Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatuwahi wabarokaatuh,


Segalah puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT,karna atas segalah rahmat dan
hidayahnya sehingga makalah agama ini bisa terselesaikan.tak lupa sholawat serta salam kita
panjatkan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW dan keluarganya, sahabatnya,
beserta pengikutnya sampai akhir zaman amin ya robal alamin.
Berkat rahmat allah yang maha kuasa kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
merupakan salah satu tugas dari guru bidang studi akidah akhlak tentang “ Kisah Nabi
Ayub, As ”. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak sekali terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini . Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami
khususnya dan pada dunia pendidikan pada umumnya.

Cikeusal , November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................


Kata Pengantar ................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ iii
B. Rumusan Masalah ............................................................................ iii
C. Tujuan ................................................................................................ iii
BAB II PEMBAHASAN
A. Kisah nabi Ayub As ............................................................................ 1
B. Nabi Ayub sembuh dari sakit ............................................................. 3
C. Keteladanan dan kesabaran nabi ayub. As ........................................ 3
D. Pelajaran yg dapat di ambil dari cerita nabi Ayub.As ........................ 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 7
B. Saran ................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Nabi dalam bahasa Arab berasal dari kata naba. Nabi adalah seseorang laki-laki
pilihan Allah swt yang mendapatkan wahyu dari Allah swt namun tidak wajib disebarkan
kepada umatnya. Sedangkan Rasul adalah seseorang laki-laki pilihan Allah swt. Yang
mendapatkan wahyu dari Allah swt dan memiliki kewajiban untuk menyampaikannya kepada
umatnya. Mempercayai atau meyakini adanya Nabi dan Rasul merupakan salah satu Rukun
Iman, yaitu rukun Iman yang ke 4. Nabi dan rasul memiliki sifat-sifat yang menjadi tauladan
untuk umatnya. Keteladanannya patut menjadi suri tauladan bagi umatnya dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari.
Nabi Ayyub a.s. adalah seorang nabi yang sangat sabar, bahkan yang paling penting
diteladani dari kisah Nabi Ayyub a.s. adalah kesabaran dan ketakwaannya. Banyak ujian
yang datang kepadanya bertubi-tubi, tetapi tidak menggoyahkan keimanannya kepada Allah
SWT. Akan tetapi menambah rasa kecintaannya kepada Allah SWT.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kisah Nabi Ayyub a.s. dalam Al-Qur’an?
2. Apa hikmah yang dapat di ambil dari kisah Nabi Ayyub a.s.?

C. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk mengetahui kisah Nabi Ayyub a.s. dalam Al-Qur’an.
2. Untuk mengetahui hikmah yang dapat di ambil dari kisah Nabi Ayyub a.s.

iii
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kisah Nabi Ayyub A.s


Nabi Ayub as adalah putra Ishak bin Ibrahim as. Jadi Nabi Ayub as adalah salah satu
cucu Nabi Ishak, putra Nabi Ibrahim. Nabi Ayub as adalah orang yang kaya raya, hartanya
berlimpah ruah, dan ternaknya tak terbilang jumlahnya. Ia hidup makmur dan sejahtera.
Walau kaya raya, ia tetap tekun beribadah kepada Allah swt.
Nabi Zulkifli, anak Nabi Ayub a.s. Nama sebenarnya Basyar bin Ayub AS bin Amose
bin Tarekh bin Rum bin Ish bin Ish bin Ishaq AS bin Ibrahim AS, tetapi diberi gelaran
Zulkifli karena beliau seorang saja yang tampil untuk menyatakan kesanggupan
melaksanakan amanah raja di negerinya itu.

Ayyub ‘alaihis salam adalah seorang nabi yang mulia yang nasabnya sampai kepada
Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Dan kepada sebagian dari keturunannya (Ibrahim) Yaitu Dawud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf,
Musa dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat
baik.”
Sebelumnya Nabi Ayyub memiliki harta yang banyak dengan bermacam jenisnya,
seperti: hewan ternak, budak, dan tanah. Ia juga memiliki istri yang saleh dan keturunan yang
baik. Allah Subhanahu wa Ta’ala ingin mengujinya, dan Allah apabila mencintai suatu kaum,
maka Dia menguji mereka, barangsiapa yang ridha dengan ujian tersebut, maka dia
mendapatkan keridhaan-Nya dan barangsiapa yang marah terhadap ujian tersebut, maka dia
mendapatkan kemurkaan-Nya (sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi
dan Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’no. 2110).
Ayyub adalah orang yang sabar dalam menghadapi ujian tersebut, hartanya yang
banyak habis, anak-anaknya meninggal dunia, semua ternaknya binasa, dan Nabi Ayyub
‘alaihis salam sendiri menderita penyakit yang sangat berat, tidak ada satu pun dari anggota
badannya kecuali terkena penyakit selain hati dan lisannya yang ia gunakan untuk berdzikir
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dalam menghadapi musibah itu, ia tetap bersabar dan mengharap pahala, serta
berdzikir di malam dan siang, pagi dan petang.
Hari pun berlalu, namun tidaklah berlalu hari itu kecuali penderitaan Ayyub semakin
berat, dan saat penderitaan yang dialaminya semakin berat, maka kerabatnya menjauhinya,

iv
demikian pula kawan-kawannya, tinggallah istrinya yang sabar mengurusnya dan memenuhi
haknya. Istrinya terus mengurusnya, dan memenuhi keperluannya, sampai ia rela bekerja
dengan upah tidak seberapa untuk menafkahi suaminya.
Ayyub terus merasakan sakitnya, namun ia tetap sabar sambil mengharap pahala dari
Allah Subhanahu wa Ta’ala, memuji-Nya dan bersyukur kepada-Nya, sehingga jadilah
Ayyub sebagai imam dan teladan dalam kesabaran.
Abu Ya’la dan Al Bazzar meriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda :
“Sesungguhnya Nabi Allah Ayyub mendapat cobaan selama delapan belas tahun, sehingga
orang dekat dan jauhnya menjauhinya selain dua orang saudara akrabnya yang sering
menjenguk di pagi dan sore”.
Lalu salah satunya berkata kepada yang lain, “Engkau tahu, demi Allah, dia telah
melakukan dosa yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun.” Kawannya berkata, “Dosa
apa itu?” Ia menjawab, “Sudah delapan belas tahun Allah tidak merahmatinya dengan
menghilangkan cobaan itu.”
Saat keduanya menjenguknya di sore hari, maka salah satunya tidak sabar sehingga
menyampaikan masalah itu kepadanya. Ayyub berkata, “Aku tidak tahu apa yang kamu
katakan, hanya saja Allah mengetahui bahwa aku pernah melewati dua orang laki-laki yang
bertengkar, lalu keduanya menyebut nama Allah, kemudian aku pulang ke rumahku dan
membayarkan kaffarat untuk keduanya karena aku tidak suka kedua orang itu menyebut
nama Allah untuk yang tidak hak.”

Beliau juga bersabda, “Nabi Ayyub keluar jika hendak buang hajat. Apabila ia telah
selesai buang hajat, maka istrinya menuntunnya sampai ke tempat buang hajat. Suatu hari
Nabi Ayyub terlambat dari istrinya, dan diwahyukan kepada Nabi Ayyub di tempatnya,
“Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.”
Istrinya menunggunya cukup lama, dia menjumpai Ayyub sambil memperhatikannya
sedang berjalan ke arahnya, sementara Allah telah menghilangkan penyakitnya, dan Nabi
Ayyub dalam keadaan lebih tampan daripada sebelumnya. Saat istrinya melihat, istrinya
langsung berkata, “Semoga Allah memberkahimu, apakah engkau melihat Nabi Allah yang
sedang diuji ini? Demi Allah, aku tidak melihat seorang pun yang lebih mirip ketika sehat
daripada kamu?” Ayyub menjawab, “Akulah orangnya.”
Ayyub memiliki dua tumpukan gandum, yang satu untuk gandum dan yang satu lagi
untuk jewawut, lalu Allah mengirimkan dua awan. Saat salah satu dari awan itu berada di
atas tumpukan gandum, awan itu menumpahkan emas sehingga melimpah ruah, sedangkan
awan yang satu lagi menumpahkan perak ke tumpukan jewawut sehingga melimpah ruah.”
(Al Haitsamiy berkata, “Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan Al Bazzar. Para perawi Al Bazzar
adalah para perawi hadis shahih.” Hadis ini juga dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam
Ash Shahiihah, 1:25)

v
B. NABI AYYUB SEMBUH DARI SAKIT
Setelah berlalu sekian lama, yaitu delapan belas tahun seperti yang diterangkan dalam
hadis di atas, maka Nabi Ayyub memohon kepada Tuhannya agar menghilangkan derita yang
menimpanya, ia berkata,

“(Ya Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang
Maha Penyayang di antara semua Penyayang.”
Maka Allah mewahyukan kepada Ayyub agar menghentakkan kakinya ke tanah, lalu
Ayyub melakukannya, tiba-tiba memancarlah air yang sejuk, kemudian ia mandi
daripadanya, lalu Ayyub sembuh dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla. Tidak ada satu pun luka
dan penyakit yang dirasakannya kecuali sembuh seluruhnya, ia juga meminum air itu,
sehingga tidak ada satu penyakit yang ada dalam tubuhnya kecuali keluar dan dirinya
kembali sehat seperti sebelumnya sebagai orang yang rupawan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menghilangkan penyakit yang menimpa Ayyub dan
jasadnya kembali sehat, Dia juga memberikan kekayaan lagi kepadanya, mengembalikan
harta dan anaknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Dan kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipatgandakan bilangan mereka,
sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang
menyembah Allah,”

C. Keteladanan dan Kesabaran Nabi Ayyub dalam sakit


1. Pemaaf
Nabi Ayyub ditinggal istrinya pergi di saat sakit, kemudian istrinyaa kembali lagi sewaktu
Nabi Ayyub telah sembuh. Meski demikian Nabi Ayyub tidak tega jika harus melaksanakan
janjinya, yaitu memukul istrinya 100 kali. Akhirnya untukmelaksanakan janjinya itu Nabi
Ayyub hanya memukul istrinya sekali menggunakan seratus lidi. Dari kisah ini dapat kita
teladani bahwa memaafkan harus diutamakan dan kita tidak diperbolehkan untuk balas
dendam.
2. Sabar dan tabah dalam menghadapi segala cobaan.
Sakit dan ujian akan menghapus dosa. Sehingga kita butuh menahan diri untuk sabar karena
mengetahui keutamaan ini.
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
“Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan hapuskan
kesalahannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.”
3. Rajin beribadah
Penyakit tak menghalangi dari dzikir dan menjaga hati. Lihatlah Nabi Ayyub terus
menggunakan lisannya untuk berdzikir walau sedang dalam keadaan sakit.
Dari ‘Abdullah bin Busr, ia berkata,

vi
ِ ‫سو ِل ِإلَى أَع َْرابِي‬
‫َّان َجا َء‬ َّ -‫وسلم عليه هللا صلى‬- ‫سو َل يَا أ َ َحدُ ُه َما فَقَا َل‬
ُ ‫ّللاِ َر‬ َّ
ُ ‫ّللاِ َر‬
‫اس أَى‬ ِ َّ‫طا َل َم ْن « قَا َل َخيْر الن‬ َ ُ‫ع ُم ُره‬ ُ ‫» َع َملُهُ َو َح‬. ‫سو َل يَا اآلخ َُر َوقَا َل‬
ُ َ‫سن‬ ُ ‫َر‬
َّ ‫اإل ْسالَ ِم ش ََرائِ َع ِإ َّن‬
ِ‫ّللا‬ ِ ‫ت قَ ْد‬ َّ َ‫َّث ِبأ َ ْمر فَ ُم ْرنِى َعل‬
ْ ‫ى َكث ُ َر‬ ُ ‫شب‬َ َ ‫ ِب ِه أَت‬. ‫َيزَ ا ُل لَ « فَقَا َل‬
‫سانُ َك‬
َ ‫طبا ِل‬ ْ ‫ّللاِ ِذ ْك ِر ِم ْن َر‬
َّ ‫» َو َج َّل َع َّز‬
“Ada dua orang Arab (badui) mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas
salah satu dari mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, manusia bagaimanakah yang baik?”
“Yang panjang umurnya dan baik amalannya,” jawab beliau. Salah satunya lagi bertanya,
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya syari’at Islam amat banyak. Perintahkanlah padaku suatu
amalan yang bisa kubergantung padanya.” “Hendaklah lisanmu selalu basah untuk berdzikir
pada Allah,” jawab beliau.

 Tidak Henti berdo’a walaupun sedang di berikan ujian

Lepasnya musibah dengan doa. Itulah yang terjadi pada Nabi Ayyub, ia memohon pada
Allah untuk diangkat musibah yang menimpa dirinya,
“(Ya Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Rabb Yang
Maha Penyayang di antara semua penyayang.”

Dalam surat Shaad disebutkan,


“Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.”
5. Ikhlas dalam menghadapai ujian Nabi Ayyub adalah orang penyabar, ia bersabar
ikhlas karena Allah. Beliau juga adalah hamba yang baik dalam hal ‘ubudiyah’
(peribadahan). Ini terlihat dari keadaan beliau ketika lapang dan ketika berada dalam keadaan
susah. Beliau juga adalah orang yang benar-benar kembali pada Allah, beliau pasrahkan
urusan dunia dan akhiratnya, beliau juga adalah orang yang rajin berdzikir dan berdoa, serta
punya rasa cinta yang besar pada Allah. (Tafsir As-Sa’di, hlm. 757)
Karenanya Allah memuji Nabi Ayyub ‘alaihis salam,

“Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba.
Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-nya).”
2.5 Hikmah Yang Terkandung dari Kisah Nabi Ayyub A.s
1. Nabi Ayyub A.S. adalah hamba Allah yang sangat penyabar, sehingga ujian apa saja
yang menimpa dirinya diterima dengan sabar.
2. Penyakit Nabi Ayyub adalah bukan penyakit menular, tetapi penyakit kulit, sehingga
rupa Nabi Ayyub kelihatan telah tua. Nabi Ayyub tidak pernah mengeluh diwaktu sakitnya.
Ibadah kepada Allah tidak pernah tertinggal dan lalai, semua dikerjakan menurut
kemampuannya.
3. Istri Nabi Ayyub A.S. adalah seorang wanita yang sholehah dan setia kepada suaminya.
4. Kesabaran dan kesalehan hendaklah menjadi contoh bagi umat manusia.

vii
E. Pelajaran yang dapat diambi dari cerita Nabi Ayyub AS

1. Beratnya ujian Allah SWT bagi Nabi Ayyub ‘alaihi salam. Semua ujian itu tidak
menambahkannya kecuali kesabaran, harapan pahala dari Allah SWT, pujian dan rasa syukur
kepada –Nya, sehingga Nabi Ayyub adalah sebagai contoh dalam kesabaran, dia sebagai
contoh dalam menghadapi berbagai penyakit. Al-Suddy berkata, “Semua kulit luar sudah
berjatuhan sehingga tidak ada yang tersisa kecuali tulang dan urat. Diriwayatkan oleh Abu
Ya’la di dalam kitab musnadnya dari Anas bin Malik bahwa Nabi Muhammad SAW
bersabda, “Sesungguhnya Nabi Allah, Ayyub bertahan dengan penuh kesabaran menghadapi
berbagai penyakit dalam waktu delapan belas tahun, dia ditolak oleh kerabat dekat dan jauh
kecuali dua lelaki dari saudaranya, keduanya selalu datang kepadanya baik pada waktu pagi
atau sore.
2. Dikatakan: Wahai orang yang sedang diuji, wahai orang yang sedang diuji pada harta,
anak-anak dan diri kalian, bersabarlah dan kejarlah pahala dari Allah SWT, sesungguhnya
Dia pasti akan mengganti. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurang, berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar،
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa
innaa ilaihi raaji`uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat
dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Ibnu Katsir berkata, “Ini adalah peringatan bagi mereka yang diuji pada jasadnya,
hartanya dan anak-anaknya, dia memiliki tauladan pada Nabi Ayyub A.s , di mana Allah
SWT telah mengujinya dengan penderitaan yang lebih besar namun dia tetap bersabar dan
mengharap pahala dari Allah SWT sehingga Dia memberikan kelapangan baginya”.
3. Bahwa orang yang ditimpa suatu musibah lalu dia mengharap pahala dari Allah SWT
dan istrija’ (mengucapkan: Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun) maka Allah SWT akan
menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang telah terlewatkan, sama
seperti apa yang telah dialami oleh Ayyub alaihis salam.

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Ummu Salamah bahwa
Nabi Muhammad SAW berkata kepadaku, “Tidaklah seorang muslim ditimpa oleh suatu
musibah lalu dia mengucapkan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah, yaitu membaca:
(Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun Allahumma Ajirni fi mushibati wakhluf li kahairan
minha). Sesungguhnya kita adalah milik Allah SWT dan kepada Allah-lah kita akan kembali,
ya Allah berikanlah bagiku balasan kebaikan atas musibah yang menimpaku dan berikanlah
balasan yang baik bagiku”.
Barangsiapa yang membaca do’a di atas maka Allah SWT akan menggantikan
baginya dengan sesuatu yang lebih baik darinya.
4. Di dalam kisah ini terdapat risalah bagi para istri yang beriman bahwa mereka harus
bersabar menghadapi suami-suami mereka yang menderita sakit atau kemiskinan atau cobaan

viii
lainnya, lihatlah istri Ayyub A.s sebagai contoh, dia sungguh sabar dan mengharap pahala
dari Allah SWT sehingga Allah SWT menghilangkan segala cobaan yang menimpa
suaminya. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam musnadnya dari Anas bin Malik
bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidak diperbolehkan seseorang manusia untuk
bersujud kepada manusia yang lain, dan seandainya diperbolehkan seseorang bersujud
kepada manusia yang lain maka sungguh aku akan memerintahkan wanita untuk bersujud
kepada suaminya karena keagungan hak suami atas dirinya, demi yang jiwaku berada di
tangan –Nya seandainya dari ujung kaki sang suami terdapat luka yang memancarkan nanah
dan darah kemudian dia meminumnya sungguh hal itu belum memenuhi hak sang suami”.
5.
Sesungguhnya Allah SWT manjadikan bagi hamba –Nya yang bertaqwa. Sesungguhnya Nabi
Ayyub bersumpah untuk memukul istrinya dengan seratus cambukan, Ibnu Katsir berkata,
“Pada saat Allah SWT telah menyembuhkan dirinya, maka dia diperbolehkan untuk
mengambil sekumpulan kayu, yaitu kumpulan tangkai kurma lalu dia memukulnya dengan
satu pukulan, dan hal itu sebagai ganti dari seratus pukulan serta dengannya dia telah
memenuhi sumpah dan tidak melanggarnya. Maka ini adalah salah satu bentuk kelapangan
dan jalan keluar yang diberikan oleh Allah SWT bagi orang yang bertaqwa kepada –Nya dan
mentaati –Nya. Apalagi terhadap istrinya yang begitu sabar dan mengharap pahala dari
Allah SWT, jujur dan berbuat baik serta dewasa. Oleh karena itulah Allah SWT mengakhiri
penderitaan ini dan menyebutkan sebabnya dengan firmanNya:
“Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba.
Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya).

ix
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Nabi Ayyub a.s adalah Nabi yang diuji oleh Allah SWT dengan kehilangan harta,
keluarga, serta penyakit yang menimpa tubuhnya.
Masa penderitaan yang dialami Nabi Ayyub a.s ada riwayat yang mengatakan masa
penderitaannya selama 18 tahun sesuai yang ditulis oleh Syekh Nawawi. Al-Qatadah
meriwayatkan bahwa lama masa sakitnya itu selama 7 tahun beberapa bulan, sedangkan
menurut Wahb ibn Munabbih dalam riwayat yang lain hanya selama 3 tahun saja, tidak
kurang dan tidak lebih.
Hikmah yang dapat kita ambil dari Kisah Nabi Ayyub a.s. adalah Nabi Ayyub a.s.
adalah hamba yang amat sabar dan takwa kepada Allah SWT, tidak pernah mengeluh kepada
Allah SWT mengenai penyakitnya, ia juga mengajarkan kepada kita bahwa kita tidak boleh
sombong dengan harta kekayaan yang kita miliki, karena sebenarnya kekayaan itu adalah
ujian dari Allah SWT, ia juga mengajarkan kepada kita bahwa penyakit tidak menghalangi
kita untuk tetap beribadah kepada Allah SWT, serta musibah yang menimpa kita masih
sangat sedikit dari nikmat yang telah Allah SWT berikan kepada kita.

B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan, maka dari
itu kami membutuhkan berbagai masukan-masukan ataupun saran yang bersifat konskruktif
untuk memperbaiki pembuatan makalah selanjutnya.

x
DAFTAR PUSTAKA

Ar-Rifa’I, Muhammad Nasib. Kemudahan dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta :
Gema Insani Press. 2000.
Badruzzaman, Ahmad Dimyati. Kisah-Kisah Israiliyyat dalam Tafsir Munir. Bandung : Sinar
Baru Algensindo. 2010.
Muhajir. Sejarah 25 Nabi dan Rasul. Jakarta : S.A. Alaydrus. 1988.
Muhyan, Mujahidin. Israiliyyat & Hadits-Hadits Palsu Tafsir Al-Qur’an. Depok : Keira
Publishing,. 2014.
Muhajir, Sejarah 25 Nabi dan Rasul, (Jakarta : S.A. Alaydrus, 1988), hlm. 67 Ahmad
Dimyati Badruzzaman, Kisah-Kisah Israiliyyat dalam Tafsir Munir, (Bandung : Sinar Baru
Algensindo, 2010), hlm. 75-76 Mujahidin Muhyan, Israiliyyat & Hadits-Hadits Palsu Tafsir
Al-Quran, (Depok : Keira Publishing, 2014), hlm. 388-395

xi

Anda mungkin juga menyukai