2010
ABSTRACT
Purple sweet potato (Ipomoea batatas L. Poir) is potential for functional food, especially as antioxidant source due
to its purple color and other nutrient content. The objective of this research was to produce plain bread containing
antioxidant by partial substitution of wheat flour with purple sweet potato flour. The result showed that the best plain
bread was produced by a maximum substitution of 20% purple sweet potato flour to wheat flour. The hedonic
characteristics of the resulting bread including aroma, taste, and texture were not significantly different from bread
without substitution. Nevertheless, the crust was harder and darker. Addition of 1.0% GMS emulsifier and reduction of
purple potato flour to 15% increased the score of softness, hedonic texture, acceptance level, as well as the volume of
the bread. The substituted bread had antioxidant activity of 55833.78 ppm DPPH as shown by the IC50 value and
contained 4.30% of dietary fiber.
Key words : antioxydan activity, purple sweet potato, plain bread, substitute
mampu memperlambat, menunda, ataupun
PENDAHULUAN mencegah proses oksidasi. Kandungan antosianin
pada ubi jalar ungu cukup tinggi, seperti yang
Ubi jalar ungu merupakan salah satu jenis ubi dilaporkan oleh Kumalaningsih (2008) kandungannya
jalar yang banyak ditemui di Indonesia selain yang mencapai 519 mg/100g berat basah, sehingga
berwarna putih, kuning, dan merah (Lingga, 1995). berpotensi besar sebagai sumber antioksidan untuk
Ubi jalar ungu jenis Ipomoea batatas L. Poir kesehatan manusia.
memiliki warna ungu yang cukup pekat pada daging
ubinya, sehingga banyak menarik perhatian. *Korespondensi penulis : Hardoko. Telp.
Menurut Pakorny et al., (2001) dan Timberlake dan 0341-719045 E-mail : oko8163@yahoo.com;
Bridle (1982) warna ungu pada ubi jalar disebabkan hardoko@ub.ac.id
oleh adanya pigmen ungu antosianin yang
menyebar dari bagian kulit sampai dengan daging
ubinya. Konsentrasi antosianin inilah yang
menyebabkan beberapa jenis ubi ungu mempunyai
gradasi warna ungu yang berbeda (Yang dan Gadi,
2008).
Menurut Pakorny et al., (2001) dan Timberlake
dan Bridle (1982), antosianin pada ubi jalar ungu
mempunyai aktivitas sebagai antioksidan.
Perbedaan aktivitas antioksidan pada ubi jalar
merah dan merah adalah pada jenis zat warnanya.
Pada ubi jalar merah yang ditemukan dominant
adalah jenis pelargonidin-3-rutinoside-5-glucoside,
sedangkan pada ubi jalar ungu adalah antosianin
dan peonidin glikosida yang mempunyai aktivitas
antioksidan lebih kuat. Dengan demikian ubi jalar
ungu mempunyai potensi besar sebagai sumber
antioksidan alami dan sekaligus sebagai pewarna
ungu alami.
1 Selanjutnya, Shahidi dan Naczk (1995)
menyatakan bahwa senyawa antioksidan alami
25
Hasil Penelitian J.Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XXI No. 1 Th. 2010
26
Hasil Penelitian J.Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XXI No. 1 Th. 2010
Tabel 1. Formulasi roti tawar ubi jalar ungu pada penelitian tahap satu (berdasarkan % bb total berat tepung)
Kadar bahan (%bb) pada formula
Baha A1 A2 A3 A4 A5 A6
n
Tepung terigu 100 90 80 70 60 50
Tepung ubi jalar ungu 0 10 20 30 40 50
Air 60 60 60 60 60 60
Instant yeast 2 2 2 2 2 2
Gula pasir 8 8 8 8 8 8
Shortening 10 10 10 10 10 10
Susu skim bubuk 6 6 6 6 6 6
Garam 1,5 1, 1,5 1,5 1, 1,5
27
Hasil Penelitian J.Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XXI No. 1 Th. 2010
5 5
Bread improver 0,5 0, 0,5 0,5 0, 0,5
5 5
Keterangan : bb = berat basah
28
Hasil Penelitian J.Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XXI No. 1 Th. 2010
Tabel 2. Formulasi roti tawar ubi jalar ungu pada penelitian tahap dua (berdasarkan % total berat tepung)
Bahan (%
Formula bb)
Tepung Tepung Ubi Air Instant Gula Shorteni Skim Gara Pengemba Emulsifi
Terigu ungu Yeast Pasir ng bubuk m ng er
S0E0 100 0 60 2 8 10 6 1,5 0,5 0
S0E0.5 100 0 60 2 8 10 6 1,5 0,5 0,5
S0E1 100 0 60 2 8 10 6 1,5 0,5 1
S15E0 [100-(X- (X-0,5) 60 2 8 10 6 1,5 0,5 0
0,5)]
S15E0.5 [100-(X- (X-0,5) 60 2 8 10 6 1,5 0,5 0,5
0,5)]
S15E1 [100-(X- (X-0,5) 60 2 8 10 6 1,5 0,5 1
0,5)]
S20E0 [[100-(X)] (X) 60 2 8 10 6 1,5 0,5 0
S20E0.5 [100-(X)] (X) 60 2 8 10 6 1,5 0,5 0,5
S20E1 [100-(X)] (X) 60 2 8 10 6 1,5 0,5 1
S25E0 [100- (X+0,5) 60 2 8 10 6 1,5 0,5 0
(X+0,5)]
S25E0.5 [100- (X+0,5) 60 2 8 10 6 1,5 0,5 0,5
(X+0,5)]
S25E1 [100- (X+0,5) 60 2 8 10 6 1,5 0,5 1
(X+0,5)]
Keterangan : X = hasil terbaik percobaan tahap satu (20%): bb
= berat basah S = Subtitusi
30
Hasil Penelitian J.Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XXI No. 1 Th. 2010
Arom
a7 Pengaruh gluten dan adanya komponen lain
6 seperti serat makanan dalam adonan terlihat dari
5
4 volume spesifik dari roti tawar yang semakin
Penerimaan 3 Warn menurun dengan meningkatnya subtitusi tepung ubi
keseluruhan 2 a
1
ungu (Gambar 3). Fenomena penurunan volume
spesifik roti tersebut dapat dikaitkan dengan
semakin menurunnya jumlah terigu beserta gluten
dan meningkatnya jumlah komponen lain dari
Tekstu Ras
r a
tepung ubi jalar seperti pati dan serat makanan.
Pomeranz dan Shellenberger (1971) menyatakan
bahwa beberapa komponen bahan seperti serat
makanan dapat menurunkan kemampuan jaringan
gluten yang terbentuk dalam
0%TU 10%TU 20%TU 30%TU 40%TU 50%TU
memerangkap udara.
Gambar 1. Diagram laba-laba tingkat kesukaan roti tawar
yang disubtitusi dengan tepung ubi jalar ungu.
Ketrangan : TU = tepung ubi jalar ungu; Skala 1
= sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak
tidak suka, 4 = netral, 5 = agak suka, 6 = suka,
7 = sangat suka.
Kekerasan
crust 7
32
Hasil Penelitian J.Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XXI No. 1 Th. 2010
dalam industri pangan, termasuk roti (Kamel dan terlihat jelas bila dibandingkan dengan subtitusi
Ponte, 1991). Penambahan 0,05-1,00% GMS akan tepung ubi ungu yang tanpa penambahan GMS
mengurangi kekakuan adonan selama proses pada tingkat subtitusi yang sama (Gambar 3).
pencampuran, melembutkan adonan, meningkatkan Peningkatan substitusi tepung ubi jalar ungu
kemampuan adonan dalam memerangkap udara, terlihat meningkatkan volume spesifik adonan, tetapi
meningkatkan kualitas roti. tidak seiring dengan volume spesifik roti. Hal ini
mengindikasikan peran gluten dan emulsifier dalam
Volume spesifik roti subtitusi tepung ubi ungu pengembangan roti. Deshpande (2003) menyatakan
dan GMS bahwa emulsifier akan meningkatkan kemampuan
Volume spesifik roti yang disubtitusi dengan adonan dalam memerangkap gas. Peningkatan
tepung ubi ungu hasil penambahan GMS dapat volume spesifik adonan diduga terkait dengan kadar
dilihat pada Gambar 4. gula
tepung ubi jalar yang menyebabkan rasa manis ubi.
Gula
digunakan oleh yeast untuk menghasilkan gas
karbondioksida sehingga volume adonan semakin
meningkat (Sultan, 1981).
Arom
Arom
a7
a7
5 5
1 1
Tekstur
33
Hasil Penelitian J.Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XXI No. 1 Th. 2010
Rasa
(A) Tekstur (B) Rasa
0%TU
15 0%E 0.5%E 1.0%E
%
20% 25%
Gambar 5. Karakteristik organoleptik hedonik roti tawar berdasar faktor subtitusi tepung ubi ungu (A) dan faktor GMS (B).
Keterangan : TU = Tepung ubi ungu, E = Emulsifier GMS; Skala 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 =
agak tidak suka, 4 = netral, 5 = agak suka, 6 = suka, 7 = sangat suka
34
Hasil Penelitian J.Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XXI No. 1 Th. 2010
Warna Warna
crust 7 crust 7
6
5 5
4
1 1
Gambar 6. Karakteristik skor organoleptik roti tawar berdasar faktor subtitusi tepung ubi ungu (A) dan faktor GMS (B)
Keterangan : TU = tepung ubi ungu; E = Enulsifier GMS; Warna crust : 1= sangat coklat tua, 2 = coklat tua, 3
= agak coklat tua, 4 = netral, 5 = agak coklat muda, 6 = coklat muda, 7=sangat coklat muda; Kekerasan crust :
1= sangat keras, 2 = keras, 3 = agak keras, 4 = netral, 5 = agak lunak, 6 = lunak, 7= sangat tidak keras;
Warna crumb : 1= sangat tidak ungu, 2 = tidak ungu, 3 = agak tidak ungu, 4 = netral, 5 = agak ungu, 6 =
ungu, 7 = sangat ungu; Keseragaman pori crumb : 1= sangat tidak seragam, 2= tidak seragam, 3= agak
seragam, 4= netral, 5= agak seragam, 6= seragam, 7 = sangat seragam; Keempukan crumb : 1 = sangat tidak
empuk, 2 = tidak empuk, 3= agak tidak empuk, 4= netral, 5= agak empuk, 6= empuk, 7 = sangat empuk.
Peningkatan tingkat kesukaan pada tekstur dan Dengan demikian semakin tinggi nilai IC50 suatu
penerimaan keseluruhan roti subtitusi ubi ungu bahan maka akan semakin rendah aktivitas
(Gambar 5) terlihat terkait dengan skor antioksidannya. Aktivitas antioksidan roti tawar yang
organoleptiknya (Gambar 6), yang mana disubtitusi dengan tepung ubi ungu dan ditambah
penambahan emulsifier GMS terutama dengan GMS ddisajikan pada Tabel 4.
mempengaruhi keseragaman pori dan keempukan Tabel 4 menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan
crumb, tetapi tidak mempengaruhi warna dan roti tawar ubi ungu tidak dipengaruhi oleh emulsifier
kekerasan crust, warna crumb, rasa dan aroma ubi yang ditambahkan melainkan dipengaruhi oleh
pada roti. Dilain pihak, peningkatan substitusi tepung tingkat subtitusi tepung ubi ungunya, dimana
ubi jalar ungu mengakibatkan warna dan kekerasan semakina tinggi subtitusinya maka semakin tinggi
crust roti tawar semakin coklat tua dan keras, warna pula aktivitas antioksidannya. Dengan subtitusi 20%
crumb roti tawar semakin ungu, serta aroma dan tepung ubi ungu aktivitas antioksidannya sudah lebih
rasa ubi jalar semakin kuat dan terasa. tinggi daripada cider kulit apel merah yang
Semakin tinggi konsentrasi emulsifier maka pori- mempunyai nilai IC50 sebesar 54000 ppm
pori dan tekstur crumb menjadi semakin seragam DPPH(Gustari, 2008), tetapi masih jauh lebih rendah
dan empuk. Hal ini dikarenakan emulsifier dapat dari pada vitamin C yang mempunyai nilai IC50 21,09
memperkuat jaringan gluten sehingga mampu ppm (Wikanta et al., 2008).
meningkatkan kemampuan adonan dalam Pada Tabel 4 juga terlihat persentase
memerangkap udara, sehingga pori-pori roti yang peningkatan aktivitas antioksidan apabila
dihasilkan akan lebih seragam dan empuk dibandingkan dengan roti kontrol (tanpa subtitusi),
(Deshpande, 2003). dimana peningkatannya mencapai diatas 80%
Berdasar nilai tingkat kesukaan dan skor merupakan peningkatan yang nyata.
oragnoleptik diatas diperoleh bahwa roti subtitusi Karena ubi ungu didominasi oleh warna ungu
ubi ungu yang tidak beda atau paling mendekati maka aktivitas antioksidannya tentu terkait dengan
dengan kontrol (tanpa subtitusi) adalah roti yang antosianinnya. Pakorny et al (2001) dan Tmberlake
disubtitusi tepung ubi ungu 15% dan ditambah GMS dan Bridle (1982) menyatakan bahwa antosianin
1,0% (S15%E1,0%). pada ubi jalar ungu mempunyai aktivitas sebagai
antioksidan. Aktivitas antioksidan pada ubi ungu
Aktivitas antioksidan roti tawar subtitusi yang terkait dengan adanya antosianin dan peonidin
ditambah GMS glikosida yang mempunyai aktivitas antioksidan lebih
Nilai IC50 adalah konsentrasi sampel yang kuat daripada yang terdapat pada ubi jalar merah.
diperlukan untuk menangkal 50% radikal bebas Kumalaningsih (2008) melaporkan bahwa antosianin
DPPH (Amin dan Lee, 2005). pada ubi ungu mencapai 519 mg/100g berat basah.
Tabel 4. Aktivitas antioksidan (IC50) roti tawar hasil subtitusi tepung ubi ungu yang ditambah dengan emulsifier GMS.
Tingkat subtitusi tepung ubi Tingkat emulsifier
Paramet ungu
35
Hasil Penelitian J.Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XXI No. 1 Th. 2010
36
Hasil Penelitian J.Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XXI No. 1 Th. 2010
Komposisi Gizi Roti Tawar Yang Disubtitusi 55833,78 ppm DPPH (meningkat 86,06% dari roti
Sebagian dengan Ubi Ungu kontrol), serta mengandung 29,23% air, 7,18%
Komposisi gizi berdasarkan analisis proksimat lemak, 4,65% protein, 0,93% abu, 58,01%
dan dietary fiber dari roti tawar subtitusi terbaik dan karbohidrat, dan 4,30% dietary fiber.
kontrol (S15%E1% dan S0%E0%) dapat dilihat pada
Tabel 5. DAFTAR PUSTAKA
Tabel 5 menunjukkan bahwa roti tawar yang
tidak disubstitusi tepung ubi jalar ungu dan ditambah Amin I, Lee WY. 2005. Effect of Different Blanching
emulsifier telah memenuhi SNI No. 01-3840-1995 Times on Antioxidant Properties in Selected
khususnya dalam ketentuan kadar airnya tidak Cruciferous Vegetables. Journal of the Science of
melebihi 40%. Selain itu, roti tawar ubi ungu Food and Agriculture 85 (13): 2314-2320.
mempunyai kelebihan dalam hal aktivitas
antioksidannya yang meningkat sampai 86,06% dan
berkadar serat makanan lebih tinggi, sehingga bisa
disebut sebagai makanan fungsional.
KESIMPUL
AN
Tepung ubi jalar ungu dapat digunakan sebagai
subtitusi parsial tepung terigu dalam pembuatan roti
tawar sekaligus meningkatkan aktivitas antioksidan
roti yang dihasilkan. Penggantian (subtitusi) hanya
dapat dilakukan sampai 20%, karena bila lebih akan
menurunkan karakteristik mutu roti tawar seperti
volume spesifik roti, keempukan roti dan kesukaan
terhadap warna ungu roti tawar.
Penambahan emulsifier GMS dapat
memperbaiki karakteristik roti tawar yang disubtitusi
tepung ubi jalar ungu. Kombinasi yang terbaik
adalah GMS 1,0% dan tepung ubi ungu 15% dapat
meningkatkan keseragaman pori dan keempukan
crumb, nilai hedonik terhadap tekstur dan
penerimaan keseluruhan, serta volume spesifik roti
tawar.
Roti tawar subtitusi tepung ubi ungu 15% dan
ditambah GMS 1,0% mempunyai nilai IC50 sebesar
37
Hasil Penelitian J.Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XXI No. 1 Th. 2010
Anggadjaja TK. 2002. Potensi Penggunaan Skripsi. IPB. Bogor. Tidak dipublikasikan.
Biopolimer-DNA terhadap Perbaikan Mutu Shahidi F, Naczk M. 1995. Food Phenolics :
Tekstur dan Citarasa Roti Tawar Substitusi Sources, Chemistry, Effects, Applications.
Tepung Garut. Skripsi Jurusan Teknologi Technomic Publishing, Lancaster.
Pangan UPH. Tangerang. Tidak dipublikasikan. Soekarto ST. 1981. Penilaian Organoleptik. IPB
Antarlina SS. 1998. Utilization of Sweet Potato Press. Bogor. Standar Nasional Indonesia (SNI).
Flour for Making Cookies and Cakes. Dalam 1995. SNI Roti No. 01-3840-
Hendroatmodjo, K. H., Y. Widodo, Sumaron, 1995. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Guritno B (Eds), Research Accomplishment of
Root Crops for Agricultural Development in
Indonesia. Indonesia: Research Institute for
Legume and Tuber Crops. Jakarta.
Association of Official Analytical Chemists (AOAC).
1995. Official Methods of Analysis of AOAC
International. Maryland.
Departemen Kesehatan (Depkes). 1981. Daftar
Komposisi Bahan Makanan. Penerbit Bharata.
Jakarta.
Deshpande. 2003. Bread. Dalam Caballero B,
Trugo LC, Finglas PM (Eds), Encyclopedia of
Food Science and Nutrition, 2nd ed. New York:
Academic Press.
Egan M, Allen SD. 1992. Healthful Quantity Baking.
John Wiley and Sons. Canada.
Gustari. 2008. Studi Aktivitas Antioksidan Kulit
Buah Apel (Malus sylvestris) dan Hasil
Fermentasinya. Skripsi . UPH. Tangerang. Tidak
dipublikasikan.
Handoko HT. 2005. Pengaruh jenis emulsifier
terhadap karakteristik roti tawar . Skripsi Jurusan
Teknologi Pangan, UPH. Tangerang. Tidak
dipublikasikan.
Kamel BS, Ponte JG. 1995. Emulsifiers in Baking.
Dalam Kamel, BS, Stauffer CE (Eds), Advances
in Baking Technology. London: Chapman and
Hall, England.
Kumalaningsih S. 2008. Antioksidan, Sumber &
Manfaatnya.. Antioxidant Centre Online. Home
page on-line. Available from http://antioxidant-
centre.com/index.php/Antioksidan/3.-
Antioksidan-Sumber Sumber- Manfaatnya.html;
Internet; accessed 23 Juni 2008.
Lingga P. 1995. Bertanam Umbi-Umbian. PT.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Matz SA. 1992. Bakery Technology and Engineering,
3rd ed.
Pan-Tech International. USA
Pokarny J, Yanishlieva N, Gordon M. 2001.
Antioxidant in Food : Practical and Application.
CRC Press. New York.
Pomeranz Y, Shellenberger JA. 1971. Bread
Science and Technology. Westport,
Connecticut: The AVI Publishing Company.
Purnomo AE. 1994. Pengaruh Penambahan GMS
(Gliseril monostearat) pada Pembuatan Roti
Tawar dengan Substitusi Tepung selain Terigu.
38
Hasil Penelitian J.Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XXI No. 1 Th. 2010
Sulaeman A, Marliyati SA, Anwar F. 1992. Wikanta T, Januar HI, Nursid M. 2008. Uji aktivitas
Pengolahan Pangan Tingkat Rumah Tangga. antioksidan, toksisitas, dan sitotoksisitas ekstrak
Bogor. IPB Press. Bogor. Alga Merah Rhodymenia palmata. Jurnal
Sultan WJ. 1981. Practical Baking, Revised 3rd ed. Penelitian Perikanan Indonesia Vol 11 (4) : 41-
The AVI Publishing Company. Westport, 49.
Connecticut. Yang J, Gadi RL. 2008. Effects of dehydration on
Sunarlinah N. 1983. Mempelajari Penggunaan anthocyanins, antioxidant activities, total phenols
Tepung Ubi Jalar sebagai Bahan Pengganti and color characteristics of purple-fleshed sweet
Tepung Terigu dalam Pembuatan Cookies dan potatoes (Ipomea batatas), American Journal of
BMC. Skripsi. IPB. Bogor. Tidak dipublikasikan. Food Technology (2008) (e- journal)
http://www.academicjournals. net/fultext.html.(12
Suprapti ML. 2003. Tepung Ubi Jalar : Pembuatan
maret 2008).
dan Pemanfaatannya. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta Zuraida N, Supriati Y. 2008. Usahatani Ubi Jalar
sebagai Bahan Pangan Alternatif dan
Timberlake CF, Bridle P. 1982. The Chemistry of
Diversifikasi Sumber Karbohidrat. Biogen
Anthocyanins. Dalam : Markakis, P (Ed),
Onlin
Anthocyanins as Food Colors. Harcourt Brace
e.
Jovanovich, New York.
http://biogen.litbang.deptan.go.id/terbitan/pdf/agro
Winarno FG. 1994. Kimia Pangan dan Gizi. PT bio
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
_4_1_13-23.pdf. (11 Februari 2008).
39