Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

COMBUSTIO (LUKA BAKAR)

Dosen Pembimbing : dr. Eko Priyono

Di susun Oleh :
SRI RATNAWATI
NIM. (108218013)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TRANSFER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang
“Combustio (Luka Bakar)” dengan baik, meskipun masih banyak kekurangan baik
dari isi, sistematika, maupun cara penyajiannya. Makalah ini adalah sebagai
pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat bagi semester III
Program Studi Ilmu Keperawatan.
Kami berharap semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam
mempelajari materi tentang “Combustio (Luka Bakar)”. Semoga dapat bermanfaat
bagi pembaca, khususnya bagi kami sendiri sebagai penyusun.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................................... 3
BAB II................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 4
A. Pengertian .............................................................................................................. 4
B. Etiologi ................................................................................................................... 4
C. Klasifikasi .............................................................................................................. 4
D. Fase-fase Luka Bakar ........................................................................................... 6
E. Patofisiologi ........................................................................................................... 7
F. Berat ringannya luka bakar ................................................................................. 8
G. Komponen dalam Penyembuhan Luka .............................................................. 8
H. Penatalaksanaan ................................................................................................ 10
BAB III ............................................................................................................................. 12
PENUTUP ........................................................................................................................ 12
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 12
B. Saran .................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 13

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan bentuk trauma yang terjadi sebagai akibat dari
aktifitas manusia dalam rumah tangga, industri, trafic accident, maupun
bencana alam. Luka bakar ialah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan
tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, air panas, listrik)
atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat) (Paula,K.,dkk,
2009). Anak-anak kecil dan orang tua merupakan populasi yang beresiko
tinggi untuk mengalami luka bakar. Kaum remaja laki-laki dan pria dalam
usia kerja juga lebih sering menderita luka bakar dari pada yang diperkirakan
lewat representasinya dalam total populasi. Sebagian besar luka bakar terjadi
di rumah. Memasak, memanaskan dan menggunakan alat-alat listrik
merupakan pekerjaan yang lazimnya terlihat dalam kejadian ini. Kecelakaan
industry juga menyebabkan banyak kejadian luka bakar (Brunner&Suddarth,
2001).
Badan kesehatan dunia (WHO) tahun 2012 secara global luka bakar
termasuk dalam peringkat ke 15, penyebab utama kematian terjadi pada anak-
anak dan dewasa muda yang berusia 5-29 tahun. Angka mortalitas akibat
trauma luka bakar sekitar 195.000 jiwa pertahun.Berdasarkan data unit luka
bakar Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), pasiendengan luka bakar
akut yang di rujuk pada tahun 2010 sebanyak 143 orang pasien. Dari 50orang
pasien, 24 orang pasien (48%) meninggal dan 26 orang pasien (52%)
dapatdiselamatkan. (Purnama, Huriatul, Wiwik, 2013).
Sedangkan di Indonesia kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka
bakar setiap tahunya. Dari kelompok ini, 200.000 pasien memerlukan
penanganan rawat jalan dan 100.000 pasien dirawat dirumah sakit. Bila
ditinjau Rumah Sakit Pertamina sebagai salah satu rumah sakit yang memiliki
fasilitas perawatan khusus Unit Luka Bakar, menerima antara 33 sampai
dengan 53 penderita (rata-rata 40 penderita /tahun). Dari jumlah tersebut yang
termasuk dalam kategori Luka Bakar Berat adalah berkisar 21% (Rivai T,
2010). Data Prevalensi kasus luka bakar di Jawa Timur sekitar 0,7%
(Riskesdes, 2013: 102).
Perlu diketahui bahwa penyebab angka kematian dan kecacatan akibat
kegawat daruratan adalah tingkat keparahan akibat kecelakaan, kurang
memadainya peralatan, sistem pertolongan dan pengetahuan penanganan
korban yang tidak tepat dan prinsip pertolongan awal yang tidak sesuai.
Pengetahuan penanggulangan penderita gawat darurat memegang posisi besar
dalam menentukan keberhasilan pertolongan. Banyak kejadian penderita 4
pertolongan pertama yang justru meninggal dunia atau mengalami kecacatan
akibat kesalahan dalam pemberian pertolongan awal. Ketergantungan
masyarakat kepada tenaga medis untuk melakukan tindakan penyelamatan
dasar bagi korban kecelakaan, sudah waktunya di tinggalkan. Hal ini karena
kurangnya kemampuan masyarakat dalam pertolongan pertama pada
kecelakaan (Azhari, 2011). Apabila penanganan luka bakar tidak benar
berdapak timbulnya beberapa macam komplikasi. Luka bakar tidak hanya
menimbulkan kerusakan kulit, tetapi juga mempengaruhi seluruh system
tubuh pasien. Pada pasien dengan luka bakar luas (mayor) tubuh tidak mampu
lagi untuk mengkompensasi sehingga timbul berbagai macam komplikasi
yang memerlukan penanganan khusus (Moenadjat, 2009).

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan luka bakar ?
2. Apa saja etiologi luka bakar ?
3. Apa saja klasifikasi luka bakar ?
4. Apa saja fase-fase luka bakar ?
5. Bagaimana patofisiologi dari luka bakar ?
6. Apa saja kriteria berat ringan luka bakar ?
7. Apa saja komponen dalam penyembuhan luka bakar ?
8. Apa saja penatalaksanaan luka bakar ?

2
C. Tujuan
Adapun tujuannya adalah mahasiswa mampu :
1. Memahami pengertian luka bakar
2. Memahami etiologi luka bakar
3. Memahami klasifikasi luka bakar
4. Memahami fase-fase luka bakar
5. Memahami patofisiologi dari luka bakar
6. Memahami kriteria berat ringan luka bakar
7. Memahami komponen dalam penyembuhan luka bakar
8. Memahami penatalaksanaan luka bakar

3
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang
lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api
ketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak
panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan
matahari (sunburn) (Moenajat, 2001).
Luka bakar adalah luka yang terjadi karena terbakar api langsung
maupun tidak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik,
maupun bahan kimia. Luka bakar karena apiatau akibat tidak langsung dari
api, misalnya tersiram air panas banyak terjadi padakecelakaan rumah tangga
(Sjamsuhidajat, 2004).

B. Etiologi
1. Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn)
a. Gas
b. Cairan
c. Bahan padat (Solid)
2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)

C. Klasifikasi
Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor, antara lain:
1. Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme dan Penyebab
a. Luka Bakar Termal
Luka bakar termal dapat disebabkan oleh cairan panas, kontak dengan
benda padat panas seperti lilin atau rokok, kontak dengan zat kimia
dan aliran listrik (WHO, 2008).
b. Luka Bakar Inhalasi
Luka bakar inhalasi disebabkan oleh terhirupnya gas panas, cairan
panas atau .produk berbahaya dari proses pembakaran yang tidak
sempurna .(WHO, 2008).
2. Klasifikasi Berdasarkan Derajat dan Kedalaman Luka Bakar
a. Derajat I (superficial partial-thickness)
Terjadi kemerahan dan nyeri pada permukaan kulit. Luka bakar
derajat I sembuh 3-6 hari dan tidak menimbulkan jaringan parut saat
remodeling (Barbara et al., 2013).
b. Derajat II (deep partial-thickness)
Pada derajat II melibatkan seluruh lapisan epidermis dan sebagian
dermis. Kulit akan ditemukan bulla, warna kemerahan, sedikit edema
dan nyeri berat. Bila ditangani dengan baik, luka bakar derajat II dapat
sembuh dalam 7 hingga 20 hari dan akan meninggalkan jaringan parut
(Barbara et al., 2013).
c. Derajat III (full thickness)
Pada derajat III melibatkan kerusakan semua lapisan kulit, termasuk
tulang, tendon, saraf dan jaringan otot. Kulit akan tampak kering dan
mungkin ditemukan bulla berdinding tipis, dengan tampilan luka yang
beragam dari warna putih, merah terang hingga tampak seperti arang.
Nyeri yang dirasakan biasanya terbatas akibat hancurnya ujung saraf
pada dermis. Penyembuhan luka yang terjadi sangat lambat dan
biasanya membutuhkan donor kulit (Barbara et al., 2013).
3. Klasifikasi Berdasarkan Luas Luka
Luas luka dapat diklasifikasikan menjadi tiga, diantaranya:
a. Luka bakar ringan, yakni luka bakar derajat I dengan luas <10% atau
derajat II dengan luas <2%.

5
b. Luka bakar sedang, yakni luka bakar derajat I dengan luas 10-15%
atau derajat II dengan luas 5-10%.
c. Luka bakar berat, yakni luka bakar derajat II dengan luas >20% atau
derajat III dengan luas >10% .

D. Fase-fase Luka Bakar


1. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan
mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme
bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat
terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat
terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72
jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama
penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak
sistemik.
2. Fase sub akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas.
Luka yang terjadi menyebabkan:
a. Proses inflamasi dan infeksi.

6
b. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang
atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ –
organ fungsional.
c. Keadaan hipermetabolisme
3. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka
dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada
fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan
pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

E. Patofisiologi
Panas yang mengenai tubuh tidak hanya mengakibatkan kerusakan
lokal tetapi memiliki efek systemic. Perubahan ini khusus terjadi pada luka
bakar dan umumnya tidak ditemui pada luka yang disebabkan oleh cedera
lainnya. Karena efek panas terdapat perubahan systemic peningkatan
permeabilitas kapiler. Hal ini menyebabkan plasma bocor keluar dari kapiler
ke ruang interstitial. Peningkatan permeabilitas kapiler dan kebocoran plasma
maksimal muncul dalam 8 jam pertama dan berlanjut sampai 48 jam. Setelah
48 jam permeabilitas kapiler kembali kembali normal atau membentuk
trombus yang menjadikan tidak adanya aliran sirkulasi darah. Hilangnya
plasma merupakan penyebab hypovolemic shock pada penderita luka bakar.
Jumlah kehilangan cairan tergantung pada luas luka bakar pada permukaan
tubuh yang dihitung dengan aturan Wallace rules of 9 pada orang dewasa dan
Lund dan Browder grafik pada orang dewasa dan anak-anak. Orang dewasa
dengan luka bakar lebih dari 15% dan pada anak-anak lebih dari 10% dapat
terjadi hypovolemic shock jika resuscitation tidak memadai. Peningkatan
permeabilitas kapiler secara systemic tidak terjadi pada luka lainnya. Hanya
terdapat reaksi lokal pada lokasi luka karena inflamasi menyebabkan
vasodilation progresif persisten dan edema. Hypovolemic shock yang terjadi
pada trauma lain disebabkan hilangnya darah dan membutuhkan tranfusi
segera (Tiwari, 2012).

7
F. Berat ringannya luka bakar
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor
antara lain :
1. Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
2. Kedalaman luka bakar.
3. Anatomi lokasi luka bakar.
4. Umur klien.
5. Riwayat pengobatan yang lalu.
6. Trauma yang menyertai atau bersamaan.
American college of surgeon membagi dalam:
1. Parah – critical:
a. Tingkat II : 30% atau lebih.
b. Tingkat III : 10% atau lebih.
c. Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
d. Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue
yang luas.
2. Sedang – moderate:
a. Tingkat II : 15 – 30%
b. Tingkat III : 1 – 10%
3. Ringan – minor:
a. Tingkat II : kurang 15%
b. Tingkat III : kurang 1%

G. Komponen dalam Penyembuhan Luka


Terdapat berbagai macam komponen penyembuhan luka, antara lain:
1. Kolagen
Kolagen secara normal menghubungakan jaringan, melintasi luka dengan
berbagai sel mediator. Bentuk awal kolagen seperti gel namun dalam
beberapa minggu membentuk garis sehingga dapat meningkatkan
kekuatan luka. Substansi vitamin C, zinc, oksigen, dan zat besi diperlukan
untuk membentuk kolagen (Zahrok, 2009).

8
2. Angiogenesis
Perkembangan dari pembuluh darah baru pada luka kotor dapat
diidentifikasi selama pengkajian klinik. Awalnya tepi luka berwarna merah
terang dan mudah berdarah. Selanjutnya dalam beberapa hari berubah
menjadi merah gelap. Secara mikroskopis, angiogenesis dimulai beberapa
jam setelah luka (Zahrok, 2009).
3. Granulasi Jaringan
Sebuah matriks kolagen, kapilaritas, dan sel mulai mengisi .daerah luka
dengan kolagen baru membentuk scar. Jaringan ini tumbuh di tepi luka ke
dasar luka. Granulasi jaringan diisi dengan .kapilaritas baru yang memberi
warna merah dan tidak rata. Luka dikelilingi oleh fibroblast dan
macrophage. Granulasi jaringan mulai dibentuk dan Epithelialization
dimulai (Zahrok, 2009).
4. Kontraksi Luka
Kontraksi luka adalah mekanisme saat tepi luka menyatu sebagai akibat
kekuatan dalam luka. Kontraksi adalah kerja dari 17 myofibroblast yang
melintasi luka dan menarik tepi luka untuk menutup luka sehingga
menyebabkan perubahan bentuk diakibatkan oleh kontraktur (Zahrok,
2009).
5. Epithelialization
Epithelialization adalah perpindahan sel dari sekeliling kulit.
Epithelialization juga melintasi folikel rambut pada dermis dari luka yang
sembuh dengan secondary intention. Besarnya luka atau kedalaman luka
memerlukan skin graft, karena epidermal .migrasi .secara normal dibatasi
kira-kira 3 cm. Epithelialization dapat dilihat pada granulasi luka bersih.
Epithelialization sel terbagi dan akhirnya migrasi epitel bertemu dengan
sel yang sama dari tepi luka yang lain dan migrasi berhenti. Pada saat ini
epitel berdiferensiasi menjadi bermacam lapis epidermis. Epithelialization
dapat ditingkatkan jika luka pada kondisi lembab. Tanda scar yang
dibentuk pada fase ini adalah merah terang, tipis dan rawan terhadap
tekanan (Zahrok, 2009).

9
H. Penatalaksanaan
1. Resusitasi A, B, C.
a. Pernafasan:
1) Udara panas  mukosa rusak  oedem  obstruksi.
2) Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin  iritasi 
Bronkhokontriksi  obstruksi  gagal nafas.
b. Sirkulasi: gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler
pindah ke ekstra vaskuler  hipovolemi relatif  syok  ATN 
gagal ginjal.
2. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
3. Resusitasi cairan  Baxter.
Dewasa : Baxter.
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal:
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB.
Kebutuhan faal:
< 1 tahun : BB x 100 cc
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc
½  diberikan 8 jam pertama
½  diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua:
Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc)  1 cc/mnt.
Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.
4. Monitor urine dan CVP.
5. Topikal dan tutup luka

10
 Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan
nekrotik.
 Tulle.
 Silver sulfa diazin tebal.
 Tutup kassa tebal.
 Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
6. Obat – obatan:
o Antibiotika: tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
o Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai
hasil kultur.
o Analgetik : kuat (morfin, petidine)
o Antasida : kalau perlu

11
12

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang
lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api
ketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak
panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan
matahari (sunburn) (Moenajat, 2001).
Klasifikasi Berdasarkan Derajat dan Kedalaman Luka Bakar
a. Derajat I (superficial partial-thickness)
b. Derajat II (deep partial-thickness)
c. Derajat III (full thickness)
d. Derajat III (full thickness)

B. Saran
1. Diharapkan perawat dapat mengetahui tindakan yang tepat jika
menemukan pasien syok.
2. Diharapkan mahasiswa mampu memahami macam-macam syok agar nanti
saat praktek mahasiswa sudah mengetahui tindakan apa yang seharusnya
dilakukan.
13

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and suddart. (1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth


Edition. J.B. Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 1293 – 1328.

Carolyn, M.H. et. al. (1990). Critical Care Nursing. Fifth Edition. J.B.
Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 752 – 779.

Carpenito,J,L. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi


2 (terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Djohansjah, M. (1991). Pengelolaan Luka Bakar. Airlangga University Press.


Surabaya.

Doenges M.E. (1989). Nursing Care Plan. Guidlines for Planning Patient Care (2
nd ed ). F.A. Davis Company. Philadelpia.

Donna D.Ignatavicius dan Michael, J. Bayne. (1991). Medical Surgical Nursing.


A Nursing Process Approach. W. B. Saunders Company. Philadelphia.
Hal. 357 – 401.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.


volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Goodner, Brenda & Roth, S.L. (1995). Panduan Tindakan Keperawatan Klinik
Praktis. Alih bahasa Ni Luh G. Yasmin Asih. PT EGC. Jakarta.

Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku
Kedoketran EGC. Jakarta

Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume I.


Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).


Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3.
Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai