Anda di halaman 1dari 8

DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 28, No.

1, Juli 2000: 54 - 61

PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DI INDONESIA

Timoticin Kwanda
Staf Pengajar Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur − Universitas Kristen Petra

ABSTRAK

Kawasan Industri di Indonesia pertama kali dikembangkan oleh pemerintah melalui BUMN pada tahun
1970-an sebagai reaksi terhadap kebutuhan lahan industri. Dengan semakin meningkatnya arus investasi di
Indonesia, baru kemudian pada tahun 1989 pihak swasta diperbolehkan mengembangkan kawasan industri.
Dalam pengembangan kawasan industri khususnya pada tahapan pra-konstruksi, terdapat beberapa tahapan
utama yang harus dilalui yaitu antara lain tahap perijinan, pembebasan tanah, dan tahap perencanaan. Pada
tahap perencanaan akan dibahas tentang penerapan Standar Teknis yang ada dalam perencanaan penggunaan
lahan, perencanaan tapak serta perencanaan prasarana dan sarana pada beberapa kawasan industri di Jawa
Timur.

Kata kunci: Pengembangan, Kawasan Industri.

ABSTRACT

In Indonesia, at the first time industrial estates were developed in 1970’s by the government through the
state owned company as a reaction to the needs of industrial lands. As the flow of investments was increasing
in Indonesia, then in 1989 private companies were allowed to developed industrial estates. In developing
industrial estates especially at the pre-construction phase, there are some main phases have to be done such as
permits stages, land acquisition, and planning stages. In planning stages, it will discuss the realisation of the
given Technical Standard in land use planning, site planning, infrastructures and community facilities planning
on several industrial estates in East Java.

Keywords: Development, Industrial Estate.

PENDAHULUAN Bagi pihak swasta, kebijakan baru dibidang


uasaha kawasan industri ini merupakan suatu
Kawasan Industri adalah suatu tempat peluang usaha baru yang cukup menguntungkan,
pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi sehingga berkembanganlah kawasan-kawasan
dengan prasarana dan sarana yang disediakan industri baru yang dikelola oleh pihak swasta di
dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri. pusat-pusat pertumbuhan ekonomi regional,
Hal ini berbeda dengan Zona Industri yang juga seperti di Jabotabek dan Gerbangkertasusila.
merupakan pemusatan industri tetapi tanpa Tulisan ini mencoba untuk memberi
dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang gambaran tentang pengembangan suatu kawasan
memadai. industri pada tahap pra konstruksi. Pada tahap
Di Indonesia, pada awalnya kawasan pra konstruksi tahapan-tahapan yang perlu
industri hanya dikembangkan oleh pemerintah disiapkan adalah studi kelayakan, proses per-
melalui BUMN sebagai reaksi terhadap ijinan, pembebasan tanah dan perencanaan.
meningkatnya jumlah industri dengan dampak Namun dalam tulisan ini, studi kelayakan yang
polusi lingkungan yang diakibatkannya, keter- membahas antara lain tentang studi pasar,
batasan infrastruktur, dan masalah perkembang- pemilihan tapak, dan kelayakan keuangan tidak
an kawasan permukiman yang berdekatan dibahas karena penulis bukan ahlinya dibidang
dengan lokasi industri. Namun seiring dengan ini. Tulisan ini diharapkan dapat memperkaya
meningkatnya investasi baik dari dalam negeri karya tulisan tentang pengembangan kawasan
maupun dari luar negeri, maka pemerintah industri di Indonesia yang merupakan suatu
melalui Keppres No. 53 tanggal 27 Oktober bidang usaha yang relatif baru dalam bidang
tahun 1989 mengijinkan usaha kawasan industri realestat.
dikembangkan oleh pihak swasta.

54 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DI INDONESIA (Timoticin Kwanda)

PERKEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI untuk barang ekspor dilakukan pada kawasan


DI INDONESIA tersebut dan bahan baku untuk ekspor mendapat
fasilitas bebas Bea Masuk.
Untuk pertama kalinya pada tahun 1876 Seiring dengan perkembangan investasi
kawasan industri dikembangkan di Inggris yaitu yang terus meningkat, kemudian pihak swasta
Trafford Park Estates, dengan luas sekitar 500 baru dilibatkan dalam usaha kawasan industri
Ha yang merupakan kawasan industri terluas melalui Keppres No. 53 tahun 1989 dimana
sampai pada tahun 1950-an. Pada awal abad 20, diatur bahwa usaha kawasan industri dapat
kawasan industri di Amerika Serikat dikembang- dilaksanakan oleh pihak swasta domestik
kan di kota Chicago yaitu antara lain Central maupun asing dengan atau tanpa partisipasi
Manufacturing District dibangun pada tahun BUMN. Sejak pihak swasta diperbolehkan
1902 dengan luas 105 Ha, The Clearing mengembangkan kawasan industri, maka per-
Industrial District yang dibangun pada tahun tumbuhan kawasan industri bertumbuh dengan
1909 seluas 215 Ha, dan The Pershing Road pesat sekali. Sampai pada tahun 1994 misalnya,
District dibangun tahun 1910 dengan luas 40 Ha. jumlah kawasan industri yang tercatat di
Selanjutnya pada tahun 1960-an di Amerika Himpunan Kawasan Industri (HKI) adalah
Serikat telah berkembang kawasan industri yang sebanyak 146 lokasi dengan total luas lahan
dikenal dengan Science Park atau Technology sebesar 42.019 Ha yang sebagian besar tersebar
Park yaitu kawasan industri untuk tujuan di propinsi Jawa Barat (21.289 Ha) dan kota
penelitian dan pengembangan. Pada tahun 1970- Jakarta (3.064 Ha).2
an, konsep Business Park dikembangkan dimana
dalam suatu kawasan tertampung berbagai
kegiatan seperti perkantoran dan industri yang PROSES PERIJINAN KAWASAN
ditunjang oleh kegiatan perdagangan dan INDUSTRI
rekreasi. Kemudian baru pada tahun 1980-an
kawasan perumahan juga dimasukan dalam Proses perijinan untuk kawasan industri
kawasan Business Park. sama seperti bidang usaha realestat lainnya
Sedangkan di Indonesia, kawasan industri masih rumit dan memakan waktu yang lama.
baru dikembangkan pada awal tahun 1970-an Menyadari hal ini akan menghambat investasi di
sebagai suatu usaha untuk memenuhi kegiatan Indonesia, maka pemerintah melalui Menteri
penanaman modal baik dari dalam maupun dari Negara Penggerak Dana Investasi/BKPM me-
luar negeri. Pada awalnya Pemerintah mengem- ngeluarkan deregulari dibidang perijinan melalui
bangkan kawasan industri melalui Badan Usaha paket kebijakan Nomor: 15/SK/1993 tanggal 23
Milik Negara (BUMN).1 Pada tahun 1973 Oktober 1993 atau yang lebih dikenal dengan
pemerintah memulai pembangunan kawasan PAKTO 1993. Dalam ketentuan ini proses
industri yang pertama yaitu Jakarta Industrial perijinan, yang berlaku untuk semua kegiatan
Estate Pulo Gadung (JIEP) dan kemudian disusul investasi seperti perhotelan, perkantoran, pe-
oleh Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) rumahan dan kawasan industri, dibuat lebih
pada tahun 1974. Kawasan industri (KI) lainnya sederhana dimana proses perijinan tanpa melalui
yang dikembangkan oleh pemerintah adalah KI instansi Tingkat I lagi tetapi langsung melalui
Cilacap (1974), KI Medan (1975), KI Makasar instansi Tingkat II.
(1978), KI Cirebon (1984) dan KI Lampung Setelah mendapatkan Surat Persetujuan
(1986). Penanaman Modal PMDN/PMA yang juga
Selain itu pada tahun 1986, pemerintah berlaku sebagai Ijin Prinsip, maka investor dapat
melalui PT. Kawasan Berikat Nusantara me- langsung mengajukan Ijin Lokasi kepada Kantor
ngembangkan Kawasan Berikat atau Bonded Pertanahan Kabupaten atau Kotamadya dileng-
Zone dengan tujuan untuk meningkatkan ekspor kapi dengan laporan tentang Penyajian Informasi
non migas. Kawasan Berikat merupakan suatu Lingkungan (PIL). Sedangkan sebelumnya untuk
kawasan industri khusus dimana untuk melancar- mendapatkan Ijin Lokasi yang diterbitkan oleh
kan arus barang ekspor semua kegiatan kepabean Gubernur melalui Kakanwil BPN Tingkat I,

1 2
Berdasarkan Permendagri No. 5 Tahun 1974 diatur bahwa Himpunan Kawasan Industri (HKI) dibentuk pada bulan
yang dapat diberikan lahan untuk usaha kawasan industri Juni tahun 1988 oleh perusahaan kawasan industri yang
adalah badan hukum yang seluruh modalnya berasal dari dipelopori oleh Halim Shahab yang kemudian menjadi
Pemerintah. presiden HKI pertama.

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 55
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 28, No. 1, Juli 2000: 54 - 61

investor harus memiliki Surat Konfirmasi lokasi yang diinginkan untuk kawasan industri
Pencadangan Tanah dari Gubernur dan Perse- telah diketahui oleh masyarakat umum terutama
tujuan Prinsip dari menteri Perindustrian atau para spekulan tanah.
Ketua BKPM. Selain alasan harga, luasnya kawasan
Selanjutnya, bagi suatu perusahaan industri industri yang direncanakan, umumnya diatas 100
untuk melaksanakan kegiatan produkssi di dalam ha, membutuhkan waktu yang panjang bahkan
kawasan industri diperlukan Ijin Usaha Tetap bertahun-tahun untuk membebaskannya, belum
(IUT). IUT diajukan kepada BKPM dengan lagi masalah kerumitan status kepemilikan tanah
dilengkapi Ijin Lokasi, IMB, Hak atas tanah, yang akan dibebaskan. Pada awal pengembangan
Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) kawasan industri oleh BUMN, salah satu kendala
dan persetujuan Rencana Pengelolaan Lingkung- yang menghambat percepatan pengembangan
an (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan adalah masalah pembebasan tanah, seperti yang
(RPL) bagi perusahaan wajib Analisa Dampak dikemukakan oleh Ketua BKPM berikut ini:
Lingkungan (ANDAL). Secara sederhana berikut Berbagai faktor yang menjadi hambatan
ini adalah alur proses perijinan untuk kawasan berkembangnya kawasan industri antara lain
industri, namun dalam pelaksanaannya proses ini adalah:
masih relatif rumit dan memakan waktu yang 1. Pembebasan tanah memakan waktu yang lama
lama, karena masih banyaknya persyaratan- oleh karena berbagai macam status kepe-
persyaratan pelengkap untuk setiap tahap milikan serta adanya tuntutan harga pem-
permohonan dan banyaknya instansi berbeda bebasan tanah yang tinggi dari pemilik ...3
yang terlibat.
Sebagai contoh lagi, dari tujuh (7) kawasan
industri yang dikembangkan oleh pmerintah
hanya 2 (dua) kawasan industri yang dapat
meyelesaikan pembebasan tanahnya itupun
dengan jangka waktu 10 tahun keatas yaitu
seperti SIER di Surabaya dan KIM di Medan.
Sedangkan lima (5) kawasan industri lainnya
hanya dapat mengembangkan atau membebaskan
tanah dibawah 60% dari total luas yang
direncanakan. Kawasan JIEP dengan luas 568
Ha yang mulai dikembangkan pada tahun 1973,
Gambar 1. Proses Perijinan Pembangunan Kawasan sampai pada tahun 1989 baru dapat mem-
Industri berdasarkan PAKTO 1993. bebaskan tanah seluas 326,2 Ha atau 57,43%
dari luas total (tabel 1).

PEMBEBASAN TANAH KAWASAN Tabel 1. Perkembangan Pembebasan Tanah Ka-


INDUSTRI wasan Industri yang Dikembangkan oleh
Pemerintah (s/d awal tahun 1989)
Keberhasilan pembebasan tanah merupakan
No. Kawasan Industri Tahun Rencana Luas Yang (%)
tahap yang sangat menentukan berhasil tidaknya Pendirian Luas (Ha) Dikembang- Bebas
suatu investasi. Sering terjadi begitu banyaknya kan (Ha)
dana yang telah dikeluarkan untuk biaya pra 1. JIEP, Jakarta 1973 568 326,2 57,43
proyek seperti studi kelayakan, pembuatan 2. SIER, Surabaya 1974 319 319 100
proposal proyek dan proses perijinan, namun 3. KIC, Cilacap 1974 240 78 32,50
proyek terpasak ditunda atau bahkan dihentikan 4. KIM, Medan 1975 80 78,5 98,13
karena kegagalan pembebasan tanah. KIMA, U.
5. 1978 203 86,1 42,41
Pandang
Secara formal setelah ijin lokasi dimiliki
6. LIEP, Lampung 1986 300 - 0
maka pengembang berhak untuk melakukan -
7. CIEP, Cirebon 1984 61,8 0
pembebasan tanah. Namun umumnya, pem-
bebasan tanah sudah mulai dilaksanakan sebelum Sumber: Sastrowardoyo dan hasil analisis.
ijin lokasi diterbitkan, bahkan sebelum per-
setujuan prinsip diterbitkan, tentunya pembebas-
3
an tanah dilakukan atas nama pribadi bukan atas Sanyoto Satrowardoyo, “Pengembangan Kawasan Industri
Dalam Rangka Menarik Penanam Modal,“ Makalah
nama perusahaan. Hal ini dilakukan untuk disampaikan pada rapat kerja Himpunan Kawasan Industri,
menghindari melonjaknya harga tanah apabila Surabaya 7 Oktober 1989, hal. 7.

56 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DI INDONESIA (Timoticin Kwanda)

PERENCANAAN KAWASAN INDUSTRI 1. Rencana Penggunaan Lahan

Standar Teknis Kawasan Industri Dalam merencanakan komposisi pengguna-


an lahan, nampaknya para pengembang berusaha
Dalam merencanakan suatu kawasan memanfaatkannya secara maksimal dan bahkan
industri, pemerintah melalui Menteri Perindustri- melebihi ketentuan standar teknis yang ada.
an telah menentukan Standar Teknis Kawasan Sebagai contoh adalah kawasan industri SIER,
Industri yaitu melalui Surat Keputusan Menteri Surabaya dimana 70% luas lahan kawasan adalah
Perindustrian Nomor: 291/M/SK/10/1989 tang- untuk kapling industri, hanya 2% untuk ruang
gal 28 Oktober 1989. Secara garis besar standar terbuka hijau dan 28% adalah untuk prasarana
teknis mencakup beberapa hal yaitu: dan sarana. Sedangkan pada kawasan industri
Ngoro, 76% luas lahan dipergunakan untuk
1. Komposisi penggunaan lahan kapling industri termasuk didalamnya 17,5% (35
a. Kapling industri : Maximum 70% ha) untuk kawasan berikat (Bonded Zone), hanya
b. Ruang terbuka hijau termasuk daerah 3,25% untuk ruang terbuka hijau, dan sisanya
penyangga : Minimum 10% 20,75% untuk prasarana dan sarana (tabel 2).
c. Prasarana dan sarana: Luas tanah sisa (20%) Terlihat disini bahwa berdasarkan pertim-
bangan efisien, maka penggunaan lahan untuk
2. Prasarana yang wajib disediakan antara kapling industri dimanfaatkan secara maksimal
lain, dan bahkan melebihi ketentuan teknis yang ada
yaitu maximal 70% untuk kapling industri.
a. Jaringan jalan lingkungan: satu jalur dengan Yang menyedihkan adalah bahwa luas lahan
dua arah, lebar perkerasan minimum 8 meter untuk ruang terbuka hijau disediakan jauh
atau dua jalur dengan dua arah, lebar dibawah ketentuan luas minimal yaitu 10%
perkerasan minimal 2 x 7 meter. seperti terlihat pada SIER (2%) dan Ngoro
b. Saluran pembuangan air hujan (drainase) (3,25%).
c. Instalasi penyediaan air bersih bersumber dari
PAM dan/atau diusahakan sendiri. 2. Prasarana dan Sarana
d. Instalasi penyediaan dan jaringan distribusi
tenaga listrik dengan sumber PLN dan/atau Secara umum semua prasarana dan sarana
diusahakan sendiri yang disediakan, kecuali rumah penginapan
e. Jaringan telekomunikasi sementara, sudah memenuhi ketentuan teknis
f. Instalasi pengelolaan air limbah industri yang ada (tabel 2). Beberapa prasarana dan
g. Penerangan jalan sarana utama yang sangat penting dalam
h. Unit perkantoran perusahaan kawasan industri pengembangan kawasan industri adalah:
i. Unit pemadam kebakaran
Diluar prasarana yang diwajibkan, dapat a. Waste Water Treatment Plant
pula menyediakan prasarana seperti TPS limbah Salah satu prasarana yang sangat penting
padat dan pagar kawasan industri. untuk suatu kawasan industri adalah instalasi
pengelolaan limbah industri (waste water
3. Sarana treatment plant) dimana semua limbah cair dari
industri ditampung atau dapat ditampung sesuai
Sarana yang dapat disediakan yaitu: kantin,
dengan standar influent yang diijinkan pengelola
poliklinik, tempat ibadah, rumah penginapan
dan diolah sehingga sesuai dengan standar
sementara, fitness center, halte, pos keamanan,
kualitas effluent yang ditentukan pemerintah,
perkantoran untuk bank, pos dan wartel.
sebelum akhirnya dibuang ke saluran kota.
Studi Kasus Kawasan Industri SIER dan
NGORO b. Tenaga Listrik
Selain itu, prasarana penting lainnya adalah
Untuk mengetahui lebih jauh penerapan
penyediaan tenaga listrik sebagai sumber tenaga
standar teknis ini dalam perencanaan kawasan
untuk menjalankan industri. Selama ini, tenaga
industri, berikut ini adalah contoh kasus listrik disediakan oleh PLN, namun dengan
perencanaan pada beberapa kawasan industri
keterbatasan penyediaan dari PLN dan peren-
seperti SIER di Surabaya dan Ngoro di Mojo-
canaan listrik yang tidak terpadu dengan arah
kerto

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 57
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 28, No. 1, Juli 2000: 54 - 61

pengembangan kawasan industri, maka pada mulai membangun perumahan, seperti pada
beberapa kawasan industri penyediaan listrik tahun 1996 dalam pengembangan Kawasan
dikembangkan sendiri oleh pengembang seperti Industri Padang (KIP) dimana 10% dari total luas
pada Cikarang Industrial Estate (CIE).4 lahan (23 Ha) dimanfaatkan untuk perumahan
Terbatasnya tenaga listrik sebagai salah satu pekerja.
prasarana utama untuk kawasan industri akan
menghambat pengembangan kawasan industri, Table 2. Rencana Induk Kawasan Industri SIER,
misalnya seperti yang terjadi di Kerawang: Surabaya dan Ngoro, Mojokerto
Tiga prasarana utama yang diperlukan SIER, Ngoro,
No. Standar Teknis
dalam suatu kawasan industri adalah listrik, Surabaya Mojokerto
jaringan telepon dan akses jalan. Kawasan Komposisi Lahan (luas
industri di daerah Kerawang, diungkapkan total) (332 Ha) (200 Ha)
70% 76%
Bupati Kerawang Sumarno Suradi, ter- 1. - Kapling industri
- Ruang terbuka hijau 2% 3,25%
hambat pembangunannya akibat masih ada - Prasarana dan 28% 20,75%
kendala dalam pembangunan ketiga hal sarana
tersebut.5 Prasarana
- lebar perkerasan jl
lingkunagan 7,5 m 8m dan 11m
c. Perumahan Tenaga Kerja - drainase ada ada (5ha)
- air besih 120 lt/detik 80 lt/detik
Selanjutnya, salah satu sarana yang belum 2. - tenaga listrik PLN 40 MW
ada dan sangat dibutuhkan oleh para karyawan - telekomunikasi ada 1.600 ss
pabrik adalah perumahan. Pengalaman di SIER - pengelolaan air ada (2,5 Ha) ada (2,8 Ha)
menunjukkan bahwa akibat tidak tersedianya limbah Tidak ada tidak ada
- unit PMK Wisma SIER ada
perumahan di kawasan industri sehingga para
- kantor perusahaan
pekerja pabrik harus bermukim di perumahan Sarana
sekitarnya dengan kondisi perumahan dan - kantin ada ada
prasarana yang sangat menyedihkan. 6 Menyadari - poliklinik ada ada
hal ini, maka pada tahun 1985 dalam rencana - sarana ibadah mesjid mesjid
- rumah penginapan
perluasan kawasan industri Berbek di Sidoarjo tidak ada 5 Ha
3. sementara
PT. SIER menyediakan 17,6% (13 Ha) dari total ada ada
- fitness center ada ada
luas lahan (73 Ha) untuk perumahan para - halte ada ada
pekerja. - TPS limbah padat ada ada
- Bank, pos, wartel
Pada tahun 1994 pemerintah melalui Surat ada ada
- Pos keamanan
Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri
Negara Perumahan Rakyat, Menteri Tenaga Sumber: hasil analisis.
Kerja dengan Menteri Perindustrian memper-
bolehkan pemanfaatan sebesar 10% tanah 3. Rencana Tapak Kawasan Industri
kawasan industri untuk perumahan para pekerja.
a. Akses Jalan Utama
Sebagai pilot project pemerintah bekerjasama
dengan pihak swasta sebagai penyedia lahan Idealnya, akses ke suatu kawasan industri
akan membangun 2.500 unit rumah susun harus lebih dari satu untuk melancarkan arus lalu
sederhana tipe 21 di Kawasan Industri Cileungsi. lintas. Pada kasus SIER, akses jalan utama dapat
Dengan kebijakan ini beberapa kawasan industri dicapai dari dua arah sehingga lebih mudah
untuk dicapai. Namun karena akses jalan utama
4
juga merupakan jalan umum yang terletak dalam
Pada tahun 1993, Departemen Perindustrian mencatat kawasan industri sehingga lalu lintas industri
bahwa kebutuhan listrik untuk PMA/PMDN dan non
PMA/PMDN di pulau Jawa adalah sebesar 3.118 MVA, yang umumnya truk berbaur dengan lalu lintas
sedangkan kemampuan PLN hanyalah sebesar 1.200 MVA. umum. Berbaurnya kedua jenis moda transpor-
5
tasi ini menyebabkan beban lalu lintas
“Kawasan Industri: Harga, Sarana, Manajemen, “ Bisnis
Properti, Januari 1994, hal. 31.
(kepadatan) yang sangat tinggi dan mengganggu
kelancaran baik bagi lalu lintas kendaraan
6
Untuk mengetahui lebih rinci kondisi perumahan para perusahaan industri maupun masyarakat umum.
pekerja di sekitar SIER, lihatRudy P. Lilananda,
“Permukiman Alternatif Kaum Marginal di Kawasan
Pada kasus Ngoro, jalan akses utama ke
Industri Surabaya,” Diskusi Panel Lingkungan Perkotaan, kawasan industri hanya satu sehingga meng-
Pusat Pengabdian Kepada Masyarakat, UK. Petra, 16 Mei akibatkan beban lalu lintas terkonsentrasi pada
1988.

58 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DI INDONESIA (Timoticin Kwanda)

satu akses jalan dan rawan terhadap kecelakan 1.080 m2 dan antara 908.5 m2 – 1.052 m2 . Selain
lalu lintas. Tetapi dengan fungsi akses jalan berfungsi sebagai pabrik, pada bangunan ini juga
utama hanya untuk lalu lintas kawasan, maka disediakan ruang untuk perkantoran, bahkan
beban lalu lintas dalam awasan relatif rendah beberapa kawasan industri menyediakan konsep
yang dapat memperlancar lalu lintas dalam Three In One untuk Bangunan Pabrik Siap Pakai
kawasan. Kendala dalam pembebasan tanah yang yaitu memiliki tiga fungsi untuk pabrik di lantai
berhubungan dengan harga tanah yang umumnya satu, kantor pada sebagian lantai dua dan untuk
sangat mahal pada lokasi di pinggir jalan utama rumah tinggal pada sebagian lantai tiga.
menyebabkan pilihan akses jalan utama hanya
satu pada kasus Ngoro.
KESIMPULAN
b. Pola Sirkulasi Jalan
Di Indonesia, pengembangan kawasan
Pada umumnya, pola sirkulasi yang diper- industri diawali pada awal tahun 1970-an oleh
gunakan adalah pola Grid Iron dimana dengan pemerintah melalui BUMN yaitu sebagai reaksi
pola ini akan diperoleh alignment jalan yang terhadap meningkatnya penanaman modal
lurus sehingga lebih memudahkan sirkulasi dibidang perindustrian. Selanjutnya sejak tahun
kendaraan berat seperti truk. Selain itu, pola ini 1990-an perkembangan kawasan industri ber-
akan bentuk kapling empat persegi yang kembang dengan cepat setelah pihak swasta
sederhana sehingga akan didapatkan luas kapling dilibatkan dengan diterbitkannya Keppres No. 53
yang efektif untuk bangunan. Sebagai contoh tahun 1989.
penerapan pola sirkulasi Grid Iron ini terlihat Namun dalam pengembangan kawasan
pada rencana tapak kawasan industri SIER industri oleh pihak swasta masih terdapat
(gambar 2) dan Ngoro (gambar 3). beberapa kendala antara lain masalah proses
perijinan, pembebasan tanah dan prasarana.
c. Ukuran Kapling Industri Dalam praktek proses perijinan masih relatif
lama dan berbelit, pembebasan tanah yang
Tentunya karena tuntutan fungsinya, ukuran kompleks dan memakan waktu yang lama, serta
kapling industri harus lebih luas dibandingkan prasarana yang tidak memadai seperti jalan
dengan ukuran kapling perumahan. Contoh
utama dan tenaga listrik pada kawasan tertentu.
ukuran kapling ini seperti terlihat pada ukuran
Dibandingkan dengan negara-negara indus-
kapling di SIER yaitu dengan luas antara 3.000
tri baru lainnya seperti Korea Selatan dan
m2 sampai dengan 30.000 m2 dan pada kawasan Thailand, pengembangan kawsan industri di
industri Ngoro dengan ukuran luas 3.500 m2 Indonesia memang masih tertinggal. Di Thailand
sampai dengan 21.000 m2 . misalnya, pengembangan industri diserahkan
Untuk mendapatkan kapling yang fleksibel kepada suatu badan otoritas, sehingga semua
luasnya, maka secara teknis panjang kapling
masalah perijinan, pembebasan tanah dan
dibuat dengan ukuran yang tetap, namun untuk
prasana sudah disiapkan sejak awal dan investor
lebar kapling dibuat dapat berubah-ubah
tinggal langsung masuk ke kawasan industri.
sehingga luas kapling dapat fleksibel sesuai Pada tahun 1972 dibentuk suatu Badan Otorita
dengan permintaan konsumen. Idealnya, panjang yaitu Industrial Estate Authority of Thailand
kapling berkisar antara 60 meter sampai dengan (IEAT) yang bertugas untuk mengembangkan
100 meter. Berdasarkan pengalaman ini, maka kawasan Industri dan memberi pelayanan yang
PT. SIER dalam pengembangan kawasan industri mudah dan cepat untuk semua kegiatan industri
selanjutnya yaitu di Pasuruan Industrial Estate
yaitu seperti semua proses perijinan, pelayanan
Rembang (PIER), lebar kapling tidak ditentukan
informasi-informasi seperti investasi, pendirian
tetapi tergantung kepada permintaan konsumen
perusahaan, sumber pendanaan, perancangan dan
konstruksi pabrik, serta studi kelayakan.
d. Standard Factory Building Selanjutnya, dalam perencanaan kawasan
Selain kapling, untuk menyediakan industri industri, standar teknis yang ditentukan oleh
siap pakai umumnya setiap kawasan industri pemerintah terlalu mengekang para pengembang
menawarkan secara sewa Bangunan Pabrik Siap dalam perencanaan penggunaan lahan yang harus
Pakai (Standard Factory Building) seperti pada selalu beradaptasi dengan kemauan pasar.
SIER dan Ngoro dimana disediakan Standard Perumahan dalam kawasan industri misalnya,
Factory Building dengan luas antara 700 m2 – merupakan pilihan yang lebih menguntungkan

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 59
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 28, No. 1, Juli 2000: 54 - 61

karena harga jual kapling rumah yang lebih


mahal daripada harga jual kapling industri. Pada
tahun 1994, pemerintah baru memperbolehkan
perumahan dalam kawasan industri melalui SKB
tiga menteri.
Sedangkan, dalam perencanaan kawasan
industri di negara Korea Selatan dan Thailand
sudah berkembang konsep Technology Park dan
Business Park. Dimana dalam suatu Business
Park selain kawasan industri terdapat pula
kawasan perdagangan, perumahan dan rekreasi
yang dapat berupa kawasan hijau lapangan golf,
seperti pada Eastern Industrial Estate di
Thailand (gambar 4). Gambar 4. Rencana Tapak Eastern Industrial
Estate, Thailand

DAFTAR PUSTAKA

Industrial Estate Authority of Thailand

“Kawasan Industri: Harga, Sarana, Manaje men,”


Properti, Januari 1994, hal. 30-32.

“Kawasan Industri: Kawasan Mengcengangkan


dari Sumatera Barat,” Properti, April 1996,
hal. 64-66.

“Kawasan Industri Surabaya: Mengintip Investor


di Kota Buaya,” Properti, No. 20, Septem-
ber 1995, hal. 54-55.

Gambar 2. Rencana Tapak Kawasan Industri “Keputusan Menteri Negara Penggerak Dana
SIER, Surabaya Investasi/Ketua Badan Koordinasi Pena-
naman Modal Nomor: 15/SK/1993 Tentang
Tata Cara Permohonan Modal Dalam
Negeri dan Penanaman Modal Asing.”
Menteri Negara Penggerak Dana Investasi/
Ketua BKPM, 23 Oktober 1993.

Peiser, Richard B with Dean Schwanke. Pro-


fessional Real Estate Development.
Washington D.C.: the Urban Land Institute,
1992, hal. 265-307.

Shahab, Halim. “Perkembangan dan Prospektif


Bisnis Kawasan Industri di Indonesia.”
Infopapan, April 1992, hal. 17-20.

-------------, Pengembangan Kawasan Industri


Sebagai Sarana Percepatan Pertumbuhan
Ekonomi. Disampaikan pada Rapat Kerja
Himpunan Kawasan Industri, Surabaya, 7
Gambar 3. Rencana Tapak Kawasan Industri Oktober 1989.
Ngoro, Mojokerto

60 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DI INDONESIA (Timoticin Kwanda)

“SKB Tiga Menteri: Perumahan Pekerja di


Kawasan Industri.” Properti, No. 04, Mei
1994, hal. 42-43.

Sastrowardoyo, Sanyoto. Pengembangan Kawas-


an Industri Dalam Rangka Menarik
Penanam Modal. Makalah disampaikan
pada Rapat Kerja Himpunan Kawasan
Industri, Surabaya, 7 Oktober 1989.

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 61
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

Anda mungkin juga menyukai