Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu
penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk
disalurkan dan digunakan pada pengobatan serta pencegahan penyakit. Farmasi
mencakup pengetahuan mengenai identifikasi, pemilahan, aksi farmakologis,
pengawetan, penggabungan, analisis, dan pembakuan bahan obat (drugs) dan
sediaan obat (medicine). Bidang ilmu farmasi merupakan gabungan dari beberapa
cabang ilmu pengetahuan lain diantaranya adalah kimia analisis (Siregar, 2003)
Dalam bidang farmasi terdapat ilmu tentang kimia analisis dalam
penerapannya kimia analisis terbagi menjadi dua teknik analisis, yaitu kualitatif
dan kuantitatif. Pada Analisis kuantitatif berfungsimenentukan jumlah komponen
tertentu dalam suatu zat, sedangkan analisis kualitatif suatu proses dalam
mengidentifikasi keberadaan suatu senyawa kimia dalam suatu larutan/sampel
yang tidak diketahui seperti analisis potensiometri(Khopkar, 2003).
Sebagian besar metode analitik didasari pada sifat-sifat elektrokimia larutan.
Teknik analisis elektrokimia merupakan salah satu analisis instrumental,
disamping teknik analisis spektroskopi. Sistem pengukuran dalam analisis
elektrokimia didasarkan pada signal-signal listrik yang timbul sebagai hasil
interaksi antara materi dengan listrik, baik berupa potensial maupun hantaran
listrik. Beragam teknik analisis elektrokimia telah banayak dipakai dalam
laboratorium sebagai alat-alat instrumen dasar. Berbagai metode elektroanalitik
adalah voltametri, Coulometri, Kondukmetri, dan potensiometri (widjaja dkk,
2008).
Potensiometri adalah cabang dari ilmu kimia yang mempelajari ilmu
pengukuran potensial dari suatu elektroda. Pengukuran potensial elektroda banyak
digunakan untuk dalam ilmu kefarmasian terutama untuk pengukuran pH. Metode
analisis potensiometri ini didasarkan pada pengukuran potensial sel
elektrokimiaProses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan
elektroda indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian,
kurva titrasi yang diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap
volume pentiter yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar
titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi (Basset, J. dkk,
1994).
Berdasarkan pernyataan diatas maka perlu dilakukan praktikum mengenai
analisis potensiometri guna mengetahui metode atau cara menentukan kadar suatu
senyawa dengan menggunakan metode potensiometri.

1.2 Maksud Praktikum


Adapun maksud dari praktikum ini agar mahasiswa mampu mengetahui
dan memahami bagaimanacara penentuan kadar suatu senyawadengan
menggunakan metode potensiometri.
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun yang menjadi tujuan dilakukannya percobaan potensiometri
adalah untuk menentukan kadar suatu senyawadengan menggunakan larutan asam
oksalat dan HCl dengan buffer standar NaCl dan Ph meter.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Potensiometri
Potensiometri adalah metode analisa kimia untuk menentukan potensial
listrik dengan menggunakan elektroda dan alat yang digunakan dalam
potensiometri ini adalah potensiometer. Potensiometer merupakan aplikasi
langsung dari perasaan Nernst dengan cara pengukuran potensial dua elektroda
tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol. Persamaan Nernst memberikan
hubungan antara potensial relative suatu elektroda dan konsentrasi spesies
ioniknya yang sesuai dengan larutan. Dengan pengukuran potensial reversible
suatu elektroda,maka perhitungan aktifitas atau konsentrasi suatu komponen dapat
dilakukan (Underwood, 1980).
Potensiometri merupakan salah satu cara pemeriksaan fisik kimia yang
menggunakan peralatan listrik untuk mengukur potensial elektroda,besarnya
potensial elektroda ini tergantung pada kepekatan ion-ion tertentu dalam
larutan.Beda potensial antara kedua elektroda diukur memakai alat ukur potensial
atau alat ukur pH. Salah satu elektroda dinamakan elektroda indicator, elektroda
ini peka terhadap perubahan keaktifan salah satu species dalam larutan elektroda
indicator dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu elektroda logam dengan
elektroda membran elektroda lainnya dinamakan elektroda pembanding dengan
harga potensial praktis tidak berubah selama berlangsung pengukuran.Beberapa
logam seperto perak,raksa,tembaga,dan timbale dapat bekerja sebagai elektroda
indicator.apabila berhubungan dengan suatu larutan dari ionnya, misalnya
potensial yang ditimbulkan pada sepotong kawat perak yang tercelup dalam suatu
larutan perak nitrat berubah-ubah dengan aktifitas ion perak sesuai dengan
ramalan persamaan Nernst, kiranya pemindahan electron reversible terjadi antara
permukaan logam dan ion-ion didalam larutan elektroda jenis ini yang ionnya
dapat bertukar secara langsung dengan logam tersebut “elektroda jenis pertama”
(Rohman, 2007).
Elektroda perak-perak klorida, sebagai suatu elektroda pembanding
merupakan suatu contoh “elektroda jenis kedua”. Pada suatu elektroda jenis
kedua, ion dalam larutan tidak bertukar eletron secara langsung dengan elektroda
logam (Underwood, 1980)
Suatu “elektroda jenis ketiga” yang secara luas dipakai adalah elektroda
raksa – EDTA. Telah diamati oleh Reilley dan Schmid bahwa potensial elektroda
suatu raksa bersangkut secara reversibel dengan ion-ion logam lain dalam larutan
dengan adanya kompleks raksa (Underwood, 1980).
Elektroda membran berbeda dalam pokoknya dari elektroda logam yang
telah dibahas. Tidak ada elektron yang diberikan oleh atau kepada membran.
Justru sebuah membran membiarkan jenis-jenis ion tertentu untuk menembusnya,
tetepi menahan yang lain. Elektroda gelas, yang digunakan untuk menentukan pH,
merupakan contoh elektroda membran yang paling luas
dikenal (Underwood, 1980).
2.1.1 Ph Meter
Ph merupakan derajat keasaman yang digunakan untuk menentukkan tingkat
keasaman atau kebasaan suatu larutan. Berbicara tentang asam dan basa
sedikitnya ada 3 teori yaitu
1. Svante August Arhenius
Asam adalah senyawa yang apabila dilarutkan dalam air akan
menghasilkan ion hidrogen (H+) dan atau ion hidronium (H2O).
2. Johannes Bronsted dan Thomas Lawy
Asam adalah zat yang bertindak sebagai pendonor proton (memberikan
proton) pada basa. Sedangkan basa adalah zat yang bertindak sebagai
akseptor proton (penerima proton) dari asam
3. Gilbert Lewis
Asam adalah zat yang bertindak sebagai akseptor elektron/penerima
elektron dari basa. Sedangkan basa adalah zat yang bertindak sebagai
pendonor/pemberi elektron kepada asam. (Krisbiantoro Adi, 2009).
2.1.2 Prinsip Kerja Ph Meter
Prinsip kerja Ph meter adalah didasarkan pada potensoal elektro kimia
yang terjadi antara larutan yang terdapat di elektroda gelas yang telah diketahui
dengan larutan yang terdapat diluar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini
dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion
hidrogen yang ukurannya relatif kecil dan aktif ( Krisbiantoro.Adi, 2009).
2.1.3 Buffer
Larutan buffer merupakan suatu larutan yang dapat mempertahankan Ph
larutan apabila ditambahkan sedikit asam atau basa. Pada umumnya, larutan
buffer terdiri atas campuran asam lemah dan garamnya atau basa lemah dan
garamnya. Sifat yang paling menonjol dari larutan penyangga atau buffer adalah
seperti Ph larutan penyangga yang hanya berubah sedikit asam kuat. Disamping
itu, larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk dari reaksi kimia asam
lemah dan basa konjugasinya atau sebaliknya. Reaksi tersebut sebagai reaksi asam
basa konjugasi (Day Jr, 1981).
Komponen larutan penyangga (Buffer)
1. Larutan Penyangga bersifat asam
Larutan ini mempertahankan Ph pada daerah asam (ph<7) larutan ini
didapatkan dari mencampurkan asam lemah dengan suatu basa kuat di
mana asam lemahnya dicampur dengan jumlah berlebih.
2. Larutan penyangga bersifat basa
Larutan ini mempertahankan Ph pada daerah basa (ph >7) larutan ini
didapatkan dari mencampurkan basa lemah dengan suatu asam kuat
dimana basa lemahnya dicampur dengan jumlah berlebih (Day Jr, 1981).
2.1.4Jenis-jenis Reaksi Potensimetri
Reaksi titrasi dapat dapat diikuti dengan pengukuran potensiometri.
Reaksinya harus meliputi penambahan atau pengurangan beberapa ion yang
sesuai dengan jenis elektrodanya. Potensial diukur sesudah penambahan sejumlah
kecil volume titran secara berturut-turut atau secara kontinyu dengan perangkat
automatik. Presisi dapat dipertinggi dengan sel konsentrasi.
1. Reaksi netralisasi : Titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda
indikatornya
elektroda gelas. Tetapan ionisasi harus kurang dari 10-8.
2. Reaksi pembentukan kompleks dan pengendapan: pembentukan endapan atau
kompleks akan membebaskan ion terhidrasi dari larutan. Biasanya digunakan
elektroda Ag dan Hg. Beberpa logam dapat dapat dititrasi dengan EDTA.
3. Reaksi Redoks : Elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi
redoks. Oksidator kuat (KMnO4, K2Cr2O7, Co(NO3)3) membentuk lapisan
logam-oksida yang harus dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam laritan
encer (Khopkar, 2003).
2.1.5Titik Akhir Titrasi Potensiometri
Dalam suatu ttitrasi potensiometrik, titik akhir ditemukan dengan
menentukan volume yang menyebabkan suatu perubahan yang relatif besar dalam
potensial apabila titran dtambahkan.Dalam titrasi secara manual potensial diukur
setelah penambahan titran berurutan, dan hasil pengamatan digambarkan pada
suatu kertas grafik terhadap volum titran untuk diperoleh suatu kurva titrasi.
Dalam banyak hal, suatu potensiometer sederhana dapat digunakan. Akan tetapi
jika menyangkut elektroda gelas, seperti dalam kebanyakan titrasi asam-basa,
suatu peralatan pengukur dengan impedansi masukan tinggi diperlukan karena
adanya tahanan tinggi dari gelas.; digunakan pH meter khusus. Karena pH meter
ini telah menjadi delikian biasa, maka pH meter ini digunakan untuk semua jenis
titrasi, bahkan apabila penggunaanya tidak diwajibkan.Ada kemungkinan untuk
menentukan tempat titik akhir dengan cara yang sederhana pada data nyata tanpa
menggunakan bantuan suatu grafik, hanya pengamatan potensial dekat dengan
titik ekuivalen yang perlu direkam(Underwood, 1980).
2.2 Uraian Bahan
1. Asam Oksalat (Ditjen POM, FI III 1979)
Nama Resmi : Asam Oksalat
Nama Lain : Asam Oksalat
Rm/Bm : H2C2O4 / 1,6-1,7
Pemerian : Hablur, tidak berwarna.
Kelarutan : Larut dalam air dan dalam etanol (95%) P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan
2. Aquadest (Ditjen POM, FI III 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air Suling
RM / BM : H2O / 18,02
Kelarutan : Larut dalam etahol gliser
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
3. HCl (Ditjen POM, FI III 1979)
Nama resmi : ACIDUM CHLORIDUM
Nama lain : Asam klorida
RM/BM : HCl/36,46
Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang.
Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau
hilang.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Zat tambahan
4. NaOH (Ditjen POM, FI III 1979)
Nama resmi : NATRIUM HYDROXYDIUM
Nama Lain : Natrium hidroksida
Rm/Bm : NaOH/40.00
Pemerian : Bentuk batang,massa hablur atau keping-keping,
rapuh dan mudah meleleh basah, sangat
alkalis dan korosif,
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%)
Mengandung tidak kurang dari 97,5% akali
jumlah Dihitung sebagai NaOH dan tidak lebih
dari 2,5% NaCO3
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai Titran (Zat penitrasi)
BAB III
METODE KERJA

3.1 Alat Dan Bahan


3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini ialah buret, botol
semprot, erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, tisu, megnetic stirre, pipet
volum dan pH meter.
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini ialah asam
oksalat, aquadest, Hcl 0,1 N dan NaOH 0,1 N, NaCl.
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Pembakuan
1. Dikalibrasi pH meter dengan menggunakan buffer standar NaCl pada dua
harga pH atau tiga harga pH
2. Dimasukan 20 ml asam oksalat kedalam gelas kimia dan masukan magnet
bar kedalamnya, tempatkan gelas kimia tersebut diatas magnetic stirrer
atau kecepatan pada sekitar 200 rpm
3. Dimasukkan NaOH kedalam buret tempatkan ujung buret pada mulut
gelas kimia yang berisi asam oksalat
4. Dipasangkan elektroda pH sampai tercelup pada cairan dalam gelas kimia
(dilakukan selalu pembilasan dan pengeringan setiap kali elektroda
dimasukan kedalam cairan yang baru)
5. Dicatat pH yang terbaca oleh pH meter
6. Dikeluarkan NaOH 1 ml dicatat perubahan pH dilakukan penambahan
setiap 1 ml dan dicatat pH setiap penambahan (sampai pH menunjukan
harga basa yang stabil)
7. Diulangi proses diatas dengan penambahan NaOH setiap 0,1 ml pada
daerah yang mengalami lonjakan sementara pada daerah lain tetap 1 ml
8. Dibuat kurva titrasi antara pH dan volume kemudian turunkan grafik
tersebut menjadi grafik turunan kedua
9. Dihitung kadar asam oksalat

3.2.2 Penetapan Kadar HCl


1. Dikalibrasi pH meter dengan menggunakan buffer standar NaCl pada dua
harga pH atau tiga harga pH
2. Dimasukan 20 ml Hcl kedalam gelas kimia dan masukan magnet bar
kedalamnya, tempatkan gelas kimia tersebut diatas magnetic stirrer atau
kecepatan pada sekitar 200 rpm
3. Dimasukkan NaOH kedalam buret tempatkan ujung buret pada mulut
gelas kimia yang berisi HCl
4. Dipasangkan elektroda pH sampai tercelup pada cairan dalam gelas kimia
(dilakukan selalu pembilasan dan pengeringan setiap kali elektroda
dimasukan kedalam cairan yang baru)
5. Dicatat pH yang terbaca oleh pH meter
6. Dikeluarkan NaOH 1 ml dicatat perubahan pH dilakukan penambahan
setiap 1 ml dan dicatat pH setiap penambahan (sampai pH menunjukan
harga basa yang stabil)
7. Diulangi proses diatas dengan penambahan NaOH setiap 0,1 ml pada
daerah yang mengalami lonjakan sementara pada daerah lain tetap 1 ml
8. Dibuat kurva titrasi antara pH dan volume kemudian turunkan grafik
tersebut menjadi grafik turunan kedua
9. Dihitung kadar HCl
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Asam Oksalat

No Volume titran/1 ml Ph

(NaOH)

1 1 ml 11,3

2 2 ml 11,6

3 3 ml 11,7

4 4 ml 11,7

4.1.2 HCl

No Volume titran/1 ml Ph

(NaOH)

1 1 ml 1,1

2 2 ml 10,9

3 3 ml 11,3

4 4 ml 11,6

5 5 ml 11,6

6 6 ml 11,6
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan penentuan kadar asam oksalat dan HCl
dengan menggunakan metode potensiometri, fungsi buffer yaitu untuk
mempertahankan Ph. Fungsi Ph meter yaitu untuk mengukur Ph larutan, Ph meter
juga digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi asam basa pengganti indikator
(Underwood, 1981).
Penentuan kadar asam oksalat dilakukan proses titrasi larutan asam oksalat
dengan larutan NaOH larutan asam okasalat dimasukan kedalam gelas kimia dan
dimasukkan magnetic stirrer, tujuan digunakan magnetic stirrer ialah untuk
menghomogenkan suatu larutan menggunakan batang magnet, sedangkan stir bar
merupakan sepotong besi atau magnet yang sangat kecil dan tidak bereaksi
dengan larutan karena dibungkus dengan materi khusus, misalnya teflon. Setelah
larutan homogen dilakukan proses titrasi, sebelum dilakukan proses titrasi terlebih
dahulu larutan asam oksalat diukur kadar pH yang menunjukan pH awal ialah 2,0
pada proses titrasi setelah penambahan 1 ml larutan NaOH dengan penambahan
buffer standar NaCl maka akan menjadi basa. Dalam hal ini semakin banyak
volume penambahan NaOH, maka Ph larutannya akan semakin bertambah besar
dari Ph awal dan larutan akan semakin basa karena memang NaOH merupakan
suatu basa kuat. pH larutan berubah menjadi 11,3 pada penambahan 2 ml larutan
pH menjadi 11,6 kemudian pada penambahan 3 ml larutan NaOH pH menjadi
11,7 dan setelah penambahan NaOH 4 ml pH tidak berubah. Lonjakan Ph secara
drastis dengan penambahan sedikit volume titran ini menunjukkan titik akhir
titrasi terjadi, dimana perubahan terjadi ketika adanya penambahan 2 ml
larutanbuffer standar NaOH dari volume 1 ml menjadi 3 ml. Lonjakan Ph
disebabkan terjadinya titik akhir titrasi dimana ion hidogen (H+) dari asam oksalat
telah habis bereaksi dengan ion hidronium (OH-) dengan demikian, tidak terdapat
lagi ion hidrogen dalm bentuk bebas dalam larutan titrat. Penambahan larutan
titrat setelah titik akhir titrasi terjadi menyebabkan jumlah ion hidronium akan
semakin meningkat dan menyebabkan naiknya Ph larutan (Ph larutan basa).
Kemudian pada larutan HCl prosedur kerja yang digunakan sama seperti
pengerjaan pada larutan asam oksalat sebelumnya, pada penambahan HCl 1 ml
pH larutan menunjukkan pH 1,1 kemudian pada penambahan larutan NaOH 2 ml
mengalami lonjakan pH menjadi 10,9 pada penambahan larutan NaOH 3 ml
perubahan pH menjadi 11,3 pada penambahan 4 ml NaOH pH menjadi 11,6 dari
penambahan NaOH 4 ml sampai 6 ml pH HCl tersebut tidak mengalami
perubahan. Lonjakan ph terjadi disebabkan titik akhir titrasi dimana ion hidrogen
(H+) dari HCl telah habis bereaksi dengan ion hidronium (OH-) dari NaOH.
Dalam metode potensiometri proses titrasi dihentikan ketika dilakukan
pengukuran pH dari setiap penambahan larutan titran pH larutan stabil atau tidak
lagi mengalami perubahan maupun peningkatan. Setelah dilakukan proses titrasi
dilakukan perhitungan kadar dari asam oksalat dan HCl.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dari percobaan titrasi potentiometri yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. kadar senyawa dengan metode potensiometri menggunakan larutan
asam oksalat dan larutan HCl dengan buffer standar NaCl.
2. Hasil yang didapatkan dari setiap Ph larutan asam oksalat yaitu asam
oksalat 1 ml (11,3), 2 ml (11,6), 3 ml (11,7), dan 4 ml (11,7),
sedangkan pada larutan HCl Ph larutan yang didapatkan yaitu 1
ml(1,1), 2 ml (10,9), 3 ml (11,3), 4 ml (11,6), 5 ml (11,6), dan 6 ml
(11,6).
5.2 Saran
1. Diharapkan pada asisten agar tetap dapat menjalin kerja sama yang baik
dengan praktikan, serta membimbing praktikan dalam melakukan
praktikum agar diperoleh hasil yang maksimal.
2. Di harapkan kepada laboran agar menyediakan bahan-bahan serta alat
yang
dibutuhkan selama praktikum dengan lengkap agar praktikum dapat
berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A. dan A.L. Underwood. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi Keempat.
Jakarta: Penerbit Erlangga.

Khopkar, S. M.2003.Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia


Press.

Krisbiantoro, Adi. 2009. Kimia Praktis. Yogyakarta: Puataka.

Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S., 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-
Dasar Praktis, Penerbit Buku KedokteranEGC, Jakarta. 54 – 55, 98 –
115.

Underwood, A. L dan R. A. Day.1980. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi Keempat.


Jakarta: Erlangga.

Widjaja, I N.K., K.W. Astuti, N.M.P. Susanti, dan I M.A.G. Wirasuta. 2008. Buku
Ajar Analisis Farmasi Fisiko Kimia. Jimbaran: Jurusan Farmasi FMIPA
UNUD.

Widjaja, I N.K. Dan N.P.L. Laksmiani. 2010. Petunjuk Praktikum Kimia Analisis.
Jimbaran: Jurusan Farmasi FMIPA UNUD.
LAMPIRAN

A. Kurva

kurva titrasi asam oksalat


11.8

11.7 11.7 11.7

11.6 11.6

pH 11.5
11.4

11.3 11.3

11.2

11.1
1ml 2ml 3ml 4ml

Volume larutan

Kurva titrasi Hcl


14

12
11.3 11.6
10.9
10

8
pH
6

2
1.1
0
1ml 2ml 3ml 4ml

Volume larutan
LAMPIRAN
A. Alat

Buret Statif & Klem Gelas Ukur

Pipet Tetes Erlenmeyer Botol Semprot

Gelas Kimia
B. Bahan

HCl 0,1 n NaOH 0,1 n Asam Oksalat


0,1 n

C. Prosedur Kerja
a) Larutan asam oksalat

1 ml (11,3) 2 ml (11,6) 3 ml (11,7)


4 ml (11.7) 5 ml (11.7)

b. pH

Ph 7,4 Ph 7,8
c. Larutan HCl

1 ml (1,1) 2 ml (10,9) 3 ml (11,3)


4 ml (11,6) 5 ml (11,6) 6 ml (11,6)

d. cara kerja

Proses magnetic Proses titrasi


stirrer
DIAGRAM ALIR

a. Asam oksalat

Asam Oksalat

- Dikalibrasi Ph meter dengan menggunakan buffer


standar NaCl pada dua harga Ph atau tiga harga Ph
- Dimasukkan 20 ml asam oksalat kedalam gelas
kimia dan masukkan magnet bar kedalamnya,
tempatkan gelas kimia tersebut diatas magnetic
stirrer atau kecepatan pada sekitar 200 rpm
- Dimasukkan NaOH kedalam buret, tempatkan
ujung buret pada mulut gelas kimia yang berisi
asam oksalat
- Dipasangkan elektroda Ph sampai tercelup pada
cairan dalam gelas kimia.(lakukan selalu
pembilasan dan pengeringan setiap kali elektroda
dimasukkan kedalam cairan yang baru
- Dicatat Ph yang terbaca oleh Ph meter
- Dikeluarkan NaOH 1 ml, catat perubahan Ph,
lakukan penambahan setiap 1 ml dan catat Ph
setiap penambahan (sampai ph menunjukkan
harga basa yang stabil)
- Diulangi proses diatas tapi penambahan NaOH
setiap 0,1 ml pada daerah yang mengalami
lonjakan, sementara pada daerah lain tetap 1 ml
- Dibuat kurva titrasi antara Ph vs volume,
kemudian turunkan grafik tersebut menjai grafik
turunan kedua, sehingga diperoleh kurva berikut
dan tentukan titik ekuivalensi berdasarkan titik
potong
- Dihitung kadar asam oksalat.

Hasil
b. HCl
HCl

- Dikalibrasi Ph meter dengan menggunakan buffer


standar NaCl pada dua harga Ph atau tiga harga Ph
- Dimasukkan 20 ml HCl kedalam gelas kimia dan
masukkan magnet bar kedalamnya, tempatkan
gelas kimia tersebut diatas magnetic stirrer atau
kecepatan pada sekitar 200 rpm
- Dimasukkan NaOH kedalam buret, tempatkan
ujung buret pada mulut gelas kimia yang berisi
HCl
- Dipasangkan elektroda Ph sampai tercelup pada
cairan dalam gelas kimia.(lakukan selalu
pembilasan dan pengeringan setiap kali elektroda
dimasukkan kedalam cairan yang baru
- Dicatat Ph yang terbaca oleh Ph meter
- Dikeluarkan NaOH 1 ml, catat perubahan Ph,
lakukan penambahan setiap 1 ml dan catat Ph
setiap penambahan (sampai ph menunjukkan
harga basa yang stabil)
- Diulangi proses diatas tapi penambahan NaOH
setiap 0,1 ml pada daerah yang mengalami
lonjakan, sementara pada daerah lain tetap 1 ml
- Dibuat kurva titrasi antara Ph vs volume,
kemudian turunkan grafik tersebut menjai grafik
turunan kedua, sehingga diperoleh kurva berikut
dan tentukan titik ekuivalensi berdasarkan titik
potong
- Dihitung kadar HCl

Hasil
LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Kadar Asam oksalat


V1N1 = V2N2
20 ml , N = V̄ x 0,1
N = 2,5 x 0,1
20
N = 0,25
20
N = 0,0125

2. Kadar HCl
V1N1 = V2N2
20 ml , N = V̄ x 0,1
N = 3,5 x 0,1
20
N = 0,35
20
N = 0,0175
3. Asam Oksalat
𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 0,0125
x 100 % = x 100%
𝑁𝑎𝑂𝐻 0,1
= 1,25
4. HCl

𝐻𝐶𝑙 0,0175
x 100 % = x 100 %
𝑁𝑎𝑂𝐻 0,1

= 1,75

Anda mungkin juga menyukai