SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RSUD PRINGSEWU KABUPATEN PRINGSEWU
NOMOR : 445/267.b /LT.10/2018
TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan
3
KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD PRINGSEWU KABUPATEN PRINGSEWU
NOMOR : 445/ 267.b/LT.10/2018
TENTANG
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pasal 2
4
BAB II
PROSES PELAYANAN YANG SERAGAM
Pasal 3
Pasal 4
BAB III
PELAYANAN TERINTEGRASI DAN TERKOORDINASI
Pasal 5
5
Pasal 6
Pasal 7
1. Perintah harus tertulis bila diperlukan, dan mengikuti kebijakan rumah sakit.
2. Hanya mereka yang diizinkan boleh menulis perintah.
3. Mereka yang diizinkan memberikan perintah / order menuliskan perintah ini
dalam rekam medis pasien di lokasi yang seragam yaitu di lembar Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi.
Pasal 8
1. Pada form CPPT, diisi oleh dokter DPJP, perawat / bidan, nutrisionis,
apoteker, fisioterapis.
2. DPJP merupakan leader atau koordinator pelayanan pasien yang
melaksanakan asuhan dengan cara berdiskusi dengan profesional pemberi
asuhan ( PPA ) lain, ronde dan membaca CPPT, serta melakukan review dan
verifikasi setiap hari.
3. Pengisian CPPT oleh nutrisionis tidak dilakukan setiap hari, kecuali pada
pasien yang memang memerlukan terapi nutrisi.
4. Asuhan yang diberikan kepada setiap pasien dicatat dalam rekam medis
pasien oleh pemberi pelayanan dengan metode SOAP ( Subyektif, Obyektif,
Assesmen, Planning ).
Pasal 9
6
Pasal 10
Perawat melakukan SOAP saat pasien datang, saat laporan jaga malam ke pagi, dan
sewaktu – waktu bila terjadi perubahan kondisi pada pasien.
Pasal 11
Pasal 12
Farmasi klinis / apoteker mengisi SOAP pada CPPT pada semua pasien baru, dan
mengisi Soap jika terjadi Drug Related Problem ( DRP ), atau masalah yang
berhubungan dengan obat.
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
1. Pasien dan keluarga diberi informasi tentang hasil pelayanan dan pengobatan
di form informasi dan edukasi.
2. Pasien dan keluargaa diberitahu tentang hasil pengobatan termasuk kejadian
yang tidak diharapkan di form informasi.
3. Pasien dankeluarga diberi informasi tentang kejadian yang tidak diharapkan
dalam pelayanan dan pengobatannya di form informasi.
7
Pasal 17
Pasal 18
BAB IV
PELAYANAN RESIKO TINGGI
Pasal 19
Pasal 20
8
Pasal 21
1. Rumah sakit juga melakukan identifikasi resiko sampingan akibat dari suatu
prosedur atau rencana pelayanan contoh : perlunya pencegahan thrombus
vena, ulkus decubitus dan jatuh
2. Bila ada resiko tersebut, maka dapat dicegah dengan melakukan pelatihan staf
dan peralatan di unit terkait yang harus selalu dilakukan pemeliharaan dan
kalibrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
BAB V
PELAYANAN RESIKO TINGGI YANG TIDAK DILAYANANI
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRINGSEWU
Pasal 22
BAB VI
EARLY WARNING SYSTEM ( EWS )
Pasal 23
1. EWS dilakukan terhadap semua pasien pada asssemen awal dengan kondisi
penyakit akut dan pemantauan secara berkala pada semua pasien yang
mempunyai resiko tinggi bearkembang menjadi sakit kritis selama berada di
Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu.
2. Pasien-pasien tersebut adalah :
- Pasien yang keadaan umumnya dinilai tidak nyaman.
- Pasien yang datang ke Unit Gawat Darurat.
- Pasien dengan keadaan hemodinamik tidak stabil.
- Pasien yang beru dipindahkan dari ruang rawat intensif kebangsal rawat
inap.
- Pasien yang akan dipindahkan dari ruang rawat keruang rawat lainnya.
- Pasien paska operasi dalam 24 jam pertama sesuai dengan ketentuan
penatalaksanaan paska operasi.
- Pasien yang perkembangan penyakitnya tidak menunjukan perbaikan.
- Pemamtauan rutin pada semua pasien minimal 1 kali dalam 1 shif dinas
perawat.
9
- Pada pasien di unit dialisis dan rawat jalan lainya yang akan dirawat inap
untuk menentukan ruang perawatan.
- Pasien yang akan dipindahkan dari RSUD Pringsewu ke rumah sakit
lainnya.
3. Parameter yang dinilai dalam EWS mencakup 7 parameter yaitu :
- Tingkat kesadaran .
- Respirasi atau pernapasan.
- Saturasi oksigen.
- Oksigen tambahan ( Non Rebreathing mask , Rebreathing mask, Nasal
Kanula )
- Suhu
- Denyut Nadi.
- Tekanan darah sistolik
4. DPJP menentukan nilai / skor EWS sebagai berikut :
- Jika nilai / skor nol ( 0 ) maka dianjukan manitoring TTV ( Tanda Tanda
Vital ) dan pantau kondisi pasien minimal 1 kali, kemudian catat pada
lembar observasi pasien dan ikuti pentunjuk respon klinis rendah atau
hijau.
- Jika nilai / skor EWS 1 – 4 atau rendah ( Hijau ) dilakukan langkah-
langkah seperti laporkan hasil EWS pada dokter, verifikasi maksimal 1
jam, menentukan frakuensi monitoring perlu ditambah atau eskalasi DPJP,
lalu pantau setiap 4 jam dan catat, jika kedepannya ditemukan skor
dibawah 1 penanganan ke klinis skor 0 tapi jika diatas 4 lanjutkan ke
regulasi tahap berikutnya.
- Jika nilai / skor EWS 5 -6 atau medium ( Kuning ) pertama dilaporkan
hasil kepada dokter atau pihak terkait, lakukan verifikasi 30 menit
sebelum, pantau setiap 1 jam sampai kondisi membaik, dan catat. Jika
kondisinya menunjukan skor dibawah 5 maka tangani ke klinis skor
rendah atau hijau tapi kalau menunjukan diatas 6 tingkatkan observasi
setiap 30 menit dan ikuti petunjuk skor tinggi atau Merah.
- Jika nilai / skor EWS diatas 7 ( Merah ) prosedur penanganan pasien,
yakni laporkan hasil EWS ke dokter, lakukan verifikasi, pemeriksaan, dan
penanganan 15 menit sejak aktivasi EWS, laporkan ke DPJP,
informasikan kondisi pasien kepada keluarga. Jika memburuk maka
dengan ijin DPJP konsultasikan ke intensivist buat rekomendasi rawat
intensif.
BAB VII
PELAYANAN PASIEN EMERGENSI
Pasal 24
1. Setiap pasien yang datang berobat ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) harus
mendaftar ke bagian registrasi rawat jalan dan mendaftar kebagian
administrasi untuk rawat inap, bila dirawat inap.
2. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat terutama Life saving dilaksanakan tanpa
membayar uang muka.
10
3. Dalam memberikan pelayanan harus selalu menghormati dan melindungi hak
– hak pasien.
Pasal 25
1. Selain menanggani kasus trie emergency IGD juga melayanani kasus false
emergency.
2. Pada pasien DOA tidak dilakukan resusitasi kecuali atas permintaan keluarga
pasien.
Pasal 26
1. Dokter yang bertugas di IGD harus memiliki sertifikat PPGD / ACLS dan
ATLS yang masih berlaku.
2. Pada setiap shif jaga, salah satu perawat yang bertugas harus memiliki
sertifikat PPGD / BTCLS yang masih berlaku sebagai penanggung jawab shif.
Pasal 27
1. Obat dan alat kesehatan harus sesuai standar yang berlaku dan harus selalu
tersedia.
2. Memberikan pelayanan kessehatan kepada pasien gawat darurat selama 24
jam secara terus menerus dan berkesinambungan.
Pasal 28
1. Kriteria pasien akut dan gawat darurat adalah pasien yang tiba-tiba berada
dalam keadaaan gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya akan
menjadi cacat bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya.
2. Penanganan pasien tidak akut dan tidak gawat yang datang ke IGD diluar jam
kerja.
3. Bagi pasien yang tergolong tidak akut dan tidak gawat di IGD di luar jam
kerja tetap diberikan pelayanan sesuai dengan kondisinya.
Pasal 29
Pasal 30
11
rujukan ke rumah sakit lain, juga bagi pasien yang memerlukan rujukan rawat
inap yang diindikasikan karena penyakitnya.
2. Setiap tindakan medis yang dilakukan harus berdasarkan atas permintaan
dokter, persetujuan pasien / penanggung jawab.
Pasal 31
Bila terjadi banyak bencana baik yang terjadi didalam maupun dilluar rumah sakit,
IGD siap untuk melakukan penanggulangan bencana (disester plan).
Pasal 32
BAB VIII
PELAYANAN RESUSITASI
Pasal 33
1. Setiap personel Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu wajib bisa melakukan
tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD).
2. Seluruh petugas medis atau petugas lain yang telah memiliki sertifikat dapat
melakukan tindakan BHD.
Pasal 34
Pasal 35
BAB IX
PELAYANAN TRANSFUSI DARAH
Pasal 36
BAB X
PELAYANAN PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR
Pasal 37
BAB XI
PELAYANAN HEMODIALISA
Pasal 38
14
13. Pelaksanaan dialiser reuse sesuai dengan prinsip kewaspadaan univaersal dan
sesuai prosedur manual ( SPO manual reuse dialiser dan SPO penggunaan
mesin dialiser reuse.
14. Tindakan HD sesuai dengan SPO.
15. Pelayanan HD di RSUD Pringsewu melayani tindakan pasien “CYTO” sesuai
indikasi.
16. Pelayanan HD RSUD Pringsewu wajib melaporkan kegiatan HD setiap bulan
ke IRR
( Indonesia Renal Registry )
BAB XII
PEMBATASAN GERAK / RESTRAINT
Pasal 39
BAB XIII
PELAYANAN PASIEN LANJUT USIA
Pasal 40
15
3. Rumah sakit menhyediakan fasilitas dan sumber daya manusia yang dapat
mempermudah pasien lansia yang mendapatkan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan.
4. Semua petugas kesehatan yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan
lansia haarus memiliki ketrampilan khusus dalam melakukan tindakan pada
pasien lansia dengan masalahnya yang kompleks.
5. Pelayanan pasien lansia termasuk di dalamnya pengkajian, konsultasi
kesehatan, pengobatan penyakit, pengecekkan kesehatan, rehabilitasi, dan
pendidikan kesehatan.
BABA XIV
PASIEN ANAK – ANAK
Pasal 41
1. Pasien yang berusia dibawah 13 tahun yang datang ke rumah sakit untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan akan mendapatkan pelayanan kesehatan
khusus untuk pasien anak – anak.
BAB XV
PASIEN DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS
Pasal 42
1. Pasien yang dimasukan dalam daftar dengan kebutuhan khusus adalah pasien
dengan catat fisik, gangguan komunikasi dan gangguan mental.
2. Rumah sakit tidak menyediakan fasilitas dan tenaga kesehatan kepada pasien
dengan kebutuhan khusus.
3. Pelayanan kelompok ini dilakukan dengan cara merujuk ke rumah sakit yang
menyediakan fasilitas dan tenaga kesehatan untuk pelayanan pasien dengan
kebutuhan khusus.
BAB XVI
PASIEN DENGAN RESIKO KEKERASAN
Pasal 43
16
BAB XVII
PELAYANAN
KEMOTERAPI
Pasal 44
BAB XVIII
PELAYANAN GIZI DAN TERAPI NUTRISI
Pasal 45
Kegian pelayanan gizi berada dibawah koodinasi instalasi gizi yang meliputi :
1. Penyelenggaraan makanan.
2. Kegiatan pelayanan gizi rawat jalan.
3. Kegiatan pelayanan gizi rawat inap.
4. Peralatan di instalasi gizi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Pelayanan di instalasi gizi harus selalu berorientasi kepada mutu dan
keselamatan pasien.
6. Semua petugas di instalasi gizi wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
7. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan
dalam K3 (keselamatan dan kesehatan kerja).
8. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standart profesi, standart prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi, etiket dan menghormati hak pasien.
9. Penyelenggaraan makanan pasien dilaksanakan dalam 24 jam.
10. Seluruh pelayanan gizi wajib berorientasi pada kepuasan pelanggan.
11. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada organisasi di Rumah Sakit Umum
Daerah Pringsewu sesuai dengan Keputusan Direktur RSUD Pringsewu .
17
BAB XIX
PENYELENGGARAAN MAKANAN DAN NUTRISI
Pasal 46
Pasal 47
1. Ada bermacam variasi pilihan makanan bagi pasien konsisten dengan kondisi
dan pelayanana.
2. Perhitungan dan pemesanan kebutuhan Bahan Makanan sesuai dengan jumlah
pasien ruangan dan siklus menu 10 hari.
BAB XX
PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN MAKANAN
Pasal 48
BAB XXI
TERAPI NUTRISI
Pasal 49
BAB XXII
EDUKASI GIZI
Pasal 50
1. Setiap pasien dan keluarga mendapatkan edukasi gizi sesuai dengan diet dan
penyakitnya.
2. Keluarga tidak boleh membawa makanan dari luar.
BAB XXIII
MANAJEMEN NYERI
Pasal 51
1. Semua pasien rawat inap dan rawat jalan di skrining untuk rasa sakit dan
dilakukan assemen apabila ada rasa nyeri.
2. Pasien dibantu dalam pengelolaan rasa nyeri secara efektif.
3. Menyediakan pengelolaan nyeri sesuai dengan panduan dan standar prosedur
operasional.
4. Komunikasi dengan pasien dan keluarga tentang pengelolaan nyeri dalam
konteks pribadi, budaya, dan kepercayaan agama masing-masing.
5. Fasilitas pengukuran nyeri pasien harus tersedia dalam bentuk skala nyeri
dalam rekam medis.
6. Keluhan pasien tentang nyeri harus diperhatikan, tidak boleh langsung
dianggap sebagai malingering ( Berpura-pura ) dan dilanjutkan dengan
pengukuran nyeri.
7. Pengetahuan pengukuran nyeri harus dipahami dan menjadi perhatian
pertugas Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu.
8. Pengukuran nyeri harus dilakukkan secara berkala untuk memastikan
kenyamanan pasien dan membantu kesembuhan pasien.
9. Penatalaksanaan nyeri di Rumah akit Umum Daerah Pringsewu mencakup
farmakologis dan non farmakologis.
BAB XXIV
IDENTIFIKASI NYERI
Pasal 52
BAB XXV
ASUHAN MANAJEMEN NYERI
Pasal 53
1. DPJP menentukan skor nyeri.
2. Bila skor nyeri < 4 ( nyeri ringan ), perawat dapat memberikan penanganan
nyeri non farmakologi.
3. Bila skor nyeri 4 – 6 ( nyeri sedang ), DPJP akkan langsung melakukan
penanganan nyeri.
4. Bila skor nyeri > 6 ( nyeri berat ), DPJP langsung melakukan konsultasi
penanganan nyeri kepada tim nyeri ( bagian anastesi ).
Pasal 54
1. Tim nyeri dalam hal ini Dokter spesialis anastesi, melakukan evaluasi
terhadap penanganan nyeri terhadap pasien.
2. Tim nyeri menjawab konsultasi DPJP dan menyatakan pasien rawat bersama
dalam penanganan nyeri bila pasien membutuhkan.
3. Penanganan nyeri oleh tim nyeri dilaksanakan sampai nyeri berkurang sampai
skor 4.
4. Bila skor nyeri ≤ 4, tim nyeri menyerahkan kembali penanganan nyeri kepada
DPJP.
5. Pada pasien yang dilakukan pembedahan, penanganan nyeri dimulai dari pre
operasi hingga pasca operasi minimal sampai hari ketiga pasca operasi atau
selama DPJP tetap mengkonsulkan kepada tim nyeri untuk rawat bersama
sampai skor nyeri 0.
Pasal 55
Assemen ulang nyeri dilakukan pada pasien yang dirawat lebih dari beberapa jam dan
menunjukan adanya rasa nyeri sebagai berikut :
a. Lakukan assemen nyeri yang komperhensif setiap kali melakukan
pemeriksaan fisik pada pasien.
b. Dilakukan pada pasien yang mengeluh nyeri, 1 jam setelah tatalaksana nyeri,
setiap 4 jam ( pada pasien yang sadar bangun ), pasien yang menjalani
prosedur menyakitkan, sebelum transfer pasien, dan sebelum pasien pulang
dari rumah sakit.
20
BAB XXVI
EDUKASI NYERI
Pasal 56
Pasien dan keluarga pasien harus diberikan pendidikan tentang rasa nyeri, pendidikan
tentang nyeri dapat diberikan melalui brosur atau selebaran yang berisi skor nyeri
baik menggunakan metode Numeric Pain Scale maupun Wong Baker Face Scale.
BAB XXVII
PELATIHAN STAF TENTANG RASA NYERI
Pasal 57
Staf Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu harus mengerti tentang bagaimana
mengidentifikasi nyeri, sehingga diperlukan pelatihan untuk assemen nyeri dan
menejemen nyeri.
BAB XXVIII
PELAYANAN PASIEN TAHAP TERMINAL
Pasal 58
21
BAB XXIX
PELAYANAN PASIEN DALAM PROSES KEMATIAN
Pasal 59
1. Petugas rumah sakit harus dapat memastikan bahwa pasien dalam proses
kematian
( menjelang ajal ) akan dilakukan assesmen dan dikelola secara tepat untuk
meningkatkan kenyamanan dan kehormatannya.
BAB XXX
PENUTUP
Pasal 60
22
PANDUAN
PELAYANAN YANG SERAGAM
23
PPEMERINTAH KABUPATEN PRINGSEWU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRINGSEWU
Jl.Lintas Barat Pekon Fajar Agung Barat Kec.Pringsewu Kode Pos 35373
( 0729 ) 23582 Ext.100 Email : rsudpringsewu@ymail.com
BAB I
UMUM
Pasien dengan masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan yang sama berhak
mendapatkan kualitas asuhan yang sama di rumah sakit. Untuk melaksanakan prinsip
“kualitas asuhan yang seragam” mengharuskan pimpinan merencanakan dan
mengkoordinasi pelayanan pasien. Secara khusus, pelayanan yang diberikan kepada
populasi pasien yang sama pada berbagai unit kerja, dipandu oleh kebijakan dan
prosedur yang menghasilkan pelayanan yang seragam. Sebagai tambahan, pimpinan
harus menjamin bahwa rumah sakit menyediakan tingkat kualitas asuhan yang sama
setiap hari dalam seminggu dan pada setiap shift. Kebijakan dan prosedur tersebut
harus sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku yang membentuk
proses pelayanan pasien dan dikembangkan secara kolaboratif.
5. Komunikasi Efektif
a. Perintah lisan melalui telepon dituliskan secara lengkap oleh penerima
perintah.
b. Setelah menerima perintah lisan melalui telepon dibacakan kembali oleh
penerima perintah.
c. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi
perintah.
6. Pelayanan Instalasi
a. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat, Rawat Inap, Rawat Intensif, Laboratorium
dan Radiologi dilaksanakan dalam 24 jam. Pelayanan Rawat Jalan sesuai
dengan jadwal praktik dokter. Pelayanan Kamar Operasi dilaksanakan dalam
jam kerja (efektif/terencana) dan dilanjutkan dengan sistem on call.
b. Pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.
c. Seluruh staf Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu harus bekerja sesuai
dengan standar profesi, pedoman/panduan dan standar prosedur operasional
yang berlaku, serta sesuai dengan etika profesi, etika dan etiket Rumah Sakit
Umum Daerah Pringsewu yang berlaku.
d. Seluruh staf Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu dalam melaksanakan
pekerjaannya wajib selalu sesuai dengan ketentuan Kesehatan dan
26
Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3), termasuk dalam penggunaan alat
pelindung diri (APD).
9. Asesmen Pasien
a. Semua pasien harus diidentifikasi kebutuhan pelayanannya melalui suatu
proses asesmen yang baku.
b. Asesmen awal rawat jalan dilakukan oleh dokter umum atau dokter spesialis
di Poliklinik rawat jalan.
c. Pengkajian medik rawat inap dilakukan oleh dokter penanggung jawab
pasien (DPJP).
d. Asesmen awal setiap pasien meliputi evaluasi faktor fisik, psikologis, sosial
dan ekonomi, termasuk pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan.
e. Hanya mereka yang kompeten sesuai perizinan, undang-undang dan
peraturan yang berlaku dan sertifikasi dapat melakukan asesmen pasien.
f. Asesmen awal medis dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak rawat inap
atau sesuai kondisi pasien.
g. Asesmen awal keperawatan dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak rawat
inap atau lebih cepat sesuai kebijakan rumah sakit.
h. Asesmen awal termasuk menentukan kebutuhan rencana pemulangan pasien
(discharge planning).
i. Semua pasien dilakukan asesmen ulang pada interval tertentu atas dasar
kondisi dan pengobatan untuk menetapkan respons terhadap pengobatan dan
untuk merencanakan pengobatan atau untuk pemulangan pasien.
j. Data dan informasi asesmen pasien dianalisis dan diintegrasikan.
27
10. Penyediaan Pelayanan Pasien Risiko Tinggi
a. Kasus emergency
Identifikasi pasien kasus emergency atau berisiko tinggi terjadinya kasus
emergency dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten.
Seluruh tenaga medis yang bertugas ditempat dengan kasus risiko tinggi
wajib memiliki sertifikat.
b. Pemberian pelayanan resusitasi
Resusitasi dapat dilakukan di seluruh unit rumah sakit.
Seluruh karyawan yang bertugas di semua unit rumah sakit diberikan
pelatihan Bantuan Hidup Dasar.
Resusitasi lanjut dilakukan oleh tim yang terlatih dengan nama “Blue
Team” dengan membawa alat-alat dan obat resusitasi yang diperlukan.
c. Asuhan pasien yang menggunakan peralatan bantuan hidup dasar atau yang
koma.
Identifikasi kebutuhan pasien dengan peralatan bantuan hidup dasar atau
yang koma dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten.
Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu sudah mampu melakukan asuhan
pasien yang menggunakan peralatan bantuan hidup dasar atau yang koma.
d. Asuhan pasien dengan penyakit menular dan mereka yang daya tahannya
diturunkan
Identifikasi kebutuhan asuhan pasien dan resiko penularan akibat dari
penyakit atau akibat obat-obatan yang diberikan.
Bila fasilitas tidak memungkinkan untuk melakukan asuhan pasien
tersebut agar diberitahukan kepada pasien dan keluarga untuk dirujuk ke
tempat dengan fasilitas yang sesuai kebutuhan.
e. Asuhan pasien Hemodialisa ( cuci darah )
Setiap pasien yang akan menjalani hemodialisa mendapat pelayanan yang
sesuai dengan Panduan Pelayanan Hemodialisa di Rumah Sakit Umum
Daerah Pringsewu.
Setiap unit dan petugas yang terkait dengan Pelayanan Hemodialisa harus
bekerja sesuai dengan Panduan Pelayanan Hemodialisa di Rumah Sakit
Umum Daerah Pringsewu .
f. Mengarahkan penggunaan alat penghalang (restraint) dan asuhan pasien yang
diberi penghalang.
Identifikasi penggunaan alat penghalang dilakukan pada pasien yang tidak
mengerti asuhan yang diberikan, seperti pasien anak dan geriatri, pasien
gelisah dan kesadaran menurun.
28
Asuhan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien.
g. Asuhan pasien yang beresiko disiksa
Identifikasi pasien dengan risiko disiksa, seperti pasien lanjut usia, cacat
tubuh, cacat mental dan anak-anak.
Pelayanan pasien seperti diatas melibatkan multidisiplin ilmu dan tersedia
dalam suatu tim asuhan.
h. Mengarahkan asuhan pada pasien yang mendapat kemoterapi
Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu tidak memberikan pelayanan
kemoterapi.
Untuk pelayanan kemoterapi, Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu
melakukan sesuai dengan Kebijakan, Panduan dan Standar Prosedur
Operasional yang berlaku.
Setiap penggunaan dan pemberian darah dan atau produk darah harus
berdasarkan atas permintaan dokter.
Pemberian darah dan atau produk darah harus selalu memperhatikan
keselamatan pasien
Darah atau produk darah yang diberikan kepada pasien harus dijamin
bebas dari bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit yang dapat
ditularkan melalui transfusi darah dan atau dari produk darah. Oleh sebab
itu produk darah yang akan diberikan untuk pasien sudah diskrining dari
utd
Sebelum melakukan pemberian darah atau produk darah (transfusi) pasien
harus melakukan serangkaian pemeriksaan kelayakan dan memberikan
persetujuan ( inform consent )
Pada pelaksanaan pemberian darah dan atau produk darah harus dilakukan
secara aman dan meminimalkan risiko transfusi
Pemberian darah dan atau produk darah harus dicatat di dalam rekam
medis.
15. Pemberitahuan Kepada Pasien Dan Keluarga Tentang Hasil Asuhan &
Pengobatan
Setiap tindakan pelayanan yang diberikan kepada pasien yang berhubungan
dengan kejadian yang tidak diharapkan diberitahukan terlebih dahulu kepada
keluarga dan pasien kemudian menandatangani form persetujuan tindakan.
16. Transfer/Perpindahan di Dalam Rumah Sakit
a. Transfer dilaksanakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
b. Pasien yang ditransfer harus dilakukan pengelompokkan berdasarkan kriteria
pasien transfer terlebih dahulu sebelum dipindahkan.
30
c. Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu melaksanakan proses untuk
memberikan pelayanan asuhan pasien yang berkelanjutan didalam rumah
sakit dan koordinasi antar para tenaga medis.
d. Bila ada indikasi, rumah sakit dapat membuat rencana kontinuitas pelayanan
yang diperlukan pasien sedini mungkin.
17. Penundaan Pelayanan
a. Memperhatikan kebutuhan klinis pasien pada waktu menunggu atau
penundaan untuk pelayanan diagnostik dan pengobatan.
b. Memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau
pengobatan.
c. Memberi informasi alasan penundaan atau menunggu dan memberikan
informasi tentang alternatif yang tersedia sesuai dengan keperluan klinik
mereka.
18. Penolakan Pelayanan Dan Pengobatan
a. Pasien dan keluarga berhak menolak atau tidak melanjutkan untuk dilakukan
tindakan medis.
b. Pihak RS wajib memberitahukan tentang konsekuensi dan tanggung jawab
yang berkaitan dengan keputusan tersebut.
c. Pasien dan keluarga yang menolak untuk dilakukan pelayanan medis dan
pengobatan dari Tim Medis wajib menandatangani Surat Penolakan
Tindakan Medis setelah mendapatkan informed consent dari RS.
d. Posisi rumah sakit sesuai dengan norma agama dan budaya masyarakat, serta
persyaratan hukum dan peraturan.
19. Pemulangan Pasien
a. DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien tersebut, harus
menentukan kesiapan pasien untuk dipulangkan.
b. Keluarga pasien dilibatkan dalam perencanaan proses pemulangan yang
terbaik atau sesuai kebutuhan pasien.
c. Rencana pemulangan pasien meliputi kebutuhan pelayanan penunjang dan
kelanjutan pelayanan medis (kontrol ulang).
d. Resume medis pasien pulang dibuat oleh DPJP sebelum pasien pulang.
e. Resume medis berisi semua tindakan medis yang sudah dilakukan dan waktu
kontrol ulang bila perlu.
f. Salinan resume medis pasien pulang didokumentasikan dalam rekam medis.
31
20. Pelayanan Pasien Tahap Terminal
a. Setiap pasien mendapatkan pelayanan yang komprehensif pada akhir
kehidupannya.
b. Semua tim medis harus menyadari kebutuhan unik pasien pada akhir
kehidupannya yaitu meliputi pengobatan terhadap gejala primer dan
sekunder, manajemen nyeri, respon terhadap aspek psikologis, sosial,
emosional, agama dan budaya pasien dan keluarganya serta keterlibatannya
dalam keputusan pelayanan.
c. DPJP wajib menjelaskan kepada keluarga dan pasien tentang kondisi pasien
yang sebenarnya.
d. Pelayanan kerohanian (spiritual) disediakan oleh rumah sakit setiap hari.
21. Transportasi
a. Transportasi milik rumah sakit harus sesuai dengan hukum dan peraturan
yang berlaku berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaan.
b. Transportasi disediakan atau diatur sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
pasien.
c. Semua kendaraan yang dipergunakan untuk transportasi milik rumah sakit,
dilengkapi dengan peralatan yang memadai, pembekalan dan medikamentosa
sesuai dengan kebutuhan pasien yang dibawa.
32
BAB III
TATA LAKSANA
33
2. Tata cara asuhan rawat inap :
a. Petugas menerima pasien dalam melakukan pelayanan terhadap pasien harus
mampu melayani dengan cepat karena mungkin pasien memerlukan
penanganan segera.
b. Penanganan pertama dari perawat harus mampu menaruh kepercayaan bahwa
pengobatan yang diterima dimulai secara benar.
c. Penanganan para dokter dan perawat yang professional akan menimbulkan
kepercayaan pasien bahwa pasien tidak salah memilih rumah sakit.
d. Ruang yang bersih dan nyaman, memberikan nilai tambah kepada rumah sakit
e. Peralatan yang memadai dengan operator yang professional.
f. Lingkungan rumah sakit yang nyaman.
35
6) Mampu menentukan kondisi pasien pasca anestesi untuk pindah ke ruang
perawatan.
7) Mampu berkolaborasi dalam melakukan asuhan keperawatan pasca
anestesi.
8) Mampu mendokumentasikan tindakan keperawatan yang dilakukan.
36
BAB IV
DOKUMENTASI
Asuhan pasien yang seragam di seluruh rumah sakit merupakan proses pelayanan
yang dilakukan oleh seluruh staf rumah sakit kepada pasien untuk memenuhi
kebutuhan pasien seperti asuhan rawat jalan, rawat inap, penyampaian informasi
asesmen pasien, dan asuhan anestesia yang diberikan Rumah Sakit Umum Daerah
Pringsewu pada asuhan pasien melalui tim medis.
Buku panduan asuhan pasien yang seragam didampingi dengan dokumen sebagai
berikut :
Dokumen Regulasi
a. Kebijakan Asuhan Pasien Yang Seragam
b. Panduan Asuhan Pasien Yang Seragam
c. SPO Asuhan Pasien Yang Seragam
Demikian buku panduan ini dibuat untuk pedoman asuhan pasien yang seragam di
Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu. Maka segala pelayanan pasien wajib
berdasarkan buku pedoman ini terhitung setelah disahkan oleh Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Pringsewu.
37