Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Analisis rangkaian adalah analisis yang sedang dalam keadaan peralihan atau
keadaan transien. Gejala transien atau gejala peralihan merupakan salah satu peristiwa
dalam rangkaian listrik yang perlu kita perhatikan. Peristiwa ini biasanya berlangsung
hanya beberapa saat namun jika tidak ditangani secara baik dapat menyebabkan
terjadinya hal-hal yang sangat merugikan berupa kerusakan alat. Dalam sistem
penyaluran energi, pemutusan dan penyambungan rangkaian merupakan hal yang sering
terjadi. Operasi-operasi dapat menyebabkan terjadinya lonjakan tegangan yang biasa
disebut tegangan lebih. Tegangan lebih pada sistem juga terjadi manakala ada sambaran
petir yang mengimbaskan tegangan pada saluran transmisi. Tegangan lebih seperti ini
akan merambat sepanjang saluran transmisi berbentuk gelombang berjalan dan akan
sampai pada beban-beban yang terhubung pada sistem tersebut.
Di samping melalui saluran transmisi, sambaran petir juga mengimbaskan
tegangan secara induktif maupun kapasitif pada peralatan-peralata. Semua kejadian itu
merupakan peristiwa-peristiwa peralihan. Karena hubungan antara arus dan tegangan
pada induktor maupun kapasitor merupakan hubungan linier diferensial, maka persamaan
rangkaian yang mengandung elemen-elemen ini juga merupakan persamaan diferensial.
Persamaan diferensial ini dapat berupa persamaan diferensial orde pertama rangkaian
yang demikian ini disebut rangkaian atau sistem orde pertama.
Dengan pengertian bahwa suatu persoalan rangkaian listrik bukan tidak dapat
dipecahkan dengan hukum-hukum dasar atau konsep dasar ataupun dengan bantuan suatu
analisis tertentu. Pada rangkaian listrik dapat dilakukan dengan menggunakan teorema
tertentu dan nantinya pada implementasi penggunaan teorema tertentu akan diperlukan
suatu bantuan konsep dasar ataupun analisis rangkaian. Strategi yang umum digunakan
dalam menganalisis rangkaian listrik adalah melakukan penyederhanaan rangkaian
seminimal mungkin. Dalam hal ini, bagaimana caranya agar mendapatkan sub-rangkaian
paling sederhana di mana paling sedikit elemennya tanpa mengubah besarnya arus dan
tegangan di luar rangkaian.
Suatu rangkaian yang terhubung secara seri maupun paralel yang telah
kita pelajari sebelumnya merupakan contoh rangkaian yang sederhana. Pada rangkaian
sederhana yang mengkombinasikan tahanan-tahanan atau sumber-sumber yang seri atau
paralel dapat kita analisis dengan menggunakan prinsip pembagian arus dan tegangan
sesuai hukum yang telah dipelajari yaitu Hukum Ohm dan Hukum Kirchoff. Rangkaian-
rangkaian sederhana tersebut merupakan suatu latihan pemahaman dalam pemecahan
masalah untuk menolong kita memahami hukum-hukum dasar yang selanjutnya akan kita
gunakan dalam rangkaian-rangkaian yang lebih sukar atau lebih kompleks. Dalam
menyederhanakan analisis pada rangkaian yang lebih sukar diperlukan suatu metode
analisis yang lebih cocok dan mudah. Di antara metode-metode ini adalah superposisi,
loop, mesh, node voltage, teorema Thevenin dan teorema Norton. Teorema yang dibahas
antara lain teorema Thevenin, dan teorema Norton.
Teorema Thevenin adalah pengganti suatu rangkaian yang terdiri dari resistansi
dan sumber tegangan yang rumit. Dengan sebuah rangkaian ekivalen yang sederhana,
yang terdiri dari sebuah sumber tegangan yang terhubung secara seri dengan sebuah
resistansi tunggal. Tujuan sebenarnya dari teorema norton adalah untuk
menyederhanakan analisis rangkaian,yaitu membuat rangkaian pengganti yang berupa
sumber tegangan yang dihubungkan seri dengan suatu resistansi ekivalennya. Teorema
Thevenin adalah salah satu teori elektronika atau alat analisis yang menyederhanakan
suatu rangkaian rumit menjadi suatu rangkaian sederhana dengan cara membuat suatu
rangkaian pengganti yang berupa sumber tegangan yang dihubungkan secara seri dengan
sebuah resistansi yang ekivalen. Teorema Thevenin ini sangat bermanfaat apabila
diaplikasikan pada analisis rangkaian yang berkaitan dengan daya atau sistem baterai dan
rangkaian interkoneksi yang dapat mempengaruhi satu rangkaian dengan rangkaian
lainnya. Teorema Thevenin ini ditemukan oleh seorang insinyur yang berasal dari
Perancis yaitu M.L. Thevenin. Keuntungan menggunakan konversi Thevenin h untuk
menyederhanakan rangkaian, tentu saja agar nilai tegangan dan arus bisa dihitung lebih
mudah daripada dihitung dengan rangkaian aslinya.
Teorema Norton (Norton Theorem) adalah alat analisis yang dapat digunakan
untuk menyerderhanakan suatu rangkaian linear yang rumit menjadi rangkaian yang lebih
sederhana. Berbeda dengan Teorema Thevenin yang penyederhanaannya menggunakan
sumber tegangan (Voltage Source) ekivalen dengan merangkai resistor ekivalen secara
seri, Teorema Norton menyederhanakannya dengan menggunakan sumber Arus (Current
Source) ekivalen dan perangkaian resistor ekivalen secara paralel. Teorema Norton ini
berasal dua orang peneliti yang bernama Hans Ferdinand Mayer dari Siemens & Halske
dan Edward Lawry Norton dari Bell Labs. Karena ditemukan oleh dua orang peneliti,
Teorema Norton ini juga sering disebut dengan Teorema Mayer – Norton (Mayer –
Norton Theorem).
Thevenin dan Norton adalah dua yang paling banyak digunakan untuk teorema
menyederhanakan rangkaian linear untuk kemudahan analisis jaringan. Pada tahun 1883,
telegraf Perancis insinyur M.L Thevenin Teorema diterbitkan tentang analisis jaringan
metode. Empat puluh tiga tahun kemudian, insinyur Amerika E.L Norton di Bell
Telephone laboratorium menerbitkan sebuah teorema yang sama, tetapi ia menggunakan
sumber arusuntuk menggantikan sumber tegangan dalam rangkaian ekuivalen. Kedua
teorema negara bahwa setiap jaringan dua-terminal linear rumit dengan pasokan listrik
dapat disederhanakan. M.I. Thevenin telah membuat suatu lompatan kemajuan ketika
beliau menemukan sebuah teorema rangkaian yang setara yang disebut sebagai teorema
Thevenin. Sebuah teorema merupakan pernyataan yang dapat kita buktikan secara
matematis. Karena itulah, teorema bukan merupakan suatu definisi atau hokum. Thevenin
menemukan bahwa setiap rangkaian yang mempunyai loop ganda dapat disederhanakan
menjadi sebuah rangkaian yang hanya terdiri dari loop. Rangkaian bagaimana pun
rumitnya selalu dapat disederhanakan menjadi rangkaian loop tunggal. Itulah sebabnya
mengapa para insinyur dan teknisi yang berpengalaman sangat menggemari teorema
Thevenin karena dapat menyederhanakan sebuah rangkaian yang besar serta penuh
komplikasi menjadi sebuah rangkaian loop tunggal yang dapat dengan mudah
diselesaikan.
Teorema Thevenin membuat rangkaian rumit menjadi sederhana dengan
membuang resistansi beban dari rangkaian aslinya dan mereduksi rangkaian yang sudah
dibuang bebannya itu hingga menyisakan sebuah sumber yang tersusun seri dengan
sebuah resistor. Kemudian resistansi beban yang telah dibuang tadi disambung ulang ke
rangkaian yang telah tereduksi. Maka rankaian ini disebut rangkaian ekivalen Thevenin.
Rangkaian ini sudah mewakili rangkaian aslinya. Rangkaian ekivalen Thevenin bila
diturunkan dengan benar, akan mempunyai sifat yang sama seperti aslinya yang terdiri
dari B1, R1, R3, dan B2. Dengan kata lain, resistor beban (R2) tegangan dan arusnya
haruslah sama dengan nilai R2 saat berada pada rangkaian aslinya. Sebagai contoh bila
tahanan Thevenin 2 Ω, maka tahanan Norton adalah sebesar 2 Ω, yang berbeda adalah
tahanan Norton terhubung paralel dengan sumber tegangan. Dua buah hambatan R1 dan
R2 disusun paralel, dapat digantikan dengan sebuah resistor bernilai R3. Hambatan R3
disebut sebagai hambatan setara dari R1 dan R2, ditulis sebagai R1//R2 (R1 paralel R2).

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari percobaan ini agar:
1. Mampu menggunakan teorema Thevenin untuk menganalisa rangkaian.
2. Mampu menggunakan teorema Norton untuk menganalisa rangkaian.
3. Mampu membandingkan metode analisa rangkaian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sumber arus ideal adalah sumber yang menghasilkan arus yang tetap, tidak
bergantung pada tegangan dari sumber arus tersebut. Resistor sering juga disebut dengan
tahanan, hambatan, penghantar, atau resistansi di mana resistor mempunyai fungsi
sebagai penghambat arus, pembagi arus, dan pembagi tegangan. Nilai resistor tergantung
dari hambatan, jenis bahan, dan luas penampang resistor itu sendiri (Margunadi, 1990).
Sumber tegangan ideal adalah elemen sirkuit yang mempertahankan tegangan
output tanpa bergantung pada arus beban. Demikian pula, sumber arus ideal adalah
elemen sirkuit yang mempertahankan arus yang ditentukan tanpa bergantung pada
tegangan keluaran . Sumber arus merupakan sumber yang menyediakan arus konstan
tanpa dipengaruhi variasi resistansi beban. Sumber arus dapat dibuat dari kombinasi
dioda, transistor (BJT dan Mosfet), dan Op-Amp (Indarto, 2016).
Resistor merupakan salah satu komponen yang paling sering ditemukan dalam
Rangkaian Elektronika. Hampir setiap peralatan Elektronika menggunakannya. Pada
dasarnya Resistor adalah komponen Elektronika Pasif yang memiliki nilai resistansi atau
hambatan tertentu yang berfungsi untuk membatasi dan mengatur arus listrik dalam suatu
rangkaian Elektronika.Resistor atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan
Hambatan atau Tahanan dan biasanya disingkat dengan Huruf “R”. Satuan Hambatan
atau Resistansi Resistor adalah OHM (Ω) (Nawali, 2015).
Penerapan metode Thevenin dari suatu rangkaian atau jaringan yang rumit yang
terdiri dari banyak sumber tegangan dan impedansi-impedansi peralatan, pada prinsipnya
adalah menyederhanakan rangkaian yang rumit tersebut menjadi suatu model rangkaian
ekivalen Thevenin, yang terdiri dari satu sumber tegangan Thevenin dihubungkan seri
dengan sebuah impedansi Thevenin (Masykur, 2005)
Pada teorema ini berlaku bahwa : Suatu komponen atau elemen pasif yang dilalui
oleh sebuah arus yang mengalir (sebesar i) maka pada komponen pasif tersebut dapat
digantikan dengan sumber tegangan Vs yang mempunyai nilai yang sama saat arus
tersebut melalui komponen pasif tersebut. Jika pada komponen pasifnya adalah sebuah
resistor sebesar R, maka sumber tegangan penggantinya bernilai Vs = i.R dengan tahanan
dalam dari sumber tegangan tersebut sama dengan nol.

Gambar Teorema Substitusi


(Richard, 2003).

Rangkaian listrik yang akan dibahas pada elemen aktif adalah sumber tegangan
dan sumber arus. Sumber tegangan ideal yaitu suatu sumber yang menghasilkan tegangan
tetap, tidak tergantung pada arus yang mengalir pada sumber tersebut, meskipun teganga
tersebut merupakan fungsi dari t (Margunadi, 1990).

𝑙
R=ρ𝐴 … (2.1)

Di mana: ρ = hambatan jenis


l = panjang dari resistor
A= luas penampang
Satuan dari resistor : Ohm Ω
Jika suatu resistor dilewati oleh sebuah arus maka pada kedua ujung dari resistor tersebut
akan menimbulkan beda potensial atau tegangan. Jika diformulasikan dalam bentuk
rumus menjadi :

VR = I.R …(2.2)

(Margunadi, 1990).

M.I. Thevenin telah membuat suatu lompatan kemajuan ketika beliau


menemukan sebuah teorema rangkaian yang setara yang disebut sebagai teorema
Thevenin. Sebuah teorema merupakan pernyataan yang dapat kita buktikan secara
matematis. Karena itulah, teorema bukan merupakan suatu definisi atau hokum. Dengan
alasan itu, dapat mengklasifikasikan teorema sebagai suatu penurunan. Tegangan
Thevenin merupakan tegangan yang tampak pada terminal-terminal beban bila tahanan
beban terbuka atau tegangan beban terbuka (Sudirham, 2002).
Thevenin menemukan bahwa setiap rangkaian yang mempunyai loop ganda dapat
disederhanakan menjadi sebuah rangkaian yang hanya terdiri dari loop. Rangkaian
bagaimana pun rumitnya selalu dapat disederhanakan menjadi rangkaian loop tunggal.
Itulah sebabnya mengapa para insinyur dan teknisi yang berpengalaman sangat
menggemari teorema Thevenin karena dapat menyederhanakan sebuah rangkaian yang
besar serta penuh komplikasi menjadi sebuah rangkaian loop tunggal yang dapat dengan
mudah diselesaikan. Teorema Thevenin salah satu cara yang paling efisien untuk menyele
saikan rangkaian-rangkaian yang sangat rumit menjadi rangkaian yang kompleks. Dengan
kata lain untuk menyederhanakan suatu rangkaian loop ganda dengan sebuah tahanan
beban menjadi sebuah rangkaian pengganti loop tunggal dengan tahanan beban yang
sama. Pada rangkaian Thevenin, tahanan beban merasakan sebuah tahanan sumber yang
terhubung seri dengan sebuah tegangan . Selain itu, tegangan Thevenin didefinisikan
sebagai tegangan yang melewati terminal beban saat hambatan beban terbuka.
Definisinya: ETH = Eoc dengan Eoc merupakan singkatan dari open circuit voltage
(Sutrisno, 1986).
Rangkaian setara Thevenin yang merupakan penjelmaan dari Thevenin,
menyatakan setiap rangkaian dengan dua ujung atau gerbang tunggal dapat digantikan
dengan suatu sumber tegangan tetap atau suatu gaya gerak (ggl) dan suatu hambatan seri
dengan ggl tersebut. Kemudian ada pun hal penting dalam mencari hambatan Thevenin
yang merupakan hambatan yang diukur antar terminal saat seluruh sumber dibuat nol dan
hambatan beban terbuka. Menurunkan sumber menjadi nol memiliki arti yang berbeda
antara sumber tegangan dan sumber arus. Ketika menurunkan sumber tegangan menjadi
nol, secara efektif dapat menghubung singkat sumber karena hal tersebut merupakan satu-
satunya cara untuk menjamin tegangan nol ketika arus melewati sumber tegangan. Ktika
menurunkan sumber arus menjadi nol ketika ada tegangan pada sumber arus
(Sutrisno, 1986).
Untuk melaksanakan pengukuran pada keluaran suatu alat atau rangkaian, dapat
menentukan ETH dan RTH atau hambatan keluaran alat tersebut. Dengan menggunakan
voltmeter ETH dapat ditentukan dengan mengukur tegangan keluaran terbuka. Voltmeter
yang digunakan hendaknya mempunyai hambatan dalam jauh lebih besar daripada Ro
sehingga tak membebani rangkaian yang diukur (Sudirham, 2002).

Gambar 2.1 Rangkaian Sirkit


Pada gambar di atas, dengan teorema substitusi kita dapat melihat rangkaian
sirkit B dapat diganti dengan sumber tegangan yang bernilai sama saat arus melewati
sirkit B pada dua terminal yang diamati yaitu terminal a – b
Setelah kita dapatkan rangkaian substitusinya, maka dengan menggunakan teorema
superposisi didapatkan bahwa :
1. Ketika sumber tegangan V aktif/bekerja maka rangkaian pada sirkit linier A tidak
aktif (semua sumber bebasnya mati diganti tahanan dalamnya), sehingga didapatkan
nilai resistansi ekivalennya.

2. Ketika sirkit linier A aktif/bekerja maka pada sumber tegangan bebas diganti dengan
tahanan dalamnya yaitu nol atau rangkaian short circuit.

Dengan menggabungkan kedua keadaan tadi (teorema superposisi) maka didapatkan :

…(2.3)

Pada saat terminal a-b di open circuit (OC), maka i yang mengalir samadengan nol (i =
0), sehingga :

…(2.4)

Dari persamaan (2.3) dan (2.4) , didapatkan:

…(2.5)
(Ramdhani, 2005)
Tanda panah pada sumber arus Norton menunjukkan arah arus konversional, bila
melihat tanda panah pada suatu sumber arus, itu berarti bahwa electron-elektron mengalir
pada arah yang sebaliknya. Untuk mudahnya, dapat dibayangkan ujung dari tanda panah
menunjuk pada terminal positif dari sumber, sedangkan pangkal dari tanda panah
menyatakan terminal negative, maka harus mencantumkan sendiri tanda plus dan minus
biasanya tidak diperlihatkan pada gambar skema, maka harus mencantumkan sendiri
tanda plus dan minus secara luar kepala bila melihat symbol arus (Sudirham, 2002).

Teorema Thevenin menyatakan jika rangkaian seksi sumber pada hubungan dua
terminal adalah linier, maka sinyal pada terminal interkoneksi tidak akan berubah jika
rangkaian seksi sumber itu diganti dengan rangkaian ekivalen Thevenin. Teorema Norton
menyatakan jika rangkaian seksi sumber pada hubungan dua terminal adalah linier maka
sinyal sinyal pada terminal interkoneksi tidak akan berubah jika rangkaian seksi numerik
tersebut diganti dengan rangkaian ekivalen Norton (Sudirham, 2002).
Peristiwa pengisian muatan (charging) dan pengosongan muatan (discharging)
kapasitor memegang peranan penting dalam elektronika. Adanya sifat kapasitor yang
menyimpan muatan dari suatu sumber tegangan menimbulkan adanya arus yang hanya
timbul sebentar dalam rangkaian atau yang biasa disebut dengan arus transien. Jika
kapasitor dengan kapasitansi C dihubungkan dengan suatu muatan

Q = CV …(2.6)

Ada beberapa poin tentang teorema yang layak penekanan. Pertama, pembatasan
hanya bahwa harus memaksakan pada A dan B, selain mengharuskan sirkuit yang asli
terdiri A dan B menajdi j rangkaian linier, bahwa semua sumber tergantung di A
memiliki variable control mereka di A dan juga untuk B. Tidak ada pembatasan yang
dikenakan pada kompresksitas dari A dan B, salah satu mungkin mengandung kombinasi
dari sumber tegangan atau arus independen, linier tergantung tegangan atau arus sumber,
resistor, atau elemen sirkuit lainnya yang linier. Sifat umum dari teorema (dan buktinya)
akan memungkinkan untuk diterapkan pada jaringan yang mengandung induktor dan
kapasitor, yang linier elemen sirkuit pasif untuk didefinisikan dalam bab berikut. Pada
waktu bagaimana pun resistor satu-satunya elemen rangkaian pasif yang telah
didefinisikan, dan penerapan teorema Thevenin untuk jaringan resistif adalah sangat
sederhana kasus khusus. Jaringan mati A dapat diwakili oleh tunggal setara perlawanan,
RTH. Jika A adalah sebuah jaringan resistif yang aktif, maka jelas bahwa jaringan aktif A
dapat diganti dengan setara tunggal resistansi yang juga akan memanggil resistansi
Thevenin, karea perlawanan dilihat di terminal dari jaringan yang aktif A (Hayt, 1993).
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dlaksanakan pada hari Jum’at, 25 Oktober 2019 pukul 16.00 WITA
bertempat di Laboratorium Optik dan Fisika Modern Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Resistor, berfungsi sebagai penghambat dalam suatu rangkaian.
2. Power supply, berfungsi sebagai sumber tegangan.
3. Project board, berfungsi untuk meletakkan komponen-komponen rangkaian.
4. Multimeter, berfungsi untuk mengukur tegangan.

3.3 Prosedur Percobaan

Gambar 3.3 Rangkaian Percobaan

Mencari arus yang melewati resistor 470 Ω degan metode Thevenin dan Norton.

A. Metode Thevenin
1. Menyusun rangkaian seperti pada gambar beikut:

Gambar 3.3.1 Rangkaian Metode Thevenin

2. Mengukur tegangan ekivalen Theveninnya VTH


3. Mengukur nilai hambatan Thevenin RTH.
Gambar 3.3.2 Rangkaian Metode Thevenin
4. Menyusun rangkaian ekivalen Theveninnya yang disambung dengan resistor
470 Ω, dengan VTH yang didapatkan dari langkah 2, dan RTH yang didapatkan
dari langkah 3. Kemudian mengukur arus pada resistor 470 Ω.
5. Membandingkan hasilnya dengan hitungan.

B. Metode Norton
1. Menyusun rangkaian seperti pada gambar beikut:

Gambar3.3.3 Rangkaian Metode Norton

2. Mengukur arus ekivalen Norton (Inorton) Mengukur.


3. Mengukur nilai hambatan Rnorton dari gambar.
4. Menyusun rangkaian ekivalen Norton seperti pada gambar dan kuat arus pada
470 Ω.
5. Membandingkan hasilnya dengan hitungan tangan.

C. Metode Ukur Langsung


Menggunakan Amperemeter
1. Menyusun rangkaian seperti gambar.
2. Melepas hubungan antara resistor 100 Ω dan 470 Ω.
3. Pada hubungan yang terlepas iu keduanya dihubungkan dengan amperemeter.
4. Mencatat nilai arus yang terukur.
5. Mengulangi sebanyak 5 kali pengukuran.
Menggunakan Voltmeter
1. Menyusun rangkaian seperti gambar 3.3.1.
2. Mengukur tegangan pada resistor 470 Ω.
3. Mecatat nilai tegangan yang terukur.
4. Menghitung arus yang mengalir pada resistor tersebut dengan persamaan
R=V/I.
5. Mengulangi sebanyak 5 kali pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA

Richard, B. 2003. Dasar Elektronika. Yogyakarta : ANDI

Hayt, W. H. & Jack E. Kemmerly. 1993. Engineering Circuit Analysis Fifth Edition. New
York : Mc-Graw-Hill, inc

Indarto, B. dkk. 2016. Rancang Bangun Sistem Pengukuran Resistivitas Geolistrik


dengan menggunakan Sumber Arus Konstan. Jurnal Fisika dan
Aplikasinya. Vol. 12 (2): 83-89.

Malvino. 1990. Prinsip-prinsip Elentronika. Jakarta : Erlangga.

Margunadi, A.R.1990. Dasar Teori Rangkaian. Erlangga. Jakarta.

Nawali, E.D. dkk. 2015. Rancang Bangun Alat Penguras Dan Pengisi Tempat Minum
Ternak Ayam Berbasis Mikrokontroler Atmega 16. E-Journal Teknik
Elektro dan Komputer. Vol. 4 (7): 25-34.

Ramadhani, M. 2005. Rangkaian Listrik. Jakarta : Erlangga

SJ, Masykur. 2005. Analisis Gangguan Hubung Singkat Tiga Phasa Pada Sistem
Tenaga Listrik Dengan Metode Thevenin. Jurnal Sistem Teknik Industri
Volume 6, No. 3.
Sudirham, S. 2002. Analisis Rangkaian Listrik. Bandung: Penerbit ITB.

Sutrisno. 1986. Elektronika Teori dan Penerapannya. Bandung : ITB


TUGAS PENDAHULUAN

1. Hitunglah arus pada 100Ω dengan metode Thevenin dan Norton !

Jawab :
1. a). Thevenin

∑V=0
Rek = 1 kΩ + 1 kΩ = 2000 Ω
5 – 10 + 2000 I = 0
Iab = 5/2000 = 0,0025 A
Vab = Iab .R1 + 5V
=0.0025 .1000 + 5 = 7.5 V

Ith =Vth / Rth Rab = ½ kΩ


= 7.5/600 = 500Ω
= 0.0125 Arab = Rab+R
= 500+100
= 600Ω
b).Norton
Rnorton
Iload = . Inorton
Rnorton  Rload
500
= .0.025 = 0.0125A
500  100
2. Sebutkan dan jelaskan teorema lain untuk analisis rangkaian selain dua teorema
diatas
Jawab:
Teorema untuk menyelesaikan rangkaian listrik adalah
a. Teorema superposisi adalah teorema yang berlaku untuk semua rangkaian linear
dan bilateral, jadi berlaku juga untuk semua rangkaian-rangkaian yang terdiri dari
R,L,C asal saja elemen-elemen inear dan bilateral. Suatu elemen dikatakan linear
bila antara tegangan pada elemen itu dan arus yang disebabkan oleh tegangan
tersebut mempunyai hubungan yang libear bila dihubungkan pada elemen itu.
Dikatakan bilateral apabila arus atau tegangan akan mengalir pada sama besarnya
untuk kedua arah.
b. Teorema node voltage atau metode cabang adalah metode untuk menentukan
tegangan (beda potensial) antara “node” (titik-titik dimana unsur atau cabang
terhubung) dalam sebuah sirkuit listrik dalam hal cabang arus. Dalam
menganalisis suatu rangkaian yang menggunakan rangkaian hukum kirchoff,
salah satu sentral dapat melakukan analisis menggunakan hukum arus kirchoff
(KCL) atau analisis mesh menggunakan hukum tegangan kirchoff (KVL).
c. Teorema analisis loop adalah arus yang dimisalkan mengalir dalam suatu loop
(lintasan tertutup). Arus loop sebenarnya tidak dapat diukur (arus pemisalan).
Berbeda dengan analisis node, pada analisis ini berprinsip pada hukum II/KVL
dimana jumlah tegangan pada suatu lintasan tertutup sama dengan nol atau arus
merupakan parameter yang tidak diketahui. Analisis ini dapat diterapkan pada
rangkaian.
d. Teorema substitusi adalah suatu komponen atau elemen pasif yang dilalui oleh
sebuah arus yang mengalir (sebesar i) maka pada komponen pasif tersebut dapat
digantikan dengan sumber tegangan Vs yang mempunyai nilai yang sama saat
arus tercebut melalui komponen pasif tersebut jika pada komponen pasifnya
adalah sebuah resistor sebesar R, maka sumber tegangan penggantinya bernilai
Vs = i.R dengan tahanan dalam dari sumber tersebut sama dengan nol.

Anda mungkin juga menyukai