b. Limbah Cair
Limbah cair yang dominan berasal dari aktivitas kilang yaitu berupa minyak,
sludge, sour water. Limbah tersebut berasal dari hasil proses maupun tumpahan dari
sistem pemproses. Peralatan yang digunakan untuk menangani limbah cair tersebut
antara lain :
1. Untuk mengatasi tumpahan-tumpahan minyak di perairan (laut) digunakan
peralatan :
a. Oil boom, digunakan untuk menahan tumpahan minyak di perairan agar
tidak tersebar luas. Oil boom tersebut berupa pembatas yang ditarik oleh
dua buah kapal.
b. Oil skimmer, digunakan untuk menghisap tumpahan minyak yang telah
berkumpul.
c. Oil sorbent, digunakan untuk menyerap minyak yang masih tersisa di
perairan, yang berupa lapisan film.
d. Oil dispersant, merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk
menghilangkan sisa-sisa minyak yang tidak dapat dihilangkan dengan
peralatan lainnya seperti diatas. Prinsip dari oil dispersant adalah
membentuk koloid antara minyak dispersant sehingga berat jenisnya
meningkat dan larutan minyak dispersant tenggelam ke dasar laut.
2. Sour Water Stripper, digunakan untuk mengolah limbah cair yang bersifat
asam yang keluar dari proses. Unit ini terletak pada area Hydrocracking
Complex (HCC).
3. Oil separator II, digunakan untuk memisahkan campuran air-minyak yang
terkandung di dalam air limbah. Pada tahap ini hanya akan terjadi pemisahan
antara minyak dan air. Oleh karena itu, kandungan senyawa polutan lain
selain minyak yang ada di dalam air limbah akan tetap sama.
4. Kolam Ekualisasi
Pada dasarnya proses yang terjadi di kolam ekualisasi ini adalah secara fisika
yaitu menurunkan suhu, menangkap minyak yang masih terbawa dalm air
limbah. Minyak yang terkumpul akan dipompakan menuju slpe tank untuk
kemudian diolah lagi ke dalam unit produksi dan menghasilkan suatu produk.
Selain itu bak ekualisasi ini juga berfungsi untuk menghindari shock loading
dalam pengolahan limbah secara biologi (pada kolam aerasi).
5. Kolam Aerasi
Proses yang terjadi pada kolam aerasi ini adalah proses lumpur aktif. Pada
proses ini kondisi lingkungan sangat mempengaruhi proses yang berjalan.
Mikroorganisme mempunyai peranan yang sangat penting dalam
mendegradasi senyawa polutan yang terdapat dalam air limbah. Kolam aerasi
ini berukuran besar dan menggunakan 3 buah aerator dalam
pengoperasiannya.
6. Kolam Pengendap
Limbah dari kolam aerasi yang masuk ke dalam kolam ini mengandung
partikel-partikel dari lumpur aktif dan hasil degradasi. Untuk itu perlu
diendapkan di kolam pengendap. Karena berfungsi sebagai pengendap, aliran
air dikolam ini diusahakan laminar. Endapan yang ada pada kolam pengendap
ini sewaktu-waktu dipompa dan ditampung pada tangki pembiakan. Di dalam
tangki tersebut juga terdapat mikroba yang akan dibiarkan. Hal ini dilakukan
tidak tentu waktunya. Namun lumpur yang telah aktif tersebut akan secara
rutin dimasukkan ke dalam kolam aerasi satu kali dalam seminggu.
7. Separator III
Separator III sebagai penampung terakhir air limbah yang berasal dari unit
biotretment dan area ME-57. Di kolam ini akan terjadi pencampuran limbah
hasil proses pengolahan dengan limbah yang belum mengalami proses.
c. Limbah Padat
Upaya pengolahan limbah padat khususnya limbah B3 bertujuan untuk
menurunkan kadar parameter-parameter pencemar terhadap air tanah, air laut,
maupun kualitas udara agar memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan.
Sedangkan pengolahan limbah padat domestik bertujuan untuk menciptakan
kenyamanan dan kebersihan lingkungan. Limbah padat yang dihasilkan di RU II
Dumai termasuk cara pengolahannya antara lain adalah :
1. Lumpur (sludge) bercampur minyak dari drain tangki dan oil separator
Lumpur tersebut diolah dengan cara melakukan mixing bersama air hangat,
kemudian dilakukan pengenceran agar minyak terapung dan dapat dipisahkan
dari sludge.
2. Spent katalis
Pertamina RU II Dumai tidak mempunyai perangkat yang dapat digunakan
untuk mengolah spent katalis. Maka katalis yang sudah tidak digunakan
biasanya dijual, karena banyak mengandung unsur platina yang cukup bernilai
ekonomis.
3. Karbon aktif
Karbon aktif yang tidak digunakan lagi, jika masih memenuhi spesifikasi,
dicampur dengan coke dan dijual.
4. Limbah perbengkelan berupa logam, kaleng, dan bungkus
Pertamina RU II Dumai tidak memiliki pusat pengolahan limbah yang
tersendiri, oleh karena itu limbah padat lainnya akan ditampung sementara
kemudian dibuang atau dikirim ke PPLI.