Makalah Kelompok 2 Fiqih
Makalah Kelompok 2 Fiqih
Oleh :
Hasan Basri Buano (019151037)
Annisa Aulia (019151005)
Annisa Oktavia Eka .A. (019151006)
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani
dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-
Nya. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa
ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Akhir kata, penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari
kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki
karya-karya kami di waktu-waktu mendatang.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan penulisan ....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 2
A. Syarat-syarat shalat ................................................................................... 2
1. Syarat-syarat shalat ............................................................................. 2
2. Syarat-syarat sahnya shalat ................................................................. 4
3. Hal-hal yang membatalkan shalat ....................................................... 9
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 10
A. Kesimpulan ............................................................................................... 10
B. Saran .......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Syarat-syarat Shalat
Syarat secara etimologis adalah tanda.1 Adapun secara
terminologis, syarat adalah apa-apa yang jika tidak ada mengharuskan
ketidakadaan dan keberadaannya tidak mengharuskan keberadaan atau
ketiadaannya sendiri. Syarat shalat adalah sesuatu yang yang jika mampu
dilaksanakan tergantung kepadanya keabsahan shalat2.
Shalat memiliki syarat-syarat yang tidak akan menjadi sah, kecuali
dengan syarat-syarat tersebut. Seseorang yang melakukan shalat tanpa
memenuhi syarat-syaratnya shalat, maka shalatnya tidak diterima3. Jika
tidak ada atau tidak ada sebagiannya, maka shalatnya tidak sah4.
1. Syarat-syarat wajibnya shalat
a. Muslim5. Jadi, shalat tidak diwajibkan kepada orang kafir, karena
di dahulukannya dua kalimat syahadat adalah syarat dalam
perintah shalat, berdasarkan dalil-dalil berikut: hadits yang
diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a, bahwa Rasulullah SAW
bersabda:
1 Ibid,
2 Saleh al-Fauzan, Fiqh Sehari-hari, penerjemah: Abdul Hayyie al-Kattani, dkk,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2005), cet. ke-1, hal. 65.
3 Ahmad Mudjab Mahalli, Hadis-hadis Ahkam (Riwayat Asy-Syafi’i: Thaharah dan
Shalat), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet. ke-1, hal. 152.
4 Syekh Syamsuddin Abu Abdillah, Terjemahan Fathur Qarib (Pengantar Fiqih Imam
Syafi’i, (Surabaya : Mutiara Ilmu, 2010), cet. ke-1, hal.67.
5 Abu Bakr Jabir al-Jazairi, Ensiklopedi Muslim (Minhajul Muslim), (Jakarta : PT. Darul
Falah, 2000), cet. ke-1, hal. 301-302.
Artinya :“Abdullah putra Umar ibnu Khaththab r.a. berkata,
“bahwa Rasulullah SAW bersabda: aku diperintahkan untuk
memerangi manusia sehingga mereka bersyahadat bahwa tiada
Tuhan melainkan Allah, dan bahwa Muhammad itu Rasul Allah,
dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Apabila mereka
telah melakukan itu, maka berarti mereka telah memelihara jiwa
dan harta mereka dariku, selain dikarenakan hak Islam, sedang
hisab mereka terserah kepada Allah”. (HR. Bukhari dan
Muslim).6
b. Berakal. Jadi, shalat tidak diwajibkan kepada orang gila karena
Rasulullah SAW bersabda,
ثَلثة ع ْن ْالقل ُم ُرفِع: يسْت ْي ِقظ حتَّى النَّائِ ِم ع ِن، صبِي ِ وع ِن
َّ مِِيحْ تل حتَّى ال،
ي ْع ِقل حتَّى ْالمجْ نُ ْو ِن وع ِن
Artinya: “Pena diangkat dari tiga orang: dari orang tidur hingga
ia bangun, dari anak kecil hingga ia bermimpi, dan dari orang
gila hingga ia berakal.” (Diriwayatkan Abu Dawud dan al Hakim
yang men-shahih-kannya)7.
c. Baligh. Jadi, shalat tidak di wajibkan kepada anak kecil hingga ia
baligh,8 karena Rasulullah SAW sebagaimana sabdanya:
16 Ibid,
17 Muhammad Nashiruddin al Albani, op.cit., hal. 23.
18 Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, op.cit., hal. 26.
19 Departemen Agama R.I, op.cit., hal. 575.
d. Menutup aurat. Aurat ditutup dengan sesuatu yang dapat menghalangi
terlihatnya warna kulit. Aurat laki-laki antara pusat sampai lutut,
sedangkan aurat perempuan seluruh badannya kecuali muka dan dua
tapak tangan.20
Firman Allah SWT:
ۚ ۞ يَا بَنِي آدَ َم ُخذُوا ِزينَت َ ُك ْم ِع ْندَ ُك ِل َمس ِْج ٍد َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َو ََل تُس ِْرفُوا
َإِنَّهُ ََل ي ُِحبُّ ْال ُمس ِْرفِين
Artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-
lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang
berlebih-lebihan.”. (Al-A’raf: 31).21
Yang dimaksud dengan “pakaian” dalam ayat ini ialah pakaian
untuk shalat. Jadi, tidak sah shalatnya orang yang terbuka auratnya,
sebab hiasan dalam pakaian ialah pakaian yang menutupi aurat.
Rasulullah SAW pernah ditanya tentang shalatnya wanita dengan
menggunakan baju besi dan kerudung tanpa kain luar, maka beliau
bersabda, “jika baju besi menutupi bagian luar kedua telapak kakinya,
maka boleh”.
e. Menghadap kiblat (ka’bah), sebab shalat tidak sah tanpa menghadap
kiblat.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surah al-Baqarah
ayat 144.
ْ ضاهَا ۚ فَ َو ِل َوجْ َهكَ ش
َط َر َ اء ۖ فَلَنُ َو ِليَنَّكَ قِ ْبلَةً ت َْر
ِ س َم
َّ ب َوجْ ِهكَ فِي ال َ ُّقَ ْد ن ََر ٰى تَقَل
َ َط َرهُ ۗ َوإِ َّن الَّذِينَ أ ُوتُوا ْال ِكت
َاب ْ ْث َما ُك ْنت ُ ْم فَ َولُّوا ُو ُجو َه ُك ْم ش ُ ْال َمس ِْج ِد ْال َح َر ِام ۚ َو َحي
َع َّما يَ ْع َملُون َّ لَيَ ْعلَ ُمونَ أَنَّهُ ْال َح ُّق ِم ْن َربِ ِه ْم ۗ َو َما
َ َّللاُ بِغَافِ ٍل
Artinya: “Sungguh kami (sering) melihat mukamu menengadah ke
langit maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang
kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan
22
Dapartemen Agama R. I, op.cit., hal. 22
Sebab, niatnya telah merusak meskipun dia belum melakukan hal-hal
yang membatalkan shalat
m. Terdapat air bagi orang yang shalatnya dengan tayammum Seseorang
yang bertayammum sebelum shalat, lalu saat shalat tiba-tiba terdapat
air yang bisa dijangkaunya dan cukup untuk digunakan berwudhu
maka shalatnya batal, dia harus berwudhu saat itu dan mengulangi lagi
shalatnya
n. Mengucapkan salam secara sengaja Bila seseorang mengucapkan
salam secara sengaja dan sadar, shalatnya menjadi batal. Dasarnya
aalah hadist Nabi saw. yang menyatakan bahwa salam adalah hal yang
mengakhiri shalat. Kecuali lafal salam dalam bacaan shalat, seperti
dalam bacaan tahiya
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Shalat adalah rukun islam yang kedua dan ia merupakan rukun yang
sangat ditekankan . shalat merupakan pokok semua macam-macam ibadah
badaniah. Shalat memiliki syatat-syarat yang tidak akan menjadi sah, kecuali
dengan syarat-syarat tersebut. Seseorang yang melakukan shalat tanpa
memenuhi syarat-syaratnya shalat, maka shalatnya tidak sah.
a. Syarat-syarat wajib shalat
1) Muslim. Jadi, shalat tidak diwajibkan kepada yang kafir, karena di
dahulukannya dua kalimat syahadat adalah syarat dalam perintah
shalat.
2) Berakal. Sholat juga tidak diwajibkan kepada orang gila
3) Baligh. Jadi, shalat tidak akan diwajibkan kepada anak kecil hingga ia
baligh.
b. Syarat-syarat sah shalat
1) Waktunya telah tiba.
2) Suci dari hadas besar dan hadas kecil.
3) Suci badan, pakaian dan tempat dan najis.
4) Menutup aurat.
5) Menghadap kiblat.
2. Saran
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Karena itu kritik dan saran yang membangun dari dosen maupun
teman-teman yang membaca makalah ini sangat diharapkan oleh penulis untuk
pebaikan judul makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat berguna bagi
pembaca maupun penulis sendiri.
Apabila dalam penulisan makalah ini terdapat salah kata yang
menyinggung di hati pembaca, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Azzam, abdul aziz muhammad dan abdul wahhab sayyed hawwas, fiqih
ibadah, terj. Kamran as’at irsyady, dkk., jakarta: amzah, 2010.
Basri, muh. Mu’inudinillah, panduan shalat lengkap, solo: indiva media kreasi,
2008.