Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsumen biasanya membeli suatu produk karena alasan kebutuhan. Namun


ada alasan atau faktor- faktor lain yang turut serta mempengaruhi konsumen dalam
keputusan pembeliannya, seperti visual(warna dan layout), bentuk dan, teknologi,
label informasi yang terdapat pada kemasan suatu produk. Oleh karena itu
perusahaan-perusahaan mulai membuat suatu inovasi terhadap produknya yaitu
dengan cara membuat kemasan siap saji dengan kombinasi desain gambar dan warna
yang cerah dan menarik sehingga membuat konsumen tertarik untuk membelinya.
Dalam setiap kemasan memiliki label, yang menjadikan segai identitas Produk,
karena tanpa adanya sebagi label kita tidak dapat mengetahu informasi terkait produk
yang kita gunakan. Denga danya sebuah label tersebut merupakan sebagai bentuk
perlindungan konsumen, Terlepas dari itu Kita perlu tahu terkait Kondisi yang
dialami saat ini, banyaknya terjadi kasus yang tidak sesuai dengan standar mutu dan
dapat merugikan konsumen, karean saa ini ada saja para produsen yang tidak
mementingkan kesehatan dan keselamatan konsumennya karen sering kita jumapai
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh pihak produsen kepaa pihak konsumen.
seperti halnya pada kasus Puluhan Bungkus Makanan Ringan di Mojokerto Dijual
Tanpa Label Kaluarsa.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Konsumen?
2. Apa yang dimaksud yang dimaksudkan dengan Label?
C. Tujuan
1.Untuk mengetahui pengertian Konsumen.
2. Untuk mengetahui pengertian Label.
3. Untuk mengetahui kasus mengenai perlindungan konsumen dan analisis
BAB 11
PEMBAHASAN

A. Konsumen
a. Pengertian Konsumen
konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Konsumsi, dari bahasa Belanda
consumptie, ialah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya
guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa, untuk memenuhi kebutuhan dan
kepuasan secara langsung. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau
jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Jika tujuan
pembelian produk tersebut untuk dijual kembali (Jawa: kulakan), maka dia disebut
pengecer atau distributor. Pada masa sekarang ini bukan suatu rahasia lagi bahwa
sebenarnya konsumen adalah raja sebenarnya, oleh karena itu produsen yang
memiliki prinsip holistic marketing sudah seharusnya memperhatikan semua yang
menjadi hak-hak konsumen.

b. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen

Upaya perlindungan konsumen di tanah air didasarkan pada sejumlah asas dan
tujuan yang telah diyakini bias memberikan arahan dalam implementasinya di
tingkatan praktis. Dengan adanya asas dan tujuan yang jelas, hukum perlindungan
konsumen memiliki dasar pijakan yang benar-benar kuat.

 Asas perlindungan konsumen


Berdasarkan UU Perlindungan Konsumen pasal 2, ada lima asas perlindungan
konsumen
 Asas manfaat
Maksud asas ini adalah untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi kepentingankonsumen dan pelau usaha secara keseluruhan.
 Asas keadilan
Asas ini dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat bias diwujudkan secara
maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha
untuk memperoleh haknyadan melaksanakan kewajibannya secara adil.
 Asas keseimbangan
Asas ini dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan
konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti material maupun spiritual.
 Asas keamanan dan keselamatan konsumen
Asas ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan
keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan
pemanfaatan barang/jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
 Asas kepastian hukum
Asas ini dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati
hokum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan
konsumen, serta Negara menjamin kepastian hukum.

b. Tujuan perlindungan konsumen

Dalam UU Perlindungan Konsumen Pasal 3, disebutkan bahwa tujuan


perlindungan konsumen adalah sebagai berikut.

 Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk


melindungi diri.
 mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya
dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.
 Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, dan menuntut hak-
haknya sebagai konsumen.
 Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan
informasi.
 Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha.
 Meningkatkan kualitas barang/jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksi barang dan jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
konsumen.

B. Label

a. Pengertian Label

Label adalah tulisan, gambar, atau kombinasi keduanya yang disertakan pada
wadah atau kemasan suatu produk dengan cara dimasukkan ke dalam, ditempelkan
atau dicetak dan merupakan bagian dari kemasan tersebut untuk memberikan
informasi menyeluruh dan secara utuh dari isi wadah/kemasan produk tersebut.
Pelabelan pada kemasan produk harus dipersyaratkan sedemikian rupa, sehingga tidak
mudah lepas dari kemasannya, tidak mudah luntur atau rusak serta terletak pada
bagian kemasan yang mudah untuk dilihat dan dibaca dengan jelas. Label adalah
identitas suatu produk. Tanpa label kita tidak dapat membedakan antara produk satu
dengan yang lainnya. Label adalah bagian yang sangat penting dari suatu produk agar
konsumen dapat memperoleh produk sesuai yang diharapkan dan sehat serta aman
dikonsumsi. Beberapa Industri besar yang membutuhkan label untuk produk–produk
mereka adalah : Industri Makanan & Minuman, Permen dan Cokelat, Pharmacy,
Perawatan diri, Kosmetik/kecantikan, Mainan, Elektronik, Mobil dan Motor (Oli),
Bahan kimia (Chemical), Rumah Tangga dan Retail. Khusus untuk Industri Makanan
& Minuman, Karena penggunaan label terbesar ada di sektor ini, label tersebut harus
sesuai dengan ketentuan UU/No.23/1992 Tentang Produksi dan Peredaran Makanan.
Makanan harus memenuhi standar persyaratan kesehatan dan label; dan periklanan
tidak boleh memberikan informasi menyesatkan dari produk tersebut.
Peraturan tersebut juga berpedoman kepada CAC (Codex Alimentarius Commission)
dan FLG (Food Labelling Guide) yang memuat ketentuan mengenai persyaratan
Mutu, label dan periklanan. Label harus memberikan informasi yang jelas, detail dan
mudah dimengerti oleh masyarakat umumnya atau konsumen khususnya.

Pedoman Umum Label

Pedoman umum Label mencakup hal–hal sebagai berikut :

a. Ketentuan Umum :

 Harap digunakan huruf Arab atau Latin dalam tulisan label.


 Semua persyaratan atau peringatan yang memuat ketentuan yang
ditetapkan wajib menggunakan huruf Latin.
 Seluruh peringatan atau keterangan harus ditulis dengan lengkap dan
mudah dibaca.
 Pada label tidak boleh dicantumkan gambar atau apapun yang dapat
mengakibatkan salah penafsiran pada produk itu sendiri.
 Pada label dilarang mencantumkan referensi atau apapun yang
bertujuan untuk dapat meningkatkan penjualan.

b. Mencatumkan informasi

 Nama Produk. Di dalam Label selain nama produk, boleh dicantumkan


nama dagang bila ada. Nama produk tersebut harus menggunakan
bahasa Indonesia bila diperdagangkan di Indonesia. Bahasa asing dapat
digunakan sepanjang tidak bertentangan dengan keterangan dalam
Bahasa Indonesia. Penggunaaan Bahasa, angka, dan huruf selain
bahasa Indonesia, angka Arab dan huruf Latin diperbolehkan
sepanjang tidak ada padanannya, atau dalam rangka perdagangan
keluar negeri. Pemberian nama produk tersebut harus memiliki
deskripsi yang jelas dan cocok terhadap produknya itu sendiri dan
tidak menyesatkan. Penggunaan nama harus yang mudah dimengerti
oleh konsumen dan menunjukkan sifat produk tersebut. Kemudian
mengacu kepada Surat Keputusan BP POM RI No. HK.00.05.52.4321
Yang bertujuan untuk mencegah terjadinya pelanggaran pelabelan
produk pangan dan memudahkan pemahaman pelabelan pangan,
mensyaratkan : Nama dagang tidak boleh menggunakan nama generik
dan kata-kata : Alami, Natural, Murni dan Suci.
 Komposisi atau Daftar Ingridien. Harus dicantumkan daftar lengkap
Ingridien jumlah bahan utama penyusunan makanan dan termasuk
bahan tambahan yang digunakan dengan urutan mulai dari bagian yang
terbanyak. Prosentase berat bahan utama produk tertentu juga harus
dicantumkan. Untuk bahan tambahan makanan, Seperti pewarna, dapat
dicantumkan nama golongan disertai Nomor Indeks khusus untuk
pewarna tersebut.
 Isi Netto/Berat Bersih. Isi netto dalam berat atau volume harus
dinyatakan dalam satuan Kg, gr, cc atau Lt. Untuk makanan yang
dikemas dalam cairan, yang dicantumkan adalah bobot makanan
tersebut

Contoh kasus : Puluhan Bungkus Makanan Ringan di Mojokerto Dijual Tanpa


Label Kaluarsa
Mojokerto - Puluhan bungkus makanan ringan tanpa label tanggal kadaluarsa dijual
bebas di sejumlah toko di Kecamatan Kemlagi dan Jetis, Kabupaten Mojokerto.
Selain itu, minuman dengan kemasan yang rusak juga masih marak dijumpai. Mamin
yang berpotensi membahayakan kesehatan konsumen ini dilarang keras untuk dijual.
Hal itu ditemukan petugas Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag)
Kabupaten Mojokerto saat melakukan sidak ke toko kelontong dan minimarket di
wilayah Kecamatan Dawarblandong, Kemlagi, Gedeg dan Jetis, Rabu (15/6/2016).
Temuan pertama petugas diperoleh saat mengecek mamin di salah satu toko
kelontong di Jalan Raya Kemlagi. Petugas mendapati 13 bungkus makanan ringan
berupa keripik usus ayam dan keripik singkong yang tak disertai label tanggal
kadaluarsa. Kami memperingatkan pemilik toko, dimana setiap produk mamin harus
mencantumkan label kadaluarsa. Karena jika tanpa tanggal kadaluarsa, konsumen tak
akan tahu kondisi makanan tersebut. Itu sangat berbahaya," kata Kepala Bidang
Perdagangan Disperindag Kabupaten Mojokerto, Trio Froni di lokasi. Temuan lebih
banyak diperoleh petugas di salah satu toko kelontong di Jalan Raya Canggu,
Kecamatan Jetis. Di toko grosir makanan ringan ini, petugas menemukan puluhan
bungkus Snack berbagai merk yang juga tak disertai label kadaluarsa. Meski begitu,
petugas hanya memberikan peringatan terhadap para pedagang. Mereka meminta agar
makanan tanpa label kadaluarsa itu dikembalikan kepada produsennya. "Rupanya
makanan kering tanpa label kadaluarsa itu diproduksi home industry. Kami akan
memanggil pemilik toko pada Jumat (17/6) untuk diberi arahan dan membuat surat
pernyataan," ujar Froni. Pemilik toko, Joko berdalih, pihaknya sudah mengingatkan
produsen makanan ringan agar memberi label kadaluarsa pada bungkus makanan.
Namun, itu tak diindahkan oleh produsen yang mayoritas industri rumahan.
"Masalahnya, produk-produk tanpa label itu dari home industry yang memang belum
ada kesempatan untuk mengurus label ini. Saya sebenarnya sudah memberitahu
produsen home industry tentang ini, cuma mereka belum merespon untuk
mengurusnya," kilahnya. Selain makanan tanpa label, Disperindag juga menemukan
mamin dengan kemasan kaleng yang rusak di sebuah minimarket di Jalan Raya
Canggu. Namun, lagi-lagi petugas hanya memberikan teguran agar pengelola toko
melakukan perbaikan.
Analisis : Berdasarkan studi kasus diatas, perlindungan konsumen di Indonesia masih
sangat lemah. Ada beberapa pelanggaran yang ada pada kasus tersebut terkait tidak
adanya label kadaluarsa yang tercantum pada Pasal 8 ayat 1 yang menyatakan tidak
mencatumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu penggunaan/ pemnafaatan yang
paling baik atas barng tertentu. Sebaiknya hal ini harus di usut secara tuntas karena ini
menyangkut jaminan atas keamanan dan keselamatan konsumen dalam penggunaan,
pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
jika hal itu dibirakan terjadai maka secara tidak langsung dapat merugikan konsumen
shingga terjadinya tidak keseimbangan. Untuk itu salah satu cara untuk menangani
kasus tersebut harusdikembalikan lagi kepada produsen untuk melakukan perbaikan
kembali terkait label kadaluarsa dari bungkus makanan ringan.
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas bahwa hingga saat ini perlindungan konsumen
masih menjadi hal yang haurs diperhatikan. Konsumen sering laku dirugikan dengan
pelanggaran-pelanggaran oleh produsen atau penjual. Pelanggaran-pelanggaran yang
trejadi saat ini bukan hanya pelanggaran dalam skala kecil, namun sudah tergolong
kedalam skala besar. Dalam hal ini seharusnya pemerintah lebih siap dalam
mengambil tindakan. Pemerintah harus segera menangani masalah ini sebelum
akhirnya semua konsumen harus menaggung kerugian yang lebih berat akibat efek
samping dari tidak adanya perlindungan konsumen atau jaminan terhadap konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.jurnalhukum.com/pengertian-konsumen/
Undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
http://www.indonesiaprintmedia.com/pendapat/225-pentingnya-penggunaan-label-
pada-kemasan.html
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/3234102/puluhan-bungkus-makanan-ringan-
di-mojokerto-dijual-tanpa-label-kadaluarsa

Anda mungkin juga menyukai