Jawaban UTS HSE
Jawaban UTS HSE
Jawaban UTS HSE
Kegiatan Usaha Hulu adalah kegiatan usaha yang berintikan atau bertumpu pada kegiatan
usaha Eksplorasi dan Eksploitasi
Eksplorasi adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh informasi mengenai kondisi geologi
untuk menemukan dan memperoleh perkiraan cadangan Minyak dan Gas Bumi di Wilayah
Kerja yang ditentukan;
Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan Minyak dan Gas
Bumi dari Wilayah Kerja yang ditentukan, yang terdiri atas pengeboran dan penyelesaian
sumur, pembangunan sarana pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan untuk
pemisahan dan pemurnian Minyak dan Gas Bumi di lapangan serta kegiatan lain yang
mendukungnya;
Kegiatan Usaha Hilir adalah kegiatan usaha yang berintikan atau bertumpu pada kegiatan
usaha Pengolahan, Pengangkutan, Penyimpanan, dan/atau Niaga;
Pengangkutan adalah kegiatan pemindahan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan/atau hasil
olahannya dari Wilayah Kerja atau dari tempat penampungan dan Pengolahan, termasuk
pengangkutan Gas Bumi melalui pipa transmisi dan distribusi;
Niaga adalah kegiatan pembelian, penjualan, ekspor, impor Minyak Bumi dan/atau hasil
olahannya, termasuk Niaga Gas Bumi melalui pipa;
2. “Pengurus” ialah orang yang mempunyai tugas pemimpin langsung sesuatu tempat kerja
atau bagiannya yang berdiri sendiri.
“Ahli Keselamatan Kerja” ialah tenaga tehnis yang berkeahlian khusus dari luar Departemen
Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang-
undang ini.
Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja guna memperkembangkan kerja sama, saling
pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam
tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja, dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.
3. kesehatan kerja adalah merupakan aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat
kerja (perusahaan, pabrik, kantor, dan sebagainya) dan yang menjadi pasien dari kesehatan
kerja ialah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar perusahan tersebut. Ciri pokoknya
adalah preventif (pencegahan penyakit) dan promotif (peningkatan kesehatan).
Keselmatan Kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian
akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang utama bagi
keamanan tenaga kerja.
Lindungan Lingkungan adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.
4. UU No.1 1970 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja ; Permen Ketenagakerjaan No.7
1964 Tentang Syarat Kesehatan ; UU No. 13 2003 tentang Ketenagakerjaan
5. Menurut OHSAS 18001: 2007 menyatakan bahwa, bahaya adalah sumber, situasi atau
tindakan yang berpotensi menciderai manusia atau sakit penyakit atau kombinasi dari
semuanya. ; risiko Menurut OHSAS 18001: 2007 adalah kombinasi dari kemungkinan
terjadinya kejadian berbahaya atau paparan dengan keparahan suatu cidera atau sakit
penyakit yang dapat disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut.
7. Job safety analysis (JSA), biasa disebut juga dengan job hazard analysis (JHA) atau job task
analysis (JTA) adalah teknik manajemen keselamatan yang berfokus pada identifikasi bahaya
dan pengendalian bahaya yang berhubungan dengan rangkaian pekerjaan atau tugas yang
hendak dilakukan di area kerja. JSA umumnya melibatkan empat unsur penting sebagai
berikut:
Yang wajib Menjalankan JSA : Baik supervisor maupun pekerja, mereka harus bekerja sama
untuk menerapkan JSA. Umumnya, supervisor bertanggung jawab untuk membuat JSA,
mendokumentasikan berkas JSA, memberi pelatihan kepada seluruh pekerja sesuai yang
tercantum di JSA, dan menegakkan prosedur kerja yang aman dan efisien. Namun, pekerja juga
didorong untuk terlibat dalam pembuatan dan penerapan JSA, karena mereka yang paling
mengetahui tentang bahaya serta bagaimana cara mengontrol dan mengendalikan bahaya yang
terdapat di area kerja mereka.
8. LANGKAH-LANGKAH AWAL:
1. Merinci langkah-langkah pekerjaan dari awal hingga selesainya pekerjaan
Langkah-langkah ini tidak hanya dibuat secara spesifik untuk satu pekerjaan tertentu,
tetapi juga khusus untuk satu area kerja tertentu. Jika area kerja berubah tetapi jenis pekerjaan
sama, tetap saja langkah-langkah dari pekerjaan tersebut perlu berubah juga.
Ini menjadi bagian paling penting dalam membuat JSA. Berikut beberapa hal yang dapat Anda
pertimbangkan saat mengidentifikasi potensi bahaya:
Setiap bahaya yang telah diidentifikasi sebelumnya tentu membutuhkan kontrol dan
pengendalian. Kontrol dan pengendalian ini menjelaskan bagaimana cara Anda akan
menghilangkan bahaya di area kerja atau bagaimana cara Anda akan mengurangi risiko cedera
secara signifikan.
Setelah membuat JSA, supervisor diharuskan untuk mendiskusikannya dengan para pekerja
yang terlibat. Pasalnya, fungsi JSA sebagai pencegah kecelakaan kerja tidak akan efektif bila
para pekerja tidak mengetahui dan memahami apa saja yang dijelaskan dalam JSA. Sebelum
memulai suatu pekerjaan, pastikan supervisor dan tim meninjau isi JSA dan pastikan juga
semua pekerja mengetahui bagaimana prosedur bekerja secara aman sesuai yang tertuang
dalam JSA.
Satu hal yang tak kalah penting dalam pembuatan JSA adalah jika kondisi area kerja berubah
atau area kerja berpindah, supervisor atau foreman (mandor/pengawas) harus memperbarui
JSA, karena potensi bahaya di area tersebut juga mungkin berbeda.
9. operasi di lautan lepas juga mengandung potensi bahaya yang juga tergolong tinggi.
Dengan dua sumber bahaya sekaligus, yaitu proses sistem dan marine hazards, boleh
disimpulkan bahwa operasi minyak lepas pantai, merupakan operasi dengan resiko
yang sangat tinggi.
Marine hazard (bahaya laut) adalah bahaya yang timbul atau berpotensi timbul
akibat kerasnya lingkungan laut seperti korosif atmosfir, kondisi laut, cuaca buruk
(badai, angin topan, dll.), gempa bumi atau bencana alam lain serta bahaya terkait
transportasi air dan udara. Sementara bahaya sistem proses contohnya adalah
bahaya yang terkait peralatan, proses, cara penanganan material, serta kegiatan
yang berulang-ulang. Resiko yang timbul dari bahaya-bahaya tersebut diatas
bervariasi menurut keadaan lingkungan lautnya; baik itu dangkal, dalam maupun
jenis aktivitas operasinya seperti pengeboran, instalasi lepas pantai, operasi
produksi, operasi pendukung, dan kegiatan transportasi produk.
Training ini dilakukan agar setiap peserta memiliki kemampuan bertahan hidup bila
terjadi kecelakaan/ tenggelamnya kapal di laut terbuka yang meliputi : cara
pemakaian pelampung, cara melompat dari kapal ke laut yang benar, cara naik ke
sekoci yang benar, dan bagaimana mempertahankan diri dari serangan predator
seperti ikan hiu, dll. Pada training ini, diharapkan bahwa setiap peserta sebelumnya
sudah memiliki kemampuan basic dalam berenang.
Training ini dilakukan agar setiap peserta memiliki ketrampilan bertahan hidup dan
menyelamatkan diri apabila terjadi kecelakaan pada helicopter yang akan mendarat
darurat baik di darat maupun di laut. Training ini meliputi : posisi yang benar pada
saat terjadi benturan di helicopter, teknik menyelam ke permukaan laut, cara
mengembangkan life jacket di dalam laut, praktek menyelamatkan diri di air
menggunakan simulasi helicopter,dll.
11.
12.
13. CSR (Corporate Sosial Responbility) adalah suatu mekanisme sebuah perusahaan
untuk secara sadar mengintegrasikan perhatiannya terhadap lingkungan sosial ke
dalam operasi dan interaksinya dengan stakeholder yang melampaui tanggung jawab
sosial khususnya di bidang hukum.
Secara sederhanya, CSR adalah sebuah konsep dan tindakan yang dilakukan oleh
sebuah perusahaan sebagai rasa tanggung jawabnya terhadap sosial dan lingkungan
sekitar dimana perusahaan tersebut berdiri.
Dengan demikian diharapkan masyarakat yang tinggal disekitar perusahaan tersebut dapat
menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik.
Secara umum visi community development adalah “Menciptakan lingkungan yang kondusif
dan harmonis antara perusahaan dengan masyarakat di sekitar wilayah kegiatan
perusahaan” (Budimanta, 2003 : 41)
15. Ya, karena CD merupakan bentuk implementasi dari CSR. Corporate social
responsibility (CSR) adalah konsep moral dan etis yang berciri umum, oleh karena itu
pada tataran praktisnya harus dialirkan ke dalam program-program konkrit.
Implementasi kebijakan CSR (Widjaja dan Ardi Pratama, 2008: 52) adalah suatu
proses yang terus-menerus dan berkelanjutan. Dengan demikian akan tercipta satu
ekosistem yang menguntungkan semua pihak (true win-win situation) yakni
konsumen mendapatkan produk unggul yang ramah lingkungan, produsen pun
mendapatkan profit yang sesuai yang pada akhirnya akan dikembalikan ke tangan
masyarakat secara tidak langsung.