Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DHF

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

Asuhan Keperawatan ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas


Keperawatan Medikal Bedah I

Dosen Pembimbing : Sudiro, SKP.,Ns.,MPD

DISUSUN OLEH :

1. Chichilia Puspita Darmaningrum (P27220017 133)


2. Dita Riskawati (P27220017 136)
3. Via Indriawati (P27220017 162)
4. Widha Listyaninggar (P27220017 163)

PRODI D-IV KEPERAWATAN

POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN SURAKARTA

SURAKARTA

2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan segala rahmat serta karunia-Nya sehingga Makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan DHF” dapat diselesaikan sesuai rencana.
Makalah sederhana ini kami susun sebagai salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah I. Dalam menulis makalah ini tidak lepas dari dorongan, bimbingan serta
partisipasi dari segala pihak, untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak.
Dalam menyelesaikan makalah ini, kami menyadari akan kekurangan serta hasil yang
jauh dari sempurna, oleh sebab itu kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk memperbaiki makalah ini.
Kami mengharapkan semoga makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan DHF”
dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pada umumnya dan pembaca pada khususnya
serta dapat membantu bagi dunia pendidikan.

Surakarta, 02 Oktober 2018

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
ASUHAN KEPERAWATAN DHF .....................................................................................
A. Pengertian DHF....................................................................................................
B. Etiologi.................................................................................................................
C. Manifestasi Klinis.................................................................................................
D. Klasifikasi ............................................................................................................
E. Anatomi dan Fisiologi..........................................................................................
F. Patofisiologi...........................................................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................
H. Faktor Risiko.........................................................................................................
I. Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................................
1. Pengkajian .........................................................................................................
2. Diagnosa Keperawatan ......................................................................................
3. Intervensi Keperawatan .....................................................................................
4. Implementasi Keperawatan ...............................................................................
5. Evaluasi Keperawatan .......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF)

A. Pengertian
Penyakit demam berdarah dangue (DBD) merupakan salah satu faktor masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat
dan penyebarannya semakin luas. Penyakit DBD merupakan penyakit menular yang
terutama terjadi pada anak –anak. Demam berdarah dangue (DBD) disebut juga
dengan dengue hemorrhagic fever (DHF) (Anies,2016).
Menurut WHO demam berdarah dangue (DHF) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi salah satu dari empat tipe virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemogragik. Pada
demam berdarah dengue terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh
(Widoyono,2015).

B. Etiologi.
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B, yaitu
arthropod-borne virus atau virus yang disebarkan oleh arthropoda. Virus ini
merupakan genus Flavivirus dan family Flaviviridae.
David Bylon melaporkan bahwa epidemiologi dengue di Batavia disebabkan oleh
tiga faktor utama, yaitu virus, manusia, dan nyamuk.vektor utama penyakit DBD
adalah nyamuk Aedes aegepti (di daerah perkotaan) dan Aedes albopictus (di daerah
pedesaan) (Marwani,2009).
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh
nyamuk. Virus dengue ini termasuk kelompok B Arthropod Virus (Arbovirus) yang
sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis
serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi dari salah satu serotipe
menimbulkan antibodi terhadap virus yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang
terbentuk untuk serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan terhadap serotipe lain. Seorang yang tinggal di daerah endemis dengue
dapat terinfeksi oleh ¾ serotipe yang berbeda selama hidupnya. Serotipe DEN-3
merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan
manifestasi klinis yang berat (Widoyono,2016).
C. Manifestasi Klinis
1. Menurut Anies (2016) Pasien penyakit DBD pada umumnya disertai dengan tanda-
tanda berikut :
a. Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas
b. Manifestasi perdarahan dengan tes Rumpel Leede (+), mulai dari petekie (+)
sampai perdarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau bercak darah
hitam
c. Hasil pemeriksaan trombosit menurun (normal 150.000-300.000µL), hematokrit
meningkat (normal pria < 45, wanita <40)
d. Akral dingin, gelisah , tidak sadar (DSS, dengue shock syndrome)
2. Menurut WHO Kriteria diagnosis :
a. Kriteria Klinis
1) Deman tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan berlangsung terus
menerus selama 2-7 hari
2) Terdapat manifestasi perdarahan
3) Pembesaran hati
4) Syok
b. Kriteria Laboratoris
1) Trombositopenia (<100.000/mm3)
2) Hemakonsentrasi (Ht meningkat >20%) (Marwani,2009).
3. Menurut Widoyono (2015) manifestasi klinis ini sangat bervariasi, mulai dari yang
ringan (DF) sampai yang berat (DHF). Selain tanda –tanda tersebut di atas pada
penderita DHF dapat dijumpai pula tanda-tanda sebagai berikut :
a. Pembesaran hepar (hepatomegali)
b. Trombositopeni. Normal :150-400 ribu/mm3
c. Hemakonsentrasi, Ht tinggi dengan kenaikan sampai 20 %
d. Masa perdarahan biasanya memanjang

D. Klasifikasi
Klasifikasi DHF menurut WHO ada 4 yaitu :
1. Derajat I ditandai dengan demam, mual-mual, anoreksia, sakit kepala terus
menerus, nyeri di bagian epigastrium, nyeri di perputaran bola mata, RT/Torniquet
test positif, test ini adalah untuk mengetahui apakah sudah terjadi kebocoran.
2. Derajat II : tanda tanda seperti derajat I ditambah dengan perdarahan spontanpada
kulit (petechie, echimosis dan parpura) dan perdarahan yang lain sepertiepistaxis,
kematemesis, dan mekna.
3. Derjat III : pasien dalam pre shock dengan ditandai adanya kegagalan sirkulasi
darah, hipotensi, pucat ,kulit dingin, gelisah dan denyut nadi lembut.
4. Derajat IV , disebut juga DSS (Dengue Shock Sindrom). Pada tingkatan ini pasien
sudah dalam keadaan shock tekanan darah tidak terdengar dan nadi tidak teraba
(Widoyono,2015).

E. Anatomi dan Fisiologi


Anatomi dan fisiologis yang berhubungan dengan penyakit DHF adalah sistem
sirkulasi. Sistem sirkulasi adalah saran untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari
fraktus ditivus dari paru-paru ke sela – sela tubuh. Selain itu sistem sirkulasi
merupakan sarana untuk membuang sisa – sisa metabolisme dari sel – sel ginjal, paru-
paru dan kulit yang merupakan tempat ekskresi pembuluh darah.
1. Jantung
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan
jaringan istemewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan
otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos yaitu diluar
kemauwan kita.
Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal
jantung) dan disebut juga basis kordis. Disebalah bawah agak runcing yang disebut
apeks cordis. Letak jantung didalam rongga dada sebelah depan, sebelah kiri bawah
dari pertengahan rongga dada, diatas diafragma dan pangkalnya terdapat
dibelakang kiri atau kosa V dan VI dua jari dibawah papila mamae. Pada tempat ini
teraba adanya denyut jantung yang disebut iktus kordis. Ukurannya kurang lebih
sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira- kira 250-300 gr.
2. Pembuluh darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu :
a. Arteri
Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang membawa
darah ke seluruh tubuh. Pembuluh darah arteri yang paling besar yang keluar
dari ventrikel sinetra disebut aorta . arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan
tebal. Tetapi sifatnya elasti dan terdiri dari tiga lapisan
b. Vena
Vena (pembuluh dara balik) merupakan pembuluh darah yang membawa darah
dari bagian tubuh masuk kedalam jantung. Vena – vena yang ukurannya besar
diantaranya vena kava dan vena pulmunalis. Vena ini juga mempunyai cabang
yang lebih kecil disebut venolus yang selanjutnya menjadi kapiler.
c. Kapiler
Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Diameternya kir – kira
0.008 mm. Dindingnya terdiri dari suatu lapisan endotel bagian tubuh yang tidak
terdapat kapiler yaitu rambut, kuku, dan tulang rawan. Pembuluh darah rambut
atau kapiler pada umumnya meliputi sel – sel jaringan. Oleh karena itu
dindingnya sangat tipis maka plasma dan zat makanan mudah merembes ke
cairan jaringan antar sel.
3. Darah
Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian : bagian cair disebut
plasma dan bagian padat disebut sel darah. Warna merah pada darah keadaanya
tidak tetap, bergantung pada banyaknya oksigen dan karbondioksida didalamnya.
Darah yang banyak mengandung karbondioksida warnanya merah tua. Adanya
oksigen dalam darah diambil dengan jalan bernafas dan zat ini sangat berguna pada
peristiwa pembakaran atau metabolisme di dalam tubuh. Pada tubuh yang sehat
atau orang dewasa terdapat darah kira- kira sebanyak 1-3 dari berat badan atau kira
– kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap tip orang tidak sama, bergantung
pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.
Fungsi darah antara lain sebagai alat pengankut, sebagai pertahanan tubuh
terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan perantaraan leukosit dan
antibodi atau zat-zat anti racun serta mengatur panas keseluruh tubuh. Adapun
proses pembentukan sel darah terdapat tiga tempat yaitu : sum – sum tulang , hepar,
dan limfa (Syaifudin,2011).

F. Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk kedalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan
gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri ototo pegal seluruh
badan, hyperemia di tenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi
pada system retikuoendutelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati
dan limfa. Ruam pada DF disebabkan oleh kongesti dibawah pembuluh darah kulit.
Patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dengan
DHF adalah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan
zatanafilatosin, histamine dan serotonin serta aktifitas system kalikein yang berakibat
ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat mengurangnya volume plasma,
terjadinya hipotensi, hemokosntrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Plasma
merembes selama perjalanan penyakit mulai dari saat permulaan demam dan mencapai
puncaknya pada saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma
dapat menurun sampai lebih dari 30% (Soedarto,2012).
G. Pemeriksaan penunjang
1. HB dan PCV meningkat (> 20%)
2. Trombositopenia (< 100.000/ml)
3. Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
4. 19 D dengue positif
5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokloremia, dan
hiponatremia
6. Urium dan PH darah mungkin meningkat
7. Asidosis metabolic P CO2< 35-40 mmHg dan HCO2 rendah
8. Sgot /SGPT mungkin meningkat. ( Soedarto,2012).
9. Sumsum tulang : Pada awal sakit hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada
hari ke-5 dengan gangguan maturasi, sedangkan pada hari ke-10 normal kembali.
10. Uji serologi
11. Isolasi virus
H. Pathway

I. Faktor Resiko
1. Perdarahan Luas
Faktor penyebab perdarahan yang meluas adalah terjadinya kelainan fungsi
trombosit sehingga akan merangsang atan mengaktivasi faktor pembekuan.
2. Syok
Akibat adanya permeabilitas vaskuler yang meningkat maka akan berdampak pada
kebocoran plasma. Volume plasma akan menurun sehingga terjadi hpovelemia dan
berakhir syok pada penderita.
3. Efusi Pleura
4. Infeksi virus dengue mengakibatkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler.
Hal ini menyebabkan kebocoran plasma sehingga terjadi efusi pleura.
5. Penurunan Kesadaran
Penurunan kesadaran pada penderita terjadi pada derajat IV yang ditandai dengan
nadi yang tidak teraba dan tekanan darah yang sulit diukur (Wijayaningsih,2013).
J. Penatalaksanaan
1. Medik
a. DHF tanpa Renjatan
1) Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
2) Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
3) Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak <1th dosis
50 mg Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi
, beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th dan pada anak >1th
diberikan 5 mg/ kg BB.
4) Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
b. DHF dengan Renjatan
1) Pasang infus RL
2) Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 – 30
ml/ kg BB )
3) Tranfusi jika Hb dan Ht turun
2. Keperawatan
a. Pengawasan tanda – tanda Vital secara kontinue tiap jam
1) Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
2) Observasi intik output
3) Pada pasien DHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3
jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per
hari, beri kompres
4) Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,
Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan
darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
5) Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2
pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi
productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
b. Resiko Perdarahan
1) Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
2) Catat banyak, warna dari perdarahan
3) Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
c. Peningkatan suhu tubuh
1) Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodic
2) Beri minum banyak
3) Berikan kompres

K. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia
kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Keluhan yang biasanya pada pasien DHF datang ke rumah sakit adalah panas
tinggi dan pasien lemah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai menggigil dan
saat demam kesadaran kompos mentis.Panas turun terjadi antara hari ke-3 dan
ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek,
nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri
otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta
adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau
hematemasis.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak biasanya mengalami
serangan ulangan DHF dengan type virus yang lain.

e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemumgkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
f. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi.Semua anak dengan
status gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada faktor
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual,
muntah,dan nafsu akan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai
pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan
berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
g. Kondisi lingkungan
Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan yang
kurang bersih (seperti yang mengenang dan gantungan baju yang di kamar).
h. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan
berkurang, dan nafsu makan menurun.
2) Eliminasi BAB: kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi.
Sementara DHF grade III-IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi BAK : perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau banyak,
sakit atau tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirahat : anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur
maupun istirahatnya kurang.
5) Kebersihan : upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk
aedes aegypti. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta
upaya untuk menjaga kesehatan.
i. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai ujung
kaki. Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik anak adalah :
1) Kesadaran : Apatis
2) Vital sign : TD : 110/70 mmHg
3) Kepala : Bentuk mesochepal
4) Mata : simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, mata anemis
5) Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran
6) Hidung : ada perdarahan hidung / epsitaksis
7) Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada perdarahan pada
rongga mulut, terjadi perdarahan gusi.
8) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher tidak ada,
nyeri telan.
9) Dada
Inspeksi : simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan
Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan
Perkusi : Sonor
Palpasi : taktil fremitus normal
10) Abdomen
Inspeksi : bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali)
Auskultasi : bising usus 8x/menit
Perkusi : tympani
Palpasi : turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atas
11) Ekstrimitas : sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi
tulang
12) Genetalia : bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang kateter
j. Sistem integumen
Adanya peteki pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin dan
lembab.Kuku sianosis atau tidak.
2. Diagnose Keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses penyakit
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ( penekanan intra
abdomen)
c. Defisit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan intraseluler ke
ekstraseluler.
d. Resiko syok (hypovolemik) berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
e. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi; kurang dari kebutuhan sehubungan
dengan mual, muntah, anoreksia, dan sakit saat menelan.

3. Intervensi

No Tujuan
Intevensi Rasional
dx
1. Setelah dilakukan 1. Monitor tanda vital 1. Tanda vital
perawatan selama (suhu,nadi,TD,RR) merupakan
3x24 jam diharapakan setiap 3 jam acuan untuk
2. Anjurkan pasien
masalah hipertermia mengetahui
untuk banyak
dapat teratasi keadaan umum
minum (2,5 l/24
Dengan kriteria hasil: pasien.
jam) 2. Peningkatan
Setelah dilakukan
3. Berikan kompres
tindakan keperawatan suhu tubuh
4x24 jam diharapkan hangat pada lipatan
mengakibatkan
masalah hipertermia
paha dan aksila
dapat teratasi penguapan
4. Anjurkan untuk
Dengan kriteria hasil :
tubuh
- TTV dalam tidak memakai
batas normal meningkat
selimut dan pakaian
(N: 60-
sehingga perlu
100X/mnt, RR: yang tebal
12-20x/mnt, 5. Berikan terapi diimbangi
TD : 100-120
cairan intravena dan dengan asupan
mmHg, S :
36,5-37,5oC) obat obatan sesuai cairan yang
4) Tidak ada
program dokter banyak
perubahan 3. Dengan
warna kulit mengompres
dapat
meningkatkan
penguapan
yang
mempercepat
penurunan
suhu tubuh.
4. Untuk
mengurangi
penguapan
tubuh
5. Pemberian
cairan sangat
penting bagi
pasien dengan
suhu tinggi.
2. Setelah dilakukan 1. Observasi tingkat 1. Mengetahui
tindakan keperawatan nyeri pasien (skala, tingkat nyeri
selama 3x 24 jam frekuensi,durasi) pasien
2. Berikan lingkungan 2. Lingkungan
diaharapakan masalah
yang tenang dan yang nyaman
nyeri dapat teratasi
nyaman akan mebantu
Dengan kriteria hasil:
3. Berikan aktifitas
proses relaksasi
- Mampu
hiburan yang tepat 3. Memfokuskan
mengontrol
4. Libatkan keluarga
nyeri kembali
- Melaporkan dalam asuhan
perhatian,
bahwa nyeri keperawatan.
berkurang meningkatkan
5. Kolaborasi dengan
dengan kemampuan
penggunaan dokter untuk
manajemen untuk
pmberian obat
nyeri menanggulangi
- Nyeri dapat analgetik
berkurang nyeri.
4. Relaksasi akan
mengurangi
rasa nyeri
5. Memberikan
penurunan
nyeri.
3. Setelah dilakukan 1. Monitor suhu dan 1. Untuk
tindakan keperawatan warna kulit mengatahui
2. Monitor turgor kulit
3x24 jam diharapkan warna kulit dan
dan membran
defisit volume cairan suhu dalam
mukosa
dapat teratasi keadaan
3. Pantau masukan dan
Dengan kriteria hasil: normal
pengeluaran cairan
2. Mengahui
- Kadar elektrolit 4. Pertahankan untuk
indikator dari
dalam batas memberikan cairan
dehidrasi
normal 2,5l/hari
3. Memastikan
- Turgor kulit 5. Kolaborasi dengan
cairan yang
dalam keadaan dokter dalam
keluar setara
normal pemberian cairan IV
dengan cairan
yang masuk
4. Agar pasien
tidak
kekurangan
cairan
5. Mempercepat
proses
penyembuhan
untuk
memenuhi
kebutuhan
cairan.
4. Setelah dilakukan 1. Mmonitor keadaan 1. mmemantau
tindakan 3x24 jam umum pasien kondisi pasien
2. oobservasi TTV tiap
diharapkan Resiko selama
3 jam
syok (hypovolemik) perawtatan
3. Mmonitor tanda
2. Ttanda tanda
dapat teratasi
perdarahan
vital yang
Dengan kriteria hasil: 4. Chemoglobin,hemat
normal
- TTTV dalam okrit, trombosit
5. Kkolaborasi dengan menandakan
batas normal
dokter bila terlihat keadaan umum
- Turgor kulit tanda syok baik
3. Pperdarahan
normal hipovolenik
cepat diketahui
dan dapat
diatasi
sehingga
pasien tidak
sampai syok
4. Uuntuk
mengetahui
tingkat
kebocoran
pembuluh
darah yang
dialami pasien
sebagai acuan
melakukan
tindakan lebih
lanjut.
5. Aagar pasien
mendapatkan
penanganan
lebih lanjut
sesegera
mungkin.
5. Setelah dilakukan 1. Oobservasi keadaan 1. Mmengetahui
tindakan keperawatan umum pasien dan kebutuhan
3x24 jam diharapakan keluhan pasien yang
2. Kkolaborasi dengan
masalah nutrisi dapat diperlukan oleh
ahli gizi dalam
teratasi pasien
pemberian program 2. Mmemberikan
Dengan kriteria hasil:
diet program diet
1. ttidak terjadi
3. Ttimbang berat
yang sesuai
penurunan
badan setiap hari 3. Mmengetahui
berat badan
yang berarti sesuai indikasi pemasukan
2. Ttidak ada 4. Iidentifikasi
makanan yang
tanda-tanda makanan yang
adekuat
malnutrisi disukai atau 4. Jberikan
3. mmampu
dikehendaki yang makanan yang
mengidentifika
sesuai dengan disukai pasien
si nutrisi
program diit akan
5. Kkolaborasi dengan
menambah
dokter untuk
nafsu makan
pemberian obat anti
pasien
mual. 5. Mmengurangi
rasa mual
sehingga
kebutuhan
nutrisi
tercukupi

DAFTAR PUSTAKA

Anies.2016. Ensiklopedia Penyakit. Yogyakarta : PT Kanisius.

Marwani, Arita. 2009. Perawatan Pasien Penyakit Dalam.Yogyakarta :Mitra Cendika.

Syaifudin.2011. Anatomi Fisiologi Kurkulum Berbasis Kompetensi untuk Keperawatan


dan Kebidanan. Jakarta : EGC.

Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Sagung Seta.

WHO. Demam Berdarah Dengue: Diagnosa, Pengobatan, Pencegahan, dan Pengendalian


2th Ed. EGC : Jakarta.

Widoyono. 2015. Demam Berdarah Dangue. Jakarta : Erlangga.

Wijayaningsih. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta . Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai