DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
Fiana Nanda Syafitri, S.Kep G1B218016
Pratiwi Oktafia Ahmad, S.Kep G1B218018
Qory Auliya, S.Kep G1B218022
Ristira Argawani, S.Kep G1B218023
Rena Adha Sabriatna, S.Kep G1B218025
Melan Sari, S.Kep G1B218032
Rahma Susanti, S.Kep G1B218033
Ferdinan Alpiansa N, S.Kep G1B218036
Yuyun Puspita Sari, S.Kep G1B218037
Pembimbing:
Ns. Nurlinawati S.Kep., M.Kep
Ns. Eva Mayasari, S.Kep., M.Kep. Sp.Kep.Kom
Ns. Tedy Asharyadi S.Kep., M.Kep
Mainarni, Am.Keb
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari
140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang. Batas
normal tekanan darah adalah kurang dari atau 120 mmHg tekanan sistolik dan kurang
dari atau 80 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila
tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg (WHO, 2011).
Pre hipertensi dan hipertensi merupakan kesatuan penyakit yang disebabkan oleh
berbagai faktor risiko yaitu genetik, umur, suku/etnik, perkotaan/pedesaan, geografis,
jenis kelamin, diet, obesitas, stress, gaya hidup, dan penggunaan alat kontrasepsi
hormonal. Istilah kesatuan penyakit diartikan bahwa kedua peristiwa pada dasarnya
adalah sama karena hipertensi merupakan peningkatan dari pre hipertensi yang lebih
berat dan berbahaya (WHO, 2013).
Peningkatan tekanan darah arteri dapat meningkatkan risiko terjadinya gagal
ginjal, penyakit jantung, pengerasan dinding arteri yang biasa
disebut arterosklerosis juga terjadinya stroke. Komplikasi ini sering berakhir menjadi
kerusakan atau kematian. Oleh sebab itu diagnosis dari hipertensi harus di diteksi
sedini mungkin untuk menghindari berbagai komplikasi tersebut (cunha, 2010).
World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2012 sedikitnya
sejumlah 839 juta kasus hipertensi, diperkirakan menjadi 1,15 milyar pada tahun 2025
atau sekitar 29% dari total penduduk dunia, dimana penderitanya lebih banyak pada
wanita (30%) dibanding pria (29%). Sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terjadi
terutama di negara-negara berkembang (Triyanto, 2014).
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang di dapat melalui pengukuran pada umur ≥
18 tahun sebesar 25,8%, tertinggi di Bangka Belitung (30,09%), diikuti Kalimantan
Selatan (29,6%), dan Jawa Barat (29,4%). Untuk prevalensi provinsi Sulawesi Utara
berada di posisi ke 7 dari 33 provinsi yang ada di Indonesia yaitu sebesar 27,1%
(Riskesdas, 2013).
Menurut National Basic Health Survey 2013, hipertensi di Indonesia pada
kelompok usia 15-24 tahun adalah 8,7 %, pada kelompok usia 25- 34 tahun adalah
14,7 %, 35-44 tahun 24,8 %, 45-54 tahun 35,6 %, 55-64 tahun 45,9 %, 65-74 tahun
57,6 %, dan lebih dari 75 tahun adalah 63,8 %. Dengan prevalensi yang tinggi
tersebut, hipertensi yang tidak disadari mungkin jumlahnya b isa lebih tinggi lagi.
Hal ini karena hipertensi dan komplikasi jumlahnya jauh lebih sedikit
daripada hipertensi tidak bergejala (InaSH, 2014).
Berdasarkan pengkajian oleh mahasiswa Ners Universitas Jambi di RT 44 Kenali
Besar di dapatkan data penyakit tidak menular tertinggi yaitu sebanyak 43 orang
(47%) menderita penyakit Hipertensi.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 1x20 menit, diharapkan
Lansia dapat mengerti tentang hipertensi.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 1 x 20 menit, diharapkan
Lansia mampu:
a. Menyebutkan kembali pengertian hipertensi
b. Memahami penyebab hipertensi
c. Memahami tanda dan gejala hipertensi
d. Memahami Penatalaksanaan hipertensi
C. Tempat
Rumah Ketua RT 44 Kelurahan Kenali Besar
D. Waktu
Kegiatan akan berlangsung selama 20 menit pukul 09.00 WIB sampai dengan
pukul 09.20 WIB
E. Sasaran
Lansia sejumlah 10 orang Di RT 44 Kelurahan Kenali Besar
F. Penyelenggara Penyuluhan
Penyelenggara penyuluhan adalah mahasiswa Profesi Ners Universitas Jambi,
Kelompok 1
G. Metode
Presentasi dan Tanya Jawab
H. Media dan Alat
Infokus dan Leaflet
I. Setting Tempat
2 2 2
2 2 2
Keterangan gambar:
1. Penyuluh
2. Peserta
J. Pelaksanaan Kegiatan
No Tahap Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta waktu
kegiatan
1 Pembukaan Memberi salam Menjawab salam 2 menit
Memperkenalkan diri, Memperhatikan
dan pembimbing
Menjelaskan tujuan Memperhatikan
penyuluhan
Menjelaskan kontrak Memperhatikan
waktu
2 Pelaksanaan - Menanyakan persepsi Menjawab 15
pengetahuan tentang pertanyaan menit
pengertian hipertensi,
tanda dan gejala
hipertensi
- Menjelaskan pada lansia Mendengarkan
mengenai :
- Pengertian Memperhatikan
hipertensi
- Penyebab hipertensi
- Tanda dan gejala
hipertensi
- Menjelaskan tentang Mendengarkan
pengobatan tradisional
yang dapat lansia
lakukan
- Memberi kesempatan Memberi
pada lansia untuk pertanyaan
bertanya, lalu
menjawabnya Memperhatikan
- Memberikan dan
reinforcement positif mendengarkan
3 Penutup Mengevaluasi kembali Menjawab 3 menit
pengetahuan peserta pertanyaan
Memberikan
reinforcement positif Memperhatikan
Menyimpulkan materi dan
yang telah disampaikan mendengarkan
Mengakhiri pertemuan
dengan mengucapkan Peserta
terimakasih dan salam menjawab salam
K. Pengorganisasian kelompok
1. Moderator
a. Membuka acara sehingga seluruh peserta memahami makna dan tujuannya
b. Memperkenalkan narasumber atau tim yang terlibat dalam penyuluhan
c. Memberi informasi dan tujuan penyuluhan
d. Memberi kesempatan kepada presentator untuk mempresentasikan bahasan
penyuluhan
e. Memastikan tidak ada kegaduhan dalam forum tersebut
f. Mengevaluasi pemahaman dari peserta sesudah diberikan penyuluhan
g. Mahasiswa yang bertanggung jawab adalah Pratiwi Oktafia Ahmad, S.Kep
2. Pemateri
a. Mengevaluasi pemahaman dari peserta sebelum diberikan penyuluhan
b. Menyajikan materi kepada peserta sesuai dengan tema dan tujuan penyuluhan
c. Mahasiswa yang bertanggung jawab adalah Yuyun Puspita Sari, S.Kep
3. Fasilitator
a. Memberi motivasi dengan cara memberi pujian kepada peserta jika mereka
sudah bisa memahami hasil dari penyuluhan tersebut
b. Memantau jalannya penyuluhan
c. Memberi fasilitas kepada peserta yang memberi pertanyaan
d. Membantu peserta jika mengalami kesulitan bertanya
e. Mahasiswa yang bertanggung jawab adalah:
Rena Adha Sabriatna, S.Kep
Ferdinan Alpiansah, S.Kep
Fiana Nanda S, S.Kep
Qory Auliya, S.Kep
4. Notulen
a. Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta
b. Mencatat setiap jawaban yang dijawab oleh anggota kelompok
c. Mahasiswa yang bertanggung jawab adalah: Melan Sari, S.Kep
5. Observer
a. Melakukan observasi terhadap pelaksanaan penyuluhan
b. Menyimpulkan dan membuat laporan hasil penyuluhan
c. Mahasiswa yang bertanggung jawab adalah Rahma Susanti, S.Kep
6. Dokumentasi
a. Melakukan pendokumentasian penyuluhan yang berlangsung
b. Mahasiswa yang bertanggung jawab adalah Ristira Argawani, S.Kep
L. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Rencana kegiatan dipersiapkan tiga hari sebelum kegiatan dengan melakukan
konsultasi materi yang akan disampaikan saat penyuluhan. Sarana prasarana
seperti LCD dan Leaflet disiapkan paling lambat dua hari sebelum pelaksanaan.
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan berlangsung tepat waktu dan sasaran memenuhi kuota yang
diberikan yaitu 10 orang
3. Evaluasi Hasil
Sasaran penyuluhan mampu mendiskusikan dan mendapatkan hasil dari diskusi
MATERI HIPERTENSI
A. Pengertian
Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah
140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan
hipertensi.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1990) Hipertensi didefinisikan
sebagai suatu peninggian yang menetap daripada tekanan darah sistolik di atas
140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Peninggian tekanan darah
yang terus menerus yang merupakan gejala klinis karena hal tersebut dapat
menunjukkan keadaan seperti hypertensi heart disease arteriole nefrosclerosis.
Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut karena sering ditemukan
menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit koroner. Lebih dari separuh
kematian di atas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan
serebrovaskuler. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas menjadi dua yaitu:
1. Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan
atau tekanan distolik sama atau lebih dari 90 mmHg. Hipertensi ini
biasanya dijumpai pada usia pertengahan.
2. Hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg
dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg. Hipertensi ini biasanya
dijumpai pada usia di atas 65 tahun (Nugroho, 2008).
Jadi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan darah yang lebih
dari 140/90 mmHg.
B. Penyebab Hipertensi
1. Asupan garam yang tinggi
2. Strees psikologis
3. Faktor genetik (keturunan)
4. Kurang olahraga
5. Kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok dan alkohol
6. Penyempitan pembuluh darah oleh lemak/kolesterol tinggi
7. Peningkatan usia
8. Kegemukan
C. Tanda dan Gejala Hipertensi
Secara umum pasien dapat terlihat sehat atau beberapa di antaranya sudah
mempunyai faktor risiko tambahan, tetapi kebanyakan asimptomatik. Menurut
Elizabeth J. Corwin (2005), manifestasi klinis yang timbul setelah mengetahui
hipertensi bertahun-tahun antara lain:
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat
tekanan darah intrakranium.
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
D. Faktor Resiko
Faktor risiko yang dapat mempengaruhi hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu:
A. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol
1. Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin
besar risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko
terkena hipertensi (Yundini, 2006). Dengan bertambahnya umur, risiko terkena
hipertensi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup
tinggi yaitu sekitar 40% dengan kematian sekitar 50% di atas umur 60 tahun
(Nurkhalida, 2003). Tekanan darah sedikit meningkat dengan bertambahnya umur
merupakan hal yang wajar. Hal ini disebabkan oleh perubahan alami pada jantung,
pembuluh darah dan hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai faktor-faktor
lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi (Staessen A Jan et al, 2003).
2. Jenis kelamin
Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat angka
yang cukup bervariasi. Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria dan 17,4%
perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta (Petukangan) didapatkan
14,6% pria dan 13,7% wanita (Yundini, 2006). Ahli lain mengatakan pria lebih
banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29
mmHg untuk peningkatan darah sistolik (Nurkhalida, 2003). Sedangkan menurut
Arif Mansjoer, dkk, pria dan wanita menapouse mempunyai pengaruh yang sama
untuk terjadinya hipertensi.
3. Riwayat Keluarga
Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang
mempunyai hipertensi lebih sering menderita hipertensi. Riwayat keluarga dekat
yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena
hipertensi terutama pada hipertensi primer. Keluarga yang memiliki hipertensi
dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat (Chunfang Qiu
et al, 2003).
4. Genetik
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan
ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot
(satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita yang
mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan secara
alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan
hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda
dan gejala (Chunfang Qiu et al, 2003).
H. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi dapat dilakukan dengan dua jenis yaitu:
A. Penatalaksanaan Farmakologis
1. Diuretik
Obat-obatan jenis ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh
melalui urin. Dengan demikian, volume cairan dalam tubuh berkurang sehingga
daya pompa jantung lebih ringan (Dalimartha et al, 2008). Menurut Hayens
(2003), diuretik menurunkan tekanan darah dengan cara mengurangi jumlah air
dan garam di dalam tubuh serta melonggarkan pembuluh darah. Sehingga tekanan
darah secara perlahan-lahan mengalami penurunan. Selain itu, jumlah garam di
dinding pembuluh darah menurun sehingga menyebabkan vasodilatasi. Kondisi
ini membantu tekanan darah menjadi normal kembali.
2. Penghambat adrenergik (β-bloker)
Mekanisme kerja antihipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya
pompa jantung. Jenis beta bloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah
diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial (Lenny, 2008).
Pemberian β-bloker tidak dianjurkan pada penderita gangguan pernapasan seperti
asma bronkial karena pada pemberian β-bloker dapat menghambat reseptor β 2 di
jantung lebih banyak dibandingkan reseptor β 2 di tempat lain. Penghambatan β
2 ini dapat membuka pembuluh darah dan saluran udara (bronki) yang menuju ke
paru-paru. Sehingga penghambatan β 2 dari aksi pembukaan ini dengan β-bloker
dapat memperburuk penderita asma (Hayens, 2003).
3. Vasodilator
Agen vasodilator bekerja langsung pada pembuluh darah dengan
merelaksasi otot pembuluh darah. Contoh yang termasuk obat jenis vasodilator
adalah prasosin dan hidralasin. Kemungkinan yang akan terjadi akibat pemberian
obat ini adalah sakit kepala dan pusing (Dalimartha et al, 2008).
4. Penghambat enzim konversi angiotensin (ACE inhibitor)
Obat ini bekerja melalui penghambatan aksi dari sistem renin-angiotensin.
Efek utama ACE inhibitor adalah menurunkan efek ACE. Kondisi ini akan
menurunkan perlawanan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah
(Hayens, 2003).
5. Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium adalah sekelompok obat yang berkerja mempengaruhi
jalan masuk kalsium ke sel-sel dan mengendurkan otot-otot di dalam dinding
pembuluh darah sehingga menurunkan perlawanan terhadap aliran darah dan
tekanan darah. Antagonis kalsium bertindak sebagai vasodilator (Hayens, 2003).
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah
nifedipin, diltiasem dan verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah
sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah (Lenny, 2008).
- Kunyit dicuci bersih, diparut dan dicampur dengan 1 gelas air putih
hangat lalu diperas dan disaring
- Campurkan saringan dengan 1 sdm madu
Pemakaian : Air perasan kunyit diminum 2x sehari pagi dan sore
9. Bawang Bombay
Khasiat: Mempunyai khasiat yang sama dengan bawang putih. caranya
gampang, ambil satu siung bawang bombay, bersihkan dan dikupas kulitnya,
kemudian iris-iris dan dimakan bersama dengan nasi. lakukan kebiasaan ini
secara rutin 2 kali sehari.
DAFTAR PUSTAKA
Bruner dan Sudart. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 vol 2. Jakarta. EGC
Corwin, J Elizabeth. 2000. Patofisiologi. Jakarta. EGC
Cunha, Maria G. 2010. Usia Lanjut di Indonesia: Potensi, Masalah,
Kebutuhan (Suatu KajianLiteratur).Jakarta.EGC
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Dharmeizar, 2012. Hipertensi. Medicinus
Gibson, John, 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk
Perawat. Jakarta,EGC
Indonesian Society of Hypertension, INASH Scientific Meeting Ke-8 dan
Tips Hipertensi INASH : Hipertensi Menduduki Penyebab Kematian
Pertama di Indonesia, 2014..
Julius, S. 2008. Clinical Implications of Pathophysiologic Changes in the
Midlife Hypertensive Patients. American Heart Journal, 122: 886-891.
Sheps, Sheldon G. 2005. Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan
Darah Tinggi. Jakarta: PT Intisari MediatamaSofyan, Andy.
2012. Hipertensi. Kudus
Triyanto, T. 2014. Pelayanan Keperawatan
Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu
World Health Organization. 2011. Noncommunicable Diseases. Geneva,
Switzerland
World Health Organization. 2013. A global
brief on Hypertension. Geneva, Switzerland