Anda di halaman 1dari 4

1.

Peningkatan kemampuan produksi


2. Mengurangi ketergantungan impor

Kacang hijau (Vigna radiata) memiliki kelebihan dibandingkan tanaman pangan lainnya,
yaitu: (1) berumur genjah (55-65 hari), (2) lebih toleran kekeringan dengan kebutuhan air
untuk pertumbuhan kacang hijau relatif kecil, yakni 700-900 mm/tahun. Pada curah hujan
yang lebih rendah dari itu masih dapat tumbuh karena ia berakar dalam, (3) dapat ditanam
pada lahan yang kurang subur dan penyubur tanah karena bersimbiose dengan rhizobium dan
menghasilkan biomasa banyak (11-12 t/ha), (4) cara budidayanya mudah, cukup olah tanah
minimal dan biji disebar, (5) hama yang menyerang relatif sedikit dan (6) harga jual tinggi
dan stabil, (Kasno.A 2007).

Meningkatkan kemampuan produksi kacang hijau membutuhkan campur tangan pemerintah.


Salah satu upaya pemerintah yang telah tertuang pada

1. Memajukan teknologi sektor pertanian yang bertujuan meningkatkan produksi dalam


negeri, karena saat ini teknologi pertanian di Indonesia masih sangat tertinggal dari
negara2 lain.
2. Memberi subsidi pupuk kepada para petani agar menghasilkan produk yang
maksimal, karena harga pupuk yang semakin mahal membuat petani semakin
tertekan.
3. Menggenjot petani agar meningkatkan kuantitas dan kualitas produknya agar tidak
kalah dari produk komoditas impor.

Semakin bertambahnya populasi penduduk Indonesia meningkatkan permintaan masyarakat


terhadap kacang hijau. Namun demikian hal tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan
luas panennya. Bahkan luas panen panen kacang hijau cenderung menurun. Menurut data
BPS (2015b) pada tahun 2011 luas panen kacang hijau di Indonesia mencapai 297.315 ha dan
menurun hingga 182.075 ha pada tahun 2013. Luas panen komoditas itu meningkat kembali
hingga 229.475 ha pada 2015, akan tetapi tidak sebanyak luas panen sebelumnya. Oleh sebab
itu ekstensifikasi lahan merupakan salah satu solusi yang harus diupayakan. Ekstensifikasi
adalah perluasan areal pertanian ke wilayah yang sebelumnya tidak dipergunakan untuk
kepentingan budidaya tanaman yang diinginkan. Akan tetapi semakin maraknya alih fungsi
lahan produktif menjadi non pertanian, maka perluasan lahan yang dilakukan mulai meluas
hingga lahan marginal. Lahan marginal adalah lahan yang tidak layak untuk dijadikan areal
pertanian karena sifat alamiahnya.

Menurut Direktur Budidaya Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Kementerian Pertanian


Muchilzar Murkan, ketidakseimbangan itu terjadi karena petani lebih memilih menanam
tanaman kacang-kacangan jenis lain seperti kacang kedelai maupun kacang tanah.
Padahal, bila menilik harga jual di pasar lokal, bila dibandingkan dengan kacang kedelai,
harga kacang hijau jauh lebih tinggi.

Penurunan Ketergantungan Impor Kacang hijau dari Negara Lain


Permintaan kacang hijau makin meningkat dari tahun ke tahun dengan semakin beragamnya
produk olahan berbahan baku kacang hijau yang dihasilkan oleh industri skala rumah tangga
maupun industri besar (Ditjen Tanaman Pangan 2013). Dalam skala industri kecil, kacang
hijau umumnya diolah menjadi produk olahan bubur, olahan sayur seperti tauge, olahan kue
seperti yangko, kue satu, bakpao, biskuit, rempeyek kacang hijau dan bakpia. Dalam skala
menengah dan besar, kacang hijau di olah menjadi berbagai produk olahan pangan,
diantaranya tepung/pati untuk makanan bayi, susu, tepung hunkwe dan soun, olahan kosmetik
seperti shampo (Kementan 2013). Menanggulangi hal tersebut, diperlukan beberapa
intervensi untuk menekan volume impor kacang hijau di indonesia, antara lain:
1. Meningkatkan luas panen kacang hijau di Indonesia
Perkembangan luas panen kacang hijau di Indonesia cukup fluktuaktif. Dengan
melakukan perluasan lahan panen kacang hijau, dapat menekan jumlah impor oleh
Indonesia. Kacang hijau memliki kelebihan dibandingkan bahan pangan lainnya.
Kacang hijau lebih toleran kekeringan dengan kebutuhan air untuk pertumbuhan
kacang hijau relatif kecil, yakni 700-900 mm/tahun. Pada curah hujan yang lebih
rendah dari itu masih dapat tumbuh karena ia berakar dalam, dapat ditanam pada
lahan yang kurang subur dan penyubur tanah karena bersimbiose dengan rhizobium
dan menghasilkan biomasa banyak (11-12 t/ha). Maka dari itu, meningkatkan luas
panen dapat dilakukan dengan cara ekstensifikasi lahan merupakan salah satu solusi
yang harus diupayakan. Ekstensifikasi adalah perluasan areal pertanian ke wilayah
yang sebelumnya tidak dipergunakan untuk kepentingan budidaya tanaman yang
diinginkan. Selain itu memanfatkan lahan pertanian terlantar yang selama ini tidak
dibudidayakan (lahan tidur atau bongkor, dan kawasan hutan yang telah dilepas untuk
keperluan pertanian tetapi belum dimanfaatkan, atau lahan pertanian yang masih
dalam kawasan hutan.
2. Peningkatan sarana pertanian
Dukungan prasarana dan sarana pertanian bertujuan untuk meningkatkan indeks
pertanaman (IP), meningkatkan produktivitas dan produksi melalui upaya
memperluas lahan pertanian pada kawasan tanaman pangan untuk mengimbangi alih
fungsi lahan. Peningkatan sarana pertanian seperti bantuan pupuk bersubsidi, sarana
pembuatan pupuk organik, serta perbaikan distribusi pupuk bersubsidi agar pupuk
sampai kepada petani, biogas, sarana budidaya panen, pasca panen, pengolahan,
sarana pemasaran, dan meningkatkan ketersediaan alat mesin pertanian.
3. Memajukan teknologi sektor pertanian
Kemajuan dan pembangunan dalam bidang apapun tidak dapat dilepaskan dari
kemajuan teknologi, revolusi pertanian didorong oleh penemuan mesin mesin dan
cara cara baru dalam bidang pertanian. Apabila tidak ada perubahan dalam bidang
teknologi maka pembangunan pertanian pun berhenti . Teknologi modern merupakan
hal yang memang sangat dibutuhkan untuk di tengah fenomena turunnya luas lahan.
Inovasi teknologi pertanian berperan penting dalam meningkatkan produktivitas
pertanian, mengingat bahwa peningkatan produksi melalui perluasan lahan
(ekstensifikasi) sulit diterapkan di Indonesia, di tengah-tengah konversi lahan
pertanian produktif ke non pertanian semakin meluas. Dengan adanya peran teknologi
pertanian maka diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas hasil pertanian, serta
memudahkan bagi para pengelola sektor pertanian untuk mendapatkan hasil kerja
yang optimal. Akan tetapi teknologi pertanian di beberapa wilayah mungkin masih
belum sesuai untuk diterapkan secara keseluruhan, karena masih harus
mempertimbangkan beberapa faktor seperti kondisi alam, tenaga ahli yang
mengoperasikan peralatan, serta pengetahuan masyarakat tentang alat teknologi
pertanian.

Sub sistem distribusi


Produksi kacang hijau hingga kini masih terpusat di pulau Jawa. Pulau Jawa merupakan penghasil
utama kacang hijau di Indonesia, karena memberikan kontribusi lebih besar terhadap produksi
kacang hijau nasional dari pada pulau luar Jawa. Berikut ini merupakan

Anda mungkin juga menyukai