Anda di halaman 1dari 4

Profesionalisme Bidan

Nama Mahasiswa : Laila Maria Zulfa NIM/Kelas: 1910104033/ C3


Nama Bidan beserta gelar : Asrinah, S.Si.T., M.kes
Usia Bidan : 11 Mei 1969/50 Tahun
Alamat : Banjarnegara
Cerita yang menginspirasi:
Asrinah, S.Si.T., M.kes. adalah Perempuan kelahiran Magelang pada 11
Mei 1969. Keinginannya untuk menjadi guru tertunda saat tengah asyik
menekuninya di Sekolah Pendidikan Guru Magelang, justru Ia diminta keluar
untuk bersekolah di Sekolah Perawat Kesehatan.. “Ini memang seperti titik balik
bagi Asrinah yang harus menunda cita-citanya untuk mengajar. Asrinah lahir
dikeluarga yang perekonomiannya sulit. Asrinah adalah anak ketiga dari lima
bersaudara. Waktu itu SPK memberi tawaran untuk sekolah gratis karena ada
Ikatan Dinas. Oleh orang tua, Asrinah diminta untuk masuk SPK. Meski berat,
tapi Asrinah memaklumi alasannya. Bila Asrinah dapat masuk SPK, ini akan
meringankan beban ekonomi keluarga” katanya.
Selepas lulus dari SPK tahun 1988, sementara menunggu Penugasan
Ikatan Dinasnya keluar, Asrinah memanfaatkan waktunya untuk bekerja sebagai
Staf Damiyanti medical clinic Bali. Di tempat kerjanya ini, Ia menjadi satu-
satunya perawat yang memberi pelayanan medis bagi orang-orang Asing yang
menjadi relasi tempatnya bekerja. Tanpa disangka, karena pekerjaannya itu, Ia
justru mendapat kesempatan langka yang tidak diperoleh setiap orang yaitu
kesempatan untuk dapat melanglang buana ke sejumlah Negara seperti Singapura,
Australia, Thailand, Phlipina, dan sejumlah Negara Eropa. “Pengalaman unik saya
waktu kerja di tempat tersebut adalah mengantar orang Dieng yang suaminya
orang Australia. Meski bayinya yang berumur 3 bulan sehat, tapi mereka tetap
minta didampingi perawat selama dalam perjalanan. Jadi sepanjang perjalanan itu,
saya hanya duduk dan menemani. Komunikasi saya pun lebih banyak dengan
istrinya yang orang Jawa. Bahasanya pun Jawa. Jadi yang mudeng ya Cuma kami
berdua..ha..ha..” tuturnya. Akhirnya panggilan tugas Ikatan Dinas datang juga.
Karena sudah Ikatan Dinas maka kenyamanan kerja di Damiyanti medical clinic
Bali pun harus ditinggalkannya.
Karir PNS dimulai pada tahun 1993 sebagai pelaksana perawatan
puskesmas Garung, Wonosobo. Belum lama bertugas, Ia kemudian dipindah ke
Puskesmas 2 Kalibening pada bulan April 1993. Di tempat tugasnya yang baru ini
Ia menemui kenyataan yang memprihatinkan dimana mayoritas masyarakat di
wilayah tempatnya bekerja melakukan persalinan di rumah tanpa didampingi
tenaga kesehatan. “Waktu itu hanya ada satu orang bidan yang melayani 8 desa.
Kondisi ini sungguh sangat memprihatinkan, karena tidak mungkin satu orang
bidan mampu melayani 8 desa tersebut. Inilah yang mendorong saya waktu itu
untuk menempuh pendidikan lanjutan di DI Kebidanan” katanya.
Semangatnya yang besar dan kecintaannya pada ilmu dan pengetahuan
membuatnya mampu melalui jenjang pendidikan kebidanan dengan baik bahkan
meraih sejumlah prestasi. DI Pendidikan Kebidanan lulus tahun 1995, DIII
Kebidanan lulus tahun 2002, D IV Kebidanan lulus tahun 2005, dan Pendidikan
terakhirnya adalah Pasca Sarjana Managemen Kesehatan Ibu dan Anak UNDIP
Semarang, lulus tahun 2009. “Saya juga tidak mengira karena pendidikan saya
akhirnya saya dapat kesempatan mengajar di berbagai AKBID” katanya.
Asrinah aktif mengajar sebagai dosen di Politeknik Banjarnegara sejak
lembaga Perguruan Tinggi ini berdiri di tahun 2008. Sebelumnya Dia tercatat juga
mengajar di sejumlah lembaga kebidanan di Purbalingga, Banyumas, Cilacap,
Magelang, dan Yogyakarta. Namun sebagai Tim Penguji kelulusan Bidan,
Asrinah masih terlibat aktif di sejumlah Akbid. “Sekarang saya hanya focus
mengajar di Polibara karena saya ingin berbagi ilmu dengan teman-teman
seperjuangan saya para bidan di Banjarnegara.” Katanya.
Asrinah mempunyai Obsesi “Obsesi saya adalah seluruh bidan di
Banjarnegara mempunyai pendidikan tinggi dan loyal mengabdi pada
Banjarnegara. Saya yakin pendidikan tinggi bagi bidan tersebut akan mengubah
sikap dan perilakunya dalam memberi pelayan yang lebih baik bagi masyarakat.
Dan dampak dari ini adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Oleh
karena itulah saya rajin mengkompori teman-teman Bidan untuk meningkatkan
kualifikasi pendidikannya. Wong saya yang berangkat dari DI Kebidanan juga
bisa meraih pendidikan tinggi, karena itu saya yakin teman-teman juga bisa.
Sedangkan loyalitas pada daerah yang saya inginkan adalah jangan sampai ketika
pendidikan tinggi dan pengalaman telah diraih terus pindah” begitu jelas
perempuan ayu yang sekarang ini menjabat sebagai Kepala seksi Kesehatan Ibu
dan Anak pada DKK. Saya optimis, lanjutnya, obsesi saya tersebut lebih cepat
tercapai. Hal ini tidak lepas dikarenakan semangat belajar teman-teman bidan di
Banjarnegara terhitung tinggi. “Sehingga berdasarkan data Bidan yang tengah
menempuh pendidikan tinggi sekarang ini, kita optimis pada tahun 2013, seluruh
Bidan aktif di Banjarnegara telah mempunyai kualifikasi lulusan DIII” katanya.
Perempuan energik ini yang masih membuka praktek Bidan di rumahnya
ini, istri dari Drs. Bambang Budi Setiono, M. Pd., Kepala Sekolah SMPN 2
Banjarnegara ini mampu melahirkan lima buah buku yang bertemakan kebidanan
yang menjadi keahliannya. Kelima judul bukunya adalah Menstruasi dan
Pemasalahannya, Asunan Kebidanan Masa Kehamilan, Asunan Kebidanan Masa
Persalinan, Konsep Kebidanan, dan Nyontek Aja Lagi.
Buku Nyontek Aja Lagi yang ditulisnya bersama mahasiswanya di
Politeknik Banjarnegara menggunakan konsep penulisan gaul ala anak muda era
sekarang. “Bahasanya lu-gw. Biar gampang dipahami. Judulnya dibuat menarik
agar orang membeli. Jadi sudah marketable. Tapi isinya tentang motivasi untuk
mencontek dalam hal kebaikan, yaitu mencontek kesuksesan orang lain” katanya.
Tak tanggung-tanggung bukunya diterbitkan oleh penerbit ternama Pustaka
Panasea dan Graha Ilmu. Pemasarannya pun sudah masuk di jaringan toko buku
ternama Gramedia.
Kini satu buah buku lagi hampir diselesaikannya yang mengupas
pengalaman bidan di lokasinya bertugas di wilayah Banjarnegara ini. “Kita ambil
sejumlah sample penelitian di wilayah tugas Bidan yang ekstrim yang ada di
pelosok Kalibening, Susukan, dan Purwonegoro. Saya ingin memaparkan analisa
saya bahwa kunci kesuksesan tugas bidan itu ada pada kemampuan
komunikasinya dengan masyarakat setempat” katanya.

Anda mungkin juga menyukai