Anda di halaman 1dari 20

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI


RT 44 KELURAHAN KENALI BESAR KECAMATAN ALAM BARAJO

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
Fiana Nanda Syafitri, S.Kep G1B218016
Pratiwi Oktafia Ahmad, S.Kep G1B218018
Qory Auliya, S.Kep G1B218022
Ristira Argawani, S.Kep G1B218023
Rena Adha Sabriatna, S.Kep G1B218025
Melan Sari, S.Kep G1B218032
Rahma Susanti, S.Kep G1B218033
Ferdinan Alpiansa N, S.Kep G1B218036
Yuyun Puspita Sari, S.Kep G1B218037

Pembimbing:
Ns. Nurlinawati S.Kep., M.Kep
Ns. Eva Mayasari, S.Kep., M.Kep. Sp.Kep.Kom
Ns. Tedy Asharyadi S.Kep., M.Kep
Mainarni, Am.Keb

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
PRE PLANNING
PENYULUHAN HIPERTENSI DI RT 44 KELURAHAN KENALI BESAR
KECAMATAN ALAM BARAJO KOTA JAMBI

Topik/Judul kegiatan : Penyuluhan hipertensi


Hari/Tanggal : Sabtu, 09 November 2019
Jam : 09.00 WIB s/d selesai
Waktu : 20 Menit
Tempat : Di Rumah Ketua RT 44 Kelurahan Kenali Besar
Sasaran : Lansia RT 44 Kelurahan Kenali Besar

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari
140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang. Batas
normal tekanan darah adalah kurang dari atau 120 mmHg tekanan sistolik dan kurang
dari atau 80 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila
tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg (WHO, 2011).
Pre hipertensi dan hipertensi merupakan kesatuan penyakit yang disebabkan oleh
berbagai faktor risiko yaitu genetik, umur, suku/etnik, perkotaan/pedesaan, geografis,
jenis kelamin, diet, obesitas, stress, gaya hidup, dan penggunaan alat kontrasepsi
hormonal. Istilah kesatuan penyakit diartikan bahwa kedua peristiwa pada dasarnya
adalah sama karena hipertensi merupakan peningkatan dari pre hipertensi yang lebih
berat dan berbahaya (WHO, 2013).
Peningkatan tekanan darah arteri dapat meningkatkan risiko terjadinya gagal
ginjal, penyakit jantung, pengerasan dinding arteri yang biasa
disebut arterosklerosis juga terjadinya stroke. Komplikasi ini sering berakhir menjadi
kerusakan atau kematian. Oleh sebab itu diagnosis dari hipertensi harus di diteksi
sedini mungkin untuk menghindari berbagai komplikasi tersebut (cunha, 2010).
World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2012 sedikitnya
sejumlah 839 juta kasus hipertensi, diperkirakan menjadi 1,15 milyar pada tahun 2025
atau sekitar 29% dari total penduduk dunia, dimana penderitanya lebih banyak pada
wanita (30%) dibanding pria (29%). Sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terjadi
terutama di negara-negara berkembang (Triyanto, 2014).
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang di dapat melalui pengukuran pada umur ≥
18 tahun sebesar 25,8%, tertinggi di Bangka Belitung (30,09%), diikuti Kalimantan
Selatan (29,6%), dan Jawa Barat (29,4%). Untuk prevalensi provinsi Sulawesi Utara
berada di posisi ke 7 dari 33 provinsi yang ada di Indonesia yaitu sebesar 27,1%
(Riskesdas, 2013).
Menurut National Basic Health Survey 2013, hipertensi di Indonesia pada
kelompok usia 15-24 tahun adalah 8,7 %, pada kelompok usia 25- 34 tahun adalah
14,7 %, 35-44 tahun 24,8 %, 45-54 tahun 35,6 %, 55-64 tahun 45,9 %, 65-74 tahun
57,6 %, dan lebih dari 75 tahun adalah 63,8 %. Dengan prevalensi yang tinggi
tersebut, hipertensi yang tidak disadari mungkin jumlahnya b isa lebih tinggi lagi.
Hal ini karena hipertensi dan komplikasi jumlahnya jauh lebih sedikit
daripada hipertensi tidak bergejala (InaSH, 2014).
Berdasarkan pengkajian oleh mahasiswa Ners Universitas Jambi di RT 44 Kenali
Besar di dapatkan data penyakit tidak menular tertinggi yaitu sebanyak 43 orang
(47%) menderita penyakit Hipertensi.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 1x20 menit, diharapkan
Lansia dapat mengerti tentang hipertensi.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 1 x 20 menit, diharapkan
Lansia mampu:
a. Menyebutkan kembali pengertian hipertensi
b. Memahami penyebab hipertensi
c. Memahami tanda dan gejala hipertensi
d. Memahami Penatalaksanaan hipertensi
C. Tempat
Rumah Ketua RT 44 Kelurahan Kenali Besar
D. Waktu
Kegiatan akan berlangsung selama 20 menit pukul 09.00 WIB sampai dengan
pukul 09.20 WIB
E. Sasaran
Lansia sejumlah 10 orang Di RT 44 Kelurahan Kenali Besar
F. Penyelenggara Penyuluhan
Penyelenggara penyuluhan adalah mahasiswa Profesi Ners Universitas Jambi,
Kelompok 1

G. Metode
Presentasi dan Tanya Jawab
H. Media dan Alat
Infokus dan Leaflet
I. Setting Tempat

2 2 2

2 2 2

Keterangan gambar:
1. Penyuluh
2. Peserta
J. Pelaksanaan Kegiatan
No Tahap Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta waktu
kegiatan
1 Pembukaan  Memberi salam  Menjawab salam 2 menit
 Memperkenalkan diri,  Memperhatikan
dan pembimbing
 Menjelaskan tujuan  Memperhatikan
penyuluhan
 Menjelaskan kontrak  Memperhatikan
waktu
2 Pelaksanaan - Menanyakan persepsi  Menjawab 15
pengetahuan tentang pertanyaan menit
pengertian hipertensi,
tanda dan gejala
hipertensi
- Menjelaskan pada lansia  Mendengarkan
mengenai :
- Pengertian  Memperhatikan
hipertensi
- Penyebab hipertensi
- Tanda dan gejala
hipertensi
- Menjelaskan tentang  Mendengarkan
pengobatan tradisional
yang dapat lansia
lakukan
- Memberi kesempatan  Memberi
pada lansia untuk pertanyaan
bertanya, lalu
menjawabnya  Memperhatikan
- Memberikan dan
reinforcement positif mendengarkan
3 Penutup  Mengevaluasi kembali  Menjawab 3 menit
pengetahuan peserta pertanyaan
 Memberikan
reinforcement positif  Memperhatikan
 Menyimpulkan materi dan
yang telah disampaikan mendengarkan
 Mengakhiri pertemuan
dengan mengucapkan  Peserta
terimakasih dan salam menjawab salam
K. Pengorganisasian kelompok
1. Moderator
a. Membuka acara sehingga seluruh peserta memahami makna dan tujuannya
b. Memperkenalkan narasumber atau tim yang terlibat dalam penyuluhan
c. Memberi informasi dan tujuan penyuluhan
d. Memberi kesempatan kepada presentator untuk mempresentasikan bahasan
penyuluhan
e. Memastikan tidak ada kegaduhan dalam forum tersebut
f. Mengevaluasi pemahaman dari peserta sesudah diberikan penyuluhan
g. Mahasiswa yang bertanggung jawab adalah Pratiwi Oktafia Ahmad, S.Kep
2. Pemateri
a. Mengevaluasi pemahaman dari peserta sebelum diberikan penyuluhan
b. Menyajikan materi kepada peserta sesuai dengan tema dan tujuan penyuluhan
c. Mahasiswa yang bertanggung jawab adalah Yuyun Puspita Sari, S.Kep
3. Fasilitator
a. Memberi motivasi dengan cara memberi pujian kepada peserta jika mereka
sudah bisa memahami hasil dari penyuluhan tersebut
b. Memantau jalannya penyuluhan
c. Memberi fasilitas kepada peserta yang memberi pertanyaan
d. Membantu peserta jika mengalami kesulitan bertanya
e. Mahasiswa yang bertanggung jawab adalah:
Rena Adha Sabriatna, S.Kep
Ferdinan Alpiansah, S.Kep
Fiana Nanda S, S.Kep
Qory Auliya, S.Kep
4. Notulen
a. Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta
b. Mencatat setiap jawaban yang dijawab oleh anggota kelompok
c. Mahasiswa yang bertanggung jawab adalah: Melan Sari, S.Kep
5. Observer
a. Melakukan observasi terhadap pelaksanaan penyuluhan
b. Menyimpulkan dan membuat laporan hasil penyuluhan
c. Mahasiswa yang bertanggung jawab adalah Rahma Susanti, S.Kep
6. Dokumentasi
a. Melakukan pendokumentasian penyuluhan yang berlangsung
b. Mahasiswa yang bertanggung jawab adalah Ristira Argawani, S.Kep

L. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Rencana kegiatan dipersiapkan tiga hari sebelum kegiatan dengan melakukan
konsultasi materi yang akan disampaikan saat penyuluhan. Sarana prasarana
seperti LCD dan Leaflet disiapkan paling lambat dua hari sebelum pelaksanaan.
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan berlangsung tepat waktu dan sasaran memenuhi kuota yang
diberikan yaitu 10 orang
3. Evaluasi Hasil
Sasaran penyuluhan mampu mendiskusikan dan mendapatkan hasil dari diskusi
MATERI HIPERTENSI

A. Pengertian
Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah
140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan
hipertensi.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1990) Hipertensi didefinisikan
sebagai suatu peninggian yang menetap daripada tekanan darah sistolik di atas
140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Peninggian tekanan darah
yang terus menerus yang merupakan gejala klinis karena hal tersebut dapat
menunjukkan keadaan seperti hypertensi heart disease arteriole nefrosclerosis.
Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut karena sering ditemukan
menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit koroner. Lebih dari separuh
kematian di atas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan
serebrovaskuler. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas menjadi dua yaitu:
1. Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan
atau tekanan distolik sama atau lebih dari 90 mmHg. Hipertensi ini
biasanya dijumpai pada usia pertengahan.
2. Hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg
dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg. Hipertensi ini biasanya
dijumpai pada usia di atas 65 tahun (Nugroho, 2008).
Jadi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan darah yang lebih
dari 140/90 mmHg.

B. Penyebab Hipertensi
1. Asupan garam yang tinggi
2. Strees psikologis
3. Faktor genetik (keturunan)
4. Kurang olahraga
5. Kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok dan alkohol
6. Penyempitan pembuluh darah oleh lemak/kolesterol tinggi
7. Peningkatan usia
8. Kegemukan
C. Tanda dan Gejala Hipertensi
Secara umum pasien dapat terlihat sehat atau beberapa di antaranya sudah
mempunyai faktor risiko tambahan, tetapi kebanyakan asimptomatik. Menurut
Elizabeth J. Corwin (2005), manifestasi klinis yang timbul setelah mengetahui
hipertensi bertahun-tahun antara lain:
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat
tekanan darah intrakranium.
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.

3. Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan saraf.

4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.

5. Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.

D. Faktor Resiko
Faktor risiko yang dapat mempengaruhi hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu:
A. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol

1. Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin
besar risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko
terkena hipertensi (Yundini, 2006). Dengan bertambahnya umur, risiko terkena
hipertensi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup
tinggi yaitu sekitar 40% dengan kematian sekitar 50% di atas umur 60 tahun
(Nurkhalida, 2003). Tekanan darah sedikit meningkat dengan bertambahnya umur
merupakan hal yang wajar. Hal ini disebabkan oleh perubahan alami pada jantung,
pembuluh darah dan hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai faktor-faktor
lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi (Staessen A Jan et al, 2003).
2. Jenis kelamin
Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat angka
yang cukup bervariasi. Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria dan 17,4%
perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta (Petukangan) didapatkan
14,6% pria dan 13,7% wanita (Yundini, 2006). Ahli lain mengatakan pria lebih
banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29
mmHg untuk peningkatan darah sistolik (Nurkhalida, 2003). Sedangkan menurut
Arif Mansjoer, dkk, pria dan wanita menapouse mempunyai pengaruh yang sama
untuk terjadinya hipertensi.
3. Riwayat Keluarga
Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang
mempunyai hipertensi lebih sering menderita hipertensi. Riwayat keluarga dekat
yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena
hipertensi terutama pada hipertensi primer. Keluarga yang memiliki hipertensi
dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat (Chunfang Qiu
et al, 2003).
4. Genetik
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan
ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot
(satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita yang
mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan secara
alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan
hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda
dan gejala (Chunfang Qiu et al, 2003).

B. Faktor yang dapat diubah/dikontrol


1. Merokok
Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Selain dari lamanya, risiko
merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap per hari. Merokok
lebih dari satu pak rokok sehari berisiko 2 kali lebih rentan mengalami hipertensi
dari pada mereka yang tidak merokok (Price & Wilson, 2006). Nikotin dan karbon
monoksida yang diisap melalui rokok, masuk ke dalam aliran darah dan merusak
lapisan endotel pembuluh darah arteri serta mengakibatkan proses aterosklerosis
dan hipertensi (Nurkhalida, 2003).
2. Konsumsi garam
Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya
hipertensi. Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena
menarik cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume
dan tekanan darah. Seseorang yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang
ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-8
gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang dianjurkan
tidak lebih dari 6 gram/hari setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari
(Nurkhalida, 2003).
3. Konsumsi lemak jenuh
Konsumsi lemak jenuh meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan
dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama
lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi
lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan
makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah
(Sheps, 2005).
4. Konsumsi alkohol
Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Konsumsi alkohol harus
diwaspadai karena survei menunjukkan bahwa 10% kasus hipertensi berkaitan
dengan konsumsi alkohol (Khomsan, 2003). Mekanisme peningkatan tekanan
darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun diduga, peningkatan kadar
kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah merah
berperan dalam menaikkan tekanan darah (Nurkhalida, 2003).
5. Kurang Olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena
olahraga teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan
tekanan darah. Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi
karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga
cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot
jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan
sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada
arteri (Sheps, 2005).
6. Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress
menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Stres
dapat merangsang kelenjar adrenal melepaskan hormon adrenalin dan memacu
jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan
meningkat. Jika stres berlangsung cukup lama, tubuh berusaha mengadakan
penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala
yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag (Gunawan, 2005).
7. Obesitas
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi.
Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf
simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah. Obesitas
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar
massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan
makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui
pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada
dinding arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung
dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan
natrium dan air (Sheps, 2005; Yundini, 2006).

Menurut Darmojo (2006), faktor yang mempengaruhi hipertensi pada


lanjut usia adalah :
1. Penurunan kadar renin karena menurunnya jumlah nefron akibat proses
menua.
2. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. Dengan bertambahnya
usia semakin sensitif terhadap peningkatan atau penurunan kadar natrium.
3. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer sehingga resistensi
pembuluh darah perifer meningkat yang mengakibatkan hipertensi
sistolik.
4. Perubahan ateromatous yang menyebabkan disfungsi endotel yang
berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan subtansi kimiawi lain
yang kemudian menyebabkan reabsopsi natrium di tubulus ginjal,
meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer, dan keadaan lain
berhubungan dengan kenaikan tekanan darah.
E. Patofisiologi
Beberapa faktor dapat mempengaruhi konstriksi dan relakasi pembuluh darah
yang berhubungan dengan tekanan darah. Bila seseorang emosi, maka sebagai respon
korteks adrenal mengekskresikan epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi. Selain
itu, korteks adrenal mengekskresi kortisol dan steroid lainnya yang bersifat
memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi menyebabkan
penurunan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah oleh enzim ACE (Angiotensin
Converting Enzyme) menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi (Rohaendi, 2008).
Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik sejalan dengan peningkatan
usia, terjadinya penurunan elastisitas pembuluh darah, dan kemampuan meregang
pada arteri besar. Secara hemodinamik hipertensi sistolik ditandai dengan penurunan
kelenturan pembuluh darah arteri besar, resistensi perifer yang tinggi, pengisian
diastolik yang abnormal, dan bertambahnya masa ventrikel kiri. Penurunan volume
darah dan output jantung disertai kekakuan arteri besar menyebabkan penurunan
tekanan diastolik. Lanjut usia dengan hipertensi sistolik dan diastolik memiliki output
jantung, volume intravaskuler, aliran darah ke ginjal dan aktivitas plasma renin yang
lebih rendah, serta terjadi resistensi perifer. Perubahan aktivitas sistem syaraf
simpatik dengan bertambahnya norepinephrin menyebabkan penurunan tingkat
kepekaan sistem reseptor beta adrenergik sehingga terjadi penurunan fungsi relaksasi
otot pembuluh darah (Temu Ilmiah Geriatri, 2008). Lanjut usia mengalami kerusakan
struktural dan fungsional pada arteri besar yang membawa darah dari jantung yang
menyebabkan semakin parahnya pengerasan pembuluh darah dan tingginya tekanan
darah.
F. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi dari hipertensi yaitu :
A. Stroke
Stroke dapat terjadi akibat perdarahan di otak, atau akibat embolus yang
terlepas dari pembuluh darah non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat
terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertrofi dan penebalan sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami ateroskelosis dapat
melemah dan kehilangan elastisitas sehingga meningkatkan kemungkinan
terbentuknya aneurisma.
B. Infark miokardium
Penyakit ini dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak
dapat menyuplai darah yang cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
trombus yang menghambat aliran darah melalui arteri koroner. Karena hipertensi
kronik dan hipertrofi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin
tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
Hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran
listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan pembentukan pembekuan darah.
C. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan yang
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, yaitu glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus,
aliran darah ke unit-unit fungsional ginjal terganggu, nefron akan terganggu dan
dapat berlanjut menjadi hipoksia serta kematian. Dengan rusaknya membrane
glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid
plasma berkurang menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi
kronik.
D. Enselopati (kerusakan otak)
Enselopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang
meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini dapat
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang
interstitium di seluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya kolaps
dan terjadi koma serta kematian mendadak.
G. Pencegahan Hipertensi

1. Mengonsumsi makanan sehat.


2. Mengurangi konsumsi garam dan kafein.
3. Berhenti merokok.
4. Berolahraga secara teratur.
5. Menurunkan berat badan, jika diperlukan.
6. Mengurangi konsumsi minuman keras.

H. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi dapat dilakukan dengan dua jenis yaitu:
A. Penatalaksanaan Farmakologis
1. Diuretik
Obat-obatan jenis ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh
melalui urin. Dengan demikian, volume cairan dalam tubuh berkurang sehingga
daya pompa jantung lebih ringan (Dalimartha et al, 2008). Menurut Hayens
(2003), diuretik menurunkan tekanan darah dengan cara mengurangi jumlah air
dan garam di dalam tubuh serta melonggarkan pembuluh darah. Sehingga tekanan
darah secara perlahan-lahan mengalami penurunan. Selain itu, jumlah garam di
dinding pembuluh darah menurun sehingga menyebabkan vasodilatasi. Kondisi
ini membantu tekanan darah menjadi normal kembali.
2. Penghambat adrenergik (β-bloker)
Mekanisme kerja antihipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya
pompa jantung. Jenis beta bloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah
diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial (Lenny, 2008).
Pemberian β-bloker tidak dianjurkan pada penderita gangguan pernapasan seperti
asma bronkial karena pada pemberian β-bloker dapat menghambat reseptor β 2 di
jantung lebih banyak dibandingkan reseptor β 2 di tempat lain. Penghambatan β
2 ini dapat membuka pembuluh darah dan saluran udara (bronki) yang menuju ke
paru-paru. Sehingga penghambatan β 2 dari aksi pembukaan ini dengan β-bloker
dapat memperburuk penderita asma (Hayens, 2003).
3. Vasodilator
Agen vasodilator bekerja langsung pada pembuluh darah dengan
merelaksasi otot pembuluh darah. Contoh yang termasuk obat jenis vasodilator
adalah prasosin dan hidralasin. Kemungkinan yang akan terjadi akibat pemberian
obat ini adalah sakit kepala dan pusing (Dalimartha et al, 2008).
4. Penghambat enzim konversi angiotensin (ACE inhibitor)
Obat ini bekerja melalui penghambatan aksi dari sistem renin-angiotensin.
Efek utama ACE inhibitor adalah menurunkan efek ACE. Kondisi ini akan
menurunkan perlawanan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah
(Hayens, 2003).
5. Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium adalah sekelompok obat yang berkerja mempengaruhi
jalan masuk kalsium ke sel-sel dan mengendurkan otot-otot di dalam dinding
pembuluh darah sehingga menurunkan perlawanan terhadap aliran darah dan
tekanan darah. Antagonis kalsium bertindak sebagai vasodilator (Hayens, 2003).
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah
nifedipin, diltiasem dan verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah
sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah (Lenny, 2008).

B. Penatalaksanaan Non Farmakologis


Penatalaksanaan non farmakologis hipertensi antara lain:
1. Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan aterosklerosis seperti berhenti
merokok, pengurangan asupan makanan berlemak, dan mengurangi asupan
alkohol (Nurkhalida, 2003).

2. Meningkatkan olahraga dan aktifitas fisik seperti jogging dan berenang.


Dianjurkan untuk olahraga teratur, minimal 3 kali seminggu, dengan demikian
dapat menurunkan tekanan darah walaupun berat badan belum tentu turun
(Nurkhalida, 2003). Olahraga dapat menimbulkan perasaan santai dan
mengurangi berat badan sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Gunawan,
2005).
3. Perubahan pola makan
a. Mengurangi asupan garam dengan memperbanyak makanan segar,
mengurangi makan yang diproses, dan memilih produk dengan kandungan
natrium rendah (Sheps, 2005).
b. Diet rendah lemak jenuh yang dapat dilakukan dengan meningkatkan
konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran,
biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman.
c. Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan dan susu rendah lemak.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa mineral bermanfaat
mengatasi hipertensi. Kalium dibuktikan erat kaitannya dengan penurunan
tekanan darah arteri dan mengurangi risiko terjadinya stroke. Selain itu,
mengkonsumsi kalsium dan magnesium bermanfaat dalam penurunan tekanan
darah. Banyak konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang mengandung
banyak mineral dapat mengatasi hipertensi
Beberapa obat alami yang kandungannya dapat mengurangi bahkan
menyembuhkan Penyakit Hipertensi, jika dikomsumsi dengan benar dan
teratur, diantaranya :
1.Daun Salam (Syzigium polyanthum)
Khasiat : menurunkan koesterol dan tekanan darah tinggi, menurunkan kadar
gula darah tinggi.
Cara Penggunaan
1.Ambil Daun salam segar sebanyak kurang lebih 10 lembar.
Daun salam dicuci, lalu direbus dengan 3 gelas air sampai tersisa 1
gelas.Setelah dingin, air disaring lalu diminum sekaligus pada malam
hari.Lakukan rutin setiap hari untuk mendapatkan hasil yang memuaskan
2. Rumput Laut (Laminaria japonica)
Khasiat : menormalkan tekanan darah, menurunkan kolesterol tinggi,
mencegah aterosklerosis.
Rumput laut yang paling populer adalah wakame, yang sering digunakan dalam
sup miso. Ada juga kombu dan nori, yang mudah ditemukan di supermarket.
Anda dapat mengolahnya menjadi makanan lezat dalam menu harian untuk
menjaga jantung tetap sehat dan menurunkan serta menormalkan tekanan
darah.
3. Ketimun
Khasiat: Kadar mineral potassium yang tinggi berguna untuk mengurangi
tekanan darah yang tinggi, serta berguna juga untuk mengurangi batu ginjal.
cara penggunaan bisa di komsumsi langsung (sebagai lalapan ), atau di buat
jus, boleh juga di tambah dengan buah-buahan lain, asal saja komposisi
ketimun lebih banyak dari buah lainnya.
4. Blewah
Khasiat: Sama dengan ketimun yang kaya akan kandungan potassium, baik
untuk mengurangi tekanan darah tinggi dan juga baik untuk masalah
ginjal/kandung kemih
Beberapa buah/tumbuhan yang mempunya kandungan sama dengan
ketimun/blewah: peach atau persik, strawberi, raspberi, daun turnip dan wheat
grass.
5. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
Khasiat: menurunkan kolesterol tinggi,menurunkan tekanan darah
tinggi,menurunkan kadar gula darah
Pilihlah buah mengkudu yang sudah matang dan ambil airnyadengan cara di
blender. Kemudian air mengkudu di campur dengan madu dan minum setiap
pagi sebelum sarapan.
6. Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.)
Efek : melancarkan sirkulasi dan mencairkan gumpalan darah,menetralkan
racun dalam tubuh
Bahan :
- 30 gr daun dewa
- 25 gr temu hitam
- 2 kuntum bunga soka/siantan
-2kuntum bunga mawar
Cara Meracik Ramuan :
Rebus dengan 600 cc air hingga tersisa 200 cc, saring dan airnya diminum.
lakukan 2 kali sehari sampai di dapatkan hasil yang memuaskan.
7. Bawang Putih
Khasiat: menurunkan tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi,
menghancurkan penggumplan darah
Cara Penggunaan :
Ambillah 3 siung bawang putih yang masih segar, kemudian kupas dan cuci
hingga bersih, tumbuk sampai halus lantas diperas dengan ditambah air
secukupnya, lantas airnya diminum. cukup dikerjakan 3 kali 1 hari
8. kunyit
Bahan : ½ jari rimpang kunyit, 1 sdm madu, dan 1 gelas air putih
Cara Membuat :

- Kunyit dicuci bersih, diparut dan dicampur dengan 1 gelas air putih
hangat lalu diperas dan disaring
- Campurkan saringan dengan 1 sdm madu
Pemakaian : Air perasan kunyit diminum 2x sehari pagi dan sore

9. Bawang Bombay
Khasiat: Mempunyai khasiat yang sama dengan bawang putih. caranya
gampang, ambil satu siung bawang bombay, bersihkan dan dikupas kulitnya,
kemudian iris-iris dan dimakan bersama dengan nasi. lakukan kebiasaan ini
secara rutin 2 kali sehari.
DAFTAR PUSTAKA

Bruner dan Sudart. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 vol 2. Jakarta. EGC
Corwin, J Elizabeth. 2000. Patofisiologi. Jakarta. EGC
Cunha, Maria G. 2010. Usia Lanjut di Indonesia: Potensi, Masalah,
Kebutuhan (Suatu KajianLiteratur).Jakarta.EGC
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Dharmeizar, 2012. Hipertensi. Medicinus
Gibson, John, 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk
Perawat. Jakarta,EGC
Indonesian Society of Hypertension, INASH Scientific Meeting Ke-8 dan
Tips Hipertensi INASH : Hipertensi Menduduki Penyebab Kematian
Pertama di Indonesia, 2014..
Julius, S. 2008. Clinical Implications of Pathophysiologic Changes in the
Midlife Hypertensive Patients. American Heart Journal, 122: 886-891.
Sheps, Sheldon G. 2005. Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan
Darah Tinggi. Jakarta: PT Intisari MediatamaSofyan, Andy.
2012. Hipertensi. Kudus
Triyanto, T. 2014. Pelayanan Keperawatan
Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu
World Health Organization. 2011. Noncommunicable Diseases. Geneva,
Switzerland
World Health Organization. 2013. A global
brief on Hypertension. Geneva, Switzerland

Anda mungkin juga menyukai