Anda di halaman 1dari 13

Bank Sampah Sebagai Alternatif Strategi Pengelolaan Sampah Berbasis

Masyarakat Kelurahan Wates, Kecamatana Magelang Utara, Kota Magelang

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sampah merupakan salah satu permasalahan kompleks yang dihadapi oleh
banyak kota di Indonesia. Faktor yang menyebabkan meningkatnya sampah yaitu semakin
tingginya jumlah penduduk dan aktivitasnya, membuat volume sampah terus meningkat
yang tidak disertai dengan keselarasan tentang persampahan dan juga partisipasi
masyarakat yang kurang memelihara kebersihan. Akibatnya, untuk mengatasi sampah
diperlukan biaya yang tidak sedikit dan lahan yang semakin luas serta. Disamping itu,
tentu saja sampah membahayakan kesehatan dan lingkungan jika tidak dikelola dengan
baik. Kemunculan persoalan sampah berkaitan dengan perilaku masyarakat dalam
memperlakukan sampah. Selain penanganan sampah yang kurang baik, seperti membakar
dan membuang tidak pada tempatnya, tingkat pemanfaatan sampah organik yang masih
rendah. Akibatnya pencemaran meningkat karena tindakan manusia. Hal ini dikemukakan
oleh pernyataan Hermawan (2011), bahwa pencemaran lingkungan banyak didominasi
oleh manusia dengan berbagai faktor penyebabnya.
Undang undang Nomer 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah serta
peraturan Pemerintah Nomer 81 tahun 2012 mengamanatkan perlunya perubahan
paradigma yang mendasar dalam pengelolaan sampah yaitu dari paradigma kumpul-
angkut-buang, menjadi pengelolaan yang bertumpu pada pengurangan sampah dan
penanganan sampah. Perlu adanya paradigma baru untuk mengelola sampah melalui
upaya-upaya cerdas ,efisien dan terprogram. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk
memperoleh manfaat atau keuntungan bagi manusia. Hal ini didasari oleh pandangan
bahwa sampah adalah sumber daya yang masih bisa dimanfaatkan dan bahkan memiliki
nilai ekonomi. Pandangan tersebut muncul seiring dengan semakin langkanya sumber
daya alam dan semakin rusaknya lingkungan. Oleh sebab itu, perlu adanya solusi untuk
menangani peramasalahan sampah oleh berbagai stakeholder terkait salah satunya
masyarakat sangat berperan dalam hal tersebut. Bank sampah merupakan salah satu bentuk
pengelolaan sampah yang berbasisi lingkungan yang berfungsi sebagai tempat pemilihan
dan pengumpulan sampah non organik yang dapat didaur ulang atau dapat digunakan
kembali sehingga menghasilkan nilai ekonomis.
Kampung organik Pinggirejo di RW 07 Kelurahan Wates, kota Magelang
meruapakan salah satu sebuah kota yang memiliki permasalahn mengenai sampah. Bank
sampah meruapakan salah satu solusi yang diterapkan di daerah tersebut dalam menangani
permaslaahan sampah tersebut. Dalam hal ini sampah diolah / didaur ulang menjadi produk
bermanfaat, seperti pupuk ,barang kerajinan, dan lainnya. Dalam hal ini program bank
sampah dengan konsep pengumpulan sampah kering dan dipilah serta memiliki
manajemen layaknya perbankan, tetapi yang ditabung bukan uang melainkan sampah.
Dalam hal ini, masyarakat sangat berperan dalam pelaksanaan program tersebut. Selain
itu, dengan adanya bank sampah dapat membangun kepedulian masyarakat agar dapat
“berkawan” dengan sampah untuk mendapatkan manfaat ekonomi langsung dari sampah.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimanakah implementasi bank sampah sebagai alternatif dalam
mengatasi masalah sampah ?
1.2.2. Seberapa besar pengaruh bank sampah terhadap lingkungan dan
masyarakat?
1.2.3. Bagaiamana peran masyarakat dalam pengelolaan bank sampah dan
manfaat dari pengelolaan bank sampah ?
1.3. Tujuan Peneliatan
1.3.1 Mengkaji dan menganalisis implementasi bank sampah sebagai alternatif
dalam mengatasi masalah sampah.
1.3.2 Mengidentifikasi besar pengaruh bank sampah terhadap lingkungan dan
masyarakat.
1.3.3 Menganalisis peran masyarakat dalam pengelolaan bank sampah dan
1.3.4 Manfaat Kegiatan
Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang bagaimana cara mengatasi
permasalahan tentang sampah dan wawasan peneliti tentang perilaku tentang pengelolaan
sampah agar tidak menimbulkan masalah yang kompleks.
Manfaat Teoritis
Untuk pendidikan khususnya bagi peneliti yang dapat digunakan untuk masukan terutama
yang berkaitan dengan perilaku warga Kampung Pinggirejo tentang pengelolaan sampah.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pengertian Sampah
Berdasarkan SK SNI Tahun 1990, sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari
zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar
tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Menurut Davis
dan Cornwell (2008: 737) menjelaskan bahwa kata sampah padat merupakan suatu kata
yang umum digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang kita buang. Sampah padat,
dimana terdiri dari bermacam benda-benda yang sudah dibuang, mengandung berbagai
macam zar baik yang dapat berbahaya maupun tidak bebahaya. Akan tetapi secara umum,
sampah padat yang menumpuk mampu menimbulkan dampak yang cukup serius bagi
populasi manusia yang padat. Dari penjelasan tersebut, masalah sampah sebagai salah satu
permasalahan lingkungan dapat dikatakan juga sebagai masalah sosial yang perlu diatur
karena mempengaruhi kehidupan masyarakatl luas sebagaimana dikatakan bahwa
lingkungan merupakan factor pendukung kehidupan manusia.
Menurut Kamus Lingkungan dalam Basriyanta (1994) sampah adalah bahan yang tidak
mempunyai nilai atau tidak berharga untuk digunakan secara basa atau khusus dalam
produksi atau pemakaian, barang rusak atau cacat selama manufaktur , atau materi
berlebohan atau buangan. Sedangkan menurut UU RI No 18 Tahun 2008 ,sampah
merupakan sisa dari aktivitas manusia ataupun sisa dari proses alam yang berbentuk padat.
Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak
digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari
kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006).Berdasarkan
pengertian diatas sumbe sampah berasal dari kegiatan penghasil sampah seperti pasar,
rumah tangga, perkotaan (kegiatan komersial/ perdagangan), penyapuan jalan, taman, atau
tempat umum lainnya, dan kegiatan lain seperti dari industri dengan limbah yang sejenis
sampah.Sumber dari sampah di masyarakat pada umumnya, berkaitan erat dengan
penggunaan lahan dan penempatan. Beberapa sumber sampah dapat diklasifikasikan
menjadi antara lain: 1) perumahan, 2) komersil, 3) institusi, 4) konstruksi dan
pembongkaran, 5) pelayanan perkotaan, 6) unit pengolahan, 7) industri, dan 8) pertanian.
Sampah dapat digolongkan dalam beberapa kategori, penggolongan sampah didasarkan
pada sumber sampah, sifat sampah, dan bentuk sampah. Penggolongan jenis sampah ini
akan memudahkan bagi kita dalam proses daur ulang atau proses pemanfaatan sampah,
karena dari sinilah kita mengenali karakteristik serta kandungan yang terdapat dalam
sampah yang akan kita olah atau daur ulang.
1) Berdasarkan sumbernya sampah dibagi menjadi:
a) Sampah alam adalah sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan
melalui proses daur ulang alami, seperti daun-daun kering di hutan yang terurai
menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi msalah,
misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.
b) Sampah manusia adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasilhasil dari
pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya
serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vector (sarana
perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan bakteri. Salah satu
perkembangan utama pada dialektika manusia adalah pengurangan penularan
penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup yang higienis dan sanitasi.
Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing).
Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya melalui sistim urinoir
tanpa air.
c) Sampah rumah tangga merupakan sampah yang dihasilkan dari kegiatan di dalam
rumah tangga, sampah yang dihasilkan oleh kebanyakan rumah tangga adalah,
kertas dan plastik. Karakteristik dari sampah rumah tangga ini, sebagian besar
adalah sampah organik yang mempunyai sifat lekas membusuk Akumulasi dari
limbah oleh rumah tangga adalah pengeluaran dalam tong sampah didepan setiap
rumah atau di dalam kantong plastik, dalam keadaan bercampur.
d) Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh manusia dari proses
penggunaan barang, dengan kata lain adalah sampahsampah yang dibuang ke
tempat sampah ini, sebagai contoh sampah konsumsi adalah tangkai/ daun
singkong, papaya, kangkung, bayam, kulit terong, wortel, labuh siam, ubi,
singkong, kulit buah-buahan, nanas, pisang, nangka, daun pisang, semangka, ampas
kelapa, sisa sayur/ lauk pauk, dan sampah dari kebun. Jenis sampah ini merupakan
sampah yang umum dipikirkan manusia, hal ini disebabkan kebiasaan manusia
dalam proses kehidupan sehari-harisebagai penghasil sampah. Meskipun demikian,
jumlah sampah kategori ini pun masih jauh lebih kecil dibangkingkan
sampahsampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri.
e) Sampah perkantoran adalah sampah yang berasal dari lingkungan perkantoran
dan pusat perbelanjaan: yang sebagian besar sampah yang dihasilkan adalah
sampah organik, kertas, tekstil, plastik dan logam.
f) Sampah daerah industri dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu sampah umum
dan limbah berbahaya cair atau padat. Sampah umum, biasanya diletakkan di
tempat sampah. Pensortiran sederhana biasanya dilakukan oleh industri, seperti
plastik, kertas, dan bagian dari kulit biasanya disimpan dalam container yang
berbeda untuk dijual. Sedangkan limbah yang dianggap tidak berharga dibuang
ditempat tersendiri. Untuk limbah cair dan limbah berbahaya, jika perusahaan tidak
memiliki fasilitas yang memadai atau incinerator atau falistas pengelolaan limbah
cair, maka limbah harus dibawa ke fasilitas yang dimiliki oleh departemen
pengelolaan sampah di pemerintah kota Malang yang akan diproses lebih lanjut
sebelum dibuang. Sampah dari fasilitas medis sudah dipisahkan antara sampah
medis dan non medis.
g) Sampah Nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang
menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup
dan juga manusia.
2.1.2 Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam menangani sampah
sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan di dalam
pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah,
transfer dan transport, pengolahan dan pembuangan akhir. Sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga, maka praktek mengolah dan memanfaatkan sampah harus
menjadi langkah nyata dalam mengelola sampah. Masyarakat harus meninggalkan cara
lama yang hanya membuang sampah dengan mendidik dan membiasakan masyarakat
memilah, memilih, dan menghargai sampah sekaligus mengembangkan ekonomi
kerakyatan melalui pengembangan bank sampah (Tallei dkk., 2013). Hal ini khususnya
dalam pengelolaan sampah rumah tangga berbasis komunitas dikarenakan sumber sampah
domestik perlu dikelola secara mandiri (Riswan dkk, 2011).
Menurut Bebassari (2008), secara umum terdapat lima aspek penting dalam
pengelolaan sampah yaitu teknologi, institusi, hukum/peraturan, pembiayaan dan
partisipasi masyarakat. Menurut ilmu kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah
dipandang baik jika sampah tersebut tidak menjadi media berkembangbiaknya bibit
penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium perantara menyeberluasnya suatu
penyakit. Syarat lainnya yang harus dipenuhi, yaitu tidak mencemari udara, air, dan tanah,
tidak menimbulkan bau (tidak menganggu nilai estetis ), tidak menimbulkan kebakaran
dan yang lainnya (Aswar,A. 1986 :56).
Pengelolaan persampahan dapat terdiri dari beberapa aspek. SNI 3242-2008 tentang
pengelolaan sampah dipermukiman menjelaskan lima aspek sebagai persyaratan umum
terkait pengelolaan limbah padat (sampah) yakni : hukum dan peraturan,
kelembagaan/organisasi, teknis operasional, pembiayaan dan iuran atau retribusi, peran
serta dan pemberdayaan masyarakat. Secara umum pengelolaan sampah di perkotaan
dilakukan melalui 3 tahan kegiatan, yaitu: pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan
akhir. Secara sederhana tahapan-tahapan dari proses kegiatan dalam pengelolaan sampah
sebagai berikut:
Pengumpulan diartikan sebagai pengelolaan sampah dari tempat asalnya sampai ke tempat
pembuangan sementara sebelum menuju tahapan berikutnya. Pada tahapan ini digunakan
sarana bantuan berupa tong sampah, bak sampah, peti kemas sampah, gerobak dorong
maupun tempat pembuangan sementara. Untuk melakukan pengumpulan, umumnya
melibatkan sejumlah tenaga yang mengumpulkan sampah setiap periode waktu tertentu.
Tahapan pengangkutan dilakukan dengan menggunakan sarana bantuan berupa alat
transportasi tertentu menuju ke tempat pembuangan akhir/ pengolahan. Pada tahapan ini
juga melibatkan tenaga yang pada periode waktu tertentu mengangkut sampah dari tempat
pembuangan sementara ke tempat pembuangan akhir. Pada tahap pembuangan akhir/
pengolahan, sampah akan mengalami pemrosesan baik secara fisik, kimia maupun biologis
sedemikian hingga tuntas penyelesaian seluruh proses. Pengelolaan sampah, terutama di
kawasan sekolahan, dewasa ini dihadapkan kepada berbagai permasalahan yang cukup
kompleks. Permasalahanpermasalahan tersebut meliputi tinggi laju timbulan sampah yang
tinggi, kepedulian warga sekolah teruma siswa yang masih sangat rendah serta masalah
pada kegiatan pembuangan akhir sampah (final disposal) yang selalu menimbulkan
permasalahan tersendiri.
2.1.3 Partisipasi Masyarakat
Partisipasi dapat diartikan dengan keikutsertaan atau keterlibatan baik secara fisik maupun
non fisik dari seorang individu atau masyarakat ( Santosa, 1998 : 13). Partisipasi
didefinisikan sebagai karaktersitik mental /pikiran dan emosi/perasaan seseorang dalam
situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok
dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang
bersangkutan. Sedangkan menurut pernyataan Sastropoetro (1998:37), bahwa
“keterlibatan spontan dengan kesadaran disertai tanggung jawab terhadap kepentingan
kelompok untuk mencapai tujuan “. Menurut Sastropoetro (1986 :16-18 ) jenis partisipasi
meliputi (1) Pemikiran; (2) Tenaga; (3) Pemikiran dan Tenaga; (4) Keahlia; (5) Barang;(6)
Uang. Menurut Sundariningrum dalam Sugiyah (2001: 38) mengklasifikasikan partisipasi
menjadi 2 (dua) berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu :
a. Partisipasi Langsung
Partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu dalam proses
partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan,
membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain
atau terhadap ucapannya.
b. Partisipasi tidak langsung
c. Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak partisipasinya
Tidak semua partisipasi atas kesadaran dan inisiatif warga masyarakat tetapi juga bisa
merupakan mobilisasi atas untuk mencapai tujuan. Menurut Uphoff, Cohen, dan
Goldsmith (1979 :51) membagi partisipasi ke dalam beberapa tahapan, yaitu :
1. Tahap perencaan, ditandai dengan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan
yang merencanakan program pembangunan yang akan dilaksanakan, serta
menyusun rencana kerjanya.
2. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam program, inti dari
keberhasilan suatu program adalah pelaksanaan. Wujud nyata partisipasi pada tahap
ini dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan
pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk sumbangan sebagai anggota.
3. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi
masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan program.
4. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini
dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan
pelaksanaan program.
Keberhasilan peningkatan partisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah dapat
diukur dengan beberapa indikator berikut:
1. Kontribusi/dedikasi stakeholders meningkat dalam hal jasa
(pemikiran/keterampilan), finansial, moral dan material/barang.
2. Meningkatnya kepercayaan stakeholders kepada sekolah terutama menyangkut
kewibawaan dan kebersihan.
3. Meningkatnya tanggungjawab stakeholders terhadap penyelenggaraan pendidikan
di sekolah.
4. Meningkatnya kualitas dan kuantitas masukkan (kritik dan saran) untuk
peningkatan mutu pendidikan.
5. Meningkatnya kepedulian stakeholders terhadap setiap langkah yang dilakukan
sekolah untuk meningkatkan mutu.
6. Keputusan-keputusan yang dibuat oleh sekolah benar-benar mengekspresikan
apresiasi dan pendapat stakeholders dan mampu meningkatkan kualitas pendidikan
(Sri Surhayati, 2008: 25).
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa indikator keberhasilan
partisipasi adalah meningkatnya saling pengertian dan saling membantu antara
stakeholders terutama dalam setiap peningkatan mutu yang dilakukan oleh sekolah dan
masyarakat.
2.2 Penelitian Relevan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan memakai
pendekatan fenomenologi. Fenomenologi digunakan agar dapat diketahui tentang
bagaimana persepsi program kampung organik di Kampung Pinggirejo, RW 007
Kelurahan Wates , Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang. Serta diketahui strategi-
strategi yang diterapkan dalam pelaksanaan program kampung organik di Kampung
Pinggirejo, RW 007 Kelurahan Wates, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari program kampung organik,
sehingga diharapkan permasalahan sampah di Kampung Pinggirejo, RW 007 Kelurahan
Wates dapat teratasi dan smapah dapat berkurang serta bermanfaat. Dari hasil penelitian
terealisasi bahwa dengan adanya program kampung organik tersebut permasalahan
sampah sedikit berkurang serta sampah memeiliki nilai jual dan meningkatkan pendpatan
masyarakat. Hal tersebut membuat masayarakat makin peduli terhadap permasalahan yang
ditimbulkan oleh sampah.
2.3. Kerangka Berpikir
Perkembangan Kampung Organik di Kampung Pinggirejo, RW 007 Kelurahan Wates,
Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang telah menyebabkan perubahan yang cukup
mendasar, dimana Kelurahan Wates selain menjadi tujuan para pelajar untuk mencari ilmu
tentang cara mengatasi permasalahan sampah ,hal ini mengakibatkan kampung ini
menjadi sorotan bagi para peneliti untuk mengkaji masalah sampah yang diakibatkan
semakin meningkatnya jumlah penduduk di sebuah kota.Salah satunya dengan adanya
keberadaan program kampung organik yang membuat masyarakat sadar akan peentingnya
permasalahan yang disebabkan oleh. Pada setiap penelitian pasti diperlukan adanya
kerangka berpikir sebagai pijakan atau sebagai pedoman dalam menentukan arah dari
penelitian, hal ini diperlukan agar penelitian tetap terfokus pada kajian yang akan diteliti.
Alur kerangka berpikir pada penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut : Kampung
Pinggirejo ,RW 007 Kelurahan Wates , Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang
meruapakan salah satu kampung yang berada ditengah kota Magelang.Kampung tersebut
awalanya memeiliki permasalahan mengenai sampah yang diakibatkan oleh semakin
banykanya penduduk tanpa diimbangi dengan kesadaran akan pengolahan sampah
tesrebut.Kemungkinan dengan semakin meningkatnya permasalahan sampah akan
menimbulkan masalah lain, sehingga muncul program kampung organik tentang
bagaimana cara megatasi sampah dengan menajdikan sampah bernilai ekonomis serta
menigkatkan kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkunga.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif.
Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut
berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan
dokumen resmi lainnya . Sehingga yang mejadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah
ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci, dan
tuntas. Oleh karena itu, penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah
dengan mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan
menggunakan metode diskriptif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah
sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secaragabungan, analisis
data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada
generalisasi.

3.2. Kehadiran Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrument
aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan. sedangkan instrument
pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan
berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan
hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrument pendukung. Oleh karena itu,
kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk
memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif
dengan informan dan atau sumber data lainnya di sini mutlak diperlukan.

3.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Kampung Pinggirejo, RW 007 Kelurahan Wates, Kecamatan
Magelang Utara, Kota Magelang. Kampung Organik Pinggirejo merupakan salah satu
kampung organik di Kota Magelang yang memiliki banyak usaha menanam tanaman
organik yang menyehatkan . Seperti cabai, tomat, terong, seledri, loncang, dan lainnya.
Kampung Organik Pinggirejo mulai mengembangkan tanaman organik pada tahun 2012
setelah sebelumnya membentuk bank sampah. Kampung organik tersebut kemudian
meraih juara tiga lomba kampung organik tingkat Kota Magelang dan menerima hadiah
Rp 37 juta. Kampung ini sekarang memiliki 50-an orang dari 317 kepala keluarga (KK)
yang ada dalam satu RW dengan 8 RT.

3.4. Sumber Data

3.4.1. Data Primer

Menurut S. Nasution data primer adalah data yang dapat diperoleh lansung dari lapangan
atau tempat penelitian. Sedangkan menurut Lofland bahwa sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Kata-kata dan tindakan merupakan
sumber data yang diperoleh darilapangan dengan mengamati atau mewawancarai.
Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi lansung tentang Program
Kampung Organik dan Bank Sampah Kampung Pinggirejo, RW 007 Kelurahan Wates,
Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang.

3.4.2 Data sekunder

Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam
sumberlainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat perkumpulan,
sampaidokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah. Data sekunder juga
dapat berupamajalah, buletin, publikasi dari berbagai organisasi, lampiran-lampiran dari
badan-badan resmi sepertikementrian-kementrian, hasil-hasil studi, tesis, hasil survey,
studi histories, dan sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk
memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui
wawancara lansung pengurus Kampung organik kampung Pinggirejo, RW 007 Kelurahan
Wates, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian, karena itu
seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar mendapatkan data yang
valid. Pengumpulandata adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh
data yang diperlukan.

3.5.1 Observasi Langsung

Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada
pertolonganalat standar lain untuk keperluan tersebut. Dalam kegiatan sehari-hari, kita
selalu menggunakan mata untuk mengamati sesuatu. Observasi ini digunakan untuk
penelitian yang telah direncanakan secara sistematik tentang bagimana proses pelaksanaan
program Kampung Organik di Kampung Pinggirejo, RW 007 Kelurahan Wates,
Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang.Tujuan menggunakan metode ini untuk
mencatat hal-hal ,perilaku, perkembangan, dan sebagainya tentang proses berlakunya
program kampung organik Kampung Pinggirejo,RW 007 Kelurahan Wates, Kecamatan
Magelang Utara, Kota Magelang sehingga tidak meggantungkan pikiran orang lain.
Observasi lansung juga dapat memperoleh data dari subjek baik yang tidak dapat
berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal.

3.5.2 Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab,sambil bertatap muka antara si penanya dengan si penjawab dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara) .Tujuan penulis
menggunakan metode ini, untuk memperoleh data secara jelas dan kongkret
tentang proses pelaksanaan program kampung organik Kampung Pinggirejo,RW 007
Kelurahan Wates, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang. Dalam penelitian ini,
peneliti mengadakan wawancara dengan Pengurus program kampung organik di Kampung
Pinggirejo,RW 007 Kelurahan Wates, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang.

3.5.3 Dokumentasi

Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa karangan, memo, pengumuman,
instruksi,majalah, buletin, pernyataan, aturan suatu lembaga masyarakat, dan berita yang
disiarkan kepadamedia massa. Dari uraian di atas maka metode dokumentasi adalah
pengumpulan data dengan meneliti catatan-catatan penting yang sangat erat hubungannya
dengan obyek penelitian. Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data secara
jelas dan konkret pelaksanaan program kampung organik Kampung Pinggirejo, RW 007
Kelurahan Wates, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang.

3.6. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kat
egori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Dari rumusan di atas dapatlah kita
tanarik garis besar bahwa analisis data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data.
Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan,komentar peneliti,
gambar, foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya.Setelah data dari
lapangan terkumpul dengan menggunakan metode pengumpulan data di atas, makapeneliti
akan mengolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis secara
deskriptif- kualitatif , tanpa menggunakan teknik kuantitatif. Analisis deskriptif-kualitatif
merupakan suatu tehnik yang menggambarkan dan menginterpretasikan artidata-data yang
telah terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek
situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum
danmenyeluruh tentang keadaan sebenarnya. Menurut M. Nazir bahwa tujuan deskriptif
ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta,sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Anda mungkin juga menyukai