Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH


ACARA 3 : UJI KADAR AIR BENIH

OLEH:

NAMA : AHMAD RIDO


NIM : C1M017006
KELOMPOK : 7

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti praktikum
selanjutnya.

Mataram, Senin 14 Oktober 2019

Menyetujui :
Asisten praktikum Praktikan

Nama : Rica Lifiani Nama : Ahmad Rido


NIM : C1M016154 NIM : C1M017006
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Benih adalah suatu alat perkembangbiakan tanaman yang berasal dari
pembiakan generatif antara sel kelamin jantan dan betina yang merupakan salah satu
faktor penting dalam budidaya tanaman. Mutu benih terdiri dari mutu genetik, mutu
fisik dan mutu fisiologis. Mutu benih sangat tergantung oleh beberapa hal, salah
satunya adalah kadar air benih.
Pengujian mutu benih,yang meliputi pengujian mutu fisik,genetis dan
fisiologis,merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman dilapangan.Di
dalam setiap pengujian,standar tolak ukur untuk mutu kualitas benih memiliki
berbeda-beda .Karena itu ,Komponen-komponen mutu benih yang menunjukkan
korelasi dengan nilai pertanamanbenih dilapangan harus dievaluasi dalam pengujian.
Kadar air benih merupakan berat air yang tersimpan didalam benih yang
kemudian akan hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan,
dinyatakan dalam persentase terhadap berat awal contoh benih. Penetapan Kadar Air
adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya
kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam % terhadap berat asal contoh benih.
Tujuan penetapan kadar air yaitu untuk mengetahui besarnya kandungan kadar air
didalam benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama
penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut.
Kadar air benih dapat diukur dengan menggunakan metode langsung
(menggunakan oven) maupun tidak langsung dengan menggunakan moister tester.
Prinsip kerja pada pengukuran kadar air secara tidak langsung dengan menggunakan
oven adalah pengurangan antara beret basah yakni berat benih sebelum dioven
dikurang dengan berat kering. Selisih tersebut dibagi dengan berat basah dikalikan
100% sehingga bisa diperoleh kadar air. Sedangkan pengukuran tidak langsung kadar
air dapat segera diketahui setelah benih dilakukan pengukuran kadar air melalui
moiture tester.
Pengujian kadar air benih dilakukan untuk mengetahui kadar air dalam biji atau
benih sehingga dapat ditentukan waktu panen yang tepat dan penyimpanan benih.
Benih yang bermutu tinggi sangat diinginkan pasar dan petani, baik sebagai komoditi
perdagangan maupun bahan tanam untuk produksi pertanian. Kualitas benih dapat
dilihat dari beberapa variabel atau nilai, salah satunya adalah kadar air benih. Oleh
karena itu, praktikum ini perlu dilakukan untuk dapat mengetahui kandungan air pada
beberapa jenis benih tanaman.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dilakasanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui dan menghitung
kandungan air pada beberapa jenis benih tanaman.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang harus diketahui baik
untuk tujuan pengolahan, maupun penyimpanan benih. Telah diketahui bahwa kadar
air memiliki dampak besar terhadap benih selama penyimpanan. Menyimpan benih
ortodok pada kadar air tinggi berisiko cepat mundurnya benih selama dalam
penyimpanan. Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang dinilai oleh
BPSB dalam sertifikasi benih sehingga uji ini merupakan satu pengujian rutin para
analisis benih di laboratorium benih. (Amira 2010).
Kadar air benih adalah jumlah air yang terkandung dalam benih. Tinggi
rendahnya kandungan air dalam benih memegang peranan yang sangat penting dan
berpengaruh terhadap vialibitas benih. Oleh karena itu, pengujian terhadap kadar air
benih perlu dilakukan agar benih memiliki kadar air terstandar berdasarkan
kebutuhannya (Sutopo 2006).
Semakin tinggi kandungan air suatu benih maka makin tidak tahan benih
tersebut untuk disimpan dalam jangka waktu yang lama. Untuk setiap kenaikan 1 %
dari kandungan air benih maka umur benih akan akan berkurang menjadi
setengahnya. Hukum ini berlaku untuk kandungan air benih antara 5 dan 14 %.
Karena dibawah 5 % kecepatan menuanya umur benih dapat meningkat disebabkan
oleh autoksidasilipid di dalam benih. Sedangkan diatas 14 % akan terdapat cendawan
gudang yang merusak kapasitas perkecambahan benih (Hasanah, 2002).
Kadar air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya simpan
benih. Prinsip dari metode pengukuran kadar air benih adalah mengukur seluruh jenis
air yang ada di dalam benih. Pengukuran kadar air benih dapat dilakukan dengan
metode oven suhu tinggi konstan dan metode suhu rendah konstan maupun dengan
menggunakan metode cepat. Saat mengerjakan penetapan kadar air benih,
kelembapan udara nisbi laboratorium harus kurang dari 70%. Metode yang digunakan
untuk menentukan kadar air benih padi yaitu metode oven suhu tinggi konstan 130 –
133 ˚C (Kuswanto 2007).
Pengeringan dimaksudkan untuk mengurangi kadar air benih sehingga benih
aman diproses lebih lanjut, terhindar dari serangan hama dan penyakit serta tidak
berkecambah sebelum waktunya. Dalam pengeringan benih perlu diketahui sifat
benih apakah ortodoks atau rekalsitran. Pada benih ortodoks kadar air saat
pembentukan benih seitar 35-80 % dan pada saat tersebut benih belum cukup masak
dipanen. Pada kadar air 18-40 % benih telah mencapai masak fisiologis, laju respirasi
benih masih tinggi dan benih peka terhadap detiorasi, cendawan, hama, dan
kerusakan mekanis (Heuver 2004).
BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Pelaksanaan Peraktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum’at, 4 Oktober 2019 dimulai dari jam
09.00-10.30 WITA. Bertempat di laboratorium Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, Universitas Mataram.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah timbangan
analitis, oven, eksikator, botol besi, alat penggiling dan alat tulis menulis. Sedangkan
bahan-bahan yang digunakan adalah benih jagung (Zea mays) dan benih kacang tanah
(Arachis hypogaea ).
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah :
1. Disiapkan contoh uji, minimal sebesar 100 g untuk benih sebesar kacang hijau.
2. Dihancurkan contoh uji dengan penggiling kemudian disaring.
3. Dipanaskan botol oven atau kaleng oven kosong dengan tutupnya dalam oven
pada suhu 1300 C selama 1 jam, di dinginkan dan ditimbang timbangan analitik (x g).
4. Dimasukkan 4-5 g contoh uji yang tela digiling alus dalam wadah tersebut, diratak
an sehingga menutupi dasar wadah kemudian tutup wadah tersebut dan ditimbang (y
g).
5. Diletakkan botol yang berisi contoh uji dalam oven 1300 C, botol tersebut arus
dalam keadaan terbuka, tutup diletakkan disamping atau bagian bawah botol.
6. Dipanaskan sekitar 4 jam, kecuali untuk benih keras pemanasan selam 120 menit.
Pemanasan terhitung mulai dari saat oven kembali mencapai 1300 C.
7. Dikeluarkan botol atau kaleng dari oven, dan ditutup secepatnya, didinginkan
selam 10-20 menit.
8. Ditimbang botol atau kaleng beserta contoh uji setelah dingin (z g).
9. Ditetapkan kadar air benih dengan rumus:
𝑦−𝑧
Kadar benih : 𝑦−𝑥 x100%

Keterangan : x = berat botol dan tutup


y = x + contoh uji mula-mula
z = x + contoh uji yang telah dioven
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4,1 Hasil Pengamatan

Nama benih : benih kacang tanah


Nama ilmiah : Arachis hypogea
Tanggal : 4 oktober 2019
Tabel 1. Data hasil pengamatan benih kacang tanah (gelombang 1)

Kelompok Berat (gr) Kadar air (%)


X Y z
1 3.63 15.91 14.45 11.88
2 2.56 11.27 10.20 12.28
3 3.21 12.56 11.39 12.51
4 3.01 11.56 10.33 14.38
5 3.58 15.66 14.20 12.08
6 3.61 14.46 13.13 12.25
7 3.27 14.17 12.90 11.65
Total 22.87 95.59 86.6 87.03
Rata-rata 3.26 13.65 12.37 12.43
Nama benih : benih jagung
Nama ilmiah : Zea mays
Tanggal : 4 oktober 2019
Table 2. data hasil pengamatan benih jagung

Kelompok Berat (gr) Kadar air (%)


X Y Z
1 2.62 10.68 10.12 6.60
2 3.10 15.14 14.26 7.30
3 2.57 10.19 8.75 18.89
4 2.42 10.39 9.81 7.27
5 2.59 10.45 9.85 7.63
6 2.40 9.48 9.11 5.22
7 2.63 9.09 8.64 6.96
Total 18.33 75.42 70.54 59.87
Rata rata 2.61 10.77 10.07 8.55

4.2 Pembahasan

Kadar air benih merupakan berat air yang dikandung dan kemudian hilang
karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, dinyatakan dalam
persentase terhadap berat awal contoh benih. Penetapan kadar air adalah banyaknya
kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air
tersebut dan dinyatakan dalam persentase (%) terhadap berat asal contoh benih.
Dalam standar kelulusan benih yang berdasarkan ISTA (International Seed Testing
Association) kadar air maksimum untuk kacang tanah sebesar 10,0 -12,0 dan kadar
air maksimum untuk jagung sebesar 6,0-8,0 % dengan kadar benih murni 99,9 %.
Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk mengetahui kadar air benih sebelum
disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam
rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut.
Pengujian kadar air benih pada praktikum ini menggunakan metode
pengukuran kadar benih secara langsung dimana kadar air benih dihitung secara
langsung dari berkurangnya berat benih akibat hilangnya air dalam benih dan ini
sering disebut metode oven. Pengamatan uji ini menggunakan benih jagung dan
kacang tanah yang sudah di hancurkan kemudian di oven dan sebelum di oven
memiliki perbedaan berat. Perhitungan kadar benih pada uji ini didapatkan hasil
untuk kacang tanah yaitu 12,43 %. Hal tersebut sangat jauh dengan perhitungan
ISTA, karena terlihat jelas bahwa kadar air yang didapatkan pada saat praktikum
pengukuran kadar air ini sangat tinggi. Kadar air yang tinggi ini dapat menyebabkan
perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Selain itu juga
proses imbibisi air dan kemungkinan berkecambah akan meningkat juga benih
dengan kadar air yang tinggi tidak tahan lama pada proses penyimpanan. Sedangkan
kadar benih yang didapatkan untuk jagung yaitu 8,55 %. Hal tersebut sangat jauh
dengan perhitungan ISTA, karena terlihat jelas bahwa kadar air yang didapatkan pada
saat praktikum pengukuran kadar air ini sangat tinggi. Dimana kondisi yang seperti
itu, proses penyimpanan akan semakin lama dengan daya hidup benih tersebut
kemungkinan berkecambah akan lama juga. Naik turunnya kadar air pada benih
mempengaruhi laju kenaikan dan kemunduran suatu benih.
Dari hasil pengamatan kelompok yang didapatkan untuk berat awal jagung
sebesar 9,09 gram dan berat untuk kacang tanah sebesar 14,17 gram. Berat jagung
setelah di oven sebesar 8,64 gram dan berat untuk kacang tanah sebesar 12,90 gram.
Berat rata –rata awal untuk jagung sebesar 10,77 gram dan untuk berat kacang tanah
sebesar 13,65 gram. Sedangkan berat rata rata setalah di oven untuk jagung sebesar
10,07 gram dan berat kacang tanah sebesar 12,37 gram. Dengan begitu, nilai yang
didapatkan kelompok lebih rendah daripada rata-rata dari semua kelompok. Hal ini
menunjukkan bahwa kadar air benih yang terkandung didalam benih kacang tanah
maupun didalam benih jagung membuat benih tahan lama selama proses
penyimpanan.
BAB V. PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah di laksanakan dapat di tarik kesimpulan
sebagaiberikut :

1. Perhitungan rata-rata kadar air benih pada uji ini didapatkan hasil untuk jagung
yaitu 12,43 %, sedangkan kadar air benih yang didapatkan untuk kacang tanah yaitu
8,55%.
2. Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air benih yang terlalu tinggi.
3. pengukuran kadar air pada jagung dan kacang tanah yang notabene merupakan
jenis benih orthodox.

1.2 Saran
Sebaiknya dalam pelaksanaan praktikum ini dilakukan sebaik – baiknya oleh
praktikan, sehingga praktikum dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan dan
berakhir tepat waktu. Laboratorium juga diperhatikan dan dijaga kebersihannya agar
praktikum dapat berjalan dengan nyaman.
DAFTAR PUSTAKA

Amira. 2010. Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan Terhadap Kualitas Tiga
Varietas Jagung (Zea mays L.). Surakarta : UNS Press.
Hasanah, M. 2002. Teknologi Pengelolaan Benih Beberapa Tanaman Obat Di
Indonesia. Bogor : Balai Penelitian Pangan dan Obat. Jurnal Litbang Pertanian.
Volume 25 (2) : 68 – 73.
Heuver, M. 2004. Introduction to Seed Testing. IAC Wageningen: The Netherlands.
Kuswanto, H. 2007. Analisis Benih. Kanisius: Yogyakarta.
Sutopo, L. 2006. Teknologi Benih. Rajawali Pers: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai