Anda di halaman 1dari 25

PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

MELALUI METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN


KOMPETENSI SISWA PADA MATERI CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP
DALAM MATA PELAJARAN IPA KELAS III SDS TIPAR KOTA
SUKABUMI
ABSTRAK

Anggie Isma Novia Yosef, Nim 821423643, Pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) Melalui Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Kompetensi
Siswa pada Materi Ciri – Ciri Makhluk Hidup dalam Mata Pelajaran IPA Kelas III
SD Tipar Kota Sukabumi, PKP UT 2013.2.
Rendahnya hasil belajar peserta didik kelas III SD Tipar Kota Sukabumi
menjadi latar belakang penelitian ini. Mata Pelajaran IPA umumnya dianggap
peserta didik sebagai salah satu ilmu yang sulit untuk dipahami. Hal ini
menimbulkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA tidak mencapai
hasil yang optimal.
Melalui pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) dengan metode
demonstrasi pada materi ciri-ciri makhluk hidup mata pelajaran IPA diharapkan
peserta didik terpacu minat dan semangatnya untuk mengikuti pembelajaran. Dengan
demikian hasil belajar peserta didik pun akan meningkat.
Penelitian ini terdiri dari 3 siklus yaitu siklus perbaikan pembelajaran, yaitu
siklus I pada tanggal 01 Agustus 2013, siklus ke II pada tanggal 22 Agustus 2013,
dan siklus ke III pada tanggal 29 Agustus 2013.
Setelah menggunakan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran ciri-
ciri makhluk hidup terdapat peningkatan hasil peserta didik pada tahap siklus I,
peserta didik yang tuntas dalam belajar hanya sebesar 53,61% pada siklus ke II
67,31% pada siklus ke III 80,76%.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan penerapan metode
demonstrasi menunjukan peningkatan motivasi keaktifan dalam kegiatan
pembelajaran dan peningkatan hasil belajar peserta didik secara signifikan.

1
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu universal yang mendesain
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran dalam berbagai disiplin ilmu
dan memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam perlu
diberikan kepada seluruh siswa khususnya siswa sekolah dasar sebagai pondasi
untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini untuk membekali
siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif
serta kemampuan bekerja sama.
Upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan seakan tidak
pernah berhenti. Banyak agenda yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan.
Beragam program inovatif ikut serta memeriahkan reformasi pendidikan.
Reformasi pendidikan adalah restruksisasi pendidikan, yakni memperbaiki pola
hubungan sekolah dengan lingkungannya dan memperbaiki pola
mengembangkan manajerialnya, pemberdayaan guru dan restrukrisasi model-
model pembelajaran ( Murphy, 1992 : 10 )
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam perlu diberikan kepada semua peserta
didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
berfikir logis, analistis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan
bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan
hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar.
Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik, akan ditentukan oleh
kerelevansian penggunaan suatu metode sesuai dengan tujuan. Berarti tujuan
pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat sesuai
dengan standar keberhasilan yang terpatri didalam suatu tujuan.

2
Berdasarkan hasil pengalaman dan pengamatan, penerapan/penggunaan
metode konvesional kerap pembelajaran kurang berhasil secara optimal. Dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang selama ini dilakukan biasanya guru
memberikan materi pembelajaran hanya dengan metode ceramah dan tanya jawab
saja, sehingga banyak diantara siswa yang kurang merasa tertarik yang akhirnya
berimbas kepada pemahaman siswa itu sendiri terhadap materi atau bahan ajar
yang disampaikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas, maka dapat
dirumuskan menjadi beberapa masalah khusus sebagai berikut:
1. Apakah Penggunaan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL)
Melalui Meteode Demontrasi pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
dapat meningkatkan perstasi siswa ?
2. Apakah Penggunaan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Melalui Meteode Demontrasi pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
dapat meningkatkan motivasi siswa kelas III secara emosional?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Untuk mengetahui apakah penggunaan metode aktif kreatif dapat
meningkatkan kompetensi siswa dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di
Kelas III SDS Tipar Kecamatan Citamiang Kota Sukabumi.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Bagi Siswa
Meningkatkan keterlibatan/partisipasi siswa dalam kegiatan belajar;

 Menumbuhkan motivasi dan rasa percaya diri siswa dalam kegiatan


pembelajaran;
 Meningkatkan hasil apa yang diharapkan dalam KKM.
2. Bagi Guru

 Menemukan strategi teknik belajar yang efektif untuk mencapai tujuan


pembelajaran;

3
 Untuk mengembangkan kreatifitas dan wawasan guru dalam mengelola
proses pembelajaran;
 Agar guru aktif selalu menggunakan metode, media dan model pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
 Meningkatkan kinerja sekolah melalui peningkatan professional guru;
 Meningkatkan prestasi sekolah;

 Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap sekolah.

A. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas


1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dibentuk dari 3 kata, yang memiliki
pengertian sebagai berikut :
a. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data
atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang
menarik minat dan penting bagi peneliti.
b. Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus
kegiatan untuk siswa.
c. Kelas, adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima
pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Dari ketiga kata di atas dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan
tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh
siswa.
2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
PTK memiliki ciri khusus, yaitu sikap refleksi yang berkelanjutan.
Berbeda dengan pendekatan penelitian formal yang sering mengutamakan
pendekatan empiris-eksperimental. Penelitian Tindakan Kelas lebih menitik

4
beratkan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian. Penelitian
Tindakan Kelas dilakukan secara terus menerus bertujuan untuk mendapatkan
kejelasan dan justifikasi tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran,
kekurang efektipan, dan sebagainya. Dari pelaksanaan sebuah tindakan kelas
dapat diambil manfaat guna memperbaiki proses tindakan pada siklus
kegiatan berikutnya.
3. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Pada intinya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bertujuan untuk memperbaiki
berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di
kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang
sedang belajar.
4. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Pihak-pihak yang baik langsung atupun tidak langsung akan mendapatkan
manfaat dari Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas adalah : a. Peneliti

Ada dua manfaat nyata yang menjadi efek apabila seorang guru
melaksanakan penelitian tindakan kelas. Pertama adalah dapat meningkatkan
kualitas hasil belajar siswa dan yang kedua, adalah merupakan salah satu
upaya untuk meningkatkan profesionalitas guru. Siswa
1) Dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
2) Memperbaiki proses dan hasil akhir siswa menjadi lebih baik serta
meningkat.
3) Meningkatkan aktifitas dan kreatifitas belajar siswa.
b. Lembaga pendidikan (sekolah)
1) Sekolah yang penelitinya sudah mampu membuat perubahan/perbaikan,
mempunyai kesempatan untuk maju pesat.
5. Tahapan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui :
a. Menyusun rancangan tindakan (planning/perencanaan).

5
b. Pelaksanaan Tindakan (acting), tahap ini merupakan implementasi atau
penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.
c. Pengamatan (observing), yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh
pengamat.
d. Refleksi (reflecting), merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa
yang sudah dilakukan.
6. Prinsif Penelitian Tindakan Kelas
Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang
penelitian tindakan, perlu kiranya dipahami bersama prinsip-prinsip yang harus
dipenuhi. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah :
a. Kegiatan nyata dalam situasi rutin
b. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja
c. SWOT sebagai dasar pijakan
d. Upaya empiris dan sistemik
e. Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan
7. Syarat Penelitian Tindakan Kelas
Adapun persyaratan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) itu sendiri adalah
sebagai berikut :
a. Harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran dan
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
b. Menuntut dilakukannya pencermatan secara terus menerus, ohjektif, dan
sistematis.
c. Dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang berurutan.
d. Terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah ditentukan, dalam
arti tidak mengubah jadwal yang berlaku.
e. Harus betul-betul disadari oleh pemberi maupun pelakunya.
f. Harus benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh
sasaran tindakan, yaitu siswa yang sedang belajar.

6
8. Obyek Penelitian Tindakan Kelas
Objek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) harus merupakan sesuatu yang
aktif dan dapat dikenai aktivitas, bukan objek yang sedang diam dan tanpa
gerak. Unsur-unsur yang dapat dijadikan sasaran/objek PTK tersebut adalah :
(1) siswa, (2) guru, (3) materi pelajaran, (4) peralatan atau sarana pendidikan,
meliputi peralatan, baik yang dimiliki oleh siswa secara perseorangan,
peralatan yang disediakan oleh sekolah, ataupun peralatan yang disediakan
dan digunakan di kelas dan di laboratorium, (5) hasil pembelajaran, (6)
lingkungan, dan (7) pengelolaan.
B. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
1. Hakikat Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Dra.
Poppy Dewi Puspita, MA, 2004 : 8).
Upaya untuk memahami kontekstual perlu dipahami pengertian
pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru dengan
cara mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-sehari
dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif yakni
konsrtuksional, bertanya menemukan, masyarakat belajar, pemodelan,
penalaran yang sebenarnya dan refleksi (Depdiknas. 2002:5). Mencermati
pengertian pembelajaran kontekstual di atas, maka ada hal pokok yang harus
diidentifikasikan, yaitu:
a. Materi yang diharapkan;
b. Situasi dunia nyata siswa

7
c. Pengetahuan yang dimiliki;
d. Penerapan dalam kehidupan sehari-hari; dan
e. Tujuh komponen utama pembelajaran efektif.
2. Pengertian Pembelajaran Kontekstual .
Pembelajran Kontekstual adalah, guru mengaktifkan peseta didik dan
melibatkan peserta didik dalam diskusi dengan seluruh kelas. Akan tetapi
strategi ini tidak terlalu efektif walaupun guru sudah berusaha mendorong
peserta didik untuk berpartisipasi. Kebanyakan peserta didik terpaku menjadi
penonton sementara arena kelas dikuasai oleh hanya segelintir peserta didik
(Karp dan Joels, 1988 dalam Lie, 1999).
Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
bekerja sama dengan peserta didik lainnya dalam tugas-tugas yang berstruktur
disebut sistem pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Pembelajaran
Kooperatif adalah suatu kondisi pembelajaran yang dengan segala upaya
setiap individu mendukung dan didukung individu lainnya dalam pencapaian
tujuan.
Sedangkan, pembelajaran kompetitif adalah kondisi pembelajaran yang
membuat peserta didik yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai bila peserta
didik lain tidak dapat mencapai tujuan tersebut. Pembelajaran kooperatif dapat
mengantar seluruh peserta didik pada keberhasilan bersama. keinginan dan
tujuan pribadi anggota lelompok merupakan keinginan dan tujuan kelompok.
Oleh karena itu. Anggota kelompok harus membantu teman kelompoknya
untuk melakukan upaya maksimal yang dapat membantu kelompok itu
berhasil dalam hal ini guru harus melakukan penilaian kepada kelompok agar
tercipta situasi kelompkok yang anggota –anggotanya saling mendukung satu
sama lain.
3. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual .
Pembelajaran yang dilaksakan dengan strategi Contextual Teaching and
Learning (CTL) memiliki karakteristik sebagai berikut:

8
a. Pembelajaran dilaksankan dalam konteks yang otentik,artinya
pembelajaran diarahkan agar peserta didik memiliki ketrampilan dalam
memecahkan masalah dalam konteks nyata atau pembelajaran diupayakan
dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (Learning In Real Life
Setting).
b. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengerjakan tugas –tugas yang bermakna (Meaningful Learning)
c. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna
kepada peserta didik (Learning by doing )
d. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompokPembelajaran
dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi
(Learnig in a Group).
e. Kebersamaan, kerja sama dan saling memahami satu dengan yang lain
secra mendalam merupakan aspek penting untuk menciptakan
pembelajaran yang menyenagkan (Learning to Know Each Other Deeply).

f. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kereativ,produktif,dan


mementingkan kerjasama (Learning To Ask,To inquiry, To Work
Together).
g. Pembelajaran dilaksanakan dengancara yang menyenangkan (Learning As
An Enjoy Activitiy).
Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL) biasa disebut
pilar, yaitu:
1) Pendekatan pembelajaran kontruktivisme merupakan salah satu
pendekatan yang lebih menekankan pada peserta didik, peserta didik
sebaiknya menentukan sendiri apa yang perlu dipelajarinya.
2) Mentukan (Inquiry)
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi

9
hasil menemukan sendiri, hal ini merupakan kesempatan untuk
pembelajaran bermakna.
3) Bertanya (Quistioning)
Bertanya merupakan salah satu komponen dalam proses pembelajaran
yang dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berpikir peserta didik.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar merupakan sekelompok orang yang terkait dalam
kegiatan belajar untuk berbicara dan berbagi ide, serta bekerjasama
dalam memaksimalkan kondisi belajar untukmencapai tujuan belajar
bersama.
5) Pemodelan ( Modeling)
Pemodelan adalah pemberian contoh yang dapat ditiru agar orang lain
mampu berpikir , bekerja,danbelajar.
6) Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang: apa yang baru dipelajari, dengan
cara Menganalisis dan merespon, melihat gambar melakukan kegiatan
dan menilai efektivitas kinerja.
7) Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian sebenarnya merupakan variasi strategi untuk mengevaluasi
pengetahuan dan ketrampilan peserta didik, serta sebagai alat kotrol
umpan balik proses pembelajaran .
C. Metode Demontrasi
1. Pengertian.
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara
langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan
pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan” (Muhibbin Syah, 2000:22).

10
2. Tujuan dan Manfaat Metode Demonstrasi.
A. Tujuan pengajaran menggunakan metode demonstrasi adalah untuk
memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa sesuai materi ajar, cara
pencapaiannya dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam
pengajarn kelas. Metode demonstrasi mempunyai beberapa kelebihan dan
kelekurangan.
B. Manfaat psikologis dari metode demonstrasi adalah :
1) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .
2) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
3) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat
dalam diri siswa.
3. Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi
a. Tahap Persiapan
b. Tahap Pelaksanaan
1) Langkah Pembukaan
2) Langkah pelaksanaan demonstrasi
3) Langkah mengakhiri metode demonstrasi
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008:211) kelebihan dan kekurangan
metode demonstrasi adalah sebagai berikut :
a. Kelebihan metode demonstrasi
1) Perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting
oleh guru sehingg hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. Di
samping itu, perhatian siswa pun lebih mudah dipusatkan kepada
proses belajar mengajar dan tidak kepada yang lainya.
2) Dapat membimbing siswa ke arahberpikir yang sama dalam satu
saluran pikiran yang sama.

11
3) Ekonmis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu
yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu
yang pendek.
4) Dapat mengurangi kesalahan-kesalahn bila dibandingkan dengan
hanya membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan
gambaan yang jelas dari hasil pengamatannya.
5) Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan
keterangan-keterangan yang banysk
6) Beberapa persoalan yang menimbulkan petanyaan atau keraguan dapat
diperjelas waktu proses demonstrasi.
b. Kekurangan metode demonstrasi
1) Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau
mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasi-kan
kadang-kadang terjadi perubahan yang tidak terkontrol.
2) Untuk mengadakan demonstrasi digunakan ala-alat yang khusus,
kadang-kadang alat itu susah didapat. Demonstrasi merupakan metode
yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati
secara seksama.
D. Kompetensi dan Karakteristik Siswa
1. Pengertian Komptensi siswa
a. Kompetensi
Usman (1994:1) mengemukakan kompentensi berarti suatu hal yang
menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang
kualitatif maupun yang kuantitatif. McAhsan (1981:45).
b. Siswa
Siswa/Siswi istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah. Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan,
yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi

12
manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Sebagai suatu komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai
pendekatan, antara lain: pendekatan social, pendekatan psikologis, dan
pendekatan edukatif/pedagogis.
c. Kompetensi Siswa
Dari pengertian-pertian diatas, Kompetensi Siswa dapat diartikan sebagai
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak yang dimiiki oles siswa.
2. Hakikat Kompetensi Siswa
kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga
ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik
dengan sebaik-baiknya.
Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk
melakukan kegiatan mental sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan
yang di perlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina,
kecekatan, kekuatan, dan keterampilan.
Depdiknas (2004:7) merumuskan definisi kompetensi sebagai
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak.Menurut Syah (2000:230), “kompetensi”
adalah kemampuan, kecakapan, keadaan berwenang, atau memenuhi syarat
menurut ketentuan hukum.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah
karakteristik dasar seseorang yang berkaitan dengan kinerja berkriteria efektif
dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu.

13
E. Mata Pelajaran IPA untuk Sekolah Dasar /Madrasah Ibtidaiyah.
1. Hakikat Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-
prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar.
2. Tujuan Mata Pelajaran IPA Pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.
Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut.
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam

14
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPA pada SD /MI
Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek
berikut.
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan
dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan
b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas
c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana
d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.
F. Hubungan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Melalui
Metode Demontrasi Terhadap Peningkatan Kompetensi Siswa Pada Materi
Makhluk Hidup Pada Mata Pelajaran IPA Kelas III SD Tipar Kota
Sukabumi
Fenomena empiris membuktikan, banyak di antara siswa yang sebenarnya
memiliki kemampuan tinggi, jika dipandang dari aspek kognitif, tetapi hasil
belajar yang dicapainya tergolong rendah, jika dipandang dari segi afektif; dan
dipandang tidak berhasil pula, jika tidak mampu mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari, kalau dipandang dari segi psikomotorik. Bagi siswa yang
telah berhasil dalam domain afektif, tentu ia akan berperilaku positif yaitu dengan
menggunakan bahasa yang baik dan benar, begitupun sebaliknya bagi siswa yang
belum berhasil dalam domain afektif, maka ia tidak mampu berbahasa dengan
baik dang benar.

15
A. Subyek, Tempat, dan Waktu Penelitian, Pihak yang membantu
1. Subyek Penelitian
Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada
Kompetensi Dasar Ciri-ciri Makhluk Hidup dengan Pendekatan Contextual
Teaching And Learning (CTL) melalui Metode Demontrasi dengan subyek
penelitian siswa kelas III Sekolah Dasar Tipar Kota Sukabumi Tahun Pelajaran
2013/2014 yang yang berjumlah : 46 orang terdiri dari 22 orang laki-laki dan 24
orang perempuan.
2. Tempat Penelitian
Penelitian perbaikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
dilaksanakan pada :
Nama Sekolah : Sekolah Dasar Tipar Kota Sukabumi
Alamat : Jl. Tipar Gg. Pesantren No.26 Kelurahan Tipar
Kecamatan Cibeureum - Kota Sukabumi
3. Waktu Penelitian
Penelitian Perbaikan pembelajaran dilaksanakan dengan tiga kali siklus, yang
masing-masing siklus dilaksanakan pada :
a. Penelitian Pra Siklus : Kamis, 25 Juli 2013
b. Penelitian Siklus I : Kamis, 01 Agustus 2013
c. Penelitian Siklus II : Kamis, 22 Agustus 2013
d. Penelitian Siklus III : Kamis, 29 Agustus 2013

4. Pihak yang Membantu Penelitian.


Dalam melaksanakan penelitian perbaikan pembelajaran, peneliti dibantu oleh
2 (dua) orang observer yang sekaligus sebagai Supervisor, yaitu :
 Observer 1 (Supervisor 1)
Nama : DENNY JUNAEDI, S.Pd.
NUPTK : 5448737638200002

16
 Observer 2 (Supervisor 2)
Nama : Juarsih , S.Pd

NIP : 195504321975022002
B. Desain Prosedur Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian Perbaikan Pembelajaran secara prosedurnya adalah dilaksanakan
secara kolaborasi (peneliti dengan tim lainnya seperti guru, Kepala Sekolah,
Sekolah Dasar Tipar Kota Sukabumi dan Supervisor yang juga sebagai observer)
bekerjasama, mulai dari tahap penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan
tindakan dalam siklus pertama, dan melakukan diskusi-diskusi yang bersifat
penyelidikan yang kemudian dilanjutkan pada langkah refleksi, terhadap siklus
pertama, kemudian mempersiapkan rencana modifikasi, koreksi atau
penyempurnaan pada siklus kedua dan seterusnya.
Agar Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat mencapai hasil perbaikan yang
maksimal, maka penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan sebanyak tiga
(3) kali siklus, pada siklus pertama (I), kedua (II), dan ketiga (III) terdapat
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi, yang
diuraikan sebagai berikut:
1. Siklus Pertama (I)
a. Perencanaan Tindakan
b. Pelaksanaan Tindakan
c. Observasi
d. Refleksi
2. Siklus Dua (II)
Sesuai dengan pembahasan pada tahap refleksi pertama, maka pada
siklus yang kedua (II) pun terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan refleksi sebagai berikut.

17
a. Perencanaan Tindakan
b. Pelaksanaan Tindakan
c. Observasi
d. Refleksi
3. Siklus Tiga (III)
Siklus ketiga (III) merupakan kegiatan tindakan lanjutan dari siklus yang
kedua (II) dari pembelajaran yang menggunakan Pendekatan Contextual
Teaching And Learning (CTL) melalui Metode Demontrasi dengan tahapan
yang sama seperti pada siklus pertama (I) dan kedua (II).
a. Perencanaan Tindakan
b. Pelaksanaan Tindakan
c. Observasi
d. Refleksi
C. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan (dalam Sugiyono 2009: 334), menyatakan “ Analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah
dipahami dan temuannya dapat mengorganisasikan data, menjabarkannya ke
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang
penting dan akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan
kepada orang lain.
Pengumpulan dan proses pengolahan data pada setiap siklus dilakukan secara
sistematis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Sumber Data
Sumber data dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa, peneliti dan
kolaborator sebagai berikut.
a. Siswa
b. Peneliti

18
c. Kolaborator
2. Teknik dan Alat Pengumpul Data
a. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) ini adalah observasi langsung, wawancara penyebaran
angket, dan catatan lapangan.
3. Alat Pengumpul Data
Adapun alat pengumpulan data yang digunakan dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini adalah lembar observasi, lembar wawancara, lembar
angket dan lembar catatan lapangan.
A. Kegiatan Pembelajaran
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan Tindakan
1) Mempersiapkan instrumen, instrumen yang dibutuhkan yaitu : Silabus
Pembelajaran, Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) dengan Lembar
Kerja Siswa (LKS) dan menyusun Evaluasi Hasil Belajar Siswa.
2) Menyusun Instrumen Observasi berupa lembar pangamatan atau daftar
pertanyaan .
B. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan pembelajaran meliputi tiga langkah yaitu kegiatan awal, kegiatan
inti dan kegiatan akhir
C. Pengamata
n Refleksi
Siklus ke I dari 46 orang siswa, dapat kita ketahui bahwa : 60,86 % (28 orang)
siswa senang belajar, 52,17 % (24 orang berani mengeluarkan pendapat), 52,17 %
(24 orang antusias dalam proses pembelajaran, 58,69 % (27 orang siswa berani
bertanya, 43,47 % (20 orang) siswa berani menjawab pertanyaan. 56,52 % (26 orang)
siswa menanggapi pertanyaan dari siswa lain, 54,34 % (25 orang) siswa aktif dalam

19
mengerjakan tugas kelompoknya, 52,17 % (24 orang siswa selesai tepat waktu, 52 17
% (24) orang siswa penguasaan materi setiap anggota. Menggambarkan keterlibatan
dan kualitas siswa. Hasil penelitian pada siklus pertama ini dari ke-9 aspek yang di
obeservasi di peroleh rata-rata 53,61 % maka dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan menggunakan Pendekatan
Contextual Teaching And Learning (CTL) melalui Metode Demontrasi dikelas III
Sekolah Dasar Tipar Kecamatan Citamiang Kota Sukabumi cukup baik.
1. Siklus kedua
a. Perencanaan tindakan
Berdasarkan refleksi pada siklus I maka dilakukan perubahan tindakan
meliputi :
1) Mempersiapkan silabus pembelajaran.
2) Menyusun instrument observasi lembar pengamatan atau daftar
pertanyaan
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pembelajaran meliputi 3 langkah yaitu :
1) Kegiatan Awal
2) Kegiatan Inti
3) Kegiatan akhir
c. Pengamatan
D. Refleksi
Siklus ke-2 dari 46 siswa, dapat kita ketahui bahwa : 60,21 % (30 orang)
siswa senang belajar, 60,86 % (28 orang berani mengeluarkan pendapat), 76,08%
(35 orang antusias dalam proses pembelajaran, 65,21 % (30 orang siswa berani
bertanya, 76,08 % (35 orang) siswa berani menjawab pertanyaan. 65,21 % (30
orang) siswa menanggapi pertanyaan dari siswa lain, 76,08 % (35 orang) siswa
aktif dalam mengerjakan tugas kelompoknya, 60,86 % (28 orang siswa selesai
tepat waktu, 65,21 % (30 orang) siswa materi yang telah diajarkan. Maka

20
dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada
siklus ke dua ini ada perubahan, maka disimpulkan bahwa proses pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan menggunakan Pendekatan Contextual
Teaching And Learning (CTL) melalui Metode Demontrasi di kelas III ada
perubahan dengan nilai “baik”.
3. Siklus ke 3
a. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan refleksi siklus ke dua maka dilakukan penyempurnaan
tindakan meliputi :
1) Mempersiapkan silabus pembelajaran,
2) Menyusun instrument observasi berupa lembar pengamatan dan atau
daftar pertanyaan
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pembelajaran meliputi 3 langkah yaitu kegiatan
awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
c. Pengamatan
D. Reflkeksi
Siklus ke-3 dari 46 siswa, dapat kita ketahui bahwa : 86,95 % (40 orang)
siswa senang belajar, 84,78 % (39 orang siswa berani mengeluarkan pendapat), 86,95
% (40 orang antusias dalam proses pembelajaran, 86,95 % (40 orang siswa berani
bertanya, 84,78 % (39orang siswa berani menjawab pertanyaan. 80,43 % (37 orang)
siswa berani menanggapi pertanyaan dari siswa lain, 80.43 % (39 orang) siswa aktif
dalam mengerjakan tugas kelompoknya, 76,08 % (35 orang siswa selesai tepat waktu,
76,68 % (35 orang siswa materi yang telah diajarkan. Hasil penelitia pada siklus ke 3
dapat diperoleh rata-rata 83.08 % maka dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran IPA dengan menggunakan Pendekatan Contextual Teaching And
Learning (CTL) melalui Metode Demontrasi di SD Tipar Kota Sukabumi “ Sangat
Baik “.

21
Melihat hasil penelitian yang dilakukan bahwa adanya peningkatan dan
perubahan perilaku yang terjadi pada siswa dalam proses pembelajaran, maka untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik rata-rata Siklus I, Siklus 2 dan Siklus 3.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan penelitian tindakan kelas dengan
menggunakan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) melalui
Metode Demontrasi pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di kelas
III Sekolah Dasar Tipar Kecamatan Citamiang Kota Sukabumi pada siklus 1, 2
dan 3 memperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL)
melalui Metode Demontrasi telah mampu membangkitkan minat
belajar siswa yang berdampak pada peningkatan hasil belajar dan pencapaian
KKM yang telah ditetapkan.
2. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada Kompentensi Makhluk
Hidup (Ciri-ciri Makhluk Hidup) meningkat dapat dilihat dari semakin
tingginya nilai kompetensi rata-rata pada setiap akhir uji.
3. Dengan menggunakan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran ciri-
ciri makhluk hidup terdapat peningkatan hasil peserta didik pada tahap siklus
I, peserta didik yang tuntas dalam belajar hanya sebesar 53,61% pada siklus
ke II 67,31% pada siklus ke III 80,76%.
4. Media pembelajaran yang digunakan dalam rancangan ini adalah media
pembelajaran yang langsung digunakan oleh siswa dalam belajar, untuk
mencapai tujuan pmbelajaran.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan penelitian ini ada beberapa saran yang perlu
disampaikan antara lain sebagai berikut :
1. Dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media langsung
bisa dilakukan didalam atau diluar kelas dengan memanfaatkan lingkungan

22
sekitar sebagai sarana belajar, selain pemilihan media. Selain itu dalam
melaksanakan pembelajaran harus lebih beragam agar tidak terjadi kebosanan
atau kejenuhan bagi peserta didik.
2. Hasil penelitian ini dapat diterapkan pada kelas-kelas yang lain yang memiliki
karakteristik yang sama.

23
DAFTAR PUSTAKA

Anonim,(1999)Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Direktorat Jendral


Dikdasmen Departemen Pendidikan Nasional.
-----------, Kegiatam Belajar Mengajar yang efektif. Jakarta : Pusat
Kurikulum Balitbang Depdiknas. 2003
----------, Standar isi dan Standar Kelulusan. Jakarta. BNSP. 2006
Atkinson, Richard. Pengantar Psikologi. Terjemahan Widjaya Kusuma.
Batam: Interaksara. 1992
Bahri. Syaiful. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta. 2005
Hamalik, Umar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. 2005
Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: Rosda Karya. 2005

24

Anda mungkin juga menyukai