Anda di halaman 1dari 15

Bismillahirrahmanirrahiim

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT RIDHOKA SALMA


NOMOR : 6851 /PER/RSI-SA/XI/2016
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT
DIREKTUR RUMAH SAKIT RIDHOKA SALMA MENIMBANG

: a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan


Rumah Sakit maka diperlukan penyelenggaraan
pelayanan rumah sakit yang bermutu tinggi.
b. bahwa agar pelayanan di Rumah Sakit Ridhoka Salma
dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan
Direktur Rumah Sakit Ridhoka salma sebagai
landasan penyelenggara pelayanan di Rumah Sakit
Ridhoka Salma
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Rumah Sakit Ridhoka Salma

c.

: 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun


2009 tentang Rumah Sakit
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun
MENGINGAT 1992 tentang Pokok – pokok Kesehatan
3. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269
/Menkes/Per/ III/ 2008 tentang Pelayanan Rumah
Sakit
Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis
Indonesia Nomor : 107/DSN-MUI/X/2016
tentang
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Berdasarkan
Prinsip Syariah
108/SK/YBWSA/VI/2015 tentang Struktur
Organisasi
dan Tata Kelola RSI Sultan Agung
Sultan Agung Nomor : 018/SK/YBW-
SA/II/2014
tentang Pengangkatan kembali dr. H. Masyhudi AM,
M.Kes sebagai Direktur Utama Rumah Sakit Islam
9. Kebijakan Penyelenggaraan Rumah Sakit Islam Sultan
Agung berdasarkan prinsip Syariah Nomor:
1441/PER/RSI-SA/XII/2016
M E M U T U S K A N : MENETAPKAN
: Mencabut dan menyatakan tidak berlaku Peraturan Direktur Nomor : 590/PER/RSI-
SA/I/2014 tentang Kebijakan Pelayanan RSI Sultan Agung Semarang .
Kedua : Memberlakukan revisi Kebijakan Pelayanan Rumah
Sakit
Islam Sultan Agung Semarang sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Ketiga : Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang dalam
penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan prinsip syariah

Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan


Keempat :
Rumah Sakit Ridhoka Salma dilaksanakan

oleh Direktur Pelayanan Rumah Sakit Islam Sultan Agung


Semarang.
: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya

Ditetapkan di : Bekasi
Tanggal : 01 Safar 1438 H
1 Nopember 2016 M

RUMAH SAKIT RIDHOKA SALMA

Dr. Aman Mashuri, MARS

TEMBUSAN Yth :
1. Seluruh Unit Kerja
2. Arsip

3
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT RIDHOKA SALMA

NOMOR : /PER/RSI-SA/XI/2016
TANGGAL : 1 Nopember 2016

KEBIJAKAN PELAYANAN
RUMAH SAKIT RIDHOKA SALMA

1. Pelayanan Instalasi :
a. Pelayanan Gawat Darurat, Rawat Inap, Rawat Intensif, Laboratorium , Gizi , Farmasi,
Kamar Bedah , Rekam Medik, dan Radiologi dilaksanakan dalam 24 jam.
b. Pelayanan Rawat Jalan sesuai dengan jadwal praktik dokter.
c. Pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.
d. Seluruh staf RS harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman/panduan dan
standar prosedur opersional yang berlaku, serta sesuai dengan etika profesi, etika RS dan
etiket RS yang berlaku.
e. Seluruh staf RS dalam melaksanakan pekerjaannya wajib selalu sesuai dengan
ketentuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3), termasuk dalam
penggunaan alat pelindung diri (APD).
f. Pelayanan pasien wajib memperhatikan hijab pasien.
2. Pelayanan Instalasi Rekam Medik
a. Pelayanan pendaftaran rawat jalan baik pasien baru maupun pasien lama dimulai
pukul 08.00 – 21.00 WIB.
b. Untuk pendaftaran IGD pelayanan 24 jam.
c. Pendaftaran rawat inap dilakukan jika pasien dinyatakan rawat inap oleh dokter
dengan bukti Surat Perintah Mondok (SPM).
d. Setiap pasien rawat inap mendapatkan informasi yang berupa general consent.
e. Setiap pasien rawat inap dan keluarga mendapatkan edukasi sesuai dengan kebutuhannya
termasuk edukasi islami yang ditulis dalam form edukasi dan informasi.

5
f. Rumah Sakit menyediakan fasilitas perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan
informasi yang digunakan oleh tenaga medis, penunjang, pasien, keluarga, maupun
pengunjung.
3. Skrining dan Triase :
a. Skrining dilakukan pada kontak pertama untuk menetapkan apakah pasien dapat
dilayani oleh RS, dan dapat menggunakan pertelepon terkait rujukan dari luar.
b. Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik,
psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing sebelumnya.
c. Kebutuhan darurat, mendesak, atau segera diidentifikasi dengan proses triase
berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan emergensi.
d. Pelaksanaan skrining dan triase diupayakan dilakukan oleh petugas sesuai dengan gender
pasien.
4. Identifikasi :
a. Setiap pasien yang masuk rawat inap harus dipasangkan gelang identitas pasien.
b. Pasien selalu diidentifikasi sebelum pemberian obat, sebelum transfusi darah atau produk
darah lainnya, sebelum pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan
laboratorium klinis, sebelum pemeriksaan radiologi, serta sebelum dilakukan tindakan.
5. Pelayanan Resusitasi
a. Pelayanan resusitasi tersedia untuk seluruh pasien , setiap hari, 24 jam di seluruh area
Rumah Sakit.
b. Penanganan resusitasi untuk kondisi darurat korban cardio respiratory arrest (henti
jantung), respiratory arrest (henti nafas), dan keadaan yang mengancam nyawa
(gangguan airway, breathing, circulation) dan membutuhkan tindakan penyelamatan
segera.
c. RS menyediakan tehnologi medis dan obat-obatan untuk keperluan pelayanan resusitasi
baik untuk Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan Bantuan Hidup Lanjut (BHL).
d. BHD dilakukan segera setelah ditemukan kegawatan jantung/ paru yaitu bila ada tanda-
tanda:
- Pasien tidak sadar (unresponse)
- Tidak bernafas (no breathing)
- Napas tidak normal (gasping)
e. Pelayanan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dilakukan oleh seluruh staf RS Ridhoka Salma
yang menemukan pasien kegawatan jantung/ paru yang berada di tempat kejadian atau
berada paling dekat dengan tempat kejadian, sampai staf yang lebih kompeten datang
6
f. Pelayanan Advance Life Support/ Bantuan Hidup Lanjut (BHL) dilakukan oleh Tim
Code Blue yang terdiri dari:
- Dokter bersertifikat ACLS/ FCCS.
- Perawat bersertifikat PPGD/ BTCLS (Perawat ICU dan IGD).
g. BHL dilakukan kurang dari 10 menit setelah ditemukan kegawatan jantung/ paru.
h. Perhatikan label pasien yang mengalami gangguan henti nafas dan / atau henti
jantung, bila diberi label ungu (DNR) tidak perlu mengaktifkan Code Blue.

6. Transfer/ perpindahan di dalam rumah sakit :


a. Transfer dilaksanakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
b. Pasien yang ditransfer harus dilakukan stabilisasi terlebih dahulu sebelum
dipindahkan.
c. Transfer pasien memastikan hijab pasien tetap terjaga.
7. Transfer keluar rumah sakit / rujukan :
a. Stabilisasi terlebih dahulu sebelum dirujuk.
b. Rujukan ke rumah sakit ditujukan kepada individu secara spesifik atau bagian rumah
sakit penerima rujukan.
c. Merujuk berdasarkan atas kondisi kesehatan dan kebutuhan akan pelayanan
berkelanjutan.
d. Rujukan menunjuk siapa yang bertanggung jawab selama proses rujukan serta
perbekalan dan peralatan apa yang dibutuhkan selama transportasi.
e. Rujukan pada rumah sakit lain dapat dilakukan kerjasama resmi rujukan atau tidak ada
kerjasama.
f. Proses rujukan didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.
g. Transportasi ambulan sesuai dengan syariah.
8. Pelayanan Rawat Jalan :
a. Rumah sakit melayani rawat jalan meliputi:
1) Spesialis : penyakit dalam, obsgyn, anak, saraf, bedah, mata,syaraf.
2) Dokter Umum
b. Pelayanan rawat jalan dimulai 08.00-21.00 WIB
c. Setiap pasien dalam mendapatkan pemeriksaan dokter terjaga hijabnya dengan
tersedianya tirai/ penyekat.
d. Pendampingan dokter oleh perawat dilakukan jika pasien berbeda gender.

7
9. Pelayanan Rawat Inap :
a. Pemilihan Dokter penanggung Jawab Pasien (DPJP) atau pemilihan dokter sesuai
dengan kondisi pasien
b. Pasien baru rawat inap diorientasikan oleh perawat meliputi: fasilitas ruangan,
fasilitas ibadah, menghimbau penunggu sesuai gender atau sesuai mahram.
c. Dalam proses perawatan pasien mendapatkan pemeriksaan secara rutin oleh DPJP,
dalam pelaksanaan visit dokter dilakukan pendampingan sesuai dengan gender
pasien.
d. Dalam proses perawatan pasien yang membutuhkan tindakan medis dan penunjang
diperlukan informed consent.
e. Pengaturan bangsal/ ruang rawat inap sesuai gender pasien (mencegah terjadinya
Ikhtilath) dan memperhatikan privasi pasien.
f. Dalam memenuhi kebutuhan pasien yang memerlukan tindakan baik yang berupa
tindakan medis atau perawatan diupayakan sesuai dengan gender pasien.
10. Penundaan Pelayanan :
a. Memperhatikan kebutuhan klinis pasien pada waktu menunggu atau penundaan untuk
pelayanan diagnostik dan pengobatan.
b. Memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau pengobatan.
c. Memberi informasi alasan penundaan atau menunggu dan memberikan informasi tentang
alternatif yang tersedia sesuai dengan keperluan klinik mereka.
d. Informasi penundaan pelayanan di tuliskan di form edukasi .
11. Pemulangan Pasien :
a. DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien tersebut, harus menentukan
kesiapan pasien untuk dipulangkan.
b. Keluarga pasien dilibatkan dalam perencanaan proses pemulangan yang terbaik atau
sesuai kebutuhan pasien.
c. Rencana pemulangan pasien meliputi kebutuhan pelayanan penunjang dan
kelanjutan pelayanan medis.
d. Identifikasi organisasi dan individu penyedia pelayanan kesehatan di lingkungannya
yang sangat berhubungan dengan pelayanan yang ada di rumah sakit serta populasi
pasien.
e. Resume pasien pulang dibuat oleh DPJP sebelum pasien pulang.
f. Resume berisi pula instruksi untuk tindak lanjut.
g. Salinan resume pasien pulang didokumentasikan dalam rekam medis.

8
h. Salinan resume pasien pulang diberikan kepada praktisi kesehatan perujuk.
12. Transportasi :
a. Transportasi milik rumah sakit, harus sesuai dengan hukum dan peraturan yang
berlaku berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaan.
b. Transportasi disediakan atau diatur sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien.
c. Semua kendaraan yang dipergunakan untuk transportasi, baik kontrak maupun milik
rumah sakit, dilengkapi dengan peralatan yang memadai, perbekalan dan medikamentosa
sesuai dengan kebutuhan pasien yang dibawa.
d. Transportasi sesuai prinsip syariah yang meliputi : fasilitas ambulan syariah dan
kebersihan ambulan sesuai syariah.
13. Hak Pasien dan Keluarga :
a. Menghormati kebutuhan privasi pasien.
b. Melindungi barang milik pasien dari pencurian atau kehilangan.
c. Melindungi dari kekerasan fisik.
d. Anak-anak, individu yang cacat, lanjut usia dan lainnya yang berisiko endapatkan
perlindungan yang layak.
e. Membantu mencari second opinion dan kompromi dalam pelayanan didalam
maupun diluar rumah sakit.
f. Pernyataan persetujuan (lnformed Consent) dari pasien didapat melalui suatu proses
yang ditetapkan rumah sakit dan dilaksanakan oleh staf yang terlatih, dalam bahasa
yang dipahami pasien.
g. Informed consent diperoleh sebelum operasi, anestesi, penggunaan darah atau
produk darah dan tindakan serta pengobatan lain yang berisiko tinggi.
14. Penolakan Pelayanan dan Pengobatan :
a. Memberitahukan hak pasien dan keluarga untuk menolak atau tidak melanjutkan
pengobatan.
b. Memberitahukan tentang konsekuensi, tanggung jawab berkaitan dengan keputusan
tersebut dan tersedianya alternatif pelayanan dan pengobatan.
c. Memberitahukan pasien dan keluarganya tentang Menghormati keinginan dan
d. pilihan pasien untuk menolak pelayanan resusitasi atau memberhentikan
pengobatan bantuan hidup dasar ( Do Not Resuscitate )
 Rumah sakit telah menetapkan posisinya pada saat pasien menolak pelayanan
resusitasi dan membatalkan atau mundur dari pengobatan bantuan hidup dasar.

9
 Posisi rumah sakit sesuai dengan norma agama dan budaya masyarakat, serta
persyaratan hukum dan peraturan.
15. Pelayanan Pasien Tahap Terminal :
a. Mendukung hak pasien untuk mendapatkan pelayanan yang penuh hormat dan
kasih sayang pada akhir kehidupannya.
b. Perhatian terhadap kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan semua aspek
pelayanan pada tahap akhir kehidupan.
c. Semua staf harus menyadari kebutuhan unik pasien pada akhir kehidupannya yaitu
meliputi pengobatan terhadap gejala primer dan sekunder, manajemen nyeri, respon
terhadap aspek psikologis, sosial, emosional, agama dan budaya pasien dan keluarganya
serta keterlibatannya dalam keputusan pelayanan.
d. Rumah Sakit menyediakan pelayanan kerohanian dan pendampingan sakaratul maut
pasien.
16. Asesmen Pasien :
a. Semua pasien yang dilayani rumah sakit harus diidentifikasi kebutuhan
pelayanannya melalui suatu proses asesmen yang baku.
b. Asesmen awal setiap pasien meliputi evaluasi faktor fisik, spiritual, psikologis, sosial dan
ekonomi, termasuk pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan
c. Hanya mereka yang kompeten sesuai perizinan, undang-undang dan peraturan yang
b. berlaku dan sertifikasi dapat melakukan asesmen
a. Asesmen awal medis dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak rawat inap atau lebih
dini/cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah sakit.
b. Asesmen awal keperawatan dilaksanakan dalam 6 jam pertama sejak rawat inap atau
lebih cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah sakit.
c. Asesmen awal medis yang dilakukan sebelum pasien di rawat inap, atau sebelum
tindakan pada rawat jalan di rumah sakit, tidak boleh lebih dari 30 hari, atau riwayat
medis telah diperbaharui dan pemeriksaan fisik telah diulangi untuk asesmen kurang dari
30 hari, setiap perubahan kondisi pasien yang signifikan, sejak asesmen dicatat dalam
rekam medis pasien pada saat masuk rawat inap
d. Asesmen awal termasuk menentukan kebutuhan rencana pemulangan
pasien(discharge).
e. Semua pasien dilakukan asesmen ulang pada interval tertentu atas dasar kondisi dan
pengobatan untuk menetapkan respons terhadap pengobatan dan untuk merencanakan
pengobatan atau untuk pemulangan pasien.

1
0
c. Data dan informasi asesmen pasien dianalisis dan diintegrasikan.

1
1
d. Asesmen spiritual diberikan kepada pasien berupa asesmen awal, lanjutan
dan pulang.
17. Manajemen Obat :
a. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang
tidak sengaja diarea tersebut, bila diperkenankan kebijakan.
b. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi label yang
jelas dan disimpan dengan cara yang membatasi akses (restrict access).
c. Manajemen obat sesuai syariah ( pemberian edukasi dan informed concent
pasien tentang obat yang belum jelas kehalalannya serta memiliki daftar obat
yang termasuk jenis narkotika dan psikotropika.
18. Manajemen Nutrisi :
a. Pasien di skrining untuk mengetahui risiko terjadinya masalah gizi.
b. Pengkajian gizi pasien dilakukan untuk menentukan langkah asuhan gizi
selanjutnya.
c. Respon pasien terhadap terapi gizi dilakukan monitoring dan evaluasi.
d. Makanan dan minuman pasien diselenggarakan dengan menjamin kehalalan
bahan, proses produksi dan proses distribusi sesuai Sistem Jaminan Halal.
e. Semua bahan baku yang digunakan dalam proses produksi disiapkan dan
disimpan dengan cara mengurangi risiko kontaminasi dan pembusukan.
f. Distribusi makanan dilakukan secara tepat waktu, tepat identifikasi dan tepat diit.
19. Manajemen Nyeri:
a. Semua pasien rawat inap dan rawat jalan di skrining untuk rasa sakit dan
dilakukan asesmen apabila ada rasa nyerinya.
b. Pasien dibantu dalam pengelolaan rasa nyeri secara efektif.
c. Menyediakan pengelolaan nyeri sesuai pedoman dan protokol.
d. Komunikasi dan edukasi diberikan kepada pasien dan keluarga tentang
pengelolaan nyeri dan gejala dalam konteks pribadi, budaya dan kepercayaan
agama masing- masing.
e. Penatalaksanaan nyeri diberikan kepada pasien dengan ketentuan sebagai berikut
:
 Skala 1-3 (sedikit mengganggu aktivitas sehar-hari), dengan
mengucapkan istighfar “Astaghfirullahal ‘Azhim” berulangkali.

12
 Skala 4-6 (gangguan nyata terhadap aktivitas sehar-hari), dengan
membaca kalimat thayyibah (tasbih, tahmid, takbir atau tahlil ).
 Skala 7-10 (tidak dapat melakukan aktivitas sehar-hari), ajaklah
pasien agar mengingat Allah dan menanamkan sikap selalu husnuzhan
kepada Allah.
20. Surgical Safety Checklist :
a. Digunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk identifikasi lokasi operasi
dan melibatkan pasien dalam proses penandaan/pemberian tanda.
b. Menggunakan suatu checklist untuk melakukan verifikasi praoperasi tepat-
lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien dan semua dokumen serta peralatan yang
diperlukan tersedia, tepat/benar, dan fungsional.
c. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat/mendokumentasikan
prosedur “sebelum insisi/time-out” tepat sebelum dimulainya suatu
prosedur/tindakan pembedahan.
d. Pasien terjaga hijabnya selama proses operasi berlangsung.
e. Jadwal pelaksanaan operasi diupayakan tidak berbenturan dengan waktu
Salat kecuali dalam keadaan emergensi (darurat).
21. Hand Hygiene :
a. Mengadaptasi pedoman hand hygiene RS Ridhoka Salma terbaru dan sudah
diterima secara umum (al.dari WHO Patient Safety).
b. Menerapkan program hand hygiene yang efektif.
c. Kadar alkohol yang digunakan untuk bahan handrub sesuai dengan
ketentuan.
b. Fatwa MUI Nomor 11 tahun 2009 tentang Hukum Alkohol.
c. Penggunaan bahan handwash sudah sesuai dengan ketentuan sertikasi halal
BPOM MUI.
d. Tata cara kebersihan tangan diawali dengan basmalah dan diakhiri
dengan hamdalah.
22. Risiko Jatuh :
a. Penerapan asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen
ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan.

13
b. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang
pada hasil asesmen dianggap berisiko.
b. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan pengurangan
cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak disengaja.
23. Komunikasi Efektif :
a. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan
secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
b. Perintah lisan dan melalui telpon atau hasil pemeriksaan secara lengkap
dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
c. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi
perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
d. Komunikasi yang diberikan kepada pasien sesuai dengan prinsip-prinsip
komunikasi islami yang meliputi :
1) Qaulan Sadidan ( perkataan benar dan jujur )
2) Qaulan Balighan ( perkataan yang mudah dimengerti )
3) Qaulan Layyina ( perkataan yang lemah lembut )
4) Qaulan Karima ( perkataan yang mulia )
5) Qaulan Ma’rufa ( perkataan yang baik )
24. Manajemen di Instalasi :
a. Semua petugas instalasi wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
b. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
c. Melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal satu bulan sekali.
d. Setiap bulan wajib membuat laporan.
e. Peralatan di instalasi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk menjamin semua sediaan
farmasi tetap dalam kondisi yang baik.
f. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
g. Setiap petugas dalam melaksanakan pelayanan memperhatikan pada aspek
agama.

14
25. Pemasaran & Humas
a. Membuat dan melakukan penawaran kerja sama dengan instansi lain terkait
produk- produk rumah sakit.
b. Promosi produk menggunakan Above The Line Media (ATL) dan Below The
Line Media (BTL)
b. Untuk memudahkan pelayanan kepada Pasien diberikan pendampingan oleh
petugas CSO.
c. Promosi produk memperhatikan etika promosi dalam islam dengan tidak ada
unsur risywah
d. Pengelolaan Handling complaint mengedepankan musawarah dan mufakat.
e. Informasi dan edukasi tentang materi kesehatan maupun kerohanian islam
diberikan kepada pasien, keluarga dan pengunjung.
f. Melakukan kerja sama dengan asuransi sebagai pihak ke dua.
26. Bimbingan dan Pelayanan Islam
a. Semua pasien rawat inap akan dilakukan assesmen spiritual.

b. Semua pasien rawat inap yang beragama islam akan mendapatkan pelayanan
Rohani Islam minimal satu kali selama perawatan.
c. Pasien yang membutuhkan pendampingan khusus akan mendapatkan pelayanan
berupa ruqyah syariyah, quranic healing, pendampingan sakaratul maut dan
talqin.
d. Pasien rawat inap selama berada di rumah sakit akan mendapatkan jaminan
dalam pemeliharaan agama.
e. Pasien rawat inap selama di rumah sakit akan mendapatkan fasilitas ibadah
berupa perlengkapan ibadah ( mukena, sajadah, al qur’an,dll )
f. Memastikan setiap pasien muslimah selama dirawat terjaga hijabnya ( termasuk
penutup dada ibu menyusui).
g. Pasien dengan kondisi terminal (pasien cuci darah, onkologi, TB dot dan HIV)
akan mendapatkan pelayanan Rohani Islam sesuai dengan kebutuhannya.h.
h. Pasien yang meninggal akan dilakukan pelayanan sesuai dengan prinsip syariah
meliputi: Pelayanan pasien meninggal, Pemulasaraan jenazah, Penggunaan APD
dan pengantaran sampai ke rumah duka.

15

Anda mungkin juga menyukai