Ars00280108 PDF
Ars00280108 PDF
1, Juli 2000: 54 - 61
Timoticin Kwanda
Staf Pengajar Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur − Universitas Kristen Petra
ABSTRAK
Kawasan Industri di Indonesia pertama kali dikembangkan oleh pemerintah melalui BUMN pada tahun
1970-an sebagai reaksi terhadap kebutuhan lahan industri. Dengan semakin meningkatnya arus investasi di
Indonesia, baru kemudian pada tahun 1989 pihak swasta diperbolehkan mengembangkan kawasan industri.
Dalam pengembangan kawasan industri khususnya pada tahapan pra-konstruksi, terdapat beberapa tahapan
utama yang harus dilalui yaitu antara lain tahap perijinan, pembebasan tanah, dan tahap perencanaan. Pada
tahap perencanaan akan dibahas tentang penerapan Standar Teknis yang ada dalam perencanaan penggunaan
lahan, perencanaan tapak serta perencanaan prasarana dan sarana pada beberapa kawasan industri di Jawa
Timur.
ABSTRACT
In Indonesia, at the first time industrial estates were developed in 1970’s by the government through the
state owned company as a reaction to the needs of industrial lands. As the flow of investments was increasing
in Indonesia, then in 1989 private companies were allowed to developed industrial estates. In developing
industrial estates especially at the pre-construction phase, there are some main phases have to be done such as
permits stages, land acquisition, and planning stages. In planning stages, it will discuss the realisation of the
given Technical Standard in land use planning, site planning, infrastructures and community facilities planning
on several industrial estates in East Java.
54 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DI INDONESIA (Timoticin Kwanda)
1 2
Berdasarkan Permendagri No. 5 Tahun 1974 diatur bahwa Himpunan Kawasan Industri (HKI) dibentuk pada bulan
yang dapat diberikan lahan untuk usaha kawasan industri Juni tahun 1988 oleh perusahaan kawasan industri yang
adalah badan hukum yang seluruh modalnya berasal dari dipelopori oleh Halim Shahab yang kemudian menjadi
Pemerintah. presiden HKI pertama.
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 55
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 28, No. 1, Juli 2000: 54 - 61
investor harus memiliki Surat Konfirmasi lokasi yang diinginkan untuk kawasan industri
Pencadangan Tanah dari Gubernur dan Perse- telah diketahui oleh masyarakat umum terutama
tujuan Prinsip dari menteri Perindustrian atau para spekulan tanah.
Ketua BKPM. Selain alasan harga, luasnya kawasan
Selanjutnya, bagi suatu perusahaan industri industri yang direncanakan, umumnya diatas 100
untuk melaksanakan kegiatan produkssi di dalam ha, membutuhkan waktu yang panjang bahkan
kawasan industri diperlukan Ijin Usaha Tetap bertahun-tahun untuk membebaskannya, belum
(IUT). IUT diajukan kepada BKPM dengan lagi masalah kerumitan status kepemilikan tanah
dilengkapi Ijin Lokasi, IMB, Hak atas tanah, yang akan dibebaskan. Pada awal pengembangan
Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) kawasan industri oleh BUMN, salah satu kendala
dan persetujuan Rencana Pengelolaan Lingkung- yang menghambat percepatan pengembangan
an (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan adalah masalah pembebasan tanah, seperti yang
(RPL) bagi perusahaan wajib Analisa Dampak dikemukakan oleh Ketua BKPM berikut ini:
Lingkungan (ANDAL). Secara sederhana berikut Berbagai faktor yang menjadi hambatan
ini adalah alur proses perijinan untuk kawasan berkembangnya kawasan industri antara lain
industri, namun dalam pelaksanaannya proses ini adalah:
masih relatif rumit dan memakan waktu yang 1. Pembebasan tanah memakan waktu yang lama
lama, karena masih banyaknya persyaratan- oleh karena berbagai macam status kepe-
persyaratan pelengkap untuk setiap tahap milikan serta adanya tuntutan harga pem-
permohonan dan banyaknya instansi berbeda bebasan tanah yang tinggi dari pemilik ...3
yang terlibat.
Sebagai contoh lagi, dari tujuh (7) kawasan
industri yang dikembangkan oleh pmerintah
hanya 2 (dua) kawasan industri yang dapat
meyelesaikan pembebasan tanahnya itupun
dengan jangka waktu 10 tahun keatas yaitu
seperti SIER di Surabaya dan KIM di Medan.
Sedangkan lima (5) kawasan industri lainnya
hanya dapat mengembangkan atau membebaskan
tanah dibawah 60% dari total luas yang
direncanakan. Kawasan JIEP dengan luas 568
Ha yang mulai dikembangkan pada tahun 1973,
Gambar 1. Proses Perijinan Pembangunan Kawasan sampai pada tahun 1989 baru dapat mem-
Industri berdasarkan PAKTO 1993. bebaskan tanah seluas 326,2 Ha atau 57,43%
dari luas total (tabel 1).
56 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DI INDONESIA (Timoticin Kwanda)
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 57
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 28, No. 1, Juli 2000: 54 - 61
pengembangan kawasan industri, maka pada mulai membangun perumahan, seperti pada
beberapa kawasan industri penyediaan listrik tahun 1996 dalam pengembangan Kawasan
dikembangkan sendiri oleh pengembang seperti Industri Padang (KIP) dimana 10% dari total luas
pada Cikarang Industrial Estate (CIE).4 lahan (23 Ha) dimanfaatkan untuk perumahan
Terbatasnya tenaga listrik sebagai salah satu pekerja.
prasarana utama untuk kawasan industri akan
menghambat pengembangan kawasan industri, Table 2. Rencana Induk Kawasan Industri SIER,
misalnya seperti yang terjadi di Kerawang: Surabaya dan Ngoro, Mojokerto
Tiga prasarana utama yang diperlukan SIER, Ngoro,
No. Standar Teknis
dalam suatu kawasan industri adalah listrik, Surabaya Mojokerto
jaringan telepon dan akses jalan. Kawasan Komposisi Lahan (luas
industri di daerah Kerawang, diungkapkan total) (332 Ha) (200 Ha)
70% 76%
Bupati Kerawang Sumarno Suradi, ter- 1. - Kapling industri
- Ruang terbuka hijau 2% 3,25%
hambat pembangunannya akibat masih ada - Prasarana dan 28% 20,75%
kendala dalam pembangunan ketiga hal sarana
tersebut.5 Prasarana
- lebar perkerasan jl
lingkunagan 7,5 m 8m dan 11m
c. Perumahan Tenaga Kerja - drainase ada ada (5ha)
- air besih 120 lt/detik 80 lt/detik
Selanjutnya, salah satu sarana yang belum 2. - tenaga listrik PLN 40 MW
ada dan sangat dibutuhkan oleh para karyawan - telekomunikasi ada 1.600 ss
pabrik adalah perumahan. Pengalaman di SIER - pengelolaan air ada (2,5 Ha) ada (2,8 Ha)
menunjukkan bahwa akibat tidak tersedianya limbah Tidak ada tidak ada
- unit PMK Wisma SIER ada
perumahan di kawasan industri sehingga para
- kantor perusahaan
pekerja pabrik harus bermukim di perumahan Sarana
sekitarnya dengan kondisi perumahan dan - kantin ada ada
prasarana yang sangat menyedihkan. 6 Menyadari - poliklinik ada ada
hal ini, maka pada tahun 1985 dalam rencana - sarana ibadah mesjid mesjid
- rumah penginapan
perluasan kawasan industri Berbek di Sidoarjo tidak ada 5 Ha
3. sementara
PT. SIER menyediakan 17,6% (13 Ha) dari total ada ada
- fitness center ada ada
luas lahan (73 Ha) untuk perumahan para - halte ada ada
pekerja. - TPS limbah padat ada ada
- Bank, pos, wartel
Pada tahun 1994 pemerintah melalui Surat ada ada
- Pos keamanan
Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri
Negara Perumahan Rakyat, Menteri Tenaga Sumber: hasil analisis.
Kerja dengan Menteri Perindustrian memper-
bolehkan pemanfaatan sebesar 10% tanah 3. Rencana Tapak Kawasan Industri
kawasan industri untuk perumahan para pekerja.
a. Akses Jalan Utama
Sebagai pilot project pemerintah bekerjasama
dengan pihak swasta sebagai penyedia lahan Idealnya, akses ke suatu kawasan industri
akan membangun 2.500 unit rumah susun harus lebih dari satu untuk melancarkan arus lalu
sederhana tipe 21 di Kawasan Industri Cileungsi. lintas. Pada kasus SIER, akses jalan utama dapat
Dengan kebijakan ini beberapa kawasan industri dicapai dari dua arah sehingga lebih mudah
untuk dicapai. Namun karena akses jalan utama
4
juga merupakan jalan umum yang terletak dalam
Pada tahun 1993, Departemen Perindustrian mencatat kawasan industri sehingga lalu lintas industri
bahwa kebutuhan listrik untuk PMA/PMDN dan non
PMA/PMDN di pulau Jawa adalah sebesar 3.118 MVA, yang umumnya truk berbaur dengan lalu lintas
sedangkan kemampuan PLN hanyalah sebesar 1.200 MVA. umum. Berbaurnya kedua jenis moda transpor-
5
tasi ini menyebabkan beban lalu lintas
“Kawasan Industri: Harga, Sarana, Manajemen, “ Bisnis
Properti, Januari 1994, hal. 31.
(kepadatan) yang sangat tinggi dan mengganggu
kelancaran baik bagi lalu lintas kendaraan
6
Untuk mengetahui lebih rinci kondisi perumahan para perusahaan industri maupun masyarakat umum.
pekerja di sekitar SIER, lihatRudy P. Lilananda,
“Permukiman Alternatif Kaum Marginal di Kawasan
Pada kasus Ngoro, jalan akses utama ke
Industri Surabaya,” Diskusi Panel Lingkungan Perkotaan, kawasan industri hanya satu sehingga meng-
Pusat Pengabdian Kepada Masyarakat, UK. Petra, 16 Mei akibatkan beban lalu lintas terkonsentrasi pada
1988.
58 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DI INDONESIA (Timoticin Kwanda)
satu akses jalan dan rawan terhadap kecelakan 1.080 m2 dan antara 908.5 m2 – 1.052 m2 . Selain
lalu lintas. Tetapi dengan fungsi akses jalan berfungsi sebagai pabrik, pada bangunan ini juga
utama hanya untuk lalu lintas kawasan, maka disediakan ruang untuk perkantoran, bahkan
beban lalu lintas dalam awasan relatif rendah beberapa kawasan industri menyediakan konsep
yang dapat memperlancar lalu lintas dalam Three In One untuk Bangunan Pabrik Siap Pakai
kawasan. Kendala dalam pembebasan tanah yang yaitu memiliki tiga fungsi untuk pabrik di lantai
berhubungan dengan harga tanah yang umumnya satu, kantor pada sebagian lantai dua dan untuk
sangat mahal pada lokasi di pinggir jalan utama rumah tinggal pada sebagian lantai tiga.
menyebabkan pilihan akses jalan utama hanya
satu pada kasus Ngoro.
KESIMPULAN
b. Pola Sirkulasi Jalan
Di Indonesia, pengembangan kawasan
Pada umumnya, pola sirkulasi yang diper- industri diawali pada awal tahun 1970-an oleh
gunakan adalah pola Grid Iron dimana dengan pemerintah melalui BUMN yaitu sebagai reaksi
pola ini akan diperoleh alignment jalan yang terhadap meningkatnya penanaman modal
lurus sehingga lebih memudahkan sirkulasi dibidang perindustrian. Selanjutnya sejak tahun
kendaraan berat seperti truk. Selain itu, pola ini 1990-an perkembangan kawasan industri ber-
akan bentuk kapling empat persegi yang kembang dengan cepat setelah pihak swasta
sederhana sehingga akan didapatkan luas kapling dilibatkan dengan diterbitkannya Keppres No. 53
yang efektif untuk bangunan. Sebagai contoh tahun 1989.
penerapan pola sirkulasi Grid Iron ini terlihat Namun dalam pengembangan kawasan
pada rencana tapak kawasan industri SIER industri oleh pihak swasta masih terdapat
(gambar 2) dan Ngoro (gambar 3). beberapa kendala antara lain masalah proses
perijinan, pembebasan tanah dan prasarana.
c. Ukuran Kapling Industri Dalam praktek proses perijinan masih relatif
lama dan berbelit, pembebasan tanah yang
Tentunya karena tuntutan fungsinya, ukuran kompleks dan memakan waktu yang lama, serta
kapling industri harus lebih luas dibandingkan prasarana yang tidak memadai seperti jalan
dengan ukuran kapling perumahan. Contoh
utama dan tenaga listrik pada kawasan tertentu.
ukuran kapling ini seperti terlihat pada ukuran
Dibandingkan dengan negara-negara indus-
kapling di SIER yaitu dengan luas antara 3.000
tri baru lainnya seperti Korea Selatan dan
m2 sampai dengan 30.000 m2 dan pada kawasan Thailand, pengembangan kawsan industri di
industri Ngoro dengan ukuran luas 3.500 m2 Indonesia memang masih tertinggal. Di Thailand
sampai dengan 21.000 m2 . misalnya, pengembangan industri diserahkan
Untuk mendapatkan kapling yang fleksibel kepada suatu badan otoritas, sehingga semua
luasnya, maka secara teknis panjang kapling
masalah perijinan, pembebasan tanah dan
dibuat dengan ukuran yang tetap, namun untuk
prasana sudah disiapkan sejak awal dan investor
lebar kapling dibuat dapat berubah-ubah
tinggal langsung masuk ke kawasan industri.
sehingga luas kapling dapat fleksibel sesuai Pada tahun 1972 dibentuk suatu Badan Otorita
dengan permintaan konsumen. Idealnya, panjang yaitu Industrial Estate Authority of Thailand
kapling berkisar antara 60 meter sampai dengan (IEAT) yang bertugas untuk mengembangkan
100 meter. Berdasarkan pengalaman ini, maka kawasan Industri dan memberi pelayanan yang
PT. SIER dalam pengembangan kawasan industri mudah dan cepat untuk semua kegiatan industri
selanjutnya yaitu di Pasuruan Industrial Estate
yaitu seperti semua proses perijinan, pelayanan
Rembang (PIER), lebar kapling tidak ditentukan
informasi-informasi seperti investasi, pendirian
tetapi tergantung kepada permintaan konsumen
perusahaan, sumber pendanaan, perancangan dan
konstruksi pabrik, serta studi kelayakan.
d. Standard Factory Building Selanjutnya, dalam perencanaan kawasan
Selain kapling, untuk menyediakan industri industri, standar teknis yang ditentukan oleh
siap pakai umumnya setiap kawasan industri pemerintah terlalu mengekang para pengembang
menawarkan secara sewa Bangunan Pabrik Siap dalam perencanaan penggunaan lahan yang harus
Pakai (Standard Factory Building) seperti pada selalu beradaptasi dengan kemauan pasar.
SIER dan Ngoro dimana disediakan Standard Perumahan dalam kawasan industri misalnya,
Factory Building dengan luas antara 700 m2 – merupakan pilihan yang lebih menguntungkan
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 59
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 28, No. 1, Juli 2000: 54 - 61
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 2. Rencana Tapak Kawasan Industri “Keputusan Menteri Negara Penggerak Dana
SIER, Surabaya Investasi/Ketua Badan Koordinasi Pena-
naman Modal Nomor: 15/SK/1993 Tentang
Tata Cara Permohonan Modal Dalam
Negeri dan Penanaman Modal Asing.”
Menteri Negara Penggerak Dana Investasi/
Ketua BKPM, 23 Oktober 1993.
60 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DI INDONESIA (Timoticin Kwanda)
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 61
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/