Anda di halaman 1dari 127

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN PENALARAN


MORAL PADA REMAJA AKHIR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

Disusun oleh :
Endah Febiana Gunawan
119114083

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSETUJUAN PEMBIMBING

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN PENALARAN MORAL PADA


REMAJA AKHIR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Endah Febiana Gunawan

NIM : 119114083

Telah disetujui oleh :

Pembimbing,

P. Eddy Suhartanto, M.Si

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN PENALARAN MORAL PADA


REMAJA AKHIR

Dipersiapkan dan ditulis oleh :

Endah Febiana Gunawan

NIM : 119114083

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

Pada tanggal ……………… 2018

Dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Penguji I : P. Eddy Suhartanto, M.Si. I. ………………

Penguji II : Ratri Sunar Astuti, S.Psi., M.Si. II. ……………..

Penguji III : Cornelius Siswa Widyatmoko, M.Psi. III. ……………

Yogyakarta,

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

Dekan,

Dr. Titik Kristiyani M.Psi., Psi.

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Setiap individu itu unik, maka Allah berikan proses yang berbeda ketika
menempanya.

~ Efg

Our deepest fear is not that we are inadequate. Our deepest fear is that we are
powerful beyond measure. It’s our light, not our darkness.

~Marianne Williamson

Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu, dan

orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.

~ QS : Al-Mujadilah, 11

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan tulisanku ini untuk :

Ibu dan Bapak yang selalu menunggu,

mendukung, dan senantiasa mendoakan dengan sabar

Kedua adik kesayangannku Elen dan Elicia

Yang sering menanyakan kapan mbanya ini selesai skripsinya

Semoga perjalanan pendidikan kalian selalu lancar ya de ☺

Teruntuk saudara-saudaraku, para sahabat,

Dan Yogi teman berjuang 9 tahunku

Terimakasih atas support yang tiada hentinya

Teman-teman seperjuangan yang telah selesai ataupun yang masih


berjuang menyelesaikan karya tulisan mereka.

Allah Blessed you all

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Juni 2018

Penulis,

Endah Febiana Gunawan

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HUBUNGAN HARGA DIRI DAN PENALARAN MORAL PADA REMAJA


AKHIR

Endah Febiana Gunawan

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan harga diri dan penalaran
moral pada remaja akhir. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini, yaitu
terdapat hubungan harga diri dan penalaran moral pada remaja akhir. Subjek dalam
penelitian ini adalah 101 remaja akhir dengan rentang usia 18 sampai 21 tahun.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling dan alat pengumpul data berupa skala kuesioner. Alat pengumpul data
penelitian menggunakan dua alat ukur yaitu Coopersmith Self Esteem Inventory dan
Defining Issue Test. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif
dengan teknik analisis data spearman Rho. Hasil penelitian menunjukan nilai R 0,592
dengan signifikansi (p < 0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan positif yang
signifikan antara harga diri dan penalaran moral pada remaja akhir.

Kata kunci : harga diri, penalaran moral, remaja akhir.

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

CORRELATION BETWEEN SELF ETSEEM AND MORAL REASONING


AMONG LATE ADOLESCENT

Endah Febiana Gunawan

ABSTRACT

The purpose of this research is to determine the correlation between self


esteem and moral reasoning among late adolescent. This research hypothesis is a,
there is a correlation between self esteem and moral reasoning among late
adolescent. The subjects of research were 101 late adolescents ranged from 18 to 21
years old. The sample taking technique in this research used purposive sampling and
data was collected through a scale questionnaire. The instrument of this research
used two measurements which are Coopersmith Self Esteem Inventory and Defining
Issue Test. This research is quantitative research that used spearman rho as its
analysis data technique. The result showed the number of R as 0,592 that there is
significance (p < 0.05) positive correlation between self esteem and moral reasoning
among late adolescent.

Keyword : self esteem, moral reasoning, late adolescence.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH


UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Endah Febiana Gunawan

Nomor Mahasiswa : 119114083

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan


Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Hubungan Antara Harga Diri dan Penalaran Moral Pada Remaja Akhir

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 11 Juni 2018

Yang menyatakan,

( Endah Febiana Gunawan )

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah yang Maha Esa atas rahmat-

Nya selama penyusunan, pelaksanaan, hingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis

menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan

bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini, peneliti ingin

menghaturkan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Titik Kristiyani M.Psi., Psi, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta,

2. Monica E. Madyaningrum, M.App.Psych.,Ph.D selaku Kaprodi Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,

3. P. Eddy Suhartanto, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi peneliti yang telah

membimbing dan membantu dalam penyelesaian serta memberikan arahan, saran dan

kritik selama proses penyelesaian skripsi ini. Terimakasih banyak Pak atas

kesabarannya dalam membimbing saya,

4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah

memberikan banyak pengetahuan, pelajaran dan ilmu selama masa study penulis.

Ucapan terimakasih juga tidak lupa penulis ucapkan kepada seluruh jajaran Staf

Sekertariat, Staf Laboratorium Fakultas Psikologi, dan tidak lupa Pak Gie.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Kedua orang tua yang penulis kasihi, Ibu (Margi Untung Astuti) dan Bapak

(Gunawan). Terima kasih atas doa, dukungan dan kesabaran dalam menunggu penulis

hingga selesai kuliah dan entah sampai kapan tidak akan pernah bisa penulis

balaskan. Semoga Ibu dan Bapak sehat selalu sampai saya bisa membahagiakan Ibu

dan Bapak suatu hari nanti. Teruntuk kedua adikku Elen Meytika dan Elicia Luhur

Nurlintang yang penulis kasihi, terima kasih atas doa, canda, marah, pertanyaan, dan

dukungan yang telah diberikan selama ini.

6. Para responden penelitian yang berasal dari berbagai sekolah dan latar belakang,

peneliti menghaturkan banyak terimakasih atas kerjasamanya dalam pengumpulan

dan pengambilan data penelitian.

7. Kunprayogie Herlambang, S.Ikom, yang telah lebih dahulu memperoleh gelarnya dan

tak pernah lelah mengingatkan serta menemani drama jatuh bangunnya selama

nggarap skripsi. Septhiani Monawarah, S.Ked, selaku teman serumah saudara yang

telah membantu melalui doa dan menyemangati. Acil kesayangan Banyuriatiga., M.E

yang juga selalu siap mendengarkan keluh kesah penulis. Terimakasih ku ucapkan.

8. Sahabat selama penulis berkuliah yaitu mam Agnes, Manda, Tara, Gunam, Bayu,

Rhisang, dan teman-teman seperjuangan yang memberikan warna dan cerita dalam

keseharian. Allhamdulilah beberapa di antara kalian telah satu langkah di depanku

dalam meraih cita-cita. Terimakasih untuk selalu menyemangati penulis dalam proses

penulisan skripsi ini. See u again guys <3

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9. Ucapan terimakasih juga penulis haturkan untuk seluruh sanak saudara dan kerabat

penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Terimakasih atas doa, nasihat

dan pertanyaan-pertanyaan yang membangun penulis. Tidak lupa juga terimakasih

untuk mas-mas barista yang telah membuatkan kopi yang enak sebagai teman

mengerjakan skripsi penulis. Bapak penjaga parkiran kampus, mas-mas kopma, ibu

penjaga perpustakaan. Orang-orang yang penulis temui setiap hari yang telah

memberikan inspirasi bagi penulis. Terimakasih, semoga Allah SWT, membalas

kebaikan kalian semua. Amin

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat

banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.

Yogyakarta, 11 Februari 2018

Peneliti,

Endah Febiana Gunawan

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

BAB I ................................................................................................................................... 1

Latar Belakang .......................................................................................................... 1

Rumusan Masalah ............................................................................................................... 8

Tujuan Penelitian ................................................................................................................ 9

Manfaat Penelitian ............................................................................................................... 9

BAB II ................................................................................................................................ 11

Landasan Teoritis ................................................................................................................ 11

A. Harga Diri ................................................................................................................ 11


1. Pengertian Harga Diri ....................................................................................... 11
2. Ciri-ciri Harga diri.............................................................................................. 13
3. Aspek-Aspek Harga Diri .................................................................................... 15
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Diri ............................................... 18
5. Perkembangan Harga Diri Remaja .................................................................... 20
6. Pengukuran Harga Diri ..................................................................................... 23
B. Penalaran Moral ...................................................................................................... 24
1. Pengertian Moral ............................................................................................... 24
2. Pengertian Penalaran Moral .............................................................................. 25
3. Tahap –tahap Perkembangan Moral .................................................................. 28
4. Komponen Penalaran Moral ............................................................................. 34
5. Pengukuran Penalaran Moral ........................................................................ …36
C. Remaja ..................................................................................................................... 37
1. Pengertian Remaja ............................................................................................ 37
2. Perubahan Pada Remaja ..................................................................................... 40
D. Dinamika Antar Variabel ........................................................................................ 44

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

E. Kerangka Berpikir……………………………………...................................48
F. Hipotesis ......................................................................................................... 48

BAB III ................................................................................................................. 49

A. Jenis Penelitian ……………………………………………………………... 49


B. Identifikasi Variabel Penelitian …………………………………………… 49
C. Definisi Operasional ……. ………………………………………………... 50
1. Harga Diri ……..……………………………………………………….. 50
2. Penalaran Moral ……………………………………………………….. 51
D. Populasi Dan Subjek Penelitian .…………………………………………... 51
E. Prosedur Penelitian …..…………………………………………………... 53
F. Metode Pengumpulan Data ...…………………………………………….. 54
1. Teknik Pengumpulan Data …..……………………………………….. 54
2. Alat Pengumpulan Data ………………………………………………. 55
G. Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur…………………………………….... 60
1. Validitas ………………………………………………………………. 60
2. Analisis Item ………………………………………………………… 62
3. Uji Reliabilitas ………………………………………………………. 66
H. Metode Analisis Data …………………………………………………..... 68
1. Uji Asumsi …………………………………………………………… 68
2. Uji Hipotesis…………………………………………………………... 70

BAB IV………………………………………………………………………….... 71

A. Pelaksanaan Penelitian …………………………………………………... 71


B. Dekripsi Responden Penelitian ………………………………………….. 71
C. Hasil Analisis Data Penelitian……………………………………………. 72
1. Uji Asumsi ………………………………………………………….. 73
2. Uji Linearitas………………………………………………………... 74

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Uji Hipotesis………………………………………………………... 74
D. Pembahasan ……………………………………………………………. 75
E. Keterbatasan Penelitian ………………………………………………... 79

BAB V…………………………………………………………………………. 81

A. Kesimpulan …………………………………………………………… 81
B. Saran ………………………………………………………………….. 81
1. Bagi Remaja ……………………………………………………….. 81
2. Bagi Lembaga Pendidikan ……………………………………….... 81
3. Bagi Orangtua dan Masyarakat ………………............................... 82
4. Bagi Peneliti Selanjutnya…………………………………………… 82

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 84

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skema tahap perkembangan moral menurut Kohlberg…………….. 31

Tabel 2. Blue print skala Harga diri sebelum uji coba ………………………. 55

Tabel 3. Distribusi item skala Harga diri untuk uji coba …………………….. 56

Tabel 4. Penilaian Skor ………………………………………………………. 57

Tabel 5. Distribusi item skala Penalaran Moral untuk uji coba …………….. 58

Tabel 6. Pemberian skor skala DIT (Defining issue Test) …………………... 59

Tabel 7. Distribusi item skala harga diri yang gugur ………………………… 63

Tabel 8. Distribusi item bentuk final skala harga diri ……………………….. 64

Tabel 9. Distribusi item skala Penalaran Moral yang gugur ………………….. 65

Tabel 10. Distribusi item bentuk final skala penalaran moral ……………….. 66

Table 11. Korelasi Alpha Cronbach ………………………………………….. 67

Table 12. Deskripsi responden penelitian ……………………………………. 72

Table 13. Uji Normalitas variabel penelitian ………………………………… 73

Tabel 14. Uji korelasi Harga Diri dan Penalaran Moral …………………….. 75

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Penelitian ………………………………………………….. 88

Lampiran 2. Korelasi item total skala harga diri final ………………………… 103

Lampiran 3. Uji reliabilitas alpha cronbach skala harga diri final …………… 104

Lampiran 4. Korelasi item total skala penalaran moral final …………………. 105

Lampiran 5. Uji reliabilitas alpha cronbach skala penalaran moral final …….. 106

Lampiran 6. Uji Normalitas ……………………………………………………. 107

Lampiran 7. Uji Linearitas …………………………………………………...... 108

Lampiran 8. Uji Hipotesis ……………………………………………………109

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dalam kehidupan mengalami beberapa periode perkembangan,

dari usia anak-anak hingga usia lanjut. Diantara periode tersebut, masa remaja

adalah salah satu fase perkembangan yang mendapat perhatian besar. Menurut

Santrock (2007), masa remaja merupakan transisi perkembangan antara masa

anak-anak dengan masa dewasa. Perkembangan transisi remaja ini mencangkup

perubahan biologis, kognitif dan sosialnya.

E.L Kelly (Monks, 2006) menjelaskan bahwa dalam masa remaja,

seseorang mempersiapkan diri memasuki masa dewasa. Keadaan pribadi, sosial,

dan moral remaja akhir berada dalam periode yang kritis “critical period”. Pada

periode ini rentan muncul masalah. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh

Hurlock, masa remaja dikenal sebagai usia bermasalah (Santrock, 2009). Masalah

pada usia remaja mulai muncul ketika remaja tidak mampu mengatasi situasi yang

menyebabkan mereka merasa kesulitan dan berakhir dengan keadaan tertekan.

Disisi lain, remaja memiliki kebutuhan untuk eksplorasi dan mencoba berbagai

macam cara sebagai upaya untuk menyelesaikan masalahnya tersebut.

Remaja butuh untuk melakukan eksplorasi sebagai upaya untuk

menemukan identitas mereka. Mereka banyak mengeksplorasi mengenai perilaku,

minat, dan idiologi yang dianggap sesuai dengan diri mereka. Oleh karena itu

tugas utama perkembangan remaja ialah membangun identitas diri mereka

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(Atkinson; Santrock 2009). Pada saat membangun identitas, remaja menyerap

pengalaman dan hal positif maupun negatif dari keluarga maupun lingkungannya.

Pada masa eksplorasi ini remaja seringkali mencoba berbagai macam hal dan

mulai mempertimbangkan akibat yang ditimbulkan dari perbuatanya. Namun,

tidak jarang pula mereka melakukan ekslporasi tanpa pertimbangan yang

membawa dampak negatif sehingga melanggar aturan atau norma yang berlaku di

masyarakat.

Salah satu dampak negatif dari perilaku tanpa pertimbangan yang

dilakukan oleh remaja dapat mengakibatkan mereka terjerat kasus hukum.

Beberapa peristiwa yang cukup mengejutkan terjadi beberapa tahun belakangan

ini. Kasus kriminal yang dilakukan remaja semakin bertambah dan menjadi hal

yang mencemaskan bagi banyak pihak. Salah satunya yang terjadi di awal tahun

2016 ialah kasus pembunuhan seorang remaja wanita bernama Yuyun (16 tahun)

yang di lakukan oleh 14 orang remaja pria dengan rentang usia yang termuda 14

tahun dan yang paling tua berusia 22 tahun. Tidak hanya membunuh, sebelumnya

para pelaku juga melakukan kekerasan seksual terhadap korban. Pelaku mengaku

sebelum membunuh korban, mereka beramai-ramai usai menonton video porno.

Selain itu kasus terbaru di 2018 yang cukup viral di sosial media adalah

beredarnya video penganiayaan yang dilakukan beberapa remaja putri terhadap

remaja putri lainnya yang notabene disebabkan karena masalah hubungan asmara.

Dikutip dari detik news motif pelaku melakukan penganiayaan adalah "Pelaku

tidak terima karena teman laki-lakinya telah direbut oleh Korban,”.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kasus di atas telah cukup membuat resah masyarakat dan menunjukkan

bahwa ada yang tidak dipahami remaja ketika mereka hidup berdampingan

dengan masyarakat. Norma yang berlaku di masyarakat seperti norma sosial,

agama, adat, hukum dan kesusilaan (kesopanan) berisi nilai-nilai moral yang

penting untuk remaja pahami. Sebagian orang berpendapat bahwa moral dapat

mengendalikan tingkah laku seseorang, sehingga individu tidak dengan mudah

melakukan hal-hal yang merugikan atau bertentangan dengan kehendak dan

pandangan masyarakat.

Perkembangan kognitif anak sangat berkaitan dengan penilaian dan

penalaran moral. Berdasarkan pandangan tersebut, perkembangan moral adalah

peningkatan kemampuan anak untuk membedakan dan mengintegrasikan

perspektif dirinya dengan lingkungannya (Kohlberg, 1995). Berdasarkan

penelitian perkembangan kognitif, remaja mengalami peningkatan kemampuan

perspective taking, kecerdasan, dan kemampuan berpikir abstrak. Selain itu, hal

ini menekankan pentingnya pengalaman sosial anak karena dalam pengalaman

bersosial anak mendapatkan kesempatan untuk dapat mengambil perspektif dari

orang lain. Penelitian lain juga menunjukan bahwa penalaran moral berkorelasi

dengan usia kronologis dan IQ anak.

Perkembangan moral merupakan salah satu tahapan yang harus dilalui

oleh remaja untuk mencapai penilaian moral (moral judgement). Perkembangan

penilaian moral bagi remaja merupakan tahapan penting. Hal tersebut dibutuhkan

terutama dalam mengembangkan hubungan remaja dengan lingkungan sosialnya.

Orang yang mampu melalui seluruh tahapan perkembangannya dengan baik


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

diasumsikan sebagai orang yang sehat secara mental (Desmita, 2006). Remaja

yang memiliki pemahaman moral yang baik akan lebih mudah mengembangkan

hubungannya dengan orang lain secara harmonis untuk menghindari konflik-

konflik yang mungkin remaja alami pada masa transisi.

Pada masa remaja seperti sekarang ini perkembangan moralnya tidak

terlepas dari globalisasi yang terus berkembang. Dampak buruk dari globalisasi

adalah menggeser nilai-nilai yang ada ditengah masyarakat. Misalnya saja dalam

menggunakan sosial media, seringkali remaja masih tidak dapat menyaring

informasi di dalamnya. Mereka cenderung akan mengikuti hal-hal yang akan

dianggap “keren” saat ini tanpa pertimbangan panjang. Oleh karena itu salah satu

penyebab kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh remaja saat ini adalah

kurangnya pemahaman mengenai aturan dan norma di masyarakat . Akibatnya,

muncul perilaku menyimpang yang dilakukan demi mendapatkan pengakuan dari

lingkungan.

Remaja dalam berinteraksi dengan orang lain memerlukan pengakuan dan

penerimaan peran yang sedang ia jalani untuk mengetahui siapa dirinya. Hal ini

akan membentuk penilaian remaja terhadap dirinya sebagai orang yang berarti,

berharga, dan menerima keadaan diri sesuai kenyataannya sehingga remaja akan

mempunyai perasaan harga diri (self esteem).

Harga diri sendiri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan

memandang dirinya terutama mengenai sikap menerima atau menolak, diri. Selain

itu harga diri mengindikasikan besarnya kepercayaan individu terhadap


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kemampuannya, keberartian, kesuksesan, dan keberhargaan (Coopersmith, 1967).

Remaja yang mendapatkan sedikit dukungan secara emosi dari keluarga dan

teman ialah mereka yang memiliki harga diri yang rendah. Mereka relatif akan

mengalami depresi, mudah putus asa dan kemudian teman sebaya seringkali

mengajak untuk berperilaku yang salah (Hurlock, 2002). Remaja yang mengalami

depresi dan putus asa akan rentan diajak melakukan perilaku yang menyimpang.

Alasan lain yang melatarbelakangi remaja melakukan perilaku menyimpang ialah

mereka ingin menyenangkan orang lain atau karena mereka mengadakan

percobaan terhadap berbagai peran yang mereka inginkan.

Pertentangan-pertentangan yang terjadi antara remaja dengan orang tuanya

maupun antara remaja dengan kelompoknya yang berkaitan dengan nilai dan

norma merupakan faktor penghambat utama dalam proses pencapaian rasa

percaya diri yang stabil. Dengan kata lain, tercapai atau tidaknya penyesuaian

yang baik dan yang menghantarkan remaja menuju kedewasaan yang

sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh intensitas dan kuantitas konflik yang

dialami serta berhasil atau tidaknya remaja menyelesaikan konflik tersebut secara

efektif.

Penyelesaian masalah atau konflik yang bertentangan dengan norma sosial

dan tidak sesuai dengan nilai-nilai moral tidak jarang membuat remaja berperilaku

antisosial dan melanggar hukum. Indonesia sendiri merupakan Negara hukum

yang telah membuat Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak. Anak menurut undang-undang adalah individu dengan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

usia 0-18 tahun atau belum menikah. Usia remaja sendiri masih masuk dalam

kategori anak menurut undang-undang tersebut.

Beberapa tahun terahir ini masyarakat kota Yogyakarta kembali

diresahkan oleh perilaku “klitih” yang mana perilaku tersebut merupakan tindak

kriminalitas dan telah menyebabkan beberapa korban. Ironisnya, pelakunya

adalah sekelompok anak yang memasuki usia remaja. Beberapa pelaku telah

diamankan oleh pihak yang berwenang dan ketika diintrogasi maka diketahui

bahwa motif mereka cenderung tidak memiliki alasan khusus selain untuk ikut-

ikutan temannya.

Seiring dengan disusunnya penelitian, penulis melakukan survey

sederhana guna mengumpulkan data dan memperkaya rumusan masalah dalam

skripsi ini. Survey sederhana yang dilakukan adalah dengan mewawancarai secara

singkat beberapa remaja yang memiliki pengalaman melakukan tindak kejahatan

seperti tawuran, klitih dan penyalahgunaan zat atau obat-obatan terlarang.

Berdasarkan hasil wawancara ditemukan beberapa kemiripan jawaban para remaja

tersebut yaitu, mereka menyadari bahwa hal yang telah mereka lakukan

merupakan perbuatan yang tidak baik dan tidak dibenarkan. Namun, mereka tetap

melakukannya tanpa berpikir panjang mengenai dampak yang akan mereka alami.

Hal ini cukup menarik perhatian peneliti, dikarenakan peneliti melihat adanya

keyakinan para remaja dan keberanian terkait harga dirinya, mereka serta

kesadaran secara moral dalam hal ini. Selanjutnya peneliti juga menemukan

penelitian terdahulu yang terkait dengan variabel harga diri penalaran moral ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Berdasarkan beberapa kasus di atas, peneliti menemukan suatu gambaran

yang kurang sejalan teori yang dikemukakan oleh Hurlock dengan hasil penelitian

yang telah dilakukan untuk mengetahui gambaran harga diri. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Evy Nurahma (2013) mengenai gambaran harga

diri pada narapidana yang memiliki masa tahanan kurang dari tiga tahun

dihasilkan bahwa mereka memiliki harga diri yang cenderung tinggi. Begitu pula

pada penelitian yang dilakukan oleh Dhini Andriani (2011) mengenai gambaran

harga diri pada anak didik pemasyarakatan yang berada di Rumah Tahanan Kelas

1 Bandung juga menghasilkan 100% dari mereka memiliki harga diri yang tinggi.

Selanjutnya variabel penalaran moral dipilih peneliti karena menemukan fakta

dari pernyataan pelaku tindak kejahatan yang hampir semua pelaku mengetahui

bahwa apa yang mereka lakukan merupakan perbuatan yang salah atau tidak baik.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Scoot (2004), tentang perkembangan

penaralan moral dan harga diri pada remaja beresiko juga menemukan hasil

bahwa harga diri memiliki hubungan terhadap perkembangan penalaran moral.

Sehingga peneliti memiliki ketertarikan untuk melihat lebih dalam mengenai

bagaimana gambaran harga diri dan penalaran moral yang terdapat pada diri

remaja. Pada penelitian sebelumnya, belum ada penjelasan lebih lanjut mengenai

gambaran harga diri dan penalaran moral pada tiap bentuk perilaku yang

dilakukan remaja.

Penelitian ini dianggap penting untuk dilakukan karena dalam periode

akhir masa remaja ini individu memiliki kepribadian tersendiri yang akan menjadi

pegangan (falsafah hidup) ketika dewasa nanti. Perkembangan kepribadian, sosial


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dan moral yang telah dimiliki remaja dalam masa remaja awal dan yang

dimantapkannya dalam masa remaja akhir, banyak mempengaruhi bahkan

menjadi dasar untuk memandang dirinya dan lingkungan di masa-masa

selanjutnya. Disisi lain bagi remaja yang telah melakukan pelangaran hukum hal

ini menjadi penting karena akan ada dampak yang timbul ketika remaja telah

menjalani masa tahanan. Salah satunya adalah munculnya sindrom pasca trauma

(Evans, 2007).

Informasi dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu remaja

mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan di masyarakat selama

membentuk identitas diri mereka. Selain itu, usia remaja tentunya masih sangat

membutuhkan bimbingan, arahan serta pendampingan dari orangtua dan

lingkungan sekitar agar mereka dapat berkembang kearah pendewasaan yang

lebih positif. Oleh karena itu, penelitian mengenai harga diri dan penalaran moral

ini menjadi penting untuk dilakukan agar dapat membantu remaja, dan keluarga

yang memiliki anak dengan usia remaja dan orang-orang di lingkungan remaja

sebagai bahan informasi, referensi upaya preventif dan intervensi.

B. Rumusan Masalah

Masalah utama yang diteliti dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

“hubungan antara harga diri dan penalaran moral pada remaja akhir ?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara harga diri dan penalaran moral pada remaja akhir.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

Adapun manfaat dari penelitian ini dari segi bidang keilmuan

adalah memberikan sumbangan pada pengetahuan ilmu psikologi

khususnya mengembangkan kajian teoritis mengenai harga diri remaja dan

penalaran moral remaja guna pengembangan ilmu pengetahuan dalam

ranah Psikologi.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Remaja, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperoleh

informasi terkait dengan harga diri dan penalaran moral mereka sehingga

dapat dijadikan refleksi sebagai bahan untuk pembenahan diri ke

depannya.

b. Bagi Lembaga Pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan

evaluasi dan referensi untuk menciptakan lingkungan dan kondisi yang

nyaman bagi tumbuh kembang remaja sehingga tidak membawa dampak

negatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

c. Bagi orang tua dan masyarakat di sekitar remaja, hasil penelitian ini

dapat dijadikan sebagai masukan dan pertimbangan intervensi dalam

membantu remaja melewati fase-fase sulit di masa perkembangannya.

Selain itu, dengan penemuan hasil penelitian ini diharapkan masyarakat

dapat menemukan langkah-langkah preventif untuk meminimalisir

terjadinya dampak negatif yang muncul pada masa perkembangan remaja.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

BAB II

LANDASAN TEORITIS

Bab ini menjelaskan teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teori

harga diri, penaralan moral, remaja dan dinamika hubungan variabel tersebut.

A. Harga diri

1. Pengertian Harga diri

Coopersmith (Susanti,2012) menjelaskan bahwa harga diri (self esteem)

merupakan suatu evaluasi atau hasil penilaian yang dilakukan oleh diri sendiri

terhadap kemampuan yang dimilikinya. Penilaian tersebut terlihat dari keberadaan

dan keberartian dirinya. Harga diri berisi evaluasi dan penghargaan terhadap diri

sendiri yang menghasilkan penilaian tinggi atau rendah. Definisi harga diri

menurut Coopersmith :

“ Self esteem we refer to the evaluation which the individual makes and

customarity maintains with regard to himself : it expresses an attitude of approval

or disapproval, and indicates the extent to which the individual belives himself to

be capable, significant, successful and worthy. In short, self esteem is a personal

judgement of worthiness that is expressed in the attitude the individual holds

toward himself”. –Coopersmith, 1967.

11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat dan senantiasa dipelihara oleh

individu berdasarkan pengamatan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan dirinya:

ini ditunjukan melalui sikap penerimaan dan penolakan, dan menunjukan sejauh

mana individu meyakini dirinya sebagai individu yang mampu, berarti, sukses,

dan berharga. Secara singkat harga diri adalah penilaian pribadi mengenai

perasaan berharga yang ditujukan dalam sikap-sikap individu terhadap dirinya.

Coopersmith (1967) juga mengungkapkan bahwa harga diri merupakan keyakinan

yang dimiliki individu bahwa dirinya mampu, berarti, berhasil, dan berharga.

Harga diri adalah penilaian yang diterapkan individu pada dirinya sendiri

dalam bentuk perasaan positif dan negatif serta menunjukan tingkat kepercayaan

individu terhadap diri sendiri bahwa ia merasa mampu dan ditunjukan melalui

sikapnya (Trisakti dan Astuti, 2014).

Definisi lain dari harga diri adalah penilaian tinggi atau rendah terhadap

diri sendiri yang menunjukan sejauh mana manusia meyakini dirinya sebagai

manusia yang mampu, penting dan berharga yang berpengaruh dalam perilaku

seseorang (Frey dan Carlock 1987; Siahaan 2008). Harga diri yang tumbuh dan

berkembang pada diri manusia dipengaruhi oleh jumlah penghargaan,

penerimaan, dan perlakuan yang diperoleh dari interaksi individu dengan

lingkungan sekitarnya. Perilaku yang ditampilkan seseorang baik yang positif

maupun negatif, merupakan cerminan harga diri yang dimilikinya, (Frey dan

Carlock 1987; Siahaan, 2008).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

Susan Harter (Santrock, 2009) menyatakan bahwa harga diri (self esteem)

juga dapat diartikan sebagai penilain diri (self-worth) dan gambaran diri (self-

image), yang merupakan dimensi evaluasi menyeluruh mengenai diri. Manusia

yang memiliki harga diri yang tinggi akan menerima dan menghargai dirinya

sendiri apa adanya, percaya diri, puas dengan karakter dan kemampuan diri

sendiri. Begitu pula sebaliknya, manusia dengan harga diri rendah akan merasa

tidak puas dengan kondisi dirinya, tidak menghargai kelebihan diri dan melihat

diri sebagai sesuatu yang kurang (Santrock, 1995).

Dari beberapa definisi mengenai harga diri di atas, dapat disimpulkan

bahwa harga diri adalah penilaian diri yang berupa penerimaan atau penolakan

dan menunjukan sejauh mana individu meyakini kemampuan dirinya sendiri.

Penilaian ini dapat berupa perasaan positif atau negatif dan tinggi atau rendah.

Evaluasi penilaian tinggi atau rendah yang dibuat tersebut diperoleh dari

interaksinya dengan lingkungan sekitar sehingga dapat membentuk sikap-sikap

dan bagaimana manusia berperilaku.

2. Ciri-ciri harga diri

Coopersmith (1967) mengemukakan ciri-ciri manusia dengan tingkat


harga dirinya :

1) Harga diri tinggi

a. Menganggap diri sendiri sebagai orang yang berharga dan sama baiknya
dengan orang lain yang sebaya dengan dirinya dan menghargai orang
lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

b. Dapat mengontrol tindakannya terhadap dunia luar dirinya dan dapat


menerima kritik dengan baik.

c. Menyukai tugas baru dan menantang serta tidak cepat bingung apabila
sesuatu berjalan di luar rencana.

d.Berhasil atau berprestasi di bidang akademik, aktif dan dapat


mengekspresikan dirinya dengan baik.

e. Tidak menganggap dirinya sempurna, tetapi tahu keterbatasan diri dan


mengharapkan adanya pertumbuhan dalam dirnya.

f. Memiliki nilai-nilai dan sikap yang demokratis serta orientasi yang


realistis.

g. Lebih bahagia dan efektif menghadapi tuntutan dari lingkungan.

2) Harga diri rendah

a. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak


sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini
sering kali menyebabkan individu yang memiliki harga diri yang rendah
menolak dirinya sendiri dan tidak puas akan dirinya.

b. Sulit mengontrol tindakan dan perilakunya tehadap dunia luar dirinya


dan kurang dapat menerima saran dan kritikan orang lain.

c. Tidak menyukai segala hal atau tugas baru, sehingga akan sulit baginya
untuk menyesuaikan diri dengan segala sesuatu yang belum jelas
baginya.

d. Tidak yakin akan pendapat dan kemampuan diri sendiri sehingga kurang
berhasil dalam prestasi akademis dan kurang dapat mengekspresikan
dirinya dengan baik.

e. Menganggap diri kurang sempurna dan segala sesuatu yang


dikerjakannya akan selalu mendapat hasil yang buruk, walaupun dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

telah berusaha keras, serta kurang dapat menerima perubahan dalam


dirinya.

f. Kurang memiliki nilai dan sikap yang demokratis serta orientasi yang
kurang realistis.

g. Selalu merasa khawatir dan ragu-ragu dalam menghadapi tuntutan


lingkungan.

Harga diri mencerminkan persepsi yang tidak selalu sesuai dengan realita

(Baumeister, 2003). Sebagai contoh, harga diri remaja dapat mengindikasikan

persepsi mengenai apakah ia memiliki inteligensi yang baik, menarik, atau tidak.

Orang dengan harga diri tinggi dapat merujuk pada persepsi mengenai

keberhasilan dan pencapaiannya. Namun harga diri tinggi juga dapat

mengindikasikan bahwa orang tersebut memiliki perasaan superioritas terhadap

orang lain, sombong, berlebihan, dan tidak bertoleransi terhadap alasan. Demikian

juga, orang dengan harga diri yang rendah mengindikasikan persepsi mengenai

seseorang dengan keterbatasan dan penyimpangan, atau bahkan merasa tidak

aman (insecurity) dan perasaan inferior yang akut (Santrock, 2007).

3. Aspek-aspek harga diri

Terdapat 4 aspek harga diri menurut Coopersmith (Mruk, 2006), yaitu :

a. Power (Kekuatan)

Kekuatan adalah kemampuan untuk mempengaruhi dan mengontrol

orang lain dan dirinya sendiri. Pada situasi tertentu kebutuhan ini ditunjukan

dengan penghargaan dan penghormatan dari orang lain. Aspek ini dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

berupa pengaruh dan wibawa pada seorang indiviu. Ciri-ciri individu yang

mempunyai aspek ini biasanya menunjukan sikap asertif. Selain itu, kekuatan

(power) ini ditandai oleh adanya pengakuan dan rasa hormat yang diterima

manusia dari orang lain.

b. Significance (Keberartian)

Keberartian individu dalam lingkungan. Individu akan merasa berarti

jika ada penghargaan, penerimaan, perhatian, dan kasih sayang dari orang-

orang terdekat seperti keluarga, sahabat atau masyarakat. Keberartian dengan

kata lain adalah penerimaan yang diperoleh berdasarkan penilaian orang lain.

Keberartian ini ditandai oleh adanya kepedulian dan afeksi yang diterima

oleh individu dari orang lain. Dengan adanya lingkungan yang mendukung,

menerima, dan menghargai individu akan membuat individu semakin berarti

yang akhirnya membentuk harga diri yang positif. Sebaliknya, jika

lingkungan tidak atau jarang memberikan stimulus positif yang berupa

penerimaan, penghargaan atau dukungan kepada seorang individu, maka ia

akan merasa ditolak kemudian akan mengucilkan diri.

c. Virtue (Kebajikan)

Kebajikan adalah ketaatan pada nilai moral, etika, dan aturan-aturan

yang ada di dalam masyarakat. Seseorang yang taat pada aturan dan

ketentuan yang ada dalam masyarakat akan mempunyi perasaan berharga dan

bangga pada diri sendiri. Hal ini disebabkan dengan menunjukan perilaku

yang diharapkan dan diinginkan oleh masyarakat, maka orang lain akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

menghargai dan menghormati individu yang bersangkutan sebagai orang

yang berkelakuan baik dan bisa dijadikan teladan. Hal ini ditandai oleh

ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan, dan individu

merasa terbebas dari perasaan tidak menyenangkan dan selanjutnya akan

mendorong harga diri yang positif, demikian juga sebaliknya. Aspek ini

ditunjukan dengan bagaimana individu melihat persoalan benar atau salah

berdasarkan moral, norma, dan etika yang berlaku di dalam lingkungan

interaksinya.

d. Competence (Kemampuan)

Kemampuan untuk mencapai apa yang dicita-citakan atau

diharapkan. Hal ini berhubungan dengan kemampuan yang dimiliki individu,

dengan adanya kemampuan yang cukup individu akan merasa yakin untuk

mencapai apa yang dicita-citakan dan mampu mengatasi setiap masalah yang

dihadapinya. Dengan kata lain Kemampuan adalah usaha yang berhasil

meraih hasil sesuai dengan tujuan yang dimiliki. Competence ini ditandai

oleh individu yang berhasil memenuhi tuntutan prestasi, dan kemampuan

individu untuk beradaptasi dengan lingkunganya. Aspek ini juga didukung

oleh pengalaman tentang kesuksesan yang pernah diraih seseorang yang

membuat individu yakin dan mampu dalam menghadapi setiap masalahnya.

Sedangkan pengalaman masa lalu yang penuh dengan kegagalan akan

membuat individu bermasalah dengan harga dirinya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri

Menurut Coopersmith (1967) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

harga diri. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri individu berasal dari

lingkungan internal dan eksternalnya. Adapun faktor internal dan eksternal

tersebut meliputi :

a. Faktor Internal

1) Jenis Kelamin

Menunjukan bahwa remaja pria akan menjaga harga dirinya untuk

bersaing dan berkeinginan untuk menjadi lebih baik dari remaja putri

khususnya dalam mencapai prestasi belajar dikelas sehingga dapat

mempengaruhi harga diri. Beberapa penelitian menunjukan bahwa remaja

putri mudah terkena ganguan citra diri dibandingkan dengan remaja putra.

Harga diri remaja putri rendah, tingkat kesadaran mereka tinggi dan citra diri

mereka mudah terganggu dibandingkan dengan remaja putra (Rosenberg &

Simmons dalam Steinberg, 1999).

2) Intelegensi

Hal ini berkaitan erat dengan prestasi akademik, karena pengukuran

intelegensi didasarkan pada kemampuan akademik individu. Remaja yang

memiliki harga diri yang tinggi akan mencapai prestasi akademik yang lebih

tinggi dibandingan remaja dengan harga diri yang rendah. Hal ini dikarenakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

remaja dengan harga diri tinggi cenderung memiliki inteligensi yang baik,

taraf aspirasi yang baik dan cenderung untuk berusaha keras.

3) Kondisi Fisik

Pada remaja terjadi perubahan fisik terutama sejak diproduksinya hormon-

hormon yang mengaktifkan ciri seks primer dan sekunder. Hormon tersebut

juga berpengaruh terhadap naik dan turunnya berat badan. Remaja dengan

kondisi fisik yang baik dan menarik, cenderung memiliki harga diri yang

tinggi dan lebih baik dibandingkan dengan remaja yang memiliki kondisi fisik

yang kurang menarik.

b. Faktor Eksternal

1) Keluarga

Peran keluarga sangat menentukan perkembangan harga diri anak. Pola

asuh dalam keluarga yang memberikan kesempatan anak untuk aktif, berlaku

adil, dan mendidik dengan demokratis akan membuat anak membentuk harga

diri yang tinggi. Sebaliknya pola asuh yang seringkali memberikan hukuman

dan larangan tanpa alasan dapat menyebabkan anak merasa tidak berharga dan

membentuk harga diri yang rendah.

2) Lingkungan Sosial

Pembentukan harga diri juga dimulai dengan seseorang yang menyadari

dirinya berharga atau tidak. Lingkungan memiliki andil besar alam hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

terutama dalam proses penghargaan, penerimaan, dan perlakuan lingkungan

kepada individu.

5. Perkembangan Harga Diri Remaja

Ketika memasuki masa anak-anak, seseorang akan memperoleh harga diri

mereka dari orang tua dan guru. Anak-anak belum dapat mengevaluasi diri

mereka, mengenai apakah mereka orang yang baik atau jahat (Davis-Kean;

Papalia, 2001). Remaja awal akan mengalami perubahan kognitif dimana

perkembangan kognitifnya mulai matang secara emosional. Memasuki masa

remaja pula, pemahaman mereka terhadap diri sendiri lebih tertata dan

berkesinambungan dengan pemahaman terhadap lingkungan sekitarnya. Menurut

pandangan Harter (Santrock, 2007), remaja yang merupakan masa transisi menuju

dewasa membuat evaluasi diri di banyak bidang misalnya akademik, atletik,

gambaran fisik, dan lain-lain yang tentunya sangat berpengaruh terhadap

perkembangan harga diri remaja itu sendiri.

Harga diri remaja dapat menjadi tidak stabil karena remaja sangat

memperhatikan dan mempedulikan kesan yang mereka buat terhadap orang lain.

Permasalahan harga diri pada remaja merupakan masalah memperoleh

persetujuan dari orang lain atau tidak. Hal ini juga dikarenakan remaja telah

memiliki kemampuan perspective taking. Perspective taking merupakan

kemampuan untuk menyimpulkan perspektif orang lain dan memahami

bagaimana pikiran serta perasaan mereka (Robert Selman, 1980).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

Remaja akan berperilaku tertentu sebagai usaha untuk diterima di

lingkungan sekitarnya. Namun tidak semua perilaku remaja ini akan diterima. Hal

tersebut yang mengakibatkan remaja mengalami kebingungan dan tidak stabil

dalam memandang dirinya. Erikson menyatakan bahwa pandangan yang tidak

stabil dan tidak teratur normal terjadi pada masa remaja oleh karena transisi peran

yang dialaminya (Calhuoun dan Acocella, 1995).

Banyak studi memperlihatkan bahwa harga diri cenderung menurun di

masa remaja awal, khususnya pada remaja perempuan namun para kritikus

menyatakan perlu dilakukan penelitian lebih banyak lagi mengenai hal ini (Harter;

Santrock 2007). Penelitian yang baru-baru ini dilakukan mengungkapkan bahwa

harga diri menurun di antara remaja perempuan dari usia 12-17 tahun. Sebaliknya

harga diri meningkat di antara remaja laki-laki dari usia 12 hingga 14 tahun,

kemudian menurun di usia 16 tahun sebelum akhirnya meningkat lagi. Dalam

hasil studi ini, fluktuasi harga diri selama masa remaja berkaitan dengan

peristiwa-peristiwa hidup dan kohesivitas keluarga (Baldwin & Hoffman;

Santrock 2007).

Konteks Sosial seperti keluarga, kawan-kawan, dan sekolah memiliki

pengaruh terhadap perkembangan harga diri remaja. Sebuah studi yang dilakukan

baru-baru ini menemukan bahwa ketika kohesivitas remaja meningkat, harga diri

remaja juga meningkat seiring dengan bertambahnya usia (Badwin & Hoffman;

Santrock, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

Remaja membutuhkan dukungan yang berbeda dari dukungan yang

mereka peroleh ketika berusia anak-anak. Sebuah studi yang dilakukan oleh

Raymond Montemayor (1986), menemukan bahwa orang tua dan remaja yang

memiliki komunikasi yang baik dan memiliki pola pengasuhan yang dapat

menolong remaja untuk mengkomunikasikan masalahnya akan memiliki

hubungan yang lebih baik daripada yang tidak. Hal ini dikarenakan orang tua juga

memfasilitasi remaja untuk dapat menerima diri mereka.

Remaja yang tidak dapat menerima dirinya sendiri akan cenderung

memiliki harga diri yang rendah dan beresiko mengalami beberapa masalah. Hal

ini sesuai dengan yang diungkapkan Usher (2000), harga diri rendah pada remaja

dapat berkembang menjadi sebuah masalah. Harga diri rendah dapat

mengakibatkan depresi, bunuh diri, gangguan makan anoreksia, kenakalan remaja,

dan masalah-masalah penyesuaian diri lainnya (Fenzel, 1994).

Beberapa pernyataan para ahli di atas merujuk pada perkembangan harga

diri anak yang memasuki usia remaja menjadi tidak stabil. Hal ini sesuai dengan

hasil penelitian yang diungkapkan Santrock dalam bukunya dimana fluktuasi

harga diri selama masa remaja berkaitan dengan peristiwa-peristiwa hidup dan

konteks sosial seperti keluarga, kawan-kawan dan sekolah. Oleh karena itu,

remaja membutuhkan dukungan dan pedoman atau petunjuk dari lingkungan

terdekatnya dalam rangka mencari jalannya sendiri yaitu membentuk identitas

serta kepribadiannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

6. Pengukuran Harga Diri

Harga diri individu satu dan yang lainnya dapat berbeda-beda.

Berdasarkan penelitian terdahulu, harga diri dapat diukur dengan menggunakan

suatu alat ukur yang berupa kuesioner SEI (Self Esteem Inventory) yang disusun

oleh Coopersmith (1967).

1. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawaty (2015) dari Universitas Islam

Bandung menggunakan Coopersmith Self Esteem Inventory (CSEI) untuk

mengetahui harga diri remaja yang mengalami broken home.

2. Elis Anisa, mahasiswi psikologi Universitas Negeri Malang dalam penelitian

deskriptif koresionalnya menggunakan Coopersmith Self Esteem Inventory

yang telah diadaptasi untuk mengukur harga diri pada siswa SMA. Diperoleh

reliabilitas Skala Self Esteem sebesar 0,922. Perhitungan reliabilitas

menggunakan formula reliabilitas internal Alpha Cronbach. Data dianalisis

menggunakan korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

(1) sebagian besar siswa diasuh dengan tingkat gaya pengasuhan otoritatif

yang tinggi (61,77%), (2) sebagian besar siswa memiliki tingkat self esteem

yang tinggi (56,47%), (3) ada hubungan positif dan signifikan antara gaya

pengasuhan otoritatif dengan self esteem pada siswa SMA Laboratorium UM

dengan tingkat hubungan cukup (r xy = 0,523 dan p = 0,000).

3. Wicaksono (2017) menggunakan CSEI dalam penelitiannya

mengenai Hubungan Antara Self Esteem dan Prestasi Belajar Pada

Mahasiswa yang dikenakan pada 191 subjek. Terdapat hubungan antara self
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

esteem dengan prestasi belajar dengan nilai p=0,000 dan ρ=0,372.

Kesimpulan: Terdapat hubungan antara self esteem dengan prestasi belajar

pada mahasiswa tahun pertama Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, Copersmith Self Esteem Inventory

(CSEI) dinilai masih sangat objektif digunakan untuk mengukur harga diri

individu hingga saat ini. CSEI terdiri dari 58 item pernyataan dimana responden

diminta untuk memilih pertanyaan tersebut memiliki kesesuaian dengan dirinya

atau tidak.

B. Penalaran Moral

1. Pengertian Moral

Secara epistimologis istilah moral berasal dari kata latin mos (mores) yang

berarti tata cara, adat istiadat atau kebiasaan. Kata moral mempunyai arti yang

sama dengan kata Yunani ethos, yang berarti etika. Moral dalam bahasa arab

dikenal juga sebagai budi pekerti, sedangkan dalam kamus besar bahasa

Indonesia moral dikenal sebagai ajaran tentang baik buruk yang diterima oleh

masyarakat secara umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan

sebagainya (akhlak; budi pekerti; susila) (www.KBBI.co.id ).

Moral pada umumnya didefinisikan oleh para ahli psikologi sebagai sikap

dan keyakinan yang dimiliki seseorang untuk membantu orang tersebut


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

memutuskan benar atau salah (Hook, 1999; Tatik 2012). Kartono (1986),

mendefinisikan moral sebagai sesuatu yang dihubungkan dengan patokan-

patokan mengenai tingkah laku benar atau salah sesuai dengan keyakinan etis,

pribadi atau kaidah-kaidah kelompok dan kaidah sosial. Konsep moral itu

sendiri dipengaruhi oleh aturan dan norma budaya dimana seseorang

dibesarkan sehingga terinternalisasi dalam diri orang tersebut. Moral bukan

merupakan ‘perlengkapan standar’ pada saat seseorang dilahirkan, hal ini

dikarenakan setiap orang dilahirkan tanpa moral. Faktor lingkungan dikatakan

sebagai salah satu yang mempengaruhi moral seseorang (Tatik, 2012).

2. Pengertian Penalaran Moral (Moral Reasoning)

Konsep moralitas menurut Kohlberg (1995), tidak terfokus pada mana

hal yang benar dan salah untuk dilakukan. Kohlberg lebih berfokus pada alasan

dan penalaraan (reasoning) tentang bagaimana hal tersebut terjadi dan

bagaimana kesimpulannya. Dengan kata lain, penalaran moral adalah suatu

pemikiran tentang masalah moral. Pemikiran itu merupakan prinsip yang

dipakai dalam menilai dan melakukan tindakan dalam situasi moral. Hal ini

sejalan dengan Santrock (2007) yang dalam bukunya mengungkapkan bahwa

perkembangan moral melibatkan pemikiran, perilaku, dan perasaan dalam

mempertimbangkan mengenai benar dan salah.

Hurlock (1989) mengemukakan bahwa tingkah laku moral merupakan

tingkah laku yang sesuai dengan kelompok sosial. Hal ini sejalan dengan yang

telah diungkapkan tokoh aliran psikoanalisis yaitu Sigmund Freud. Aliran


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

psikoanalisis tidak membedakan antara moral, norma, dan nilai. Menurut Freud,

semua hal tersebut menyatu dalam konsepnya yaitu super ego. Seperti yang kita

ketahui, Super ego berfungsi untuk mengendalikan tingkah laku ego sehingga

tidak bertentangan dengan masyarakat (Sarwono, 2007).

Ditinjau dari sisi lain, James Giligan (Sarwono, 2007) mengemukakan

bahwa tindakan moral adalah tingkah laku menghindari rasa malu (shame) dan

rasa bersalah (guilty). Selanjutnya Giligan menyatakan bahwa perkembangan

moral anak kecil ke orang dewasa adalah perubahan dari tahap menghindari rasa

malu menuju menghindari rasa bersalah (Sarwono, 2007).

Kolhberg (1995) mendefinisikan penalaran moral sebagai penilaian nilai,

penilaian sosial, dan juga penilaian terhadap kewajiban yang mengikat individu

untuk melakukan suatu tindakan. Selain itu, penalaran moral adalah suatu

pemikiran tentang masalah moral (Kolhberg, 1995). Pemikiran itu merupakan

prinsip yang dipakai dalam menilai dan melakukan suatu tindakan dalam situasi

moral.

Penalaran moral dipandang sebagai suatu struktur bukan isi. Kolhberg

lebih menekankan pada alasan yang menjadi dasar seseorang bisa melakukan

suatu tindakan. Alasan-alasan mengapa seseorang bisa melakukan suatu

tindakan tersebut oleh Kohlberg disebut sebagai penalaran moral (Hurlock,

2002). Penalaran moral selanjutnya menjadi sebuah indikator dari tingkatan atau

tahap kematangan moral.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

Menanti (Veronikha dkk. 2013) mengungkapkan bahwa moral dapat

dikaji dari sudut pertimbangan moral (moral judgement). Pertimbangan moral

setiap individu dikembangkan agar menjadi optimal dan mencapai pertimbangan

moral tingkat pascakonvensional. Individu yang telah mencapai perkembangan

moral tahap pascakonvensional akan mampu mengambil keputusa-keputusan

moral yang memperhatikan kepentingan orang lain secara luas. Selain itu,

individu akan terhindar dari suatu keputusan moral yang berwawasan sempit

yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain (Veronikha dkk. 2013).

Teori perkembangan moral berusaha untuk menjelaskan kerangka yang

mendasari individu mengambil keputusan di dalam konteks dilema etika.

Beberapa pengertian moral diatas dapat disimpulkan bahwa moral merupakan

komponen penting dalam kehidupan manusia yang berhubungan dengan

perilaku yang baik atau buruk. Tingkah laku yang bemoral merupakan tingkah

laku yang sesuai dengan norma-norma yang hidup dalam masyarakat. Seseorang

dikatakan bermoral apabila bertingkah laku sesuai dengan norma-norma yang

hidup dalam masyarakat. Oleh karena itu, dengan kata lain moral merupakan

keseluruhan norma yang mengatur tingkah laku manusia dalam hidup

bermasyarakat untuk berperilaku yang baik dan benar sesuai dengan norma

yang berlaku. Berdasarkan uraian teori di atas, selanjutnya dapat disimpulkan

bahwa penalaran moral adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang individu

untuk melakukan penilaian atau mempertimbangan nilai-nilai perilaku mana

yang benar dan salah atau mana yang baik dan buruk. Dengan kata lain

penalaran moral adalah kemampuan (konsep dasar) untuk dapat memutuskan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

masalah sosial-moral dalam situasi kompleks dengan melakukan penilaian

terlebih dahulu dalam situasi moral untuk selanjutnya melakukan tindakan.

3. Tahap-tahap Perkembangan Moral

Perkembangan moral adalah perubahan penalaran, perasaan, dan perilaku

tentang standar mengenai benar dan salah (Santrock, 2007). Perkembangan

moral memiliki dimensi intrapersonal yang mengatur aktivitas seseorang ketika

dia tidak terlibat dalam intraksi sosial dan dimensi interpersonal yang mengatur

interaksi sosial dan penyelesaian konflik (Gibbs; Santrock, 2007).

Bagi para ahli psikoanalisa perkembangan moral dipandang sebagai proses

internalisasi norma-norma masyarakat dan sebagai kematangan dari sudut

organik-biologis. Bagi para ahli teori belajar perkembangan moral dipandang

sebagai hasil rangkaian-rangkaian rangsang jawaban yang dipelajari oleh anak,

antara lain berupa hukuman dan pujian yang sering dialami oleh anak (Gunarsa,

1987).

Terlepas dari perbedaan pendekatan untuk menerangkan mengenai proses

dari perkembangan moral, keduanya tidak bertentangan dalam mengemukakan

konsepnya. Konsep bahwa seseorang memperlihatkan adanya perkembangan

moral jika perilakunya sesuai dengan aturan-aturan yang ada dalam masyarakat.

Dengan kata lain, perkembangan moral bersangkutan dengan bertambahnya

kemampuan menyesuaikan diri terhadap aturan-aturan atau kaidah-kaidah yang

ada dalam lingkungan hidupnya atau dalam masyarakatnya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

Moral adalah bagian dari penalaran (Kolhberg, 1971). Dengan demikian,

oang yang bertindak sesuai dengan moral adalah orang yang mendasarkan

tindakannya atas penilaian baik-buruknya sesuatu. Karena sifatnya berupa

penalaran, perkembangan moral menurut Kohlberg juga mengikuti

perkembangan nalar sebagaimana dikemukakan oleh Piaget. Makin tinggi

tingkat penalaran seseorang menurut tahap-tahap perkembangan Piaget tersebut,

makin tinggi pula tingkat penalaran moral seseorang (Sarwono, 2007).

Kolhberg (1995), mengungkapkan bahwa konsep penting dalam

perkembangan moral adalah internalisasi. Internalisasi merupakan perubahan

perkembangan dari perilaku yang awalanya dikontrol secara eksternal menjadi

perilaku yang dikontrol oleh standar-standar dan prinsip internal (dalam

Santrock, 2007).

Kohlberg selanjutnya membagi perkembangan moral dalam tiga tahap.

Masing-masing tahapan tersebut dibagi lagi dalam dua tingkatan :

a. Tingkat 1 menurut Kolhberg : Penalaran Prakonvensional adalah

tingkatan terendah dalam teori perkembangan moral. Pada tingkat ini, anak

tanggap terhadap aturan-aturan budaya dan ungkapan-ungkapan budaya

mengenai baik dan buruk serta benar dan salah. Pada tahapan ini, baik dan

buruk diinterpretasikan melalui reward (imbalan) dan punishment

(hukuman) eksternal.

Tahap 1. Moralitas heteronom (orientasi kepatuhan dan hukuman) adalah

tahap pertama dalam teori Kohlberg. Pada tahap ini, penalaran moral
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

terkait dengan hukuman (punishment) atau dengan kata lain berorientasi

pada hukuman dan kepatuhan. Sebagai contoh, anak berpikir bahwa

mereka harus menaati orang dewasa karena mereka takut hukuman

terhadap perilaku membangkang. Anak semata-mata menghindari

hukuman dan tunduk pada kekuasaan tanpa mempersoalkannya.

Tahap 2. Individualisme, tujuan instrumental, dan pertukaran (Orientasi

hedonistic-Instrumental) adalah tahap kedua dari penalaran

prakonvensional. Pada tahap ini, penalaran individu berusaha

memuaskan kepentingan sendiri dan mereka juga membiarkan orang lain

bertindak serupa. Karena itu, menurut mereka yang benar adalah sesuatu

yang melibatkan pertukaran yang setara. Mereka berpikir jika baik

terhadap orang lain, orang lain juga akan baik terhadap mereka.

b. Tingkat 2 menurut Kohlberg : Penalaran Konvensional adalah tingkat kedua dalam

teori perkembangan moral. Internalisasi yang dilakukan bersifat menengah. Pada

tahap ini individu memberlakukan standar tertentu (internal), namun standar ini

ditetapkan oleh orang lain (eksternal), misalnya oleh orang tua atau pemerintah.

Pada tingkat ini anak hanya menuruti harapan keluarga, kelompok, atau

masyarakat. Tingkat konvensional ini memiliki dua tahap, yaitu :

Tahap 3. Ekspektasi interpersonal timbal-balik, relasi dan konformitas

interpersonal (Orientasi anak baik). Pada tahap ini individu menilai

kepercayaan, kepedulian dan loyalitas terhadap orang lain sebagai dasar

dari penilaian moral. Anak dan remaja sering kali mengadopsi standar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

moral orang tua pada tahap ini, agar dianggap sebagai anak yang baik

oleh orang tua. Perilaku yang dipandang baik adalah yang

menyenangkan dan membantu orang lain serta disetujui oleh mereka.

Tahap 4. Moralitas sistem sosial (Orientasi Keteraturan dan otoritas) adalah

tahapan dimana penilaian moral didasari oleh pemahaman tentang

keteraturan sosial atau keteraturan di masyarakat seperti hukum, keadilan,

dan kewajiban. Sebagai contoh, remaja berpikir bahwa agar komunitas

dapat bekerja secara efektif, maka komunitas perlu diindungi oleh hukum

yang ditaati oleh para anggotanya.

c. Tingkat 3 menurut Kohlberg : Penalaran Pascakonvensional adalah tingkat tertinggi

pada teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, moralitas sepenuhnya

diinternalisasi dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Individu

mengenali dan menyadari adanya jalur moral alternatif, mengeksplorasi pilihan,

lalu memutuskan berdasarkan aturan-aturan moral personalnya.

Tahap 5. Kontrak sosial atau kegunaan dan hak-hak individual (Orientasi

kontrol sosial-legalistik) adalah tahapan kelima. Pada tahapan ini individu

bernalar bahwa nilai, hak, dan prinsip perlu melandasi atau melampaui

hukum. Seseorang mengevaluasi validitas hukum yang ada, dan sistem

sosial dapat diuji dan dinilai berdasarkan sejauh mana hal ini menjamin,

melindungi hak asasi dan nilai dasar manusia.

Tahap 6. Prinsip etika universal (Orientasi kata hati) merupakan tahap keenam

sekaligus tahapan tertinggi dalam perkembangan moral Kohlberg. Pada


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

tahap ini, individu mengembangkan standar moral berdasarkan hak-hak

asasi manusia secara universal. Ketika dihadapkan dengan pertentangan

hukum dan hati nurani, seseorang bernalar bahwa yang harus diikuti

adalah suara hati meskipun keputusan tersebut dapat memberi resiko.

Tabel 1

Tahap perkembangan moral menurut Kohlberg :

Tingkat Tahap
a. Prakonvensional 1) Moralitas Heteronom (Orientasi
Pada level ini anak mengenal moralitas kepatuhan dan Hukuman)
berdasarkan dampak yang ditimbulkan Pemahaman anak tentang baik dan buruk
oleh suatu perbuatan, yaitu ditentukan oleh otoritas. Kepatuhan
menyenangkan (hadiah) atau terhadap aturan adalah untuk
menyakitkan (hukuman). Anak tidak menghindari hukuman moralitas.
melanggar aturan karena takut akan 2) Individualisme, tujuan instrumental
ancaman hukuman dari otoritas. dan pertukaran (Orientasi hedonistik-
Instrumental)
Suatu perbuatan dinilai baik apabila
berfungsi sebagai instrument untuk
memenuhi kepuasan diri.

b. Konvensional 3) Ekspektasi interpersonal timbal-balik,


Suatu perbuatan dinilai baik oleh anak relasi dan konformitas interpersonal
apabila mematuhi harapan otoritas atau (orientasi anak baik)
kelompok sebaya. Tindakan yang berorientasi pada orang
lain. Suatu perbuatan dinilai baik apabila
menyenangkan bagi orang lain.
4) Moralitas sistem sosial (Orientasi
keteraturan dan otoritas)
Perilaku yang dinilai baik adalah
menunaikan kewajiban, menghormati
otoritas dan memelihara ketertiban sosial.

c. Pasca-konvensional 5) Kontrak sosial atau kegunaan hak-hak


Pada level ini aturan dan institusi dari individual (Orientasi kontrol sosial-
masyarakat tidak dipandang sebagai legalistik)
tujuan akhir, tetapi diperlukan sebagai Ada semacam perjanjian antara dirinya
subjek. Anak menaati aturan untuk dan lingkungan sosial. Perbuatan dinilai
menghindari hukuman kata hati. baik apabila sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

6) Prinsip etika universal (Orientasi kata


hati)
Kebenaran ditentukan oleh kata hati,
sesuai dengan prinsip-prinsip etika
universal yang bersifat abstrak dan
penghormatan terhadap martabat
manusia.

Kohlberg berkeyakinan bahwa tingkat-tingkat dan tahap-tahapan ini

merupakan sebuah rangkaian dan berkaitan dengan usia. Sebelum usia 9 tahun,

sebagian besar anak menggunakan cara prakonvensional ketika dihadapkan pada

dilema moral. Di masa awal remaja, mereka bernalar secara lebih konvensional

dan sebagian besar remaja bernalar pada tahap 3, dan beberapa diindikasikan

berada pada tahap 2 dan 4.

Teori perkembangan moral berusaha untuk menjelaskan kerangka yang

mendasari pengambilan keputusan individu dalam konteks dilema etika. Tujuan

teori ini adalah memahami proses penalaran kognitif seorang individu dalam

mengatasi dilema etika, bukan untuk menilai benar atau salah. Kohlberg

bermaksud untuk menemukan bagaimana orang-orang memperoleh moralitasnya

dan dan diyakini cara terbaik melakukannya adalah dengan menguji bagaimana

orang-orang mengatasi masalahnya. Kohlberg menyatakan bahwa proses

perkembangan penalaran moral merupakan sebuah proses alih peran, yaitu proses

perkembangan yang menuju ke arah struktur yang lebih komprehensif, lebih

terdirferensiasi dan lebih seimbang dibandingkan dengan struktur sebelumnya.

Kohlberg menemukan bahwa perkembangan moral seorang anak akan

berlangsung menurut enam tahap atau fase. Akan tetapi tidak setiap anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

mengalami perkembangan yang cepat, sehingga tahapan-tahapan ini tidak dengan

pasti dapat dikaitkan dengan umur-umur tertentu, bisa jadi seorang anak akan

mengalami fiksasi dalam suatu tahap dan tidak akan berkembang lagi (Bertens,

1993; Ananta, 2015). Lebih lanjut Kohlberg menyatakan bahwa anak yang

mengalami peningkatan penalaran moral akan menggunakan kemampuan

bernalarnya sebagai filter dalam mengambil keputusan ketika akan berperilaku

tertentu di dalam lingkungannya.

4. Komponen Penalaran Moral

James S. Rest (Kurtinez & Gerwitz, 2015) menyebutkan ada empat

komponen pokok utama dalam penalaran moral. Adapun empat komponen utama

penalaran moral yang dikemukakan oleh Rest, antara lain :

a. Mengintepretasikan situasi dan mengidentifikasilan permasalahan moral

(mencakup empati, berbicara selaras dengan perannya, memperkirakan

bagaimana masing-masing pelaku dalam suatu situasi tertentu terpengaruh

oleh berbagi tindakan tertentu).

b. Memperkirakan apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang,

merumuskan suatu rencana tindakan yang tertuju kepada suatu standar

moral atau suatu ide tertentu (mencangkup konsep kewajaran dan

keadilan, mempertimbangkan moral, penerapan nilai moral sosial).

c. Mengevaluasi berbagai perangkat tindakan yang berkaitan dengan

bagaimana caranya orang memberikan penilaian moral secara aktual dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

dilakukan seseorang (mencangkup proses pengambilan keputusan, model

integrasi nilai, perilaku mempertahankan diri).

d. Melaksanakan serta mengimplementasikan rencana tindakan yang

berbobot moral atau apa yang hendak dilakukan (mencakup ego-strength

dan proses pengaturan diri).

James Rest (dalam Kurtines dan Gerwitz, 1992) juga membagi komponen

moralitas menjadi tiga kawasan: pemikiran tentang moral (penalaran moral),

perasan moral, dan perilaku moral.

Menurut Sudrajad (2010) perasan moral (moral feeling) merupakan

penguatan dalam aspek emosi individu untuk menjadi manusia berkarakter.

Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh

individu, yaitu kesadaran akan jati diri (conscience), percaya diri (self esteem),

kepekaan terhadap derita orang lain (emphaty), cinta kebenaran (loving the good),

pengendalian diri (self control), kerendahan hati (humility). Sedangkan Sudrajad

(2010) mendefinisikan perilaku moral (moral action) sebagai perbuatan atau

tindakan moral yang merupakan hasil (outcome) dari dua komponen lainnya.

Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (act

morally) maka harus dilihat tiga aspek lain yaitu kompetensi (competence),

keinginan (will), dan kebiasaan (habit).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

5. Pengukuran Penalaran Moral

Penalaran moral sangat diperlukan dalam kehidupan. Berdasarkan

penelitian terdahulu, penalaran moral dapat diukur dengan menggunakan suatu

alat ukur yang berupa kuesioner DIT (Defining Issue Test) yang disusun oleh

James Rest mengacu pada teori penalaran moral Kohlberg.

a. Penelitian yang dilakukan oleh Anata Ikrommullah (2015) tentang tahapan

perkembangan penalaran moral santri mahasiswa menurut Lawrence

Kohlberg menggunakan kuesioner dilemma moral (DIT).

b. Penelitian yang dilakukan oleh Khafri Hidayat (2013) dengan judul

pengaruh harga diri dan penalaran moral terhadap perilaku seksual remaja

berpacaran di Kota Samarinda juga menggunakan DIT untuk mengetahui

penalaran moral pada remaja.

c. Solvia Karina Tarigan dan Ade Rahmawati Siregar (2013) dari Universitas

Sumatera Utara juga menggunakan DIT versi pendek untuk mengukur

penalaran moral pada remaja yang tinggal di daerah konflik.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Davidson dan Robbins (Rest,

1979) konsistensi internal Alpha Cronbach pada DIT adalah diatas 0,70. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan Deffining Issue Test (DIT) untuk mengukur

penalaran moral pada remaja akhir di kota Yogyakarta karena merupakan tes

pilihan berganda yang bersifat objektif, disusun berdasarkan teori perkembangan

moral dari Kohlberg. Saat ini terdapat dua versi DIT yaitu DIT-1 dan DIT-2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

Dalam penelitian ini penulis menggunakan DIT-1 bentuk pendek (short form)

yang terdiri dari 3 buah cerita atau dilema sosial yang menyangkut moral, dan

masing-masing disertai dengan 12 pertanyaan. Setiap pertanyaan mencerminkan

suatu tahap perkembangan atau tipe penalaran moral tertentu.

C. Remaja

1. Pengertian Remaja

Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to

grow atau to grow maturity (Golinko; Rice, 1990). Banyak tokoh yang

memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun (Rice, 1990) mendefinisikan

remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa

dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa anak-anak berakhir,

yang ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang terjadi pada

tubuh remaja baik diluar dan didalam ini membawa akibat yang tidak sedikit

terhadap perubahan sikap, perilaku, kesehatan, dan kepribadian remaja.

Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi

perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya

dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun

atau awal dua puluhan tahun.

Sedangkan Hurlock (2002) membagi masa remaja menjadi masa remaja

awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

hingga 18 tahun). Hurlock memberi batasan masa remaja berdasarkan usia

kronologis, yaitu antara 13 hingga 18 tahun. Menurut Thornburgh (1982), batasan

usia tersebut adalah batasan tradisional, sedangkan aliran kontemporer membatasi

usia remaja antara 11 hingga 22 tahun. Masa remaja awal dan akhir dibedakan

oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi

perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa. Pada usia tersebut, tugas-tugas

perkembangan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:

a. Mencapai hubungan yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya

baik sesama jenis maupun lawan jenis

b. Mencapai peran sosial maskulin dan feminin

c. Menerima keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif

d. Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan orang

dewasa lainnya

e. Mencapai kepastian untuk mandiri secara ekonomi

f. Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja

g. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan

keluarga

h. Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk

tercapainya kompetensi sebagai warga negara


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

i. Menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat

dipertanggungjawabkan secara sosial

j. Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku

(Havighurst; Hurlock, 1989).

Tidak semua remaja dapat memenuhi tugas-tugas tersebut dengan baik.

Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam

memenuhi tugas-tugas tersebut, yaitu:

a. Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan

situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi,

penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai.

b. Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang

tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian,

kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya

hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh

orangtua.

Anna Freud (Hurlock, 1989) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi

proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan

perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan

orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses

pembentukan orientasi masa depan. Sedangkan yang dimaksud dengan

perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia &
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

Olds, 2001). Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan

tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara

konkret menjadi abstrak (Papalia dan Olds, 2001).

2. Perubahan Pada Masa Remaja

Masa remaja dikenal sebagai periode yang memiliki masalah dan keunikan

tersendiri. Hal ini dikarenakan pada masa remaja, manusia mengalami transisi dan

terjadi banyak perubahan di berbagai aspek kehidupan mereka. Perubahan-

perubahan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Perubahan Fisik

Perubahan yang paling terlihat pada remaja adalah perubahan fisik dan

hormonalnya. Ciri-ciri seks primer dan sekunder sudah mulai tampak. Transisi

perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-

kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai

(Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses

pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah.

Terdapat beberapa perbedaan pada pubertas laki-laki dan perempuan

(Santrock, 2009). Para peneliti menemukan urutan perkembangan karakteristik

pubertas sebagai berikut; meningkatnya ukuran penis dan testis, keluarnya rambut

kemaluan, sedikit perubahan pada suara, ejakulasi pertama, muculnya rambut di

ketiak, perubahan suara terlihat jelas, dan pertumbuhan rambut di wajah.

Sedangkan perubahan fisik pada perempuan diawali dengan payudara membesar

atau rambut kemaluan muncul. Selanjutnya, tumbuh rambut di ketiaknya dan

diiringi dengan bertambah tingginya badan serta pinggul yang melebar melebihi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

bahunya. Menarche atau menstruasi pada perempuan berlangsung lebih akhir

dalam siklus pubertas. Pada pubertas perempuan tidak terjadi perubahan suara

seperti yang terjadi pada laki-laki. Kemudian akhir masa pubertas, payudara

perempuan menjadi lebih bulat.

Sebuah aspek psikologis yang berkaitan dengan perubahan fisik adalah citra

tubuh. Remaja sangat memperhatikan tubuhnya dan mengembangkan citra

mengenai tubuhnya. Preokupasi terhadap citra tubuh itu sangat kuat di antara para

remaja, tetapi secara khusus sangat terlihat pada masa remaja awal, ketika

kebanyakan remaja tidak puas dengan tubuhnya dibandingkan masa remaja akhir

(Santrock, 2009).

b. Perubahan Aspek Kognitif

Pada masa remaja, aspek kognitif anak mengalami peningkatan yang sangat

besar. Penelitian menemukan bahwa ada peningkatan kecepatan dalam

memproses informasi dari usia anak-anak ke usia remaja (Kail & Miller, 2006).

Secara umum, kognisi remaja menjadi lebih terkontrol, koordinasinya lebih baik,

dan lebih banyak mengenai refleksi diri. Menurut Piaget (Santrock, 2011), ketika

anak berusia 11 tahun, tahap perkembangan kognitif yang keempat dan final atau

tahap operasional formal pun dimulai. Remaja juga mulai berpikir dengan cara

penalaran hipotesis; ia dapat melihat solusi yang potensial untuk mengatasi

masalah dengan cara yang benar-benar sistematis, menggunakan pendekatan yang

lebih scientist dan ekperimen. Pemikiran operasional formal ini lenih bersifat

abstrak, artinya remaja mampu merekasaya terhadap berbagai situasi atau


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

peristiwa yang masih berupa kemungkinan dan memcoba berpikir logis tentang

situasi atau peristiwa tersebut.

Selain berpikir abstrak dan idealis, remaja juga berpikir logis. Remaja

cenderung memecahkan masalah melalui trial dan error. Remaja membuat

rencana untuk menyelesaikan masalah secara sistematis untuk menguji solusi.

Dengan demikian, remaja mengembangkan hipotesis mengenai cara memecahkan

masalah secara sistematis, melakukan deduksi terhadap langkah terbaik yang

harus diikuti untuk memecahkan masalah.

Perubahan kognisi lain pada masa remaja adalah muculnya egosentrisme

remaja (Santrock, 2011). Elkind (1967) mengemukakan bahwa egosentrisme pada

remaja ini muncul ketika remaja telah mampu mengenali pikiran orang lain, tetapi

gagal untuk membedakan objek yang menjadi pemikiran orang lain dan fokusnya

terhadap diri sendiri. Sebagai akibatnya remaja berasumsi bahwa orang lain juga

terobsesi dengan penampilan dan perilaku mereka, sebagaimana mereka juga

terobsesi dengan diri mereka sendiri. Keyakinan bahwa remaja dan orang lain

terobsesi dengan penampilan dan perilaku mereka ini disebut dengan imaginary

audience.

c. Perubahan Aspek Emosioal

Remaja mengalami perubahan secara fisik dan hormonal yang memberi

dampak pada aspek emosional mereka. Menurut Santrock (2011), dalam

perkembangan individualitasnya remaja sedang dalam proses mencari identitas

diri yang terbentuk melalui relasi sosial yang diwarnai oleh fluktuasi emosi.

Selanjutnya Santrock mengungkapkan bahwa remaja dapat menjadi tidak stabil


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

dalam bebagai aspek dan hal tersebut merupakan hal yang wajar. Oleh karena itu,

remaja sangat membutuhkan dan seringkali mencari dukungan dari orang-orang

disekitar mereka seperti orang tua dan teman sebaya.

Sullivan (Santrock, 2011) secara khusus menyatakan bahwa kebutuhan

intimasi meningkat di masa remaja awal dan memotivasi remaja untuk mencari

sahabat. Sahabat juga dianggap dapat menjadi tempat menunjukan rasa percaya

mereka dengan mengutarakan pendapat yang beresiko. Selain kebutuhan akan

intimasi, perubahan dalam aspek sosioemosi yang terjadi pada masa remaja terkait

dengan harga diri (self esteem) (Santrock, 2011).

d. Perubahan Aspek Psikososial

Pada kehidupan sosialnya, remaja mencapai dapat berfikir secara abstrak

yang berarti bahwa remaja dapat berpikir mengenai sifat-sifat masyarakat dan

perananannya dalam masyarakat (Bukatko, 2008). Pemikiran idealis mulai sering

muncul pada tahapan perkembangan ini karena remaja lebih mengerti mengenai

konsep-konsep seperti hukum, cinta, dan kebebasan, dan remaja mulai berpikir

mengenai kemungkinan yang dapat terjadi daripada realita. Dalam beberapa hal

remaja mungkin akan jadi “dreamer” daripada menjadi dewasa hal ini

dikarenakan mereka belum menghadapi kenyataan praktis dan fakta mengenai

bagaimana untuk tinggal dan bekerja di dunia ini (Inhelder & Piaget, 1958).

Erikson (1968), berpendapat bahwa remaja mulai membuat komitmen mengenai

kelekatan dengan lawan jenisnya dan remaja mulai memikirkan tujuan akhir

mereka di masa depan. Remaja mulai fokus membuat kehidupan pribadi mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

agar lebih baik dan juga mulai memilih pendidikan dan bagaimana karir mereka di

dunia kerja nanti.

Remaja atau orang dewasa tidak harus mencapai tingkat metakognisi yang

paling tinggi. Sebagai contoh remaja dan orang dewasa berhubungan dalam

pengambilan keputusan yang sering dipengaruhi oleh sistem berpikir mereka,

khususnya ketika dihadapkan dengan kehidupan mereka yang bertentangan

dengan masalah yang ada. Orang-orang dari berbagai umur, termasuk remaja,

memperlihatkan bias keputusan (judgment biases). Mereka juga sering

menjalankan berdasarkan keyakinan diri sendiri mengenai kelompok sosialnya

atau bagaimana hal tersebut dipandang oleh orang lain.

D. Dinamika Antar Variabel

Era globalisai telah membawa banyak perubahan di berbagai aspek bidang

seperti ekonomi, tekhnologi dan lingkungan. Hal ini terntu membawa pengaruh

bagi manusia sebagai individu yang tinggal berdampingan dengan lingkungannya.

Remaja sebagai individu yang sedang memasuki masa transisi, mengalalami

banyak perubahan di dalam keseluruhan aspek hidupnya. Tugas utama

perkembangan remaja ialah membangun identitas diri mereka (Atkinson, 2006).

Salah satu hal penting dalam membangun identitas adalah membangun harga diri.

Remaja melalui banyak perubahan salah satunya adalah perubahan

kualitas harga diri. Perubahan tersebut dimulai umumnya pada usia 12-13 tahun

(Rosenberg, 1986). Kebanyakan remaja awal akan mengalami Simultaneous

challenges yang akan berpengaruh pada rendahnya harga diri remaja. Tantangan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

tantangan atau yang disebut juga simultaneous challenges, meliputi perubahan

sekolah, perubahan hubungan antara orangtua dan remaja, serta perubahan

biologis yang berkaitan dengan masa pubertas.

Harga diri pada remaja merupakan masalah memperoleh persetujuan dari

lingkungannya atau tidak. Harga diri remaja menjadi tidak stabil karena mereka

sangat memperhatikan dan mempedulikan kesan yang mereka buat terhadap orang

lain (Erikson, dalam Acocella 1995). Pertentangan nilai dan norma yang sering

terjadi antara nilai dan moral kelompok dan pihak lain (nilai dan norma dalam

keluarga), seringkali timbul pada masa remaja. Dalam hal inilah penyesuaian diri

utama dihadapkan pada remaja. Remaja berusaha untuk tidak melanggar

“peraturan” di rumah, sementara itu ia juga merasa takut akan dikucilkan oleh

teman-teman sekelompoknya. Hal yang biasanya remaja lakukan untuk keluar

dari konflik adalah mengorbankan sikap ‘menurut’ mereka pada orang tuanya. Di

sisi lain hal-hal yang biasanya menjadi sumber konflik antara remaja (yang

membawa nilai kelompok) dengan orang tua (yang memiliki nilai tersendiri),

menyangkut persoalan keuangan, cara pakaian, penggunaan waktu, dan juga soal

teman bergaul.

Pertumbuhan anak menjelang dan selama masa remaja ini menyebabkan

tanggapan masyarakat yang berbeda pula. Mereka (anak) diharapkan dapat

memenuhi tanggung jawab orang dewasa, tetapi berhubung antara pertumbuhan

fisik dan badannya masih ada jarak yang cukup lebar, maka kegagalan seringkali

ditemui remaja dalam memenuhi tuntutan sosial ini yang menyebabkan mereka

frustasi dan mengalami konflik-konflik batin pada remaja terutama apabila tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

ada pengertian dari orang dewasa. Hal ini merupakan salah satu sebab mengapa

para remaja lebih dekat dengan teman sebayanya dari pada orang dewasa.

Remaja akan menyerap segala informasi yang ia peroleh dari lingkungan

sekitarnya. Oleh karena itu, masa transisi ini merupakan masa dimana remaja

mulai memperluas interaksi sosial dan pencarian identitasnya. Berdasarkan

kenyataan di atas, dapat dimengerti jika hal-hal yang bersangkutan dengan tingkah

laku, minat, bahkan sikap dan pikiran remaja banyak dipengaruhi oleh teman-

teman dalam kelompok mereka disamping pengaruh kuat dari orang tua mereka.

Remaja merasa dapat mandiri, sehingga mereka mengatasi masalahnya

sendiri dan menolak bantuan dari orang tua ataupun guru. Namun, karena

ketidakmampuan mereka untuk mengatasi sendiri masalah menurut cara yang

mereka yakini, banyak remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaian

masalahnya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka (Hurlock, 1980). Selain itu

tak jarang mereka melanggar aturan atau nilai moral yang berlaku di masyarakat.

Masa transisi remaja yang tidak disertai dengan pengawasan dan penanaman nilai

moral yang baik akan membawa remaja pada masalah-masalah yang dapat

meresahkan remaja dan lingkungan sosialnya. Remaja yang memiliki harga diri

rendah juga akan lebih beresiko mengalami beberapa masalah (Usher, 2000).

Berbagai macam kasus muncul mengenai kenalakan remaja dan setiap

tahun semakin meningkat.Kasus-kasus tersebut telah cukup menunjukkan bahwa

ada hal-hal yang tidak dipahami remaja ketika mereka hidup berdampingan

dengan masyarakat. Norma yang berlaku di masyarakat seperti norma sosial,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

agama, adat, hukum dan keseusilaan berisi nilai-nilai moral yang penting untuk

remaja pahami. Ketidakpahaman remaja tentang nilai-nilai moral yang terkandung

didalam norma dapat mengakibatkan mereka terjerumus ke dalam ‘kenakalan

remaja’ atau melakukan perilaku yang melanggar hukum. Remaja yang

melakukan tindakan-tindakan yang digolongkan ke dalam kategori kenakalan

remaja dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu, identitas negatif dimana adanya

kegagalan dalam mengatasi identitas peran, memiliki orang tua yang jarang

memantau anak atau memberi sedikit dukungan, dan pasif dalam mendisiplinkan,

serta bergaul dengan teman sebaya yang memberikan dampak buruk (Santrock,

2007).

Pada masa remaja, moral merupakan suatu pedoman atau petunjuk bagi

remaja dalam rangka mencari jalannya sendiri menuju kepribadian yang matang

dan menghindarkan diri dari konflik-konflik peran yang selalu terjadi pada masa

remaja (Sarwono, 2007). Secara umum moral dapat dikatakan sebagai

kemampuan untuk membedakan mana yang benar dan salah dan bertindak atas

keputusan tersebut. Individu akan mendapatkan penghargaan diri ketika mereka

melakukan yang benar dan sebaliknya akan merasa bersalah atau malu ketika

melanggar standar tersebut (Hasan, 2006). Oleh karena itu, peneliti berasumsi

bahwa terdapat hubungan antara harga diri dan penalaran moral pada remaja yang

mempengaruhi bagaimana cara mereka berperilaku dalam kehidupan sehari-

harinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

E. Kerangka Berfikir
Remaja Akhir

(18-21Tahun)

P
e
m
e
n
u
h
a
n

Lingkungan
Tugas
Perkembangan
Remaja Akhir Penalaran
Harga
Moral
Diri
Havighurst
(Hurlock,
1990)

F. Hipotesis

Berdasarkan uraian yang telah peneliti jabarkan sebelumnya, maka peneliti

mengajukan sebuah hipotesis yaitu; terdapat “hubungan antara harga diri dan

penalaran moral pada remaja akhir”.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.

Pendekatan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah paradigma

penelitian kuantitatif. Tujuan penelitian kuantitatif adalah untuk menguji hipotesis

yang telah ditetapkan (Sugiono, 2014). Pendekatan kuantitatif merupakan metode

untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel,

menguji teori, membangun fakta, menunjukan hubungan dan pengaruh serta

perbandingan antar variabel, dan memberikan deskripsi statistik. Variabel tersebut

biasanya diukur dengan instrumen-instrumen penelitian sehingga data yang

diperoleh terdiri dari angka-angka dan dapat dianalisis berdasarkan prosedur-

prosedur statistik (Creswell, 2009). Melalui penelitian ini peneliti ingin menguji

signifikansi hubungan antara harga diri dan penalaran moral pada remaja akhir.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel merupakan atribut atau sifat yang sedang diselidiki yang nilainya

dapat bervariasi atau berbeda satu sama lain dari satu subjek ke subjek lain atau

dari satu objek ke objek lain (Azwar, 2007).

48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

Penelitian ini memiliki dua variabel yang dapat diidentifikasi sebagai

berikut :

1. Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah harga diri.

2. Variabe Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penalaran moral.

C. Definisi Operasional

1. Harga Diri

Definisi operasional harga diri adalah hasil penilaian diri atau evaluasi

yang dibuat individu terhadap dirinya sendiri yang relatif tetap. Harga diri dapat

berupa penerimaan atau penolakan dan menunjukan sejauh mana individu

meyakini kemampuan dirinya sendiri. Penilaian ini dapat berupa perasaan positif

atau negatif dan tinggi atau rendah. Evaluasi penilaian tinggi atau rendah yang

dibuat tersebut diperoleh dari interaksinya dengan lingkungan sekitar sehingga

dapat membentuk sikap-sikap dan bagaimana manusia berperilaku.

Tingkat harga diri diukur menggunakan skala SEI (Self Esteem Inventory)

yang disusun oleh Coopersmith (1967) berdasarkan aspek-aspek pembentukan

harga diri Coopersmith, yaitu :

a. Power, kemampuan remaja untuk membuat orang lain melakukan

sesuatu sesuai dengan keinginan individu.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

b. Significance, adanya kepedulian, afeksi serta rasa suka baik dari diri

sendiri maupun orang lain.

c. Virtue, individu dapat mengikuti aturan nilai dan etika dengan

melakukan hal-hal yang dianggap baik dan menjauhi sesuatu yang tidak

diperbolehkan.

d. Competence, kemampuan individu unuk mengerjakan berbagai macam

tugas dengan baik dan berusaha mengatasi permasalahan yang

dihadapinya.

2. Penaralan Moral (Moral Reasoning)

Penalaran moral merupakan proses berpikir hingga sampai pada dibuatnya

alasan-alasan mengapa seseorang bisa melakukan suatu tindakan. Kemampuan

penalaran moral merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk

memakai cara berpikir tertentu yang dapat menerangkan apa yang telah

dipilihnya, mengapa melakukan ataupun tidak melakukan suatu tindakan apabila

dihadapkan pada situasi tertentu Penilaian tinggi rendahnya tingkat penalaran

moral dapat dilihat dari jawaban yang dominan pada skor total.

D. Populasi dan Subjek Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014). Dalam

penelitian ini, peneliti melibatkan remaja akhir atau siswa-siswi sekolah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

menengah atas dan mahasiswa-mahasiswi semester pertama yang berada di kota

Yogyakarta sebagai populasi dan subjek penelitian.

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2014). Dengan kata lain, sampel merupakan subjek

penelitian yang dapat mewakili dari seluruh populasi penelitian yang dinilai

representatif.

Teknik sampling yang digunakan peneliti adalah nonprobability sampling

atau sampel nonprobabilitas. Nonprobability sampling adalah teknik yang tidak

memberikan peluang kesempatan yang sama bagi setiap unsur anggota atau

populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2014). Alasan peneliti

menggunakan teknik sampling ini dikarenakan adanya keterbatasan tenaga, biaya,

serta untuk efesiensi waktu dalam pengambilan data.

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan salah satu jenis

nonprobability sampling yaitu purposive sampling. Purposive sampling adalah

metode dimana peneliti mengembangkan kriteria tertentu yang dianggap

representatif dengan kata lain peneliti menetapkan responden untuk dijadikan

sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Pemilihan subjek sebagai sampel

dilakukan dengan cara non-acak dengan menyesuaikan kriteria yang telah

ditentukan oleh peneliti sebelumnya yaitu :

1. Subjek berusia remaja akhir (18-21 Tahun) dan belum menikah.

2. Bersedia menjadi responden dan mengisi kuesioner penelitian.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

E. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan beberapa tahapan yang dimulai

dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan pengambilan data, tahap pembahasan dan

penulisan laporan. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

a. Menentukan topik penelitian.

b. Mengumpulkan berbagai macam informasi yang menunjang topik

penelitian.

c. Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan referensi teori dan

konsep yang berhubungan dengan topik penelitian.

d. Menyusun kerangka teoritis, metode dan rancangan penelitian.

e. Mempersiapkan dan mengadaptasi alat ukur yang akan digunakan dalam

penelitian.

2. Tahap Pengumpulan Data

a. Menyebarkan kuesioner kepada responden dalam rangka uji coba (try

out).

b. Mengumpulkan kuesioner dan memeriksa kelengkapan untuk

selanjutnya diolah. Hasil Uji coba skala digunakan untuk menentukan

item-item yang baik dan buruk, serta layak untuk digunakan sebagai alat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

ukur yang valid dan reliabel dalam pengambilan data sesungguhnya

(Supratiknya, 2014).

3. Tahap Pengolahan Data

a. Melakukan pengolahan data secara statistik dengan menggunakan

metode dan analisis SPSS.

4. Tahap Pembahasan

a. Membuat interpretasi terhadap hasil analis analisis statistik dan

membahasnya berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang

digunakan.

b. Merumuskan kesimpulan dan dan saran hasil penelitian.

F. Metode Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan

data dalam penelitian. Untuk memperoleh informasi dari responden peneliti

menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner atau skala. Skala merupakan

suatu alat ukur berupa pertanyaan atau pernyataan yang memiliki stimulus untuk

mengungkap indikator perilaku sehingga dapat memancing jawaban yang

menggambarkan keadaan subjek sehingga respon subjek tersebut dapat

diinterpretasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah menggunakan

kuesioner atau angket. Kuesioner atau angket adalah teknik yang dilakukan

dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab (Sugiyono, 2014).

2. Alat Pengumpulan Data

a) Skala Harga Diri SEI (Coopersmith Self Esteem Inventory)

Untuk mengukur harga diri (self esteem), peneliti menggunakan

Inventori Harga Diri berdasarkan teori Coopersmith atau dikenal dengan

nama CSEI (1967) dalam bahasa Inggris yang telah diterjemahkan ke

dalam Bahasa Indonesia. Coopersmith Self Esteem Inventory (SEI) terdiri

dari 58 item pertanyaan. Setiap pertanyaan terdapat jenis item yang

favorable (item yang mendukung/positif) dan item yang unfavorable (item

yang tidak mendukung/negatif).

Adapun blue print alat ukur yang dibuat dalam penelitian ini

berdasarkan acuan baku dari Coopersmith Self Esteem Inventory (1967).

Blue print (kisi-kisi) alat ukur ini mengukur derajad harga diri

berdasarkan aspek-aspek yang dijabarkan oleh Coopersmith yaitu Power

(Kekuatan), Virtue (Kebijakan), Significance (Keberartian), Competence

(Kemampuan) dengan penyebaran item sebagai berikut :


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

Tabel 2
Blue print skala Harga diri sebelum uji coba

Aspek Harga Favourable Unfavourable Jumlah


Diri
Power 2 4 6 (10,3%)
(Kekuatan)
Significance 13 16 29 (50%)
(Keberartian)
Virtue 4 1 5 (8,6%)
(Kebijakan)
Competence 8 10 18
(Kemampuan) (31,03%)
Jumlah 58 (100%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

Tabel 3
Distribusi item skala Harga diri untuk uji coba :

Aspek Indikator Item Jumlah

Favourable Unfavourable
Power 1. Pengakuan dan rasa 1 2,3 3
(Kekuatan) hormat yang diterima
individu dari orang lain.

2. Penilaian dari orang lain 4 5,6 3


terhadap sumbangan
pendapat pikiran individu
Significance 1. Penerimaan dan 7,8,9,10,11 12,13,14,15, 13
(Keberartian) kepedulian individu 16,17,18,19
terhadap diri sendiri.
2. Penerimaan berupa 20,21,22,23, 26,27,28,29, 13
penghargaan, perhatian dan 24,25 30,31,32
kepedulian yang diterima
oleh individu dari orang lain
3. Popularitas individu di 33,34 35 3
lingkungannya.
Virtue 1. Menaati etika dan moral, 36,37,38,39 40 5
(Kebijakan) serta aturan agama yang
dianut.

Competence 1. Kemampuan individu 41,42,43 44,45,46,47, 11


(Kemampuan dalam mengerjakan tugas. 48,49,50,51
)
2. kemampuan individu 52,53,54,55, 57,58 7
dalam memecahkan suatu 56
masalah dan mengambil
keputusan.
Jumlah 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Pemberian item skala harga diri yang bermuatan favorable dan

unfavorable diberi skor sebagai berikut :

Tabel 4
Penilaian Skor

Jawaban Favourable Unfavorable


Ya 1 0
Tidak 0 1

Pemberian skor di atas digunakan untuk aspek harga diri secara

keseluruhan. Skor untuk keseluruhan merupakan penjumlahan empat

aspek harga diri. Hasil skor selanjutnya digolongkan pada dua kategori

yaitu tinggi dan rendah.

b) Skala Penalaran Moral (Defining Issue Test )

Istrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur tingkat

penalaran moral siswa adalah Defining Issue Test (DIT). DIT telah

berkembang di Indonesia dan merupakan adaptasi dari James Rest (1979).

Instrumen ini memiliki tiga cerita dan masing-masing cerita memiliki 12

pertanyaan kemudian dari setiap isu tersebut responden memilih isu

manakah yang dianggap sangat penting, penting, agak penting, kurang

penting dan tidak penting. Dari ke-12 pertanyaan ini responden diminta

untuk memilih salah satu dari lima pertimbangan yang disediakan. Adapun

table sebaran item dari skala DIT (Defining issue Test) sebelum uji coba

adalah sebagai berikut :


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Tabel 5
Distribusi item skala Penalaran Moral untuk uji coba

No. Cerita Item Jumlah


1,2-1,12 Budi dan Obat 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 12
9, 10, 11, 12
2,1-2,12 Buronan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 12
9, 10, 11, 12
3,1-3,12 Pilihan Seorang Dokter 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 12
9, 10, 11, 12
Jumlah 36

Selanjutnya dari ke-12 pertanyaan pada setiap cerita ini responden

diminta untuk memilih salah satu dari lima pertimbangan yang disediakan.

yaitu :

A. Sangat Penting
B. Penting
C.Agak Penting
D. Kurang Penting
E. Tidak Penting.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Tabel 6
Pemberian skor skala DIT (Defining issue Test)

Respon Pernyataan Favorable Unfavorable


Sangat Penting 5 1
Penting 4 2
Agak Penting 3 3
Kurang Penting 2 4
Tidak Penting 1 5

G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

1. Validitas

Validitas adalah sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa

yang ingin diukur. Suatu skala pengukuran dikatakan valid apabila skala

tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur

(Sarwono, 2007). Adapun karakteristik dari validitas yang baik yaitu

instrumen pengukurannya harus benar-benar tepat mengukur konsep teori

yang dianut dan bukan konsep lainnya. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan dua jenis validitas, yaitu validitas isi dan validitas konstruk.

Validitas isi merupakan sebuah analisa logis atau empiris mengenai

seberapa memadai isi tes mewakili ranah isi serta seberapa relevan ranah

isi tersebut sesuai dengan interpretasi skor tes yang dimaksud. Isi tes

mengacu pada tema-tema, pilihan kata, serta format atau bentuk item,

tugas, atau pertanyaan yang digunakan dalam tes. Validitas isi lazim

diperoleh melalui penilaian pakar atau ahli terhadap kesesuaian antara


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

bagian-bagian tes dan konstruk yang diukur (Supratiknya, 2014). Dalam

penelitian ini peneliti telah berkonsultasi dengan dosen pembimbing

skripsi. Dalam proses penterjemahan dan adaptasi skala harga diri peneliti

telah meminta penilaian dari sarjana pendidikan bahasa inggris untuk

menterjemahkan ulang dan menganalisis kata demi kata yang tepat untuk

digunakan. Setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, skala

tersebut selanjutnya diterjemahkan kembali ke dalam bahasa ingris oleh

orang berbeda yang peniliti anggap cukup berkompeten. Selain itu, peneliti

juga telah meminta pendapat dari dua orang akademisi lain yang sedang

mengenyam pendidikan lanjutan dalam ranah bidang psikologi untuk

memberikan penilaian mengenai skala yang akan digunakan. Dengan

demikian sebelum dilakukan uji coba aitem, validitas isi kedua skala item

dalam penelitian ini telah dilakukan koreksi oleh orang yang dianggap

ahli.

Sedangkan validitas konstruk merupakan penilaian tentang sejauh

mana item-item dan komponen-komponen dalam tes saling berhubungan

sedemikian rupa sesuai dengan konstruk yang diukur. Pengujian ini terkait

dengan konsistensi internal atau homogenitas tes. Konsistensi internal atau

homogenitas tes yang tinggi dipandang sebagai bukti yang kuat bahwa tes

tersebut mengukur sebuah konstruk yang memang hendak diukur oleh

peneliti (Supratiknya, 2014).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

2. Analisis Item

Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi item total dari

94 item yang terdapat pada skala harga diri dan penalaran moral yang

digunakan saat try out. Penghitungan item total dapat menunjukan item-

item yang paling baik dalam mengukur konstruk atau isi yang akan diukur.

Item-item yang berkorelasi negatif dan positif, namun nilainya lebih

rendah dari skor total maka harus digugurkan. Sebagai patokan suatu item

akan dinyatakan layak dipertahankan apabila korelasi Spearman yang

didapat lebih dari sama dengan 0,2 0 (≥ 0,20) (Supratiknya, 2014).

Besarnya koefisien korelsi aitem total antara 0 sampai 1,00 dengan tanda

positif atau negatif. Semakin baik daya beda aitem maka koefisien

korelasinya semakin mendekati 1,00.

Try out atau uji coba telah dilaksanakan pada bulan Desember

2017 hingga Januari 2018. Berikut adalah hasil dari seleksi item pada

kedua skala yang digunakan :

a) Skala Harga Diri

Seleksi item dilakukan dengan menghitung korelasi item total dari

58 item skala harga diri dan 36 skala penalaran moral yang digunakan saat

try out. Semakin tinggi korelasi skor item dan skor total skala, maka

semakin baik juga item tersebut. Sebagai patokan, semua item yang

berkorelasi ≥ 0,20 dengan skor total maka layak dipertahankan. Koefisien


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

korelasi aitem-total (rix) yang ditemukan dalam hasil try out adalah -0,180 –

0, 797.

Berdasarkan hasil try out yang dilakukan peneliti menemukan 38

aitem dari 58 aitem yang diujikan dengan kualitas baik. Adapun 21 item

yang gugur yaitu item nomor 2, 8, 15, 17, 18, 20, 23, 25, 26, 28, 31, 32,

36, 39, 43, 45, 49, 50, 53, 55, dan 57.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

Berikut adalah distribusi item skala harga diri yang gugur :

Tabel 7
Distribusi item skala harga diri yang gugur

No Aspek Item Jumlah

Favourable Unfavourable
Power 1 (2),3
1 (Kekuatan) 6

4 5,6
Significance 7,(8),9,10,11 12,13,14,(15),
2 (Keberartian) 16,(17),(18),1
9
(20),21,22, (26),27,(28),2 29
(23), 24,(25) 9, 30,(31),(32)
33,34 35
Virtue (36),37,38, 40 5
3 (Kebijakan) (39)

Competence 41,42,(43) 44,(45),46,47,


4 (Kemampuan) 48,(49),(50), 18
51
52,(53),54, (57),58
(55),56
Jumlah 58
( ) nomor aitem yang gugur (rix < 0,20)

Setelah dilakukan seleksi item, maka kisaran koefisien korelasi

item total (rix) adalah 0,256 – 0,797. Dengan demikian, bentuk final dari

skala harga diri dalam penelitian ini terdiri dari 37 item. Berikut distribusi

item bentuk final skala harga diri :


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Tabel 8
Distribusi item bentuk final skala harga diri

No Aspek Item Jumlah


Favourable Unfavourable
1 Power (Kekuatan) 1 3 5
4 5,6
2 Significance 7,9,10,11 12,13,14,
(Keberartian) 16,19 19
21,22,24, 27, 29, 30
33,34 35
3 Virtue (Kebijakan) 37,38 40 3
4 Competence 41,42 44,46,47,
(Kemampuan) 48,51 11
52,54,56 58
Jumlah 37

b) Skala Penalaran Moral

Berdasarkan hasil try out pada skala penalran moral peneliti

menemukan bahwa terdapat 26 item yang memiliki kualitas baik dari 36

item yang diujikan. Koefisien korelasi aitem-total (rix) yang ditemukan

dalam hasil try out adalah -0,001 – 0,624.

Tabel 9
Distribusi item skala Penalaran Moral yang gugur

No. Cerita Item Jumlah


1,2-1,12 Budi dan Obat (1), 2, 3, (4), 5, (6), 12
7, 8, 9, (10), 11, 12
2,1-2,12 Buronan (1), 2, 3, 4, 5, 6, 7, 12
8, 9, 10, 11, (12)
3,1-3,12 Pilihan Seorang Dokter 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 12
(9), (10), (11), (12)
Jumlah 36
( ) nomor aitem yang gugur (rix < 0,20)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

Setelah dilakukan seleksi item maka kisaran koefisien korelasi item

total (rix) adalah 0,204 – 0,624. Dengan demikian, bentuk final dari skala

harga diri setelah dilakukan seleksi item terdiri dari 26 item yang

dinyatakan memiliki kualitas baik. Berikut distribusi item bentuk final

skala penalaran moral:

Tabel 10
Distribusi item bentuk final skala penalaran moral

No. Cerita Item Jumlah


1,2-1,12 Budi dan Obat 2, 3, 5, 7, 8, 9, 11, 8
12
2,1-2,12 Buronan 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
10, 11
3,1-3,12 Pilihan Seorang Dokter 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 8
Jumlah 26

3. Uji Reliabilitas

Kuesioner yang berisi data untuk mengukur harga diri dan penalaran moral

perlu di uji reabilitasnya. Reliabilitas adalah sejauh mana konsistensi hasil

pengukuran apabila dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama

dengan alat pengukuran yang sama pula (Supratiknya, 2014). Uji reliabilitas ini

bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajad kemampuan alat ukur tersebut

mengukur sasaran yang akan diukur secara konsisten.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

Reliabilitas dalam koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam

rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin mendekati angka 1,00 maka semakin

tinggi pula reliabilitas alat ukur. Sebaliknya, semakin rendah koefisien reliabilitas

mendekati angka 0, maka semakin rendah pula reliabilitas alat ukur (Azwar,

2007).

Dalam penelitian ini uji reliabilitas yang digunakan adalah uji reliabilitas

konsistensi internal. Hal ini dilakukan karena uji reliabilitas konsistensi internal

memiliki kelebihan yaitu, pemberian instrumennya hanya satu kali dengan satu

bentuk instrument kepada satu subjek study (Dempzey; Azwar, 2007).

Jika nilai alpha > 0,7 artinya reliabilitas mencukupi, sementara jika alpa >

0,80 ini berarti seluruh item reliabel dan seluruh tes secara internal konsisten

karena memiliki reliabilitas yang kuat. Adapun kriteria reliabilitas adalah sebagai

berikut :

Tabel 11

Korelasi Alpha Cronbach

Koefisien Derajad Korelasi


>0,90 Sangat Tinggi
0,70 – 0,90 Tinggi
0,50 – 0,90 Cukup
<0,50 Rendah

Secara psikometrik, reliabilitas menunjukan adanya konsistensi internal

dalam tes tersebut. Salah satu metode untuk mengestimasi konsistensi internal

adalah dengan menggunakan rumus alpha Cronbach (Supratiknya, 2014). Dalam


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

penelitian ini peneliti menggunakan metode tersebut dan menghasilkan koefisien

reliabilitas alpha menggunakan program SPSS for windows versi 16.00.

Bentuk final skala harga diri yang terdiri dari 37 item memiliki koefisien

reliabilitas alpha 0,899 sedangkan untuk skala penalaran moral yang terdiri dari

26 item memiliki koefisien reliabilitas alpha 0,793. Hal ini menunjukan bahwa

skala harga diri dan penalaran moral memiliki reliabilitas atau konsistensi hasil

pengukuran yang tinggi.

H. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan melalui beberapa tahap yang dimulai dengan

editing untuk memeriksa kelengkapan data. Kemudian, peneliti memasukan

(entry) data ke dalam komputer. Setelah itu, peneliti melakukan evaluasi dengan

deskripsi statistik, dan tahap selanjutnya melakukan tabulasi data dan analisa data.

Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji asumsi dan uji

hipotesis. Berikut mererupakan penjelasan analisa data yang digunakan :

1. Uji Asumsi

Uji asumsi merupakan salah satu syarat dalam penggunaan teknik korelasi

untuk memperoleh kesimpulan yang benar berdasarkan data yang ada. Penelitian

ini menggunakan uji asumsi sebagai berikut :


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan pengujian yang dilakukan guna

mengecek apakah data penelitian kita berasal dari populasi yang

sebarannya normal. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji

One Sample Kolomogorov-Smirnov dalam program SPSS for windows 16.

Adapun data dinyatakan berdistribusi normal apabila memiliki signifikansi

lebih besar dari 10% atau 0,1. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan

Santoso (2010), jika nilai p lebih besar dari 0,1, dengan kata lain sebaran

data yang kira uji mengikuti distribusi normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara

skor variabel tergantung dan variabel bebas merupakan bergaris lurus atau

tidak. Data dapat dikatakan linear apabila memenuhi syarat taraf signifikansi

kurang dari 0,05 (p < 0,05) (Santoso, 2010).

Uji asumsi linearitas berkaitan dengan teknik statistik korelasi

khususnya product moment. Apabila korelasi Product moment dan

turunannya mengasumsikan bahwa hubungan antar variabel tidak linear,

maka cenderung akan terjadi underestimate kekuatan hubungan antara

kedua variabel tersebut. Pengujian dengan menggunakan Test For Linearity

pada SPSS for windows 16.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

2. Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini, uji hipotesis akan dilakukan dengan teknik korelasi.

Teknik korelasi adalah teknik analisis yang melihat kecenderungan pola dalam

suatu variabel berdasarkan kecenderungan pola dan variabel lain. Dengan kata

lain kecenderungan suatu variabel selalu diikuti oleh kecenderungan dalam

variabel lain, maka dapat disimpulkan bahwa dua variabel tersebut memiliki

hubungan atau korelasi (Santoso, 2010).

Terdapat beberapa teknik korelasi yang biasa digunakan dan

dikelompokan ke dalam dua kelompok uji statistik, yaitu uji statistik parametrik

dan uji statistik non-parametrik. Penggunaan statistik parametrik dan non-

parametrik tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan dianalisis. Uji

statistik parametrik digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik,

atau menguji ukuran populasi melalui data sampel.

Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara

harga diri dan penalaran moral pada remaja akhir di kota Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data penelitian dilakuan pada tanggal 23 Mei – 2 Juni 2018.

Pengambilan data dilakukan di beberapa tempat seperti, Universitas Sanata

Dharma, Universitas Negeri Yogyakarta, dan beberapa tempat lainnya di

Yogyakarta. Perbedaan tempat tersebut peneliti libatkan dengan alasan agar

diperoleh ragam latar belakang dan pendidikan dari remaja akhir yang merupakan

subjek penelitian.

Pengambilan data dilakukan oleh peneliti di hari dan waktu yang berbeda.

Dalam prosesnya peneliti juga dibantu oleh asisten peneliti. Peneliti menyebarkan

sebanyak 120 kuesioner yang berisi skala harga diri dan penalaran moral pada

responden.

B. Dekripsi Responden Penelitian

Responden penelitian adalah siswa-siswi SMA, dan mahasiswa-mahasiswi

semester awal dengan rentang usia 18-21 tahun. Dari 120 kuesioner yang disebar,

terdapat 101 kuesioner yang dapat dipakai dalam penelitian ini. Hal ini

dikarenakan pengisian 101 kuesioner tersebut lengkap, diisi sesuai instruksi, dan

memenuhi kriteria responden penelitian. Dari 101 responden yang mengisi paket

kuesioner tersebut terdiri dari 51 laki-laki dan 50 perempuan.

71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

Selain itu, 19 kuesioner yang tidak dapat dipakai dalam penelitian ini. 19

kuesioner yang tidak dapat dipakai tersebut terdiri dari 9 yang tidak diisi dengan

lengkap, 4 tidak diisi sesuai instruksi, dan 3 diisi oleh responden yang tidak

memenuhi kriteria penelitian dan 4 kuesioner tidak kembali.

Berikut adalah deskripsi responden penelitian :

Tabel 12

Deskripsi responden penelitian

Kriteria Responden Keterangan Jumlah


Usia 18 38
19 30
20 28
21 5
Jenis Kelamin Laki-Laki 51
Perempuan 50

C. Hasil Analisis Data Penelitian

Sebelum melakukan uji analisis data untuk menguji hipotesis, terlebih

dahulu peneliti melakukan uji asumsi dasar. Pengujian ini dimaksudkan untuk

melihat apakah data yang diperoleh memenuhi syarat untuk dianalisis. Uji asumsi

yang peneliti lakukan meliputi uji normalitas dan uji linearitas.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

1. Uji Asumsi

a. Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara

distribusi sebaran aitem dalam penelitian ini bersifat normal atau tidak.

Berdasarkan penghitungan SPSS for windows versi 16 dengan menggunakan

One Sample Kolmogorov-Smirnow test, didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 13

Uji Normalitas variabel penelitian

Kolmogorov Smirnov P
Harga Diri 1,576 0,014
Penalaran Moral 1,113 0,153

Berdasarkan table tersebut, diperoleh taraf signifikansi harga diri

sebesar 0,014 (p ≥ 0,1) dan signifikansi penalaran moral 0,153 (p ≥ 0,1). Data

dinyatakan berdistribusi normal apabila signifikansi lebih besar dari 10% atau

0,1. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Santoso (2010), jika nilai p lebih

besar dari 0,1, dengan kata lain sebaran data yang kira uji mengikuti distribusi

normal. Hal ini menunjukkan bahwa data yang berasal dari skala harga diri

memilki sebaran data yang tidak normal. Sebaliknya, data dari skala penalaran

moral memiliki sebaran data yang normal.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara skor

variabel tergantung dan variabel bebas bergaris lurus atau tidak (Santoso, 2003).

Dengan kata lain, apabila kedua variabel bersifat linear maka korelasi yang

dihasilkan akan, tinggi dan begitu pula sebaliknya. Pengujian dilakukan

menggunakan Test For Linearity pada SPSS for Windows 16. Berdasarkan

penghitungan test for linearity, didapatkan hasil F sebesar 60,914 dengan p (2-

tailed) sebesar 0,000 (p ≤ 0,05). Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan

yang linear antara variabel harga diri dan penalaran moral.

c. Uji Hipotesis

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil uji asumsi, maka peneliti

menggunakan analisis korelasi spearman rho untuk mengetahui sejauh mana

hubungan kedua variabel yaitu harga diri dan penalaran moral. Hal ini

dikarenakan terdapat data salah satu variabel yang memikiki sebaran data tidak

normal yaitu variabel harga diri. Pengujian korelasi dilakukan terhadap variabel

harga diri dan penalaran moral.

Penghitungan korelasi Spearman’s Rho Correlation melalui program

SPSS Statistic for Windows 16 untuk pengujian hipotesis menunjukan sebagai

berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

Tabel 14

Uji korelasi Harga Diri dan Penalaran Moral

Harga Diri Penalaran Moral

Harga Correlation 1.000 .592**


Diri Coefficient
Sig (2-tailed) . .000
N 101 101
Penalaran Correlation .592** 1.000
Moral Coefficient
Sig (2-tailed) .000 .
N 101 101
**. Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil analis Spearman’s Rho Correlation melalui program

SPSS Statistic for Windows 16, diperoleh angka koefisien (r) sebesar 0,592

dengan taraf signifikansi (p) sebesar 0,000. Penghitungan ini dilakukan pada taraf

signifikansi p < 0,05 dan memakai uji 2-tailed. Berdasarkan hasil tersebut, dapat

dilihat bahwa harga diri dan penalaran moral berkorelasi positif.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan teknik Spearman Rho

Corelation maka hipotesis penelitian yang berbunyi terdapat hubungan antara

harga diri dan penalaran moral pada remaja diterima. Hubungan antara kedua

variabel positif signifikan (p < 0,05). Dengan kata lain, hasil analisis menunjukan

bahwa hipotesis penelitian diterima, yaitu terdapat hubungan antara harga diri dan

penalaran moral pada remaja.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

Hasil tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi harga diri yang dimiliki

remaja, maka semakin tinggi pula penalaran moralnya. Sebaliknya, semakin

rendah harga diri remaja, semakin rendah penalaran moralnya.

Hasil ini sejalan dengan penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Scott

(2004) yang menemukan bahwa perilaku dan penalaran moral dapat dipengaruhi

oleh tingkat harga diri dan rasa hormat kepada orang lain. Para peneliti

sebelumnya (Scott, 2004) juga telah mencatat bahwa remaja dengan harga diri

rendah dan pengalaman negatif menunjukkan sedikit rasa hormat dan toleransi

kepada orang lain. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri harga diri rendah yang

dikemukakan oleh Coopersmith, bahwa anak dengan harga diri rendah memiliki

pandangan yang negatif terhadap dirinya. Anak memandang dirinya secara

pesimis selanjutnya hal ini akan menjadi kendala atau hambatan dalam

berinteraksi dengan orang lain. Perilaku ini akan semakin mempengaruhi jumlah

penghargaan, penerimaan, dan perlakuan yang diperoleh dari interaksinya dengan

lingkungan sekitar. Maka perilaku yang ditampilkan baik positif maupun negatif,

merupakan cerminan harga diri yang dimilikinya (Frey dan Carlock; Siahaan

2008). Selain itu Kaplan (Scoot, 2004) menyatakan bahwa harga diri yang rendah

dapat mempengaruhi perilaku individu untuk berbuat menyimpang. Dengan kata

lain, remaja dengan harga diri rendah yang telah dipengaruhi pengalaman negatif

dari lingkungannya akan cenderung lebih mudah dipengaruhi untuk melakukan

perilaku menyimpang dan beresiko.

Seperti yang diungkapkan oleh Coopersmith (Mruk, 2006), bahwa salah

satu aspek dari harga diri adalah (kebajikan). Dalam hal ini seseorang dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

harga diri yang baik akan cenderung menunjukan sikap-sikap taat pada aturan dan

ketentuan dalam masyarakat (moral dan etika). Hal ini dikarenakan harga diri

berpengaruh terhadap perasaan moral yang tumbuh dalam diri individu . Seperti

yang dikemukakan oleh Rest, dimana salah satu faktor yang mempengaruhi

perasaan moral individu merupakan harga diri. Hal ini tentu semakin mendukung

pernyataan Coopersmith mengenai individu dengan harga diri tinggi maka ia akan

merasa semakin berharga, memiliki kegunaan, kekuatan, kapabilitas dan

kelayakan untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini berdampak dalam

interaksinya dengan orang lain tanpa merasa rendah diri dan berputus asa.

Perasaan berharga ini akan membentengi individu dari pengaruh buruk dan

perilaku yang tidak sesuai dengan norma di dalam masyarakat sekitarnya.

Remaja yang mengalami perkembangan penalaran moral akan

menunjukan perilaku yang sesuai dengan aturan-aturan dalam masyarakat.

Perkembangan penalaran moral berkaitan dengan bertambahnya kemampuan

menyesuaikan diri terhadap aturan atau kaidah yang ada dalam lingkungan

remaja. Hal ini juga sesuai dengan yang dinyatakan Kohlberg yaitu, remaja yang

menunjukan memasuki tahap penalaran moral yang meningkat (tinggi) akan

menggunakan kemampuan bernalarnya sebagai filter dalam mengambil keputusan

ketika akan berperilaku tertentu di dalam lingkungannya. Pada tahap penalaran

moral yang semakin berkembang ini remaja juga mengembangkan motif dan

perasaan antar pribadi yang baik, berupa kasih sayang, empati, peduli kepada

orang lain dan berusaha mengurangi egois (Crain, 2007), sehingga remaja

memiliki pertimbangan moral yang rasional untuk menghindari perilaku tidak


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

sesuai yang akan berdampak negatif bagi diri dan orang lain. Kemampuan

penalaran moral yang tinggi akan membekali remaja menilai baik buruknya suatu

perilaku. Remaja yang memiliki tingkat penalaran moral yang tinggi akan

memlikiki kesadaran moral bahwa ada berbagai macam perilaku di lingkungannya

yang melanggar moral dan tidak seharusnya dilakukan.

Selain itu, hasil penelitian ini juga selaras dengan yang diungkapkan oleh

Havighurst (Hurlock, 1989) dimana pada remaja akhir terdapat tugas

perkembangan yang harus terpenuhi salah satunya ialah menginginkan dan

mencapai perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosial serta

memperoleh sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku. Dengan adanya

hubungan positif antara harga diri dan penalaran moral pada remaja akhir, hal ini

secara tidak langsung mendukung terpenuhinya tugas perkembangan pada remaja

akhir tersebut.

Meski demikian, berdasarkan koefisien korelasi (r = 0,592) Nampak

bahwa hubungan kedua variabel yaitu harga diri dan penalaran moral termasuk

dalam kategorisasi hubungan yang cukup atau sedang (Sarwono, 2006). Dengan

kata lain, data yang diperoleh dari penelitian ini belum seluruhnya

menggambarkan bahwa ketika harga diri tinggi maka penalaran moral pada

remaja akhir rendah, dan begitu juga sebaliknya ketika tingkat penalaran moral

tinggi maka harga diri remaja akhir juga tinggi. Koefisien korelasi yang terdapat

pada kedua variabel merupakan gambaran kenyataan yang sebenarnya. Hal ini

dapat terjadi dikarenakan adanya variabel asing (extraneous variable) yang dapat

mempengaruhi kedua variabel tersebut. Variabel asing adalah variabel yang bukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

merupakan fokus penelitian, tetapi dapat mempengaruhi hasil penelitian. Variabel

asing atau faktor yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian ini dapat berupa

jenis kelamin, tingkat intelegensi, kondisi fisik, keluarga dan lingkungan sosial

remaja (Coopersmith; Ghufron, 2010). Berdasarkan hasil analisis diatas,

penelitian ini dapat semakin meyakinkan landasan teori penelitian-penelitian yang

telah dilakukan sebelumnya.

E. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memeliki beberapa keterbatasan penelitian, yaitu :

1. Peneliti tidak dapat mengontrol totalitas kesungguhan responden dalam

mengerjakan skala harga diri dan penalaran moral yang diberikan. Selain

itu peneliti juga tidak membatasi waktu dan tempat dalam pengerjaanya

sehingga hal ini mungkin dapat berdampak pada jawaban-jawaban yang

diberikan responden dalam penelitian.

2. Peneliti merasa intrumen yang digunakan untuk mengambil data yaitu

skala harga diri dan penalaran moral kurang efektif apabila langsung

diberikan secara bersamaan. Hal ini dikarenakan banyaknya bagian yang

harus dibaca oleh responden sehingga peneliti memili kekhawatiran

bahwa kejenuhan responden dalam membaca mengisi skala juga

berpengaruh pada jawaban yang responden berikan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

3. Peneliti merasa skoring data dalam penelitian menggunakan skala

adaptasi ini dirasa masih rumit. Walaupun skala penelitian memiliki

validitas dan reliabilitas yang bisa dikatakan baik, diperlukan waktu yang

lama bagi peneliti untuk skoring dan mengolah data penelitian. Sehingga

pada penelitian ini peneliti lebih menekankan pada skor total kedua

variabel untuk mengetahui korelasi antar keduanya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang menggunakan teknik Spearman’s Rho

Correlation, diperoleh hasil koefisien (r) sebesar 0,592 dengan taraf signifikansi

(p) sebesar 0,000 (p < 0,05). Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat

hubungan positif yang signifikan antara harga diri dan penalaran moral pada

remaja akhir. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi

harga diri maka semakin tinggi pula penalaran moral dan begitu pula sebaiknya.

B. Saran

1. Bagi Remaja

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa harga diri berkorelasi

dengan penalaran moral pada remaja akhir. Oleh karena itu disarankan bagi

remaja untuk selalu mempelajari hal-hal positif guna meningkatkan harga diri dan

penalaran moral mereka. Remaja dihimbau untuk lebih aktif dalam berbagai

kegiatan yang positif di lingkungan mereka.

2. Bagi Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan perlu membuat program yang sekiranya dapat

dimanfaatkan remaja untuk dapat mengembangkan harga diri mereka serta lebih

81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

memahami mengenai nilai-nilai moral. Tidak hanya sebatas ilmu pengetahuan

yang di ajarkan di dalam kelas.

3. Bagi Orangtua dan Masyarakat

Orang tua dan masyarakat sekitar remaja merupakan lingkungan pertama

tempat remaja belajar secara unformal. Orang tua dan masyarakat diharapkan

mendukung dan mengarahkan remaja kepada kegiatan yang positif yang sekiranya

dapat meningkatkan harga diri remaja untuk positif. Untuk penanaman nilai moral

orang tua dan masyarakat juga perlu untuk memahami nilai-nilai yang baik untuk

diterapkan pada anak-anak mereka. Dengan begitu diharapkan remaja dapat

melihat secara langsung contoh dari keseharian mereka dan menerapkan nilai-nilai

moral yang mereka dapat dalam bermasyarakat.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang hendak melakukan penelitian yang serupa

atau melanjutkan penelitian ini, sebaiknya memperhatikan kelemahan-kelemahan

yang terdapat dalam penelitian ini. Peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan

wawancara pra-penelitian guna memperoleh informasi dan data statistik yang

akurat sebagai dasar penentuan fenomena dalam penelitian guna mempertajam

hasil penelitian selanjutnya.

Peneliti selanjutnya yang menggunakan adaptasi alat ukur seperti CSEI

dan DIT juga diharapkan untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang

penggunaan skala tersebut di Indonesia. Desain skala yang lebih efisien dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

simple dirasa akan lebh mudah dipahami oleh subjek remaja. Sehingga diharapkan

peneliti selanjutnya dapat lebih mudah dalam menginterpretasikan skor dari skala

dan menganalisis hasil dari skala tersebut.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, R. L., Atkinson, R.C., (2003). Pengantar Psikologi Jilid I. Jakarta:


Erlangga
Azwar, S. (2007). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Baumeister, R. F., Camphell, J.D., Krueger., Vohs, K.D., (2003). Does high self-
esteem cause better performance, interpersonal success happiness, or
healthier lifestyles?. American Psychology Society. Vol.4
Coopersmith, S. (1967). The Antecedents of Self Esteem. San Francisco: W.H.
Free-man and Company
Creswell, John W. (2009). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Desmita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nurahma, E. Jurnal Penelitian. Perbedaan Self Esteem pada Narapidana Baru
dan Residivis di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Malang. Universitas
Brawijaya Malang
Gunarsa, S. D. (1982). Dasar Teori Perkembangan Anak. Jakarta: Gunung Mulia
Hurlock, E. B. (2002). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Edisi 5. Jakarta: Erlangga
Hurlock, E. B. (1989). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Kartono., Kartini (1986). Psikologi Anak. Bandung: Alumni
Köhlberg, L. 1995. Tahap-Tahap Perkembangan Moral (alih Bahasa: John de
Santo dan Agus Cremmers). Yogyakarta: Kanisius
Monks, F.J.- A.M.P. Knoers, Siti Rahayu Haditono. 2002. Psikologi
Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press
Mruk, C.J. (2006). Self-Esteem and Positive Psychology. Reasearch, Theory, and
Practice. Fourth Edition. New York: Springer Publishing Company
Mukhoyyaroh., T (2012). Penalaran Moral Remaja Perempuan Ditinjau dari
Konformitas dan Lingkunga Tempat Tinggal. Jurnal Penelitian Psikologi
vol .03. IAIN Sunan Ampel Surabaya
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2001). Human Development (8th
edition). New York: Mc. Graw-Hill Companies, Inc.

84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

Piaget, J. (1965). The Moral Judgement of The Child. New York: Free Press
Rice, F.P., (1990). The Adolescent Development, relationship & Culture. Boston;
Ally & Bacon
Santoso, Agung. (2010). Statistik Untuk Psikologi, Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta
Santrock, J. W. (1995). Perkembangan masa hidup jilid 2. Terjemahan oleh Juda
Damanika & Ach. Chusairi. Jakarta: Erlangga.
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak Jilid 2. Edisi 11. Jakarta: Erlangga
Santrock. J. W. (2009). Remaja Jilid 1. Edisi 11. Jakarta: Erlangga
Santrock, J. W. (2011). Masa Perkembangan Anak (Buku 2). Edisi 11. Jakarta;
Erlangga
Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta :
Graha Ilmu
Sarwono, S.W. (2007). Psikologi Remaja. Edisi I. Jakarta : PT Raya Grafindo
Persada
Siahaan, G. T. (2008). Hubungan Harga Diri dengan Makna Hidup Pada
Narapidana. Skripsi. Universitas Sumatera Utara
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis.Yogyakarta: Penerbit Univeritas
Sanata Dharma
Trisakti., Astuti. K (2014). Hubungan Antara Harga Diri dan Persepsi Pola Asuh
Orang Tua yang Authoritatif dengan Sikap Remaja Terhadap
Penyalahgunaan Narkoba. Jurnal Ilmiah. No.2
Utami, A.R. (2014). Gambaran Self Esteem Narapidana Remaja Berdasarkan
Klasifikasi Kenalakan Remaja. Universitas Padjajaran Bandung.
Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
http://peduliwni.kemlu.go.id/app/download/referensi/UU_no_11_th_2012
1.pdf.html
Scott, David A. A. (2004). Character Education Program: Moral Development,
Self-Esteem and At-Risk Youth. Research Report. A dissertation
submitted to the Graduate Faculty of North California State University.
Sudrajad, Akhmad. (2010). Pengembangan Karakter.
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/26/pengembangan-
karakter/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

Vaičekauskienė, S. (2015) .Moral Values Of Early Adolescents: Conative Level .


Researcg Report. Lithuanian University of Education: Lithuania vol2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

SKALA PENELITIAN

Disusun oleh :

Endah Febiana Gunawan

NIM : 119114083

Program Studi Psikologi

Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

UNIVERSITAS SANATA DHARMA


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Yogyakarta, Mei 2018

Perkenalkan, saya :

Nama : Endah Febiana Gunawan

NIM : 119114083

Fakultas : Psikologi Universitas Sanata Dharma

Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir,


saya membutuhkan sejumlah data yang dapat saya peroleh melalui kerjasama
dengan teman-teman dengan mengisi kuesioner ini. Data yang saya peroleh dari
teman-teman akan saya gunakan dalam penelitian saya yang berkenaan dengan
Hubungan Harga Diri dan Penalaran Moral pada Remaja.

Informasi yang teman-teman berikan akan menjadi informasi yang


berguna apabila teman-teman memberikan jawaban yang jujur, spontan, dan apa
adanya. Tidak ada jawaban yang benar atau yang salah, oleh karena itu silahkan
teman-teman memberikan jawaban yang paling sesuai dengan diri teman-teman
yang sebenarnya. Saya memahami bahwa mungkin saja jawaban yang teman-
teman berikan bersifat rahasia. Oleh karena itu, saya akan menjaga kerahasiaan
identitas dan jawaban teman-teman. Saya hanya akan menggunakan informasi
yang teman-teman berikan untuk penelitian ini.

Saya mengucapkan terimakasi atas kesediaan dan kerjasama teman-teman


untuk mengisi kuesioner penelitian ini.

Hormat saya,

Endah Febiana Gunawan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama/Inisial :

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

Usia : Tahun

telah membaca informasi terkait penelitian yang dilakukan oleh Sdri. Endah
Febiana Gunawan dan saya bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya
berpartisipasi secara sukarela dan tanpa paksaan atau tekanan dari pihak tertentu.
Dalam penelitian ini terdapat sebuah kuesioner yang terdiri dari :

1. Skala harga diri, Coopersmith Self Esteem Inventory (CSEI) yang telah di
adaptasi ke dalam bahasa Indonesia.

2. Skala penalaran moral, Definine Issue Test ( DIT).

Semua jawaban yang saya berikan dalam skala penelitian ini merupakan
jawaban yang jujur dan murni berasal dari diri saya yang sesungguhnya, bukan
berdasarkan apa yang benar atau salah dan apa yang baik atau buruk dalam
masyarakat. Saya juga mengizinkan peneliti untuk menggunakan jawaban-
jawaban yang saya berikan untuk kepentingan penelitian ini.

Menyetujui,

…………..2018

…………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

SKALA A

Coopersmith Self Esteem Inventory (CSEI)

Petunjuk pengisian

Bacalah baik-baik setiap pernyataan di bawah ini. Teman-teman diminta untuk


mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan diri dengan cara
memberikan tanda silang (X) dalam kotak pada pilihan jawaban yang tersedia.

Setiap orang memiliki jawaban yang berbeda dan tidak ada jawaban yang dianggap salah
atau benar serta tidak ada penilaian baik dan buruk, karena itu pilihlah yang paling sesuai
dengan diri teman-teman secara jujur dan sepenuhnya bebas menentukan pilihan.
Usahakan agar tidak ada satu pun pernyataan yang terlewatkan.

Contoh cara menjawab :

No. Pernyataan Ya Tidak


1. Saya adalah orang yang pemalu. X

Contoh cara penggantian jawaban :

No. Pernyataan Ya Tidak


1. Saya adalah orang yang pemalu. x X

Selamat Mengerjakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

No Pernyataan Ya Tidak
1. Saya menghabiskan banyak waktu untuk melamun.
2. Saya sering berharap saya adalah orang lain.
3. Saya mudah disukai.
4. Saya dan keluarga sering bersenang-senang bersama.
5. Saya tidak pernah mengkhawatirkan apapun.
6. Saya merasa sangat sulit untuk berbicara di depan
kelompok.
7. Jika bisa ada banyak hal tentang diri saya yang ingin
saya ubah.
8. Saya bisa mengambil keputusan tanpa kesulitan.
9. Bersama saya itu menyenangkan.
10. Saya mudah marah di rumah.
11. Saya selalu melakukan hal yang benar.
12. Saya merasa bangga dengan pekerjaan saya.
13. Saya butuh waktu yang lama untuk membiasakan diri
dengan hal yang baru.
14. Keluarga saya biasanya mempertimbangkan perasaan
saya.
15. Saya melakukan yang terbaik yang saya bisa.
16. Saya sangat mudah menyerah.
17. Saya merasa cukup bahagia.
18. Saya menyukai semua orang yang saya kenal.
19. Saya memahami diri saya.
20. Menjadi saya adalah hal yang sulit.
21. Tidak satupun orang memperhatikan saya dirumah.
22. Saya tidak pernah dimarahi.

23. Saya tidak melakukan perkerjaan dengan baik seperti


yang saya inginkan.
24. Saya sungguh tidak suka menjadi orang dewasa.
25. Saya menilai diri saya rendah.
26. Sudah beberapa kali saya merasa ingin meninggalkan
rumah.
27. Saya tidak pernah merasa malu.
28. Saya sering merasa kesal/jengkel.
29. Penampilan saya tidak semenarik orang lain.
30. Orang-orang sering mengkritisi saya.
31. Keluarga saya dapat memahami saya.
32. Saya selalu berkata jujur.
33. Saya orang yang gagal.
34. Saya merasa mudah kesal/jengkel ketika dimarahi.
35. Saya seringkali merasa keluarga saya menekan saya.
36. Saya sering berkecil hati.
37. Saya tidak bisa diandalkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

SKALA B

DIT (Defining Issue Tets)

Pertanyaan-pertanyaan dibawah dimaksudkan untuk memahami


bagaimana cara orang memikirkan penyelesaian tentang masalah sosial yang
dialaminya. Tiap orang memiliki pertimbangan yang tidak sama tentang hal benar
dan hal yang salah. Teman-teman diminta untuk memberikan penilaian terhadap
masalah sosial yang akan disampaikan pada halaman berikut. Pengolahan
pendapat yang teman-teman berikan akan dinilai berdasarkan nilai kelompok
bukan pada penilaian pribadi.

Petunjuk pengisian

Selanjutnya teman-teman diminta memberikan pendapat tentang pertanyaan-


pertanyaan yang harus teman-teman pertimbangkan nilainya dari cerita-cerita
berikut. Dibawah ini adalah contoh cerita yang dimaksudkan :

Eri bermaksud membeli sebuah mobil. Ia sudah menikah dan memiliki dua
orang anak serta memiliki penghasilan yang cukup. Mobil yang akan dibelinya,
akan menjadi kendaraan satu-satunya yang dimiliki keluarga. Kendaraan tersebut
akan digunakan untuk keperluan ke kantor dan lainnya di dalam kota. Tetapi,
sesekali juga untuk berpesiar di waktu libur. Dalam merencanakan mobil yang
sebaiknya ia beli, eri menyadari bahwa ada beberapa pertimbangan yang perlu
diperhatikan. Pada halaman berikutnya kami sajikan beberapa pertanyaan yang
mungkin timbul pada diri eri.

Petunjuk untuk mengerjakan (Sebagai contoh)

Di belakang setiap pertanyaan kami sediakan lima (5) kolom tempat


menjawab pertanyaan. Bubuhkanlah tanda (X) pada kolom yang sesuai dengan
pendapat teman-teman :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

Pertanyaan yang harus dipertimbangkan :

No. Pertimbangan Sangat Penting Agak Kurang Tidak


Penting Penting Penting Penting
1. Haruskan tempat si penjual X
mobil dekat dengan rumah
Eri ? (Dalam contoh, hal
ini tidak penting)
2. Apakah mobil bekas akan X
lebih ekonomis dari mobil
baru ? (Dalam contoh, hal
ini sangat penting)
3. Apakah warna hijau, X
warna kesukaan Eri ?
(Dalam contoh, hal ini
agak penting)
4. Apakah isi silindernya X
harus 200cc ? (Dalam
contoh artinya tidak
diketahui, jadi
pertimbangannya tidak
penting)
5. Apakah mobil yang besar X
dan lapang akan lebih baik
dari mobil yang kecil dan
sumpek ? (Dalam contoh,
hal ini sangat penting)
6. Apakah bentuk depannya X
harus unik ? (Mungkin ini
adalah pertanyaan asal
atau tidak masuk akal, jadi
tidak dianggap penting)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

Cerita : 1

Budi dan obat

Seorang wanita menderita penyakit kanker dan keselematan jiwanya terancam.


Menurut pendapat para dokter yang merawatnya hanya ada satu jenis obat saja
yang mungkin dapat menyelamatkan jiwanya. Seorang apoteker di kotanya baru
saja menemukan obat tersebut yang terbuat dari radium. Biaya pembuatan obat itu
memang mahal, sedangkan si penemu memasang harga 10 kali lipat dari harga
sebenarnya. Obat tersebut harganya Rp.20.000,- dan si apoteker menjualnya
dengan harga Rp.200.000.- untuk satu takaran kecil (dosis kecil) dari obat
tersebut. Budi (suami wanita yang sakit) berusaha mencari bantuan pinjaman
kepada kawan-kawannya, tetapi ia hanya berhasil mengumpulkan uang sebesar
Rp.100.000,- saja atau setengah dari harga obat yang diperlukannya. Ia meminta
kepada si apoteker agar mendapat keringanan harga atau dapat membayar sisanya
di kemudian hari karena hanya dengan obat itulah istrinya dapat disembuhkan.
Tetapi si penemu obat mengatakan “Tidak bisa”, karena ia yang menemukan obat
itu, maka ia berhak memperoleh uang sesuai keinginannya. Budi sangat sedih dan
kemudian ia mempunyai pikiran untuk mencuri obat tersebut untuk kepentingan
penyembuhan istrinya.

Dibawah ini merupakan pertanyaan-pertanyaan mengenai cerita di atas. Isilah


kolom yang dengan tanda silang ( X ) sesuai dengan jawaban yang teman-teman
pilih :

No. Pertimbangan Sangat Penting Agak Kurang Tidak


Penting Penting Penting Penting
1. Pentingkah bagi
seorang suami yang
sangat mencintai
istrinya melakukan
pencurian untuk hal
tersebut?
2. Pentingkah orang
seperti Budi menerima
resiko tertembak mati
atau masuk penjara
karena ia melakukan
pencurian?
3. Apabila budi akan
mencuri hanya untuk
kepentingannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

sendiri atau untuk


menolong orang lain
merupakan hal yang
penting ?
4. Apakah arti kehidupan
lebih penting dari
pada kematian ditinjau
dari sudut kepentingan
umum maupun pribadi
?
5. Apakah nilai atau
norma penting untuk
jadi landasan yang
menentukan dalam
memperlakukan orang
lain?
6. Apakah penting
artinya bila penemu
obat tersebut dapat
berlindung pada
hukum yang tidak ada
artinya, yang hanya
melindungi orang
kaya ?
7. Apakah penting
artinya bila penemu
obat itu dirampok
karena ia serakah dan
kejam ?
8. Apabila dalam hal ini
terjadi pencurian,
merupakan hal penting
yang membawa
kebaikan dalam
masyarakat atau tidak
?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

Cerita 2

BURONAN

Seorang laki-laki dijatuhi hukuman penjara selama 10 tahun. Setelah ia


mendekam dalam penjara selama satu tahun, ia berhasil melarikan diri dan hidup
di suatu daerah pemukiman baru dengan memakai nama Didi. Setelah kerja keras
selama 8 tahun, ia berhasil mendirikan perusahaan. Ia selalu berlaku jujur
terhadap para langganannya dan pegawai-pegawainya mendapat upah yang tinggi
serta sebagian dari keuntungan yang diperolehnya digunakan untuk keperluan
amal. Tetapi pada suatu hari, Ibnu Amir salah seorang tetangganya yang sudah
lama bergaul dengannya mengenali bahwa Didi adalah seorang narapidana yang
berhasil melarikan diri dari penjara 8 tahun yang lalu dan merupakan seorang
buronan yang sedang dicari polisi.

Dibawah ini merupakan pertanyaan-pertanyaan mengenai cerita di atas. Isilah


kolom yang dengan tanda silang ( X ) sesuai dengan jawaban yang teman-teman
pilih :

No. Pertimbangan Sangat Penting Agak Kurang Tidak


Penting Penting Penting Penting
1. Bila seseorang selalu
dapat lolos dari
hukuman atas kejahatan
yang dilakukannya,
dapatkah hal itu
mendorongnya untuk
berbuat lebih jahat lagi
?
2. Apabila kita hidup
tanpa penjara dan bebas
dari tekanan-tekanan
kewenangan hukum, ini
merupakan hal penting
yang dapat menjadikan
suasana hidup akan
lebih baik ?
3. Pentingkah bagi Didi
yang telah menjadi
dermawan, harus tetap
membayar dosanya
kepada masyarakat
dengan masuk penjara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

kembali ?
4. Apakah penting apabila
masyarakat menunjukan
kejujuran Didi agar ia
bebas dari tuntutan
untuk dipenjarakan
kembali ?
5. Pentingkah arti penjara
yang akan memisahkan
Didi (notabene seorang
buronan) dari
masyarakat, padahal
kini ia hidup sebagai
seorang dermawan?
6. Pentingkah bila
seseorang dapat
betindak dengan kejam
dan tidak berperasaan
agar dapat mengirimkan
Didi kembali ke penjara
?
7. Pentingkah kaeadilan
bagi narapidana lain
yang harus menjalani
hukuman sepenuhnya
apabila Didi tetap
dibiarkan bebas ?
8. Pentingkah Ibnu Amir
yang telah lama
menjadi teman Didi
untuk melindunginya ?
9. Apakah penting dan
merupakan kewajiban
bagi setiap warga
negara untuk
melaporkan adanya
narapidana yang
melarikan diri tanpa
memperdulikan
keadaan lingkungannya
?
10. Apakah memenjarakan
kembali Didi akan
berakibat baik bagi
dirinya, ataukah hanya
penting karena kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

harus melindungi
kepentingan orang lain
?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

Cerita 3

Pilihan Seorang Dokter

Seorang wanita menghadapi maut karena penyakit yang dideritanya dan


menurut perhitungan dokter yang merawatnya, wanita tersebut hanya akan
bertahan hidup selama 6 bulan lagi. Badannya sudah amat lemah serta senantiasa
merasakan nyeri yang tidak terkira. Bila ia diberikan suntikan penghilang rasa
nyeri, meskipun takaran (dosisnya) sedikit lebih dari yang semestinya, akan
mengakibatkan ajalnya datang lebih cepat. Ia sering mengigau dan sangat
menderita sekali, pada saat-saat tenang ia selalu meminta pada dokternya agar
diberi suntikan yang berlebih dari yang seharusnya sehinga ia dapat meninggal
dan terbebas dari penderitaanya. Ia mengatakan bahwa toh ia akan mati karena
penyakit yang sudah tidak mungkin di obati dan ia merasa sudah tidak tahan lagi
memikul penderitaan dalam waktu yang lebih lama.

Dibawah ini merupakan pertanyaan-pertanyaan mengenai cerita di atas. Isilah


kolom yang dengan tanda silang ( X ) sesuai dengan jawaban yang teman-teman
pilih :

No. Pertimbangan Sangat Penting Agak Kurang Tidak


Penting Penting Penting Penting
1. Apakah penting
keluarga pasien
dimintai keterangan
untuk memberikan
suntikan dengan dosis
yang lebih ?
2. Apakah penting bagi
dokter (yang terikat
hukum&kode etik)
apabila ia memberikan
suntikan yang melebihi
batas berarti sama
dengan melakukan
pembunuhan ?
3. Apakah penting bagi
manusia apabila
terbebas dari aturan
masyarakat yang
mengatur kehidupan
dan kematian, agar
keadaan hidupnya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

dihadapi lebih baik ?


4. Apakah penting artinya
bila dokter melakukan
suntikan sesuai dengan
permintaan pasien,
tetapi dilaksanakan
“sedemikian rupa”
sehingga akan tampak
sebagai suatu kesalahan
?
5. Apakah penting bila
Negara mempunyai
wewenang untuk
melaksanakan
kelangsungan hidup
bagi mereka yang sudah
ingin mati ?
6. Pentingkah adanya nilai
atau arti kematian yang
dijadikan pegangan
nilai-nilai dalam
masyarakat bagi pribadi
seseorang ?
7. Apakah dokter harus
ikut merasakan
penderitaan pasien atau
harus lebih
mementingkan
kepentingan dan
pendapat masyarakat ?
8. Apakah membantu
mengakhiri hidup orang
lain merupakan suatu
pertolongan dapat
dipertanggung
jawabkan dan penting ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

Selesai-

Silahkan periksa kembali jawaban teman-teman jangan sampai ada yang


terlewat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

Lampiran 2

Korelasi item total skala harga diri final


Item-Total Statistics

Scale Mean Scale Corrected Cronbach’s


if item Deleted Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Correlation Deleted
I1 26.5882 90.887 .299 .898
I3 26.5882 90.887 .299 .898
I4 26.2352 90.984 .393 .897
I5 26.7255 89.843 .437 .896
I6 26.9020 91.930 .277 .898
I7 26.9216 90.994 .438 .897
I9 26.7059 89.692 .448 .896
I10 26.6863 89.660 .445 .896
I11 26.3529 90.113 .423 .897
I12 26.9020 91.210 .381 .897
I13 26.6667 90.907 .257 .899
I14 26.3725 89.518 .482 .896
I16 26.2745 91.483 .297 .898
I19 26.6471 89.353 .470 .896
I21 26.3725 90.958 .318 .898
I22 26.7059 89.812 .434 .896
I24 26.0980 93.010 .256 .899
I27 26.9608 91.718 .384 .897
I29 26.6275 86.398 .792 .892
I30 26.6270 86.390 .791 .891
I33 26.6269 86.553 .789 .890
I34 26.6471 86.553 .780 .892
I35 26.3725 90.798 .336 .898
I37 26.9216 92.114 .267 .898
I38 26.8627 91.041 .368 .897
I40 26.9020 90.850 .433 .897
I41 26.6471 86.513 .785 .892
I42 26.6078 86.323 .787 .892
I44 26.5882 86.527 .771 .892
I46 26.7451 89.994 .428 .897
I47 26.6275 86.718 .757 .892
I48 26.6078 86.563 .770 .892
I51 26.3725 89.678 .464 .896
I52 26.5294 89.494 .448 .896
I54 26.6078 86.563 .770 .892
I56 26.5882 86.527 .771 .892
I58 26.5882 86.520 .769 .892
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

Lampiran 3
Uji reliabilitas alpha cronbach skala harga diri final

Reliability Statistics

Cronbach’s Alpha N of Items


.899 36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

Lampiran 4

Korelasi item total skala penalaran moral final


Item-Total Statistics

Scale Mean Scale Corrected Cronbach’s


if item Deleted Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Correlation Deleted
Cerita1_2 101.6863 241.540 .248 .795
Cerita1_3 101.2745 242.603 .227 .791
Cerita1_5 101.0000 243.040 .212 .791
Cerita1_7 100.7255 239.043 .315 .787
Cerita1_8 100.0000 243.280 .249 .790
Cerita1_9 101.8431 242.775 .204 .792
Cerita1_11 101.2941 233.332 .406 .783
Cerita1_12 101.1373 233.441 .437 782
Cerita2_2 100.2745 243.243 .249 .790
Cerita2_3 101.9412 242.336 .384 .786
Cerita2_4 100.0980 230.610 .624 .777
Cerita2_5 101.8039 239.521 .242 .790
Cerita2_6 101.3725 223.318 .579 .774
Cerita2_7 102.3922 236.723 .509 .782
Cerita2_8 101.0784 229.434 .458 .780
Cerita2_9 99.8431 239.935 .331 .787
Cerita2_10 99.8824 239.786 .474 .791
Cerita2_11 102.0000 240.560 .229 .791
Cerita3_1 101.9412 242.336 .384 .786
Cerita3_2 100.0980 230.610 .624 .777
Cerita3_3 101.8627 236.241 .319 .787
Cerita3_4 101.3725 223.318 .579 .774
Cerita3_5 102.3922 236.723 .509 .782
Cerita3_6 101.0784 229.434 .458 .790
Cerita3_7 99.9216 235.794 .422 .783
Cerita3_8 99.9412 236.736 .257 .782
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

Lampiran 5
Uji reliabilitas alpha cronbach skala penalaran moral final

Reliability Statistics

Cronbach’s Alpha N of Items


.793 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

Lampiran 6
Uji Normalitas
Skala Harga Diri
One-sample Kolmogorov-Smirnov Test

Skor Total

N 101
Normal Parameters Mean 15.2376
Std. Deviation 9.76642
Absolute .157
Positive .157
Negative -.0.63
Kolmogorov-Smirnov Z 1.5726
Asymp. Sig. (2-tailed) .014
a. Test distribution is Normal

Skala Penalaran Moral


One-sample Kolmogorov-Smirnov Test

Skor Total

N 101
Normal Parameters Mean 66.2574
Std. Deviation 11.78274
Absolute .113
Positive .085
Negative -.113
Kolmogorov-Smirnov Z 1.133
Asymp. Sig. (2-tailed) .153
a. Test distribution is Normal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

Lampiran 7
Uji Linearitas

ANOVA Table

Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Harga_diri * Between (Combined) 6282.890 40 157.072 2.895 .000
Penalaran_moral Groups Linearity 3305.024 1 3305.024 60.914 .000
Deviation from Linearity 2977.866 39 76.356 1.407 .115
Within Groups 3255.407 60 54.257
Total 9538.297 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

Lampiran 8

Uji Hipotesis

Correlations

Penalaran_
Harga_diri moral
Spearman's rho Harga_diri Correlation Coefficient 1.000 .592**
Sig. (2-tailed) . .000
N 101 101
Penalaran_moral Correlation Coefficient .592** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 101 101
**. Correlation is s ignificant at the 0.01 level (2-tailed).

Anda mungkin juga menyukai