Anda di halaman 1dari 17

4.

6 Pengilangan Minyak Bumi di RU II Dumai


4.6.1 Sejarah PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit II Dumai
Pertamina RU II Dumai terdiri dari 2 buah kilang dengan kapasitas total
sekitar 180 MBSD, yaitu :
1. Kilang Minyak Putri Tujuh Dumai dengan kapasitas 130 MBSD.
2. Kilang Minyak Sei Pakning dengan kapasitas 50 MBSD.
Beberapa jenis produk Bahan Bakar Minyak (BBM) dan non BBM yang telah
diproduksi oleh Kilang Pertamina RU-II Dumai saat ini adalah :
1. Produk BBM seperti PKSA (Premium, Kerosin, Solar, Avtur) .
2. Produk Non BBM seperti LPG dan Green coke.
3. Produk lain seperti Low Sulphur Wax Residue (LSWR).

4.6.2 Bahan Baku dan Produk yang Dihasilkan


A. Bahan Baku Utama
Bahan baku utama yang digunakan di PT. PERTAMINA (Persero) RU II
Dumai adalah Minas Crude Oil/Sumatera Light Crude (SLC) sebesar 85% volume
dan Duri Crude Oil sebesar 15% volume yang diperoleh dari PT. Chevron Pacific
Indonesia. Kilang Pertamina RU II Dumai saat ini beroperasi dengan kapasitas
sebesar 130.000 BPSD atau sekitar 130 % kapasitas desain.
B. Bahan Penunjang
Bahan penunjang yang digunakan PT. PERTAMINA (Persero) RU II Dumai
yaitu gas hidrogen, katalis, gas nitrogen, air tawar, air laut, larutan Benfield,
monoetanolamin (MEA), dan NaOH.
C. Produk
Beberapa jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) yang telah diproduksi oleh
Kilang Pertamina RU II Dumai saat ini antara lain Premium, Jet Petroleum Grade,
Aviation Turbin (AVTUR), Kerosin, dan Automotive Diesel Oil (ADO). Produk Non-
BBM yang diproduksi adalah Liquified Petroleum Gas (LPG) dan Green Coke.
Tabel 1.1 Kapasitas Produksi PT. PERTAMINA (Persero) RU II Dumai
No. Jenis Produk Juta BBL/Tahun %Volume
1. LPG*) 1,04 1,60
2. Avtur 3,10 4,75
3. Premium 9,60 14,70
4. Kerosin 14,77 22,62
5. Solar 22,59 38,73
6. Green Coke*) 0,20 0,30
*) LPG &Green Coke =Juta Ton/Tahun
Disamping mengolah produk-produk di atas, kilang PT. Pertamina (Persero)
RU II Dumai juga memproduksi fuel oil, fuel gas, dan air minum yang digunakan
untuk mensuplai keperluan kilang dan perumahan karyawan serta beberapa titik-titik
air untuk kebutuhan warga sekitar.

4.6.3 Uraian Proses Produksi


Proses pengolahan crude oil menjadi produk PT. PERTAMINA (Persero) RU
II Dumai terbagi ke dalam tiga kompleks proses. Ketiga kompleks proses tersebut
adalah :
1. Proses I : HSC (Hydro Skimming Complex)
2. Proses II : HCC (Hydro Cracking Complex)
3. Proses III : HOC (Heavy Oil Complex)

A. HSC (Hydro Skimming Complex)


Hydro Skimming Complex (HSC) meliputi kilang lama (existing plant) dan
kilang baru (new plant). Pengolahan minyak di HSC ini terdiri dari pengolahan
tingkat pertama (primary process) dan pengolahan tingkat kedua (secondary
process). Pada pengolahan tingkat pertama fraksi-fraksi minyak bumi dipisahkan
secara fisika kemudian pengolahan tingkat kedua dilakukan untuk menyempurnakan
produk dari pengolahan tingkat pertama. Unit-unit yang terdapat pada HSC meliputi:
1. Primary Unit :
a. Crude distillation Unit (CDU) / Unit 100.
b. Naptha Rerun Unit (NRU) / Unit 102.
c. Naptha Hydrotreating Unit (NHDT) / Unit 200.
2. Secondary Unit:
a. Hydrobon Platforming I (PL-I) / Unit 301.
b. Platforming II (PL-II) – Continuous Catalyst Regeneration (CCR) / Unit
300-310.

a) Crude Distillation Unit (CDU) / Topping Unit-Unit 100


Unit ini berfungsi memisahkan fraksi-fraksi yang terkandung dalam minyak
mentah (crude oil) dengan cara distilasi atmosferik yaitu pemisahan fraksi
berdasarkan range titik didih masing-masing pada tekanan 1 atm. Kapasitas
pengolahan unit CDU di kilang PT. PERTAMINA (Persero) RU II Dumai hingga
saat ini adalah sebesar 127 MBSD, dengan kapasitas total pada perancangan sebesar
130 MBSD. Produk yang dihasilkan unit ini berupa :
1. Finishing product : Produk akhir yaitu Kerosene yang bisa langsung dijual,
Off gas untuk fuel gas.
2. Intermediate product : Produk yang masih harus diproses kembali pada unit
berikutnya yaitu Naphtha, Light Gas Oil (LGO), Heavy Gas Oil (HGO), dan
Long Residu (LR).
b) Naphtha Rerun Unit II (NRU) – Unit 102
Unit ini berguna memisahkan umpan naphtha pada topping unit menjadi Light
Naphtha dan Heavy Naphtha serta gas untuk bahan bakar kilang (feed gas). Light
Naphtha disebut juga dengan istilah Low Octane Mogas Component (LOMC) yang
tidak mengandung olefin atau banyak mengandung paraffin. Light Naphtha yang
dihasilkan digunakan sebagai blending component premium dengan jarak titik didih
30-80oC, sedangkan Heavy Naphtha digunakan sebagai umpan Hydrobon
Platforming Unit dengan jarak titik didih 80-160oC. Prinsip dasar proses ini sama
dengan Topping Unit yaitu pemisahan berdasarkan range titik didih.
Produk dari unit ini antara lain :
1. Gas, sebagai bahan bakar kilang (feed gas).
2. Off gas yang digunakan sebagai fuel gas atau dibuang ke flare.
3. Light Naphtha, sebagai Low Octane Mogas Component (LOMC) untuk
komponen blending.
4. Heavy Naphtha, sebagai umpan Hydrobon Platforming Unit.
c) Naphtha Hydrotreating Unit (NHDT) – Unit 200
Naphtha Hydrotreating Unit (NHDT) berfungsi menghilangkan impurities
seperti sulfur, oksigen dan nitrogen, serta menjenuhkan olefin yang terdapat dalam
stabilizednaphtha dari Delayed Coker dan naphtha dari Hydrocracker dengan
bantuan katalis S-16. Kandungan sulfur dan nitrogen maksimal dalam umpan
platformer masing-masing 0,5 ppm untuk mencegah keracunan katalis.
Umpan NHDT adalah cracked naphtha dari Delayed Coking Unit (DCU),
Heavy Naphtha dari HydrocrackerUnibon (HCU) dan Naphtha dari Destillate
Hydrotreating Unit (DHDT). Kapasitas pengolahan unit NHDT sebesar 10,1 MBSD.
Reaksi yang terjadi dalam unit ini adalah :
1. Penghilangan Sulfur : RSH + H2 → RH +H2S
2. Penghilangan Sulfur : CH3NH2 + H2 → CH4 + NH3
3. Penghilangan Oksigen : C6H5OH + H2 → C6H6 + H2O
4. Penjenuhan Olefin : R = R+H2 → RH – RH
5. Penghilangan Klorida : R- Cl + H2 → RH + HCl
Produk yang dihasilkan oleh unit ini adalah :
1. Off Gas yang dimanfaatkan sebagai fuel gas.
2. Light Naphtha, sebagai LOMCuntuk campuran premium.
3. Heavy Naphtha, sebagai umpan CCR-Platforming Unit (PL-II).
d) Hydrobon Platforming Unit (PL-I) – Unit 301
Heavy Naphtha yang dihasilkan Naphtha Rerun Unit masuk sebagai umpan
dalam Platforming I (PL-I). Unit ini terdiri dari 2 bagian, yaitu Hydrobon dan
Platforming. Hydrobon berfungsi untuk memurnikan Heavy Naphtha dengan
menghilangkan impuritiesnya dari unit NRU dengan cara hidrogenasi dengan katalis
Topsoe TK-525 dan TK-551 untuk menghilangkan kontaminan seperti senyawa-
senyawa olefin dan logam-logam lain yang dapat meracuni katalis. Platforming
bertujuan untuk menaikkan nilai oktan melalui penataan ulang struktur molekul
hidrokarbon menggunakan panas dan katalis. Proses dalam subunit ini berlangsung
pada reaktor bertekanan 27 kg/cm2 dengan temperatur 500oC. Kapasitas pengolahan
unit ini sebesar 6,2 MBSD. Hydrobon Platforming Unit ini memproduksi LPG dan
reformate.
Reaksi utama yang terjadi pada unit platforming adalah dehidrogenasi,
hydrocracking paraffin, isomerisasi, dehidrosiklisasi paraffin. Berikut persamaan
reaksinya:
1. Dehidrogenasi : C6H11CH3 → C6H5CH3 + H2
2. Hydrocracking paraffin : C8H8 + H2 → C5H12 + C3H8
3. Isomerisasi : C6H12 → C2H5 – CH(CH3) – C2H5
4. Dehidrosiklisasi paraffin : C7H16 → C7H14 + H2
e) Platforming II (PL-II) – Unit 300
Unit ini direncanakan untuk mengolah Heavy Naphtha dari Naphtha
Hydrocracker agar mengahasilkan mogas component beroktan tinggi (94) dengan
bantuan katalis UOP R-164. Reactor Platforming mempunyai 3 buah reaktor yang
tersusun seri secara vertikal dengan temperatur 540oC dan tekanan 9 kg/cm2.
Kapasitas pengolahan ini sebesar 8,9 MBSD. Reaksi-reaksi yang terjadi di dalam
reaktor ini adalah dehydrogenasi, hydrocracking, isomerisasi, dan dehydroksilisasi.
Pada CCR, unit ini dirancang untuk meregenerasi katalis yang digunakan di
Platforming secara terus menerus karena selama proses yang terjadi di platforming
katalis mengalami deaktivasi akibat keracunan dan pembentukan coke. CCR
dirancang dengan kapasitas 136 kg/jam. Produk-produk yang dihasilkan :
1. Gas H2sebagai umpan H2Plant, NHDT, DHDT.
2. LPG.
3. Reformate/komponen utama pembentukan mogas.
f) Continous Catalytic Regeneration (CCR) – Unit 310
Continous Catalytic Regeneration (CCR) merupakan unit yang berfungsi
untuk meregenerasi katalis yang digunakan dalam platforming (PL-II) secara kontinu.
Hal ini dilakukan karena terjadinya deaktivasi katalis akibat racun dan pembentukan
coke. Kapasitas regenerasi katalis dalam unit CCR adalah sebesar 136 kg/jam dengan
peralatan utama yaitu Regen Tower, Lock Hopper 1&2, dan Lift Engangers 1&2.
Proses regenerasi katalis ini dimulai dengan pengumpulan katalis dari Platformer
Reactor di Catalyst Collector untuk selanjutnya masuk ke Lock Hopper 1. Lift
Engagers 1 berfungsi untuk menaikkan katalis Reagen Tower. Lift gas yang
digunakan adalah N2. Di dalam Reagent Tower, katalis dibakar dengan O2 sampai
dengan 510oC. Lock Hopper 1&2 digunakan untuk mengatur ketinggian katalis di
reactor dan di Regent Tower. Untuk menaikkan katalis hasil regenerasi, digunakan
Lift Gas Hydrogen di Lift engagers 2.

B. HCC (Hydro Cracking Complex)


Hydro Cracking Complex merupakan salah satu proyek perluasan kilang PT.
PERTAMINA (Persero) RU II Dumai. HCC ini didesain oleh Universal Oil Product
(UOP). Unit-unit yang terdapat dalam HCC :
1. Hydrocracker Unibon (HCC) – Unit 211 dan Unit 212
2. Amine & LPG Recovery – Unit 410
3. Hydrogen Plant – Unit 701 dan Unit 702
4. Sourv Water Stripper – Unit 840
5. Nitrogen Plant – Unit 902
a) Hydrocracker Unibon (HCU) – Unit 211/212
Unit Hydrocrcker Unibon berfungsi mengolah fraksi minyak berat berupa
Heavy Cooker Gas Oil (HCGO) yang berasal dari DCU dan Heavy Vacuum Gas Oil
(HVGO) yang berasal dari HVU menjadi fraksi yang lebih ringan dengan nilai
ekonomis yang lebih tinggi melalui reaksi hydrocracking dengan bantuan gas
Hidrogen (H2) yang berasal dari H2plant.
Hydrocracker Unibon terdiri dari dua unit yang identik dengan kapasitas
pengolahan sebesar 31516 BPSD per unit. Unit tersebut adalah HCU-Unit 211 dan
HCU-Unit 212. Unit ini dioperasikan pada tekanan 170 kg/cm2 (dengan tekanan
rancangan sebesar 176 kg/cm2). Peralatan yang terdapat pada HCU digolongkan
menjadi reaktor dan fraksinator.
Produk-produk yang dihasilkan diunit ini diantaranya: off gas, LPG, Light
Naphtha, Heavy Naphtha, Light Kerosene& Heavy Kerosene (sebagai komponen
blending kerosene/avtur/JP-5), Automotive Diesel Oil (ADO), dan Bottom
fractinator/recycle feed.
b) Amine dan LPG Recovery – Unit 410
Unit ini berfungsi untuk menghilangkan senyawa sulfur dari gas LPG yang
dihasilkan di unit-unit lain untuk mencegah rusaknya katalis di H2plant serta
mencegah terjadinya korosi di tangki LPG, dan untuk mendapatkan produk-produk
LPG dengan kadar C3 dan C4 yang diinginkan. Proses ini menggunakan absorbent
MEA (Mono Ethanol Amine). Pemilihan larutan ini berdasarkan pada kemampuan
aktivitas MEA yang tinggi terhadap H2S serta kelarutan terhadap hidrokarbon yang
rendah.
Umpan berasal dari Platforming unit, NHDT, DHDT, dan HCU, serta
Debutanizer liquid dari CCR-Platforming dengan produk berupa LPG. Kapasitas
pengolahan unit ini sebesar 1,7 MBSD dan dibagi menjadi 2 bagian :
a) Absorben Section (Off gas amine absorber dan LPG amine absorber), untuk
menghilangkan H2S dari off gas dan LPG.
b) Amine Regeneration (Vapor amine stripper), untuk merecovery lean amine
dan rich amine.
c) Hydrogent Plant (H2 Plant) – Unit 701/702
Hydrogen Plant adalah salah satu yang menghasilkan hydrogen dengan
menggunakann sistem reforming dan dibangun untuk memenuhi kebutuhan hydrogen
yang diperlukan pada proses Hydrocracking Unit. Umpan yang diolah pada unit ini
berasal dari :
1. H2 rich gas dari Platformer (70-80% H2 dan sedikit methane).
2. Saturated gases dari recovery (30-50 % H2 dan sedikit methane dan ethane).
3. LPG (propane dan butane).
Tahapan yang terjadi di Hydrogen Plant adalah desulfurisasi, steam
reforming, shiftconvertion, absorbs CO2 dan metanasi. Kapasitas unit ini sebesar
43.914 Nm3/hr setiap satu train per hari. Produk yang dihasilkan adalah gas
hydrogen.
d) Sour Water Stripper (SWS)-Unit 840
Unit Sour Water Stripper berfungsi untuk me-reuse air dar irefinery sour
water dengan menurunkan kadar kontaminan berupa H2S dan NH3 yang terkandung
di dalamnya sejumlah 97% volume H2S dan 90 volume NH3 dari umpan dengan
kapasitas pengolahan 10,3 MBSD dapat dihilangkan dalam unit ini. Umpan unit Sour
Water Stripper berasal dari Hydrocracker Unibon, Delayed Coking Unit, Distillate
Hydrotreating Unit, Naphtha Hydrotreating Unit, dan Vacuum Distillation Unit.
Sebelum masuk ke SWS, umpan unit ini dipanaskan terlebih dahulu dengan Low
Pressure Steam (LPS). Dalam unit SWS terjadi proses pemanasan dalam kolom pada
tekanan 0,6 kg/cm2 sampai mencapai temperatur 120°C. Ditahap selanjutnya,
sebelum dibuang kealam bebas (laut), air diproses terlebih dahulu di IPAL.
e) Nitrogen Plant-Unit 300
Nitrogen Plant berfungsi menghasilkan nitrogen yang diperlukan pada proses
start up dan shut down unit-unit proses, regenerasi katalis dan media blanketing
tangki-tangki. Kapasitas pengolahan nitrogen plant sebesar 12.000 Nm3/hari. Prinsip
operasinya adalah pemisahan oksigen dan nitrogen dari udara berdasarkan titik
embunnya yang berlangsung pada temperatur operasi -180oC. Proses ini
menggunakan molecular sieve absorber untuk menyerap uap air dalam udara.

C. HOC (Heavy Oil Complex)


Unit-unit yang terdapat dalam HOC adalah :
1. High Vacuum Distillatiuon Unit (HVU).
2. Delayed Coking Unit (DCU).
3. Distillate Hydrotreating Unit (DHDT).

1. High Vacuum Distillation Unit (HVU)-110


Unit ini berfungsi untuk memisahkan umpan Long Residue dari CDU
berdasarkan perbedaan titik didih. Prinsip operasi unit HVU adalah distilasi pada
keadaan vakum, karena penurunan tekanan mengakibatkan penurunan titik didih
hingga proses pemisahan dapat dilakukan tanpa terjadi thermal cracking. Kondisi
vakum diperoleh dengan menarik produk gas di bagian atas kolom menggunakan tiga
buah steam jet ejector yang tersusun seri. Proses pemisahan berlangsung pada kondisi
operasi dengan tekanan 18-22 mmHg dan temperatur operasi 400oC. Keterangan pada
unit ini:
1. Kapasitas : 92,6 MBSD atau 614 m3/jam.
2. Umpan : Long Residue dari CDU
3. Produk :
a. Off Gas, akan dipakai sebagai fuel gas (untuk konsumsi sendiri).
b. Light Vacuum Gas Oil (LVGO), digunakan sebagai komponen blending.
c. Heavy Vacuum Gas Oil (HVGO), digunakan sebagai umpan
hydrocracker unibon (HC Unibon).
d. Short residue, digunakan sebagai umpan Delayed Coking Unit (DCU).
4. Peralatan utama : vacuum tower (110 V-1)
2. Delayed Cooking Unit (DCU)-140
Delayed Cooking Unit berfungsi untuk mengolah short residu dari unit HVU
menjadi coke (kokas), fraksi-fraksi minyak yang lebih ringan dan gas. Prinsip reaksi
adalah thermal cracking, yaitu perengkahan hidrokarbon berat menjadi hidrokarbon
rantai pendek pada temperatur tinggi (500oC). Tingginya temperatur mengakibatkan
terjadinya polimerisasi. Proses pembentukan green coke dari polimer :
1. Steaming out untuk membuang fraksi ringan yang masih tersisa, selama 1
jam.
2. Steaming out to blowdown sistem, selama 2 jam.
3. Water quenching, selama 5 jam dengan menggunakan campuran air dan steam
(20 ton air 7 8 ton steam).
4. Water fill in, pendinginan dengan air pada temperatur di bawah 100 oC,
selama 2 jam.
5. Pengeringan dan pengeluaran coke dari chamber dengan menggunakan air.
Keterangan pada unit ini:
1. Kapasitas : 35,4 MBSD atau 234 m3/jam
2. Umpan : short residu dari HVU
3. Produk :
Gas, sebagai fuel gas, LPG, Naphtha sebagai umpan NHDT, Light
coker gas oil (LCGO) sebagai umpan DHDT, Heavy coker gas oil (HCGO)
sebagai umpan HC Unibon, Green Coke
4. Peralatan utama :
fractionator (140 V-2), light & heavy cooker oil stripper (140 V-3 & 140 V-
4), debutanizer (140 V-18), LPG splitter (140 V-20).
3. Distillate Hydrotreating Unit (DHDT)-220
Unit ini berfungsi untuk mengolah Light Coker Gas Oil (LCGO) dari unit
DCU dengan cara menjenuhkan material hasil cracking yang tidak stabil dan
membuang pengotor seperti sulfur dan nitrogen dengan bantuan gas hidrogen
bertekanan. Proses ini menggunakan bantuan katalis UOP S-12. Reaksi yang terjadi
di dalam reaktor adalah penjenuhan olefin, penghilangan sulfur, penghilangan
nitrogen, penghilangan oksigen, penghilangan logam, dan penghilangan halida.
Campuran produk hasil reaksi dipisahkan di kolom stripper dan splitter. Keterangan
pada unit ini:
1. Kapasitas : 90 m3/jam
2. Umpan : LCGO dari DCU
3. Produk yang dihasilkan pada unit ini :
a. Off Gas, sebagai fuel gas.
b. Naphtha, digunakan sebagai umpan HC Unibon.
c. Light Kerosene, digunakan sebagai campuran kerosene dan diesel.
d. Heavy kerosene, digunakan sebagai campuran kerosene dan diesel.
4. Peralatan utama :
Hydrotreating Reeactor (220 V-2, V-3), Stripper (220 V-8), Splitter (220 V-
10)

Gambar 4.2 Flow Diagram Proses Pengilangan Minyak Bumi di RU II Dumai


4.6.4 Utilitas
Di dalam suatu pabrik terutama kilang minyak, utilitas merupakan suatu
bagian yang penting guna menunjang operasi karena sebagian besar jalannya operasi
ditentukan oleh adanya utilitas ini. Utilitas yang terdapat pada PT. PERTAMINA
(Persero) RU II Dumai adalah :
1. Plant Water, yang berfungsi sebagai :
a. Air pendingin pompa
b. Air umpan boiler
c. Air minum
d. Water hydrant
e. Air bersih untuk perumahan
2. Steam, yang berfungsi sebagai :
a. Penggerak turbin
b. Pemanas
3. Udara bertekanan (pressed air), yang berfungsi sebagai :
a. Instrumen Air, untuk menjalankan instrumen pengontrol
b. Plant Air, untuk pembersihan alat-alat
4. Sea Water, yang berfungsi sebagai :
a. Air pendingin pada cooler dan condensor
b. Pendingin mesin-mesin di power plan

4.6.5 Pengolahan Limbah


Dampak dari limbah industri yang dihasilkan oleh PT. PERTAMINA (Persero)
RU II Dumai diusahakan ditekan serendah mungkin. Komitmen ini sejalan dengan
keberhasilan PT. PERTAMINA (Persero) RU II Dumai memperoleh sertifikasi ISO
14001 (sistem manajemen lingkungan) pada Desember 2001. Adapun tindakan-
tindakan yang dilakukan oleh Pertamina RU II Dumai dalam menekan dampak dari
limbah industrinya adalah :
1. Melaksanakan Good Housekeeping di lingkungan kerja, dengan cara
mengoptimasi penggunaan air, energi, dan bahan baku.
2. Pada saat pembangunan pabrik, Pertamina RU II Dumai dilengkapi dengan
unit-unit untuk mengelola dan mereduksi limbah.
3. Sistem proses yang digunakan dilengkapi dengan recycle dan recovery bahan,
produk.
Adapun unit-unit yang digunakan untuk mengelola dan mereduksi kuantitas
dan bahaya limbah adalah :
a. Limbah Gas
Limbah gas yang dihasilkan oleh Pertamina RU II Dumai adalah emisi gas
yang mengandung SOX, NOX, H2S, NH3, CO2, CO, hidrokarbon, debu, jelaga, dan
bau yang sebagian besar berasal dari flare atau gas cerobong. Upaya penanggulangan
yang dilakukan adalah dengan menggunakan stack atau cerobong yang didesain
dengan ketinggian tertentu agar memenuhi baku mutu emisi dan baku mutu ambient.
Upaya lain yang dilakukan oleh Pertamina RU II Dumai adalah dengan memasang
CEM (Continuous Emission Monitoring) yang diletakkan pada cerobong (stack) unit
HVU, yang merupakan unit yang setelah dianalisa menghasilkan emisi gas terbesar.
Pendekatan yang ditempuh dalam rangka pengendalian dan penanggulangan
dampak terhadap kualitas udara adalah dengan menerapkan program “waste
minimization” yang di dalamnya terdapat empat tahap :
a. Reduksi limbah dari sumbernya
b. Reuses
c. Recycle
d. Recovery

b. Limbah Cair
Limbah cair yang dominan berasal dari aktivitas kilang yaitu berupa minyak,
sludge, sour water. Limbah tersebut berasal dari hasil proses maupun tumpahan dari
sistem pemproses. Peralatan yang digunakan untuk menangani limbah cair tersebut
antara lain :
1. Untuk mengatasi tumpahan-tumpahan minyak di perairan (laut) digunakan
peralatan :
a. Oil boom, digunakan untuk menahan tumpahan minyak di perairan agar
tidak tersebar luas. Oil boom tersebut berupa pembatas yang ditarik oleh
dua buah kapal.
b. Oil skimmer, digunakan untuk menghisap tumpahan minyak yang telah
berkumpul.
c. Oil sorbent, digunakan untuk menyerap minyak yang masih tersisa di
perairan, yang berupa lapisan film.
d. Oil dispersant, merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk
menghilangkan sisa-sisa minyak yang tidak dapat dihilangkan dengan
peralatan lainnya seperti diatas. Prinsip dari oil dispersant adalah
membentuk koloid antara minyak dispersant sehingga berat jenisnya
meningkat dan larutan minyak dispersant tenggelam ke dasar laut.
2. Sour Water Stripper, digunakan untuk mengolah limbah cair yang bersifat
asam yang keluar dari proses. Unit ini terletak pada area Hydrocracking
Complex (HCC).
3. Oil separator II, digunakan untuk memisahkan campuran air-minyak yang
terkandung di dalam air limbah. Pada tahap ini hanya akan terjadi pemisahan
antara minyak dan air. Oleh karena itu, kandungan senyawa polutan lain
selain minyak yang ada di dalam air limbah akan tetap sama.
4. Kolam Ekualisasi
Pada dasarnya proses yang terjadi di kolam ekualisasi ini adalah secara fisika
yaitu menurunkan suhu, menangkap minyak yang masih terbawa dalm air
limbah. Minyak yang terkumpul akan dipompakan menuju slpe tank untuk
kemudian diolah lagi ke dalam unit produksi dan menghasilkan suatu produk.
Selain itu bak ekualisasi ini juga berfungsi untuk menghindari shock loading
dalam pengolahan limbah secara biologi (pada kolam aerasi).
5. Kolam Aerasi
Proses yang terjadi pada kolam aerasi ini adalah proses lumpur aktif. Pada
proses ini kondisi lingkungan sangat mempengaruhi proses yang berjalan.
Mikroorganisme mempunyai peranan yang sangat penting dalam
mendegradasi senyawa polutan yang terdapat dalam air limbah. Kolam aerasi
ini berukuran besar dan menggunakan 3 buah aerator dalam
pengoperasiannya.
6. Kolam Pengendap
Limbah dari kolam aerasi yang masuk ke dalam kolam ini mengandung
partikel-partikel dari lumpur aktif dan hasil degradasi. Untuk itu perlu
diendapkan di kolam pengendap. Karena berfungsi sebagai pengendap, aliran
air dikolam ini diusahakan laminar. Endapan yang ada pada kolam pengendap
ini sewaktu-waktu dipompa dan ditampung pada tangki pembiakan. Di dalam
tangki tersebut juga terdapat mikroba yang akan dibiarkan. Hal ini dilakukan
tidak tentu waktunya. Namun lumpur yang telah aktif tersebut akan secara
rutin dimasukkan ke dalam kolam aerasi satu kali dalam seminggu.
7. Separator III
Separator III sebagai penampung terakhir air limbah yang berasal dari unit
biotretment dan area ME-57. Di kolam ini akan terjadi pencampuran limbah
hasil proses pengolahan dengan limbah yang belum mengalami proses.

c. Limbah Padat
Upaya pengolahan limbah padat khususnya limbah B3 bertujuan untuk
menurunkan kadar parameter-parameter pencemar terhadap air tanah, air laut,
maupun kualitas udara agar memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan.
Sedangkan pengolahan limbah padat domestik bertujuan untuk menciptakan
kenyamanan dan kebersihan lingkungan. Limbah padat yang dihasilkan di RU II
Dumai termasuk cara pengolahannya antara lain adalah :
1. Lumpur (sludge) bercampur minyak dari drain tangki dan oil separator
Lumpur tersebut diolah dengan cara melakukan mixing bersama air hangat,
kemudian dilakukan pengenceran agar minyak terapung dan dapat dipisahkan
dari sludge.
2. Spent katalis
Pertamina RU II Dumai tidak mempunyai perangkat yang dapat digunakan
untuk mengolah spent katalis. Maka katalis yang sudah tidak digunakan
biasanya dijual, karena banyak mengandung unsur platina yang cukup bernilai
ekonomis.
3. Karbon aktif
Karbon aktif yang tidak digunakan lagi, jika masih memenuhi spesifikasi,
dicampur dengan coke dan dijual.
4. Limbah perbengkelan berupa logam, kaleng, dan bungkus
Pertamina RU II Dumai tidak memiliki pusat pengolahan limbah yang
tersendiri, oleh karena itu limbah padat lainnya akan ditampung sementara
kemudian dibuang atau dikirim ke PPLI.

4.6.6 Delayed Cooking Unit (DCU)-140


Delayed Cooking Unit berfungsi untuk mengolah short residu dari unit HVU
menjadi coke (kokas), fraksi-fraksi minyak yang lebih ringan dan gas. Prinsip reaksi
adalah thermal cracking, yaitu perengkahan hidrokarbon berat menjadi hidrokarbon
rantai pendek pada temperatur tinggi (500oC). Tingginya temperatur mengakibatkan
terjadinya polimerisasi. Proses pembentukan green coke dari polimer :
1. Steaming out untuk membuang fraksi ringan yang masih tersisa, selama 1
jam.
2. Steaming out to blowdown sistem, selama 2 jam.
3. Water quenching, selama 5 jam dengan menggunakan campuran air dan steam
(20 ton air 7 8 ton steam).
4. Water fill in, pendinginan dengan air pada temperatur di bawah 100 oC,
selama 2 jam.
5. Pengeringan dan pengeluaran coke dari chamber dengan menggunakan air.
Keterangan pada unit ini:
1. Kapasitas : 35,4 MBSD atau 234 m3/jam
2. Umpan : short residu dari HVU
3. Produk : Gas, sebagai fuel gas, LPG, Naphthasebagai umpan NHDT,
Light coker gas oil (LCGO) sebagai umpan DHDT, Heavy coker gas oil
(HCGO) sebagai umpan HC Unibon, Green Coke
4. Peralatan utama :
fractionator (140 V-2), light & heavy cooker oil stripper (140 V-3 & 140 V-
4), debutanizer (140 V-18), LPG splitter (140 V-20),
5. Peralatan pendukung :
feed surge drum (140 V-2), heater (140 H-1 ABCD), vessel (140 V-5, 140 V-
13, 140 V-15, 140 V-17,140 V-20, 140 V-23), separator (140 V-6, 140V-7,
140 V-12, 140 V-14, 140 V-16, 140 V-19), HE (140 E-19 & 140 E-24)
6. Aliran proses:
Umpan ditampung sementara dalam 140 V-5, kemudian dialirkan ke
fractionator (140 V-2). Produk atas 140 V-2 adalah gas, cracked naphta dan
LPG. Produk samping diambil melalui stripper 140 V-3 adalah LCGO dan
melalui 140 V-4 adalah HCGO. Produk bawah dipanaskan di 140 H-1, lalu
disimpan di 140 V-1 A/B/C/D, untuk kemudian didinginkan membentuk
green coke.

Anda mungkin juga menyukai