Referat Xerophtalmia Kathleen
Referat Xerophtalmia Kathleen
Referat Xerophtalmia Kathleen
XEROFTALMIA
Disusun Oleh
Kathleen Get Matheus, S.Ked (1308011015)
Pembimbing :
KUPANG
2019
2
Mengetahui Pembimbing :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat, perlindungan, dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Referat
dengan judul Uveitis anterior di Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Mata RSUD
Prof. W. Z. Johannes / Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana. Penulisan
Referat ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. dr. Eunike Cahyaningsih, Sp.SM, MARS selaku kepala SMF bagian Ilmu
Penyakit Mata RSUD Prof. W. Z. Johannes
2. dr. Eunike Cahyaningsih, Sp.M, MARS selaku pembimbing dalam
penyusunan referat ini
3. dr. Komang Dian Lestari, Sp.M, selaku pembimbing dalam penyusunan
referat ini
4. Seluruh staf SMF Ilmu Penyakit Mata RSUD Prof. W. Z. Johannes –
Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini jauh dari sempurna
maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga referat
ini memberi manfaat bagi banyak orang.
Penulis
4
BAB 1
PENDAHULUAN
dalam dua bentuk; (1) retinol yang dapat diperoleh dari sumber hewani seperti
susu daging, ikan dan telur dan; (2) provitamin karoten yang dapat diperoleh dari
imunitas dan juga sintesis dari protein fotoreseptor pada retina. Gangguan pada
mata yang ditemukan pada defisiensi vitamin A adalah tanda-tanda sistemik yang
berkaitan derat dengan peningkatan yang signifikan terhadap risiko kematian dan
Mata kering adalah suatu gangguan tear film pada mata yang diakibatkan
oleh defisiensi tear film atau kelebihan evaporasi tear film yang akan
penyakit dengan gejala mata kering adalah defisiensi komponen lemak air mata,
defisiensi kelenjar air mata, defisiensi kelenjar musin dan hilangnya mikrovili
pada kornea.(4) Xerophtalmia merupakan spektrum dari penyakit pada mata yang
satu gejala utama pada mata yaitu mata kering. Kurangnya asupan vitamin
disebabkan oleh malnutrisi, malabsrobsi dan juga konsumsi alkohol kronik atau
negara-negara berkembang, dan merupakan masalah pada lebih dari 118 negara
menderita malnutrisi atau jika terdapat penyakit diare atau campak, pneumonia,
yang rendah dan juga tempat tinggal pada daerah yang endemis juga
kekebalan tubuh dari penderita yang berakibat kepada peningkatan angka kejadian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
vitamin A pada mata, termasuk terjadinya kelainan anatomi bola mata dan
gangguan fungsi sel retina yang berakibat kebutaan. Kata Xeroftalmia (bahasa
Latin) berarti “mata kering”, karena terjadi kekeringan pada selaput lender
2.2 Epidemologi
kejadian buta paling tinggi terjadi pada anak berusia 6 bulan sampai dengan 3
tahun. Diperkirakan bahwa sebanyak lebih dari 127 juta balita di dunia menderita
defisiensi vitamin A dan 4,4 juta di antaranya menderita xerophthalmia. Selain itu
diperkirakan terdapat sebanyak 7,2 juta wanita hamil yang menderita defisiensi
vitamin A (serum retinol < 0,7 µmol/L) di dunia, diantara wanita-wanita ini
yang diakibatkan oleh defisiensi vitamin A. Pada anak usia sekolah, angka
Myanmar 3.905.000
Nepal 2.582.000
Thailand 1.394.000
Sri Lanka 717.000
Tabel 1. Prevalensi defisiensi vitamin A di beberapa negara di Asia (Sumber,
American Academy of Ophthalmology, 2013)
faktor seperti dapat dilihat pada gambar 1.(6) Vitamin A merupakan vitamin larut
lemak yang diabsorbsi di usus halus. Di dalam usus halus, karoten di konversi
menjadi retinol. Sebagian retinol diabsrobsi secara langsung dan sebagian lainnya
di dalam sistem limfatik dan memasuki hepar untuk disimpan di hepar. Jika
membutuhkan vitamin A. Cadangan kadar zinc dan protein dalam tubuh sangat
Retina memiliki 2 reseptor cahaya, yaitu sel batang dan sel kerucut. Sel
intensitas cahaya yang rendah dan sel kerucut bertanggung jawab untuk melihat
warna dan juga penglihatan dengan intensitas cahaya yang tinggi. Dalam sel
batang, bentuk aldehid dari vitamin A (retinol) bergabung dengan protein opsin
membentuk ulang pigmen ini diperlukan bentuk yang spesifik dari retinal, tetapi
dalam proses ini, sebagian dari retinal akan selalu hilang sehingga dibutuhkan
kadar vitamin A yang cukup agar dapat mencapai kadar yang adekuat dari
menyebabkan perubahan atropik dari permukaan mukosa dan juga kehilangan sel
goblet, dan juga pergantian epitel normal oleh epitel skuamosa bersusun yang
besar fungsi membasahi mata dilakukan oleh kelenjar air mata dan sedikit oleh
untuk mengurangi evaporasi, penurunan jumlah yang signifikan dari sel goblet
cahaya, maka gejala awal yang paling sering muncul adalah kesulitan dalam
beradaptasi terhadap keadaan gelap, yang akan berakhir kepada kebutaan pada
malam hari (niktalopia) gejala ini merupakan gejala yang paling sering ditemukan
pada daerah intrapalpebra disertai dengan berkurangnya sel goblet, metaplasia sel
basah pada mata dipertahankan oleh musin yang melekat pada membran yang
terdapat pada glycocalyx pada permukaan sel epitel permukaan dan 2 komponen
10
glycocalyx yaitu MUC16 dan galactin-3.(7) Konjungtiva akan menjadi kering dan
tebal, kehilangan kejernihannya dan dapat tampil berkabut, pada keadaan ini akan
terlihat ketidakmampuan air mata membasahi mata walaupun pada uji schirmer
terlihat jumlah air mata cukup(1,4) Sering juga ditemukan bercak berbentuk
daerah limbus dengan gambaran busa diatasnya, yang disebut dengan bintik Bitot.
Bercak ini tidak terhapus dengan air mata dan akan muncul kembali setelah
yang disebabkan oleh melelehnya kornea, yang dapat berakibat kepada perforasi
11
yang hampir selalu terjadi secara bilateral.(1,5) Xerosis yang terjadi pada defisiensi
vitamin A merupakan xerosis epitel yang khas yang terjadi pada konjungtiva bulbi
retinopati yang ditandai dengan bintik kekuningan pada daerah perifer, dapat
timbul pada kasus-kasus lanjut dan berkaitan dengan rendahnya amplitudo pada
elektroretinogram. Jika keadaan ini segera ditangani maka keadaan pasien akan
membaik dalam kurun waktu 1 minggu, tetapi jika xerophthalmia tidak ditangani
untuk waktu yang lama maka akan berkembang menjadi keratomalasia yang dapat
Gambar 3. Xerosis Kornea (kiri) dan Ulkus kornea (kanan) (Sumber: Community
Eye Health Journal, 2016)
ini lebih dari 1/3 bagian dari kornea terkena, kornea dapat tampak edematosa dan
12
menebal, lalu kemudian dapat meleleh. Hal ini terjadi karena nekrosis yang dapat
terjadi pada anak-anak dengan gangguan gizi, tetapi anak-anak yang sebelumnya
tampak sehat juga dapat mengalami keratomalasia setelah terinfeksi campak atau
diare. Hasil akhir dari ulkus kornea dan keratomalasia adalah terbentuknya
tidak selalu harus berurutan, pada beberapa kasus anak dapat datang dengan
keluhan berat seperti ulkus kornea, tanpa adanya keluhan buta pada malam hari
Pada beberapa kasus langka, dapat terjadi xerophthalmus fundus. Hal ini
muncul sebagai suatu bintik kuning dan putih oada daerah perifer dari retina.
Pasien juga dapat mengalami skotoma pada daerah yang berhubungan dengan
retina. Perubahan ini akan memberikan respons yang baik dengan pemberian
vitamin A yang dapat dilihat dari menghilangnya skotoma dalam 1-2 minggu dan
13
2.4 Diagnosis
gejala pada kornea dan juga konjungtiva yang telah disebutkan diatas. Kebutaan
pada malam hari dan juga serosis merupakan gejala awal dari defisiensi vitamin
sebelumnya, angka kejadian dari gejala-gejala yang timbul ini adalah X1A 30,9%,
X1B 39,1 %, X2 18,5%, X3A 10,7%, X3B 6,2%, XN 48,3%, XS 4,7% dan XF
0,5%.(9)
A. Kadar retinol serum juga dapat diperiksa untuk menentukan defisiensi vitamin
A. Defisiensi vitamin A dinyatakan dengan kadar serum retinol < 20µg/dL atau
0,7 µmol/L sedangkan defisiensi berat retinol dinyatakan dengan kadar serum
14
retinol < 10µg/dL atau 0,35 µmol/L.(1) Selain pemeriksaan kadar serum vitamin
A, dapat juga dilakukan tes adaptasi gelap.(4) Pemeriksaan uji schirmer juga dapat
dilakukan untuk memeriksa sekresi total air mata. Pada pemeriksaan ini
diselipkan pada forniks konjungtiva bulbi bawah, bila sesudah 5 menit kertas
tidak basah menunjukan bahwa air mata kurang, bila bagian yang basah kurang
dari 10 mm maka terdapat gangguan fungsi sekresi, bila lebih dari 10 mm berarti
invasif yang dilakukan dengan mengambil sel pada daerah superficial dengan cara
sensitivitas sebesar 95%. Pada pemeriksaan yang umum dilakukan seperti uji
Schirmer’s, TBUT dan juga lissamine green, yang dapat dinilai adalah keadaan
defisiensi cairan atau defisiensi musin, tetapi pada pemeriksaan CIC dapat juga
15
Gambar 6. Pemeriksaan CIC dengan hasil normal. Tampak epitel normal dengan
intervensi sel goblet (PAS, x100) (Sumber: Nigerian Journal of Ophthalmology,
2016)
Gambar 7. Nelson grade 1. Penurunan ringan rasio N:C (1:3) (PAS, x400) (Sumber:
Nigerian Journal of Ophthalmology, 2016)
16
Gambar 8. Nelson Grade 2: Disosisasi ringan dengan penurunan rasio N:C sedang
(1:4), tampak beberapa sel goblet tersebar (PAS, x400) (Sumber: Nigerian Journal
of Ophthalmology, 2016)
Gambar 9. Nelson grade III. Disosiasi sel yang signifikan dengan penurunan rasio
N:C (1:5) yang bermakna, tampak penurunan sel goblet yang bermakna (PAS,
x100) (Sumber: Nigerian Journal of Ophthalmology, 2016)
yang dapat ditemukan adalah pemisahan dan distorsi sel epitel dan hilangnya sel
17
ini.(1)
konjungtivitis dapat ditemukan mediator inflammasi seperti IgE, sel mast, Th2,
stimulasi sel goblet dan hilangnya permukaan membran musin. Dapat juga
tampak bentuk ireguler pada kornea dan konjungtiva.(7) pada konjungtivitis viral
pigmentosa merupakan salah satu jenis kebutaan yang diakibatkan oleh kelainan
pada sel-sel reseptor cahaya. Pada kasus ini, tidak didapatkan kelainan mata pada
funduskopi. Pada funduskopi akan tampak proliferasi epitel retina yang disebut
bone spicule yang dapat dilihat pada bagian tengah perifer retina.(11)
18
Gambar 12. Sindroma mata kering dengan punctum keratitis (Sumber: American
Academy of Ophthalmology, 2013)
19
2.6 Penatalaksanaan
minyak dengan dosis 200.000 IU pada hari pertama dan kedua dan dilanjutkan
20
dibawah 1 tahun atau berat badan kurang dari 8 kg diberikan setengah dari dosis
diatas. Pemberian ulangan dengan dosis 200.000 IU dilakukan tiap 6 bulan sampai
dengan usia 6 tahun untuk mencegah kekambuhan.(1,5) Untuk wanita dengan usia
kehamilan atau kebutaan pada malam hari atau adanya bintik Bitot, diberikan
dosis 10.000 IU per hari selama 2 minggu atau 25.000 IU per minggu selama 4
pada hari pertama, hari kedua dan juga pada minggu ke 2-4. Terapi ini cukup
murah, dengan biaya terapi kurang untuk 1 regimen pengobatan yang terdiri dari 3
Jika pasien datang dengan keluhan yang berat atau pemberian secara oral
tidak memungkinkan, atau menderita gangguan absorbsi, maka dosis yang dapat
diberikan adalah vitamin A dengan bahan dasar air dengan dosis 100.000 IU
secara intramuskuler.(1,5) Keadaan lain yang dapat memperburuk gejala juga perlu
merupakan tanda adanya defisiensi vitamin A yang berat dan harus dianggap
2.7 Pencegahan
periodik setiap 6-8 minggu setelah lahir dan diberikan juga kepada
ibu pasien.
kematian dan angka kebutaan. Untuk terapi profilaksis, neonatus dapat diberikan
vitamin A 50.000 IU, anak usia dibawah 1 tahun dapat diberikan vitamin A
100.000 IU setiap 4-6 bulan, orang dewasa dan anak dengan usia diatas 1 tahun
diberikan vitamin A 200.000 IU setiap 4-6 bulan.(1) Perlu diingat bahwa anak-
anak yang menderita defisiensi vitamin A dengan keluhan hanyalah ujung dari
2.8 Prognosis
prognosis yang buruk. Anak dengan keluhan buta pada malam hari memiliki
angka mortalitas 3 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki
gejala tersebut, anak dengan buta pada malam hari dan bintik Bitot memiliki
22
angka mortalitas 9 kali lebih besar. Pada kasus dengan gejala berat seperti
BAB 3
KESIMPULAN
dari penyakit mata yang diakibatkan oleh defisiensi vitamin A berat dalam jangka
panjang dengan gejala yang paling sering ditimbulkan adalah mata kering,
niktalopia, gambaran bintik Bitot, xerosis kornea, ulkus dan sampai dengan
penunjang yang umum dilakukan adalah pemeriksaan kadar serum vitamin A, uji
vitamin A dosis tinggi dengan dosis cepat dengan tujuan untuk mengembalikan
penting.
24
DAFTAR PUSTAKA