Disusun Oleh :
Dinda Rizky Tiara (1702098)
M. Abu Tauhid (1702
Susi Era Wati (17021
D3 Keperawatan
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahNya
kami dapaat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Anak Pada TORCH.
Dalam penyusunan makalah ini , kami sebagai penulis tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk ini penuli mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dalam menulis makalah ini.
2. Semua pihak yang tidak mungkin kami sebutkan satu per satu.
Kami menyadari makalah inimasih jauh dari kata sempurna.untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membngun dari berbagai pihak demi
sempurnanya makalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis mupun bagi
pembaca.
September 2018
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit TORCH merupakan kelompok infeksi beberapa jenis virus yaitu
parasit Toxoplasma gondii, virus Rubella, CMV (Cytomegalo Virus), virus Herpes
Simplex (HSV1 – HSV2) dan kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya
lebih terbatas (misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, Vassinia, Polio dan
Coxsackie-B).
Penyakit TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan berbagai
keluhan yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik
pria maupun wanita. Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan
pertumbuhan pada bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka ragam. Infeksi
TORCH juga dapat menyerang semua jaringan organ tubuh, termasuk sistem saraf
pusat dan perifeir yang mengendalikan fungsi gerak, penglihatan, pendengaran, sistem
kadiovaskuler serta metabolisma tubuh.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud torch?
2. Apa yang menyebabkan torch?
3. Bagaimana patofisiologi torch?
4. Apa saja klasifikasi toch?
5. Bagaimana penatalaksanaan torch?
C. Tujuan
Adapun tujun penulisan dari makalah ini adalah:
1. Memberikan informasi kepada pembaca tentang torch.
2. Mahasiswa dapat mengetahui Asuhan keperawatan torch.
3. Menambah dan memperluas pengetahuan tentang torch.
1
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gahungan dari 4 jenis penyakit infeksi
yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes. Keempat jenis penyakit infeksi
ini, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil. Kini diagnosis
untuk penyakit infeksi telah berembang antara lain kearah pemeriksaan secara
imonologis. Prinsip dari pemeriksan ini adalah deteksi adanya zat anti (Anti Body) yang
spesifik terhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhdap
adanya benda asing (kuman, antibody yang terburuk dapat berupa imonoglobin M
(lgM) dan imonoglobin G (lgG).
a. Toxoplasma
Disebabkan oleh parasite yang disebut Toxoplasma Gondi. Pada umumnya infers
ini terjadi tanpa disertai gejala yang spesifik. Toxoplasma yang disertai gejala
ringan mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah demam, dan umumnya tidak
menimbulkan masalah. Infeksi toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang
hamil atau pada orang dengan sisitem kekebalan tubuh terganggu. Jika wanita hamil
terinfeksi toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan atau
keguguran 4% atau lahir mati 3% atau bayi menderita toxoplasma bawaan, gejala
dapat muncul setelah dewasa.
b. Rubella
Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran
kelenjar getah bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang
anak-anak dan dewasa muda. Infeksi Rubella berbahaya bila terjadi pada wanita
hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya.jika infeksi terjadi
pada bulan pertama kehamilan maka resiko terjadinya kelainan adalah 50%,
sedangkan jika infeksi terjadi trimester pertama maka resikonya menjadi 25%
(menurut America College of Obstatrician and Gvnecologists,1981).
c. Cytomegalovirus
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini termasuk golongan
virus keluarga herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat
tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi
yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil. Jika ibu
terinfeksi, maka janin yang dikandung mempunyai resiko tertular sehingga
mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran otak, ketulian
retardasi mental, dan lain-lain.
d. Herpes
Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh herpes simpleks tipe II
(HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut
2
syaraf sensorik dan berdiam diganglion sistem syaraf otonom. Bayi yang dilahirkan
dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada kuli, tetapi hal
ini tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui. Infeksi HSV II pada bayi
yang baru lahir dapat berakibat fatal (lebih dari 50 kasus).
B. Etiologi
a. Toxoplasma
Infeksi toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi.
Tokoplasma gondi adalah protozoa yang dapat ditemukan pada pada hampir semua
hewan dan unggas berdarah panas. Akan tetapi kucing adalah inang primernya.
Kotoran kucing pada makanan yang berasal dari hewan yang kurang masak, yang
mengandung oocysts dari toxoplasma gondi dapat menjadi jalan penyebarannya.
Contoh lainnya adalah pada saat berkebun atau saat membenahi tanaman
dipekarangan, kemudian tangan yang masih belum dibersihkan melakukan kontak
dengan mulut.
b. Rubella
Virus ini pertama kali ditemukan di amerika pada tahun 1966, Rubella pernah
menjadi endemic di banyak negara di dunia, virus ini menyebar melalui droplet.
Periode inkubasinya adalah 14-21 hari.
c. Cytomegalovirus
Penularan CMVakan terjadi jika ada kontak langsung dengan ciran tubuh penderita
seperti air seni, air ludah, air mata, sperma dan aiSr susu ibu. Bisa juga terjadi
karena transplatasi organ.Kebanyakan penularan terjadi karena cairan tubuh
penderita menyentuh tangan individu yang rentan.Kemudian diabsorpsi melalui
hidung dan tangan.Teknik mencuci tangan dengan sederhana manggunakan sabun
cukup efektif untuk membuang virus dari tangan.Golongan sosial ekonomi rendah
lebih rentan terkena infeksi.Rumah sakit juga marupakan tempat penularan virus
ini, terutama unit dialisis, perawatan neonatal dan ruang anak.Penularan melalui
hubungan seksual juga dapat terjadi melalui cariran semen ataupun lendir
endoserviks. Virus juga dapat ditularkan pada bayi melalui sekresi vagina pada saat
lahir atau pada ia menyusu. Namun infeksi ini biasanya tidak menimbulkan tanda
dan gejala klinis.Resiko infeksi kongenital CMV paling besar terdapat pada wanita
yang sebelumnya tidak pernah terinfeksi dan mereka yang terinfeksi pertama kali
ketika hamil.Meskipun jarang, sitomegalovirus kongenital tetap dapat terulang pada
ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan sitomegalovirus kongenital pada
kehamilan terdahulu.Penularan dapat terjadi pada setiap saat dalam kehamilan
tetapi semakin muda umur kehamilan semakin berat gejala pada janinnya.Infeksi
CMV lebih sering terjadi di negara berkembang dan di masyarakat denga status
sosial ekonomi lebih rendah dan merupakan penyeirus paling signifikan cacat lahir
di negara-negara industri. CMV tampaknya memiliki dampak besar pada parameter
pada kekebalan tubuh di kemudian hari dan dapat menyebabkan peningkatan
morbiditas dan kematian.
3
d. Herpes
Virus herpes simpleks tipe I dan II merupakan virus horminis DNA. Pembagian tipe
I dan II berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic, dan
lokasi klinis (tempat predileksi)
C. Patofisiologi
a. Toxoplasma
Toxoplasma gondii adalah parasit protozoa yang merupakan salah satu penyebab
kelainan kongenital yang cukup dominan dibandingkan penyebab lainnya yang
tergolong dalam TORCH. Hospes primernya adalah kucing. Kucing ini telah
mempunyai imunitas, tetapi pada saat reinfeksi mereka dapat menyebarkan
kembali sejumlah kecil ookista. Ookista ini dapat menginfeksi manusia dengan
cara memakan daging, buah-buahan, atau sayuran yang terkontaminasi atau karena
kontak dengan faeces kucing. Dalam sel–sel jaringan tubuh manusia, akan terjadi
proliferasi trophozoit sehingga sel–sel tersebut akan membesar. Trophozoit akan
berkembang dan terbentuk satu kista dalam sel, yang di dalamnya terdapat
merozoit. Kista biasanya didapatkan di jaringan otak, retina, hati, dan lain-lain yang
dapat menyebabkan kelainan pada organ-organ tersebut, seperti microcephali,
cerebral kalsifikasi, chorioretinitis, dll. Kista toksoplasma ditemukan dalam daging
babi atau daging kambing. Sementara itu, sangat jarang pada daging sapi atau
daging ayam. Kista toksoplasma yang berada dalam daging dapat dihancurkan
dengan pembekuan atau dimasak sampai dagingnya berubah warna. Buah atau
sayuran yang tidak dicuci juga dapat menstranmisikan parasit yang dapat
dihancurkan dengan pembekuan atau pendidihan. Infeksi T.gondii biasanya tanpa
gejala dan berlalu begitu saja. Setelah masa inkubasi selama lebih kurang 9 hari,
muncul gejala flu seperti lelah, sakit kepala, dan demam yang dapat muncul hampir
bersamaan dengan limpadenopati, terutama di daerah serviks posterior.
b. Rubella
Kematian pada post natal rubella biasanya disebabkan oleh enchepalitis. Pada
infeksi awal, virus akan masuk melalui traktus respiratorius yang kemudian akan
menyebar ke kelenjar limfe sekitar dan mengalami multiplikasi serta mengawali
terjadinya viremia dalam waktu 7 hari. Janin dapat terinfeksi selama terjadinya
viremia maternal. Saat ini, telah diketahui bahwa infeksi plasenta terjadi pada 80%
kasus dan risiko kerusakan jantung, mata, atau telinga janin sangat tinggi pada
trisemester pertama. Jika infeksi maternal terjadi sebelum usia kehamilan 12
minggu, 60% bayi akan terinfeksi. Kemudian, risiko akan menurun menjadi 17%
pada minggu ke-14 dan selanjutnya menjadi 6% setelah usia kehamilan 20 minggu.
Akan tetapi, plasenta biasanya terinfeksi dan virus dapat menjadi laten pada bayi
yang terinfeksi kongenital selama bertahun-tahun.
c. Cytomegalovirus (CMV)
Penyakit yang disebabkan oleh Cytomegalovirus dapat terjadi secara kongenital
saat bayi atau infeksi pada usia anak. Kadang-kadang, CMV juga dapat
menyebabkan infeksi primer pada dewasa, tetapi sebagian besar infeksi pada usia
4
dewasa disebabkan reaktivasi virus yang telah didapat sebelumnya. Infeksi
kongenital biasanya disebabkan oleh reaktivasi CMV selama kehamilan. Di negara
berkembang, jarang terjadi infeksi primer selama kehamilan, karena sebagian besar
orang telah terinfeksi dengan virus ini sebelumnya. Bila infeksi primer terjadi pada
ibu, maka bayi akan dapat lahir dengan kerusakan otak, ikterus dengan pembesaran
hepar dan lien, trombositopenia, serta dapat menyebabkan retardasi mental. Bayi
juga dapat terinfeksi selama proses kelahiran karena terdapatnya CMV yang banyak
dalam serviks. Penderita dengan infeksi CMV aktif dapat mengekskresikan virus
dalam urin, sekret traktus respiratorius, saliva, semen, dan serviks. Virus juga
didapatkan pada leukosit dan dapat menular melalui tranfusi.
d. Herpes
HSV merupakan virus DNA yang dapat diklasifikasikan ke dalam HSV 1 dan 2.
HSV 1 biasanya menyebabkan lesi di wajah, bibir, dan mata, sedangkan HSV 2
dapat menyebabkan lesi genital. Virus ditransmisikan dengan cara berhubungan
seksual atau kontak fisik lainnya. Melalui inokulasi pada kulit dan membran
mukosa, HSV akan mengadakan replikasi pada sel epitel, dengan waktu inkubasi 4
sampai 6 hari. Replikasi akan berlangsung terus sehingga sel akan menjadi lisis
serta terjadi inflamasi lokal. Selanjutnya, akan terjadi viremia di mana virus akan
menyebar ke saraf sensoris perifer. Di sini virus akan mengadakan replikasi yang
diikuti penyebarannya ke daerah mukosa dan kulit yang lain2,4,9,10.
Dalam tahun-tahun terakhir ini, herpes genital telah mengalami peningkatan. Akan
tetapi, untungnya herpes neonatal agak jarang terjadi, bervariasi dari 1 dalam 2.000
sampai 1 dalam 60.000 bayi baru lahir. Tranmisi terjadi dari kontak langsung
dengan HSV pada saat melahirkan. Risiko infeksi perinatal adalah 35--40% jika ibu
yang melahirkan terinfeksi herpes genital primer pada akhir kehamilannya.
5
- Pada janin
Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi pada
janinnya adalah abortus spontan atau keguguran, lahir mati, atau bayi menderita
Toxoplasmosis bawaan.Pada awal kehamilan infeksi toksoplasma dapat
menyebabkan aborsi dan biasanya terjadi secara berulang.Namun jika
kandungan dapat dipertahankan, maka dapat mengakibatkan kondisi yang lebih
buruk ketika lahir. Diantaranya adalah :
Lahir mati (still birth)
Icterus, dengan pembesaran hati dan limpa
Anemia
Perdarahan
Radang paru
Penglihatan dan pendengaran kurang
Dan juga gejala yang dapat muncul kemudian, seperti kelainan mata dan
telinga, retardasi mental, kejang-kejang dan ensefalitis selain itu juga
dapat merusak otak janin.
Resiko terbentuk dari terjangkitnya infeksi ini pada janin adalah saat
infeksi maternal akut terjadi di trimester ketiga
b. Rubella
Rubella menyebabkan sakit yang ringan dan tidak spesifik pada orang dewasa,
ditandai dengan cacar-seperti ruam,demam dan infeksi saluran pernafasan atas.
Sebagian besar Negara saat ini memiliki program vaksin rubella untuk bayi dan
wanita usia subur dan hal ini merupakan bagian dari screening prakonsepsi. Ibu
hamil secara rutin diperiksa untuk antibody rubella dan jika tidak memiliki
kekebalan akan segera diberikan vaksin rubella pada periode postnatal. Fakta-fakta
terkini menganjurkan bahwa kahamilan yang disertai dengan pemberian vaksin
rubella tidak seberbahaya yang dipikirkan.Infeksi terberat terjadi pada trimester
pertama dengan lebih dari 85% bayi ikut terinfeksi.Bayi mengalami vireamia, yang
menghambat pembelahan sel dan menyebabkan kerusakan perkembangan
organ.Janin terinfeksi dalam 8 minggu pertama kehamilan.Oleh karena itu memiliki
resiko yang sangat tinggi untuk mengalami multiple defek yang mempengaruhi
mata, system kardiovaskuler, telinga, dan system saraf.Arbosi spontan mungkin
saja terjadi. Ketulian neurosensory seringkali dsebabkan oleh infeksi setelah gestasi
14 minggu dan beresiko kerusakan janin sampai usia 24 minggu. Pada saat lahir,
restriksi pertumbuhan intrauterine biasanya disertai hepatitis, trombositopenia, dan
penyakit nerologis seperti mikrosefali atau hidrosefali.
c. Cytomegalovirus
Gejala CMV yang muncul pada wanita hamil minimal dan biasanya mereka tidak
akan sadar bahwa mereka telah terinfeksi. Namun jika ini merupakan infeksi
primer, maka janin biasanya juga beresiko terinfeksi.Infeksi tersebut baru dapat di
kenali setelah bayi lahir.Diantara bayi tersebut baru dapat dikenali setelah bayi
lahir. Diantara bayi tersebut hanya ada 30% diketahui terinfeksi di dalam Rahim
dan kurang dari 15% akan menampakan gejala pada saat lahir. Hanya pada individu
dengan penurunan daya tahan dan pada masa pertumbuhan janin sitomegalovirus
menampakan virulensinya pada manusia. Pada wanita normal sebagian besar adalah
6
asimptomatik atau subkliik, tetapi bila menimbulkan gejala akan tampak gejala
antara lain :
- Mononucleosis-like syndrome yaitu demam selama 3 minggu. Secara klinis
timbul gejala lethargi, malaise dan kelainan hematologi yang sulit dibedakan
dengan infeksi mononucleosis (tanpa tonsillitis atau faringitis dan limfadenopati
servikal). Kadang-kadang tampak gambaran seperti hepatitis dan limfositosis
atipik. Secara klinis infeksi sitomegalovirus juga mirip dengan infeksi virus
Epstein – bar dan dibedakan dari hasil tes heterrofil yang negative. Gejala ini
biasanya self limitting tetapi komplikasi serius dapat pula terjadi seperti
hepatitis, peneumonitis, ensefalitis, miokarditis, dan lain-lain. Penting juga
dibedakan dengan tokso plasmosis dan hepatitis B yang juga mempunyai gejala
serupa.
- Sendroma post transfusi. Viremia terjadi 3-8 minggu setelah transfusi. Tanpak
gambaran panas kriptogenik, splenomegali, kelainan biokimia dan hematologi.
Sindroma ini juga dapat terjadi pada tranplantasi ginjal.
- Penyakit sistemik luas antara lain neomonits yang mengancam jiwa yang dapat
pasien dengan infeksi kronis dengan thymoma atau pasien dengan kelainan
sekunder dari proses imonologi ( seperti HIV tipe 1 atau 2)
d. Herpes
Tidak seperti virus rubella, sitomegalovirus dapat menginfeksi hasil konsepsi setiap
saat dalam kehamilan. Bila infeksi terjadi pada masa organogenesis (trimester I)
atau selama periode pertumbuhan dan perkembangan aktif (trimester II) dapat
terjadi kelainan yang serius. Juga didapatkan bukti adanya korelasi antara lamanya
infeksi intrauterine dengan embriopati. Pada trimester I infeksi kongenital
sitomegalovirus dapat menyebabkan premature, mikrosefali, IUGR, klasifikasi
intracranial pada ventrikel lateral dan traktus olfaktoris, sebagian besar terdapat
korioretinitis, juga terdapat retardasi mental, hepatosplenomegali, ikterus, purpora
trombositopeni, DIC. Infeksi pada trimester III berhubungan dengan kelainan yang
bukan disebabkan karena kegagalan pertumbuhan somatic atau pembentukan
psikomotor.
E. Pemeriksaan Diagnostik
7
F. Penatalaksanaan Prinsip Keperawatan dan Terapi Medis
Adanya infeksi-infeksi ini dapat dideteksi dari pemeriksaan darah. Biasanya ada
2 petanda yang diperiksa untuk tiap infeksi yaitu Imunoglobulin G (IgG) dan
Imunoglobulin M (IgM). Normalnya keduanya negatif. Jika IgG positif dan IgMnya
negatif,artinya infeksi terjadi dimasa lampau dan tubuh sudah membentuk antibodi.
Pada keadaan ini tidak perlu diobati. Namun, jika IgG negatif dan Ig M positif, artinya
infeksi baru terjadi dan harus diobati. Selama pengobatan tidak dianjurkan untuk hamil
karena ada kemungkinan infeksi ditularkan ke janin. Kehamilan ditunda sampai 1 bulan
setelah pengobatan selesai (umumnya pengobatan memerlukan waktu 1 bulan). Jika
IgG positif dan IgM juga positif,maka perlu pemeriksaan lanjutan yaitu IgG Aviditas.
Jika hasilnya tinggi,maka tidak perlu pengobatan, namun jika hasilnya rendah maka
perlu pengobatan seperti di atas dan tunda kehamilan. Pada infeksi Toksoplasma,jika
dalam pengobatan terjadi kehamilan, teruskan kehamilan dan lanjutkan terapi sampai
melahirkan.Untuk Rubella dan CMV, jika terjadi kehamilan saat terapi, pertimbangkan
untuk menghentikan kehamilan dengan konsultasi kondisi kehamilan bersama dokter
kandungan anda. Pengobatan TORCH secara medis diyakini bisa dengan menggunakan
obat-obatan seperti isoprinocin, repomicine, valtrex, spiromicine, spiradan, acyclovir,
azithromisin, klindamisin, alancicovir, dan lainnya. Namun tentu pengobatannya
membutuhkan biaya yang sangat mahal dan waktu yang cukup lama. Selain itu, terdapat
pula cara pengobatan alternatif yang mampu menyembuhkan penyakit TORCH ini,
dengan tingkat kesembuhan mencapai 90 %. Pengobatan TORCH secara medis pada
wanita hamil dengan obat spiramisin (spiromicine), azithromisin dan klindamisin
misalnya bertujuan untuk menurunkan dampak (resiko) infeksi yang timbul pada janin.
Namun sayangnya obat-obatan tersebut seringkali menimbulkan efek mual, muntah dan
nyeri perut. Sehingga perlu disiasati dengan meminum obat-obatan tersebut sesudah
atau pada waktu makan. Berkaitan dengan pengobatan TORCH ini (terutama
pengobatan TORCH untuk menunjang kehamilan), menurut medis apabila IgG nya saja
yang positif sementara IgM negative, maka tidak perlu diobati. Sebaliknya apabila IgM
nya positif (IgG bisa positif atau negative), maka pasien baru perlu mendapatkan
pengobatan.
8
G. Pathway
Toxoplasma
Fase sexsual
9
Lesi pd wajah, Seks oral,
HSV 1
bibir, mulut, ciuman
mata,& kulit.
Herpes
Hubungan sex
Lesi pd genetalia
HSV 2
HSV bereplikasi pd sel
epitel
10
RUBELLA Virus rubella masuk Ditransmisikan melalui
kedalam tubuh droplet
11
Ditransmisikan lewat
Virus masuk kedalam urin,droplet, air ludah, tranfusi
Cytomegalovirus tubuh darah, urin, maternal,
transplasenta, air susu ibu,
kontak langsung pada serviks
saat kehamilan.
12
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Komplikasi Potensial TORCH atau IMS Maternal: IUGR, Abortus Spontan,
KDP, Persalinan Kurang Bulan, Kematian Janin
Rujuk kerencana asuhan keperawatan kolaborasi umum komplikasi potensial:
Gangguan janin, Pecah ketuban dini, Persalinan kurang bulan
FOKUS PENGKAJIAN RASIONAL
1. Skrining dan identifikasi infeksi 1. Lihat pemeriksaan diagnostic
parental spesifik sebelumnya. Jenis organisme
infeksius menentukan cara
penanganan. Beberapa infeksi
tersebut mempunyai dampak serius
pada janin.
13
Komplikasi Potensial TORCH atau IMS Maternal : Infeksi Janin atau Neonatal
(Transplasenta atau Selama Kelahiran) Dan Malformasi serta Anomali Janin
FOKUS PENGKAJIAN RASIONAL
Tentukan organisme infeksius spesifik Usia gestasi ketika ibu terkena infeksi
dan tentukan usia gestasi sebagia menentukan efek pada janin.
Sebagai contoh jika terinfeksi rubella
pada trimester pertama janin pasti akan
terkena efek teragonetik. Akan tetapi
jika terinfeksi pada trimester kedua
janin mempunyai kesempatan terkena
hanya 50%.
B. Diagnosa Keperawatan
14
Mendeskripsikan proses Instruksikan pada
penularan penyakit, factor pengunjung untuk mencuci
yang mempengaruhi tangan saat berkunjung dan
penularan serta setelah berkunjung
penatalaksanaannya meniggalkan pasien
Menunjukkan kemampuan Gunakan sabun
untuk mencegah timbulnya antimikrobia untuk cuci
infeksi tangan
Jumlah leukosit dalam batas Cuci tangan setiap sebelum
normal dan sesudah tindakan
Menunjukkan perilaku hidup keperawatan
sehat Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
Pertahankan lingkungan
aseptic selama
pemasangan alat
Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
Tingkatkan intake nutrisi
Berikan antibiotic bila
perlu
15
Berikan perawatan kulit
pada area epidema
Inspeksi kulit dan
membrane mukosa
terhadap kemerahan, panas,
drainase
Inspeksi kondisi luka/insisi
bedah
Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
Dorong masukkan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk
minum antibiotic sesuai
resep
Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai tanda
dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari
infeksi
Laporkan kecurigaan
infeksi
Laporkan kultur positif
b. Resiko pola nafas tidak afektif berhubungan dengan penurunan energi dalam
bernafas
Definisi: Pertukaran udara inspirasi dan/atau ekspirasi tidak adekuat
Batasan karakteristik:
- Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
- Penurunan pertukaran udara per menit
- Menggunakan otot pernafasan tambahan
- Nasal flaring
- Dyspnea
- Orthopnea
- Perubahan penyimpangan dada
- Nafas pendek
- Assumption of 3-point position
- Pernafasan pursed-lip
- Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama
- Peningkatan diameter anterior dan posterior
- Pernafasan rata-rata/minimal
Bayi: <25 atau >60
16
Usia 1-4 : <20 atau >30
Usia 5-14: <14 atau >25
Usia >14:<11 atau >24
- Kedalaman pernafasan
Dewasa volume tidalnya 500ml saat istirahat
Bayi volume tidalnya 6-8ml/kg
- Timing rasio
- Penurunan kapasitas vital
Factor yang berhubungan:
- Hiperventilasi
- Deformitas tulang
- Kelainan bentuk dinding dada
- Penurunan energy/kelelahan
- Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal
- Obesitas
- Posisi tubuh
- Kelelahan otot pernafasan
- Hipoventilasi sindrom
- Nyeri
- Kecemasan
- Disfungsi Neuromuskuler
- Kerusakan persepsi/kognitif
- Perlukaan pada jaringan syaraf tulang belakang
- Imaturitas Neurologis
17
merasa tercekik, irama Auskultasi suara nafas, catat
nafas, frekuensi pernafasan adanya suara tambahan
dalam rentang normal, tidak Lakukan suction pada mayo
ada suara nafas abnormal) Berikan bronkodilator bila
Tanda-tanda vital dalam perlu
rentang normal (tekanan Berikan pelembab udara
darah, nadi, normal) Kassa basah NaCL Lembab
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
Monitor respirasi dan status
O2
Oxygen Therapy
Bersihkan mulut, hidung dan
secret trakea
Pertahankan jalan nafas
yang paten
Atur peralatan oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi pasien
Observasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
18
Monitor pola pernafasan
abnormal
Monitor suhu , warna,dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar,bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
19
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
(NOC) (NIC)
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan
berat badan
Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
Monitor interaksi anak atau
orang tua selama makan
Monitor lingkungan selama
makan
20
Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Monitor tugor kulit
Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan mutah
Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor makanan kesukaan
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan intake
nutrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral
Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
21
- Tingkah laku distraksi, contoh: jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau
aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
- Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah,
perubahan nafas, nadi dan dilatasi)
- Tingkah laku ekspresif (contoh: gelisah, merintih, menangis, waspada,
iritabel, nafas panjang/ berkeluh kesah)
- Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang lemah ke
kaku)
- Perubahan dalam nafsu makan dan minum
Faktor yang berhubungan:
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
(NOC) (NIC)
22
farmakologi dan
interpersonal)
Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
Monitor vital signsebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
23
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
24
Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
Hindari harapan yang kosong
Sediakan bagi keluarga atau
SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara
yang tepat
Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberian
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
25
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
26
DAFTAR PUSTAKA
Reeder, S.J., Leonide, LM., Deborah, K.G. 2011. Keperawatan Maternitas Kesehatan
Wanita,Bayi & Keluarga Volume 2. Edisi 18.Jakarta. EGC
Bobak, I.M., Deitra, L.L., Margaret,D.J., Snannon, E.P.2004. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas. Edisi 4. Jakarta. EGC
27