, yaitu kualitatif
dan kuantitatif. Pada Analisis kuantitatif berfungsimenentukan jumlah komponen
tertentu dalam suatu zat, sedangkan analisis kualitatif suatu proses dalam
mengidentifikasi keberadaan suatu senyawa kimia dalam suatu larutan/sampel
yang tidak diketahui seperti analisis potensiometri(Khopkar, 2003).
Sebagian besar metode analitik didasari pada sifat-sifat elektrokimia larutan.
Teknik analisis elektrokimia merupakan salah satu analisis instrumental,
disamping teknik analisis spektroskopi. Sistem pengukuran dalam analisis
elektrokimia didasarkan pada signal-signal listrik yang timbul sebagai hasil
interaksi antara materi dengan listrik, baik berupa potensial maupun hantaran
listrik. Beragam teknik analisis elektrokimia telah banayak dipakai dalam
laboratorium sebagai alat-alat instrumen dasar. Berbagai metode elektroanalitik
adalah voltametri, Coulometri, Kondukmetri, dan potensiometri (widjaja dkk,
2008).
Potensiometri adalah cabang dari ilmu kimia yang mempelajari ilmu
pengukuran potensial dari suatu elektroda. Pengukuran potensial elektroda banyak
digunakan untuk dalam ilmu kefarmasian terutama untuk pengukuran pH. Metode
analisis potensiometri ini didasarkan pada pengukuran potensial sel
elektrokimiaProses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan
elektroda indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian,
kurva titrasi yang diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap
volume pentiter yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar
titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi (Basset, J. dkk,
1994).
Berdasarkan pernyataan diatas maka perlu dilakukan praktikum mengenai
analisis potensiometri guna mengetahui metode atau cara menentukan kadar suatu
senyawa dengan menggunakan metode potensiometri.
No Volume titran/1 ml Ph
(NaOH)
1 1 ml 11,3
2 2 ml 11,6
3 3 ml 11,7
4 4 ml 11,7
4.1.2 HCl
No Volume titran/1 ml Ph
(NaOH)
1 1 ml 1,1
2 2 ml 10,9
3 3 ml 11,3
4 4 ml 11,6
5 5 ml 11,6
6 6 ml 11,6
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan penentuan kadar asam oksalat dan HCl
dengan menggunakan metode potensiometri, fungsi buffer yaitu untuk
mempertahankan Ph. Fungsi Ph meter yaitu untuk mengukur Ph larutan, Ph meter
juga digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi asam basa pengganti indikator
(Underwood, 1981).
Penentuan kadar asam oksalat dilakukan proses titrasi larutan asam oksalat
dengan larutan NaOH larutan asam okasalat dimasukan kedalam gelas kimia dan
dimasukkan magnetic stirrer, tujuan digunakan magnetic stirrer ialah untuk
menghomogenkan suatu larutan menggunakan batang magnet, sedangkan stir bar
merupakan sepotong besi atau magnet yang sangat kecil dan tidak bereaksi
dengan larutan karena dibungkus dengan materi khusus, misalnya teflon. Setelah
larutan homogen dilakukan proses titrasi, sebelum dilakukan proses titrasi terlebih
dahulu larutan asam oksalat diukur kadar pH yang menunjukan pH awal ialah 2,0
pada proses titrasi setelah penambahan 1 ml larutan NaOH dengan penambahan
buffer standar NaCl maka akan menjadi basa. Dalam hal ini semakin banyak
volume penambahan NaOH, maka Ph larutannya akan semakin bertambah besar
dari Ph awal dan larutan akan semakin basa karena memang NaOH merupakan
suatu basa kuat. pH larutan berubah menjadi 11,3 pada penambahan 2 ml larutan
pH menjadi 11,6 kemudian pada penambahan 3 ml larutan NaOH pH menjadi
11,7 dan setelah penambahan NaOH 4 ml pH tidak berubah. Lonjakan Ph secara
drastis dengan penambahan sedikit volume titran ini menunjukkan titik akhir
titrasi terjadi, dimana perubahan terjadi ketika adanya penambahan 2 ml
larutanbuffer standar NaOH dari volume 1 ml menjadi 3 ml. Lonjakan Ph
disebabkan terjadinya titik akhir titrasi dimana ion hidogen (H+) dari asam oksalat
telah habis bereaksi dengan ion hidronium (OH-) dengan demikian, tidak terdapat
lagi ion hidrogen dalm bentuk bebas dalam larutan titrat. Penambahan larutan
titrat setelah titik akhir titrasi terjadi menyebabkan jumlah ion hidronium akan
semakin meningkat dan menyebabkan naiknya Ph larutan (Ph larutan basa).
Kemudian pada larutan HCl prosedur kerja yang digunakan sama seperti
pengerjaan pada larutan asam oksalat sebelumnya, pada penambahan HCl 1 ml
pH larutan menunjukkan pH 1,1 kemudian pada penambahan larutan NaOH 2 ml
mengalami lonjakan pH menjadi 10,9 pada penambahan larutan NaOH 3 ml
perubahan pH menjadi 11,3 pada penambahan 4 ml NaOH pH menjadi 11,6 dari
penambahan NaOH 4 ml sampai 6 ml pH HCl tersebut tidak mengalami
perubahan. Lonjakan ph terjadi disebabkan titik akhir titrasi dimana ion hidrogen
(H+) dari HCl telah habis bereaksi dengan ion hidronium (OH-) dari NaOH.
Dalam metode potensiometri proses titrasi dihentikan ketika dilakukan
pengukuran pH dari setiap penambahan larutan titran pH larutan stabil atau tidak
lagi mengalami perubahan maupun peningkatan. Setelah dilakukan proses titrasi
dilakukan perhitungan kadar dari asam oksalat dan HCl.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dari percobaan titrasi potentiometri yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. kadar senyawa dengan metode potensiometri menggunakan larutan
asam oksalat dan larutan HCl dengan buffer standar NaCl.
2. Hasil yang didapatkan dari setiap Ph larutan asam oksalat yaitu asam
oksalat 1 ml (11,3), 2 ml (11,6), 3 ml (11,7), dan 4 ml (11,7),
sedangkan pada larutan HCl Ph larutan yang didapatkan yaitu 1
ml(1,1), 2 ml (10,9), 3 ml (11,3), 4 ml (11,6), 5 ml (11,6), dan 6 ml
(11,6).
5.2 Saran
1. Diharapkan pada asisten agar tetap dapat menjalin kerja sama yang baik
dengan praktikan, serta membimbing praktikan dalam melakukan
praktikum agar diperoleh hasil yang maksimal.
2. Di harapkan kepada laboran agar menyediakan bahan-bahan serta alat
yang
dibutuhkan selama praktikum dengan lengkap agar praktikum dapat
berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A. dan A.L. Underwood. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi Keempat.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S., 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-
Dasar Praktis, Penerbit Buku KedokteranEGC, Jakarta. 54 – 55, 98 –
115.
Widjaja, I N.K., K.W. Astuti, N.M.P. Susanti, dan I M.A.G. Wirasuta. 2008. Buku
Ajar Analisis Farmasi Fisiko Kimia. Jimbaran: Jurusan Farmasi FMIPA
UNUD.
Widjaja, I N.K. Dan N.P.L. Laksmiani. 2010. Petunjuk Praktikum Kimia Analisis.
Jimbaran: Jurusan Farmasi FMIPA UNUD.
LAMPIRAN
A. Kurva
11.6 11.6
pH 11.5
11.4
11.3 11.3
11.2
11.1
1ml 2ml 3ml 4ml
Volume larutan
12
11.3 11.6
10.9
10
8
pH
6
2
1.1
0
1ml 2ml 3ml 4ml
Volume larutan
LAMPIRAN
A. Alat
Gelas Kimia
B. Bahan
C. Prosedur Kerja
a) Larutan asam oksalat
b. pH
Ph 7,4 Ph 7,8
c. Larutan HCl
d. cara kerja
a. Asam oksalat
Asam Oksalat
Hasil
b. HCl
HCl
Hasil
LAMPIRAN PERHITUNGAN
2. Kadar HCl
V1N1 = V2N2
20 ml , N = V̄ x 0,1
N = 3,5 x 0,1
20
N = 0,35
20
N = 0,0175
3. Asam Oksalat
𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 0,0125
x 100 % = x 100%
𝑁𝑎𝑂𝐻 0,1
= 1,25
4. HCl
𝐻𝐶𝑙 0,0175
x 100 % = x 100 %
𝑁𝑎𝑂𝐻 0,1
= 1,75