DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS SUKAMAKMUR
Jl. Banda Aceh – Medan KM. 16.5 Sibreh Aceh Besar Kode Pos 23361
KERANGKA ACUAN
IMUNISASI
I. PENDAHULUAN
Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42
Tahun 2013 Tentang Penyelanggara Imunisasi, Pengertian Imunisasi adalah
suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadp suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit
ringan.
Imunisasi adalah pemberian kekebaalan tubuh terhadap suatu
penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan
terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang.
Imunisasi berasal dan kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi
terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi
pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dan penyakit lain
diperlukan imunisasi lainnya.
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena
sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga
rentan terhadap serangan penyakit berbahaya, imunisasi tidak cukup hanya
dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap
terhadap berbagai penyakit yan sangat membahayakan kesehatan dan
hidup anak.
Tujuan dari diberikannya suatu imunisasi dan imunisasi adalah
untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat
membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada
penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi
yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan,
gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya.
Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati,
masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah
diolah, berupa toksin mikroorganisme yang telah dioleh menjadi toksoid,
protein rekombinaan yang bila diberikan kepada seoang akan menimbulkan
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu.
Penyelanggaraan imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi. Imunisasi terbagi
tiga yaitu:
a. Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara
terus menerus sesuai jadwal, imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar
dan imunisasi lanjutan.
b. Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun.
Jenis imunisasi dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (I) terdiri atas:
a. Bacillus Calmette Guerin (BCG);
b. Diphtheria Pertusis Tetanus-Hipatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria
Pertusis Tetanus-Hipatitis B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib);
c. Hepatitis B pada bayi baru lahir;
d. Polio,dan
e. Campak
c. Imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan atau
untuk memperpanjang masa perlindungan.
Imunisasi lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat diberikan pada;
a. Anak usia bawah tiga tahun (Balita)
b. Anak usia sekolah dasar, Dan
c. Wanita usia subur
2. Orientasi Khusus,
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang
dilaksanakan untuk melindungi masyarakat terhadap penyakit
tertentu pada situasi tertentu, seperti persiapan keberangkatan calon
jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan menuju negara endemis
penyakit tertentu dan kondisi kejadian luar biasa. Sedangkan jenis
imunisasi khusus antara lain imunisasi Meningitis Mengingokus,
demam kuning, dan Anti Rabies (VAR)
Prosedur Kerja:
Prosedur kerja pelayanan imunisasi meliputi kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
1. Penyiapan Pelayanan Imunisasi
2. Persiapan tempat pelayanan imunisasi
3. Pelaksanaan pelayanan Imunisasi
4. Pemantauan kejadian ikutan paska imunisasi
Penyiapan pelayanan imunisasi, meliputi peralatan logistik
imunisasi. Logistik yang dimaksud antara lain meliputi vaksin, Auto
Disable Syringe, safety box, emergency kit, dan dokumen pencacatan
pelayanan imunisasi tergantung pada perkiraan jumlah sasaran yang
akan diimunisasi. Jenis peralatan yang diperlukan untuk pelayanan
imunisasi secara lengkap antara lain:
1. Termos/vaksin carrier
2. Cool Pack / Kotak dingin cair
3. Vaksin, pelarut dan penetes (dropper)
4. Alat suntik
5. Safety box (kotak pengaman)
6. Pemotong/kikir ampul pelarut
7. Formulir
8. Kapas dan wadah
9. Bahan penyuluhan (poster, leaflet, dan lainnya)
10. Alat tulis (kertas, pensil, dan pena)
11. Kartu-kartu imunisasi (KMS, kartu TT)
12. Buku register bayi dan WUS
Prosedur pengeluaran vaksin dan pelarut dari lemari es
1. Sebelum membuka lemari es, tentukan seberapa banyak vial
Vaksin yang dibutuhkan untuk pelayanan.
2. Catat suhu di dalam lemari es
3. Pilih dan keluarkan vaksin sesuai ketentuan yang telah
4. Ditetapkan untuk VVM dan tanggal kadarluarsa (BEFO, FIFO).
Prosedur mememeriksaan keamanan vaksin
Sebelum melakukan imunisasi, kita harus yakin bahwa vaksin telah
aman untuk diberikan, dengan prosedur sebagai berikut:
1. Periksa lebel vaksin dan pelarut. Jika lebel tidak ada, jangan gunakan
vaksin atau pelarut tersebut.
2. Periksa alat pemantau botol vaksin (VVM). Jika vaksin sudah masuk
kriteria C dan D jangan dipergunakan.
3. Periksa tanggal kadaluarsa, jangan gunakan vaksin dan pelarut jika
tanggal kadarluarsa telah lewat.
4. Periksa alat pemantau suhu buku dalam lemari es. Jika indikator ini
menunjukkan adanya pembekuan atau anda menduga bahwa vaksin
yang sensitif beku (vaksin-vaksin DTP, DT, TT, HepB, DTP-HepB)
telah membeku, anda sebaiknya melakukan tes kocok
5. Penting diperhatikan, bahwa selama proses pelayanan imunisasi
harus diperhatikan pemeliharaan cold chain, dengan beberapa poin
penting berikut:
1. Selama pelayanan imunisasi, vaksin dan pelarut harus disimpan
dalam vaccine carrier dengan menggunakan cool pack, agar suhu
tetap terjaga pada temperature 20 C dan vaksin yang sensitive
terhadap pembekuan tidak beku.
2. Hindari vaccine carrier yang berisi vaccine dan cahaya matahari
langsung.
3. Sebelum sasaran datang vaksin dan pelarut harus tersimpan
dalam vaccine carrier yang tertutup rapat.
4. Jangan membuka vacine atau melarutkan vaccine bila belum ada
sasaran datang
5. Pada saat pelarutan suhu pelarut dan vaksin harus sama.
6. Petugas imunisasi tidak diperbolehkan membuka vial baru
sebelum vital lama habis.
7. Bila sasaran belum datang, vaksin yang telah dilarutkan harus
dilindungi dan cahaya matahari dan suhu luar, seharusnya
dengan cara diletakkan di lubang busa yang terdapat diatas vaksin
carrir (lihat gambar dibawah)
8. Bila vaksin yang sudah dilarutkan sudah habis, pelarutan
selanjutnya dilakukan bila telah adan anak yang hendak
dimunisasi.penyiapan tempat pelayanan imunisasi
Beberapa persyaratan ruangan imunisasi yang menetap (fasilitas
pelayanan kesehatan), antara lain:
• Mudah diakses
• Tidak terkena langsung oleh sinar matahari, hujan atau debu
• Cukup tenang
Sedangkan syarat tempat pelayanan imunisasi lapangan (outreach)
• Jika di dalam gedung maka harus cukup terang dan cukup
ventilasi.
• Jika di tempat terbuka dan didalam cuaca yang panas, tempat
itu harus teduh
Dalam mengatur tempat imunisasi, kita juga harus
memperhatikan beberapa hal berikut :
1. Pintu masuk terpisah dan pintu keluar sehingga orang-orang
dapat masuk dan keluar dan pelayanan dengan lebih cepat
dan mudah;
2. Tempat menunggu bersih, nyaman dan dalam cuaca yang
panas tidak terkena sinar matahari.
3. Mengatur letak meja dan menyiapkan perlengkapan yang
diperlukan
4. Melaksanakan kegiatan sistem 5 meja yaitu pelayanan terpadu
yang lengkap yang memberikan pelayanan 5 program (KB, KIA,
Diare, Imunisasi dan Gizi;
5. Jumlah orang yang ada di tempat imunisasi atau tempat lain
dibatasi sehingga tidak terlalu sesak
6. Segala sesuatu yang anda perlukan berada dalam jangkauan
atau dekat
VI. SASARAN
a. Bayi dibawah umur 1 tahun (0-11) Bulan
b. Ibu hamil (Awal kehamilan <8 Bulan)
c. Anak sekolah dasar (kelas 1-VI)
VII. JADWAL KEGIATAN RUANG IMUNIASI
JADWAL KEGIATAN
NO KEGIATAN
JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC
1 Pelaksanaan PIN Polio
2 Crass campak
3 Konsling Imunisasi
4 DOFU & Sweeping
5 Bias DT, TD Kls I, II, III
6 Bias Campak Kls I
VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORANNYA.
Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak positif
maupun negatif pelaksanaan imunisasi berdasarkan indikator. Dan
hasil evaluasi tersebut dijadikan sebagai bahan pembelajaran guna
melakukan perbaikan dan pengembangan imunisasi berikutnya
Evaluasi oleh pelaksana dilaksanakan setiap selesai pertemuan. Dinas
kesehatan kabupaten dan Provinsi dapat melakukan evaluasi
bersama.