Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan perkembangan zaman, semakin banyak orang
berpendidikan yang mengalami pengangguran. Hal ini disebabkan oleh
semakin banyaknya sumber daya manusia dan semakin sedikit lapangan
pekerjaan. Sebagai kaum milenial, sudah seharusnya dapat mengatasi
masalah tersebut. Salah satunya yakni dengan berwirausaha. Dalam
berwirausaha pasti akan memunculkan sebuah produk baru atau membuat
sebuah bisnis baru. Kebanyakan orang ketika memulai bisnis atau
memunculkan produk baru langsung saja dirilis tanpa memikirkan hal-hal
yang seharusnya dilakukan sebelum memulai suatu usaha. Banyak orang
yang tidak tau bahwa ketika ingin memulai bisnis baru ataupun mengeluarkan
sebuah produk baru harus dilakukan studi kelayakan.
Studi kelayakan merupakan proses yang menentukan apakah ide bisnis
dapat menjadi bisnis yang sukses kedepannya. Studi Kelayakan mempunyai
arti penting bagi perkembangan dunia usaha. Beberapa proyek gagal di
tengah jalan, bisnis yang berhenti beroperasi, dan kredit yang macet di dunia
perbankan, serta kegagalan investasi lainnya merupakan bagian dari tidak
diterapkannya studi kelayakan secara konsisten. Studi kelayakan yang
diterapkan secara benar akan menghasilkan laporan yang komprehensif
tentang kelayakan proyek/bisnis yang akan didirikan/dikembangkan/didanai
dan kemungkinan-kemungkinan resiko yang akan dihadapi/terjadi. Tingkat
kerumitan, kedalaman dan kompleksitas studi kelayakan bergantung pada
objek kajian itu sendiri. Dalam pelaksanaannya, bentuk studi kelayakan
disesuaikan dengan tujuan dan kepentingan untuk apa studi kelayakan dibuat.
Studi kelayakan sangat diperlukan oleh banyak kalangan, khususnya
terutama bagi para investor yang selaku pemrakarsa, bank selaku pemberi
kredit, dan pemerintah yang memberikan fasilitas tata peraturan hukum dan
perundang-undangan, yang tentunya kepentingan semuanya itu berbeda satu
sama lainya. Investor berkepentingan dalam rangka untuk mengetahui tingkat

1
keuntungan dari investasi, bank berkepentingan untuk mengetahui tingkat
keamanan kredit yang diberikan dan kelancaran pengembaliannya,
pemerintah lebih menitik-beratkan manfaat dari investasi tersebut secara
makro baik bagi perekonomian, pemerataan kesempatan kerja, dll.
Mengingat bahwa kondisi yang akan datang dipenuhi dengan
ketidakpastian, maka diperlukan pertimbangan-pertimbangan tertentu karena
di dalam studi kelayakan terdapat berbagai aspek yang harus dikaji dan
diteliti kelayakannya sehingga hasil daripada studi tersebut digunakan untuk
memutuskan apakah sebaiknya proyek atau bisnis layak dikerjakan atau
ditunda atau bahkan dibatalkan. Hal tersebut di atas adalah menunjukan
bahwa dalam studi kelayakan akan melibatkan banyak tim dari berbagai ahli
yang sesuai dengan bidang atau aspek masing-masing seperti ekonom,
hukum, psikolog, akuntan, perekayasa teknologi dan lain sebagainya. Oleh
karena itu penulis akan mengkaji lebih dalam melalui makalah yang berjudul
“Studi Kelayakan”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ide Usaha ?
2. Apa pengertian studi kelayakan ?
3. Bagaimanakah resiko usaha dan kendala yang dihadapi ?
4. Bagaimana cara membangun budaya entrepreneurial ?
5. Apa saja keterampilan yang dibutuhkan dalam berwirausaha ?
6. Bagaimana penerapan studi kelayakan pada lembaga pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian ide usaha.
2. Untuk mengetahui pengertian studi kelayakan.
3. Untuk mengetahui resiko usaha dan kendala yang dihadapi.
4. Untuk mengetahui membangun budaya entrepreneurial.
5. Untuk mengetahui keterampilan kewirausahaan.
6. Untuk mengetahui penerapan studi kelayakan pada lembaga pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ide Usaha
Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI), ide/gagasan adalah
rancangan yang tersusun di pikiran. Ide/gagasan sama dengan cita-cita.
Sedangkan usaha adalah kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau
badan untuk mencapai suatu maksud; setiap aktivitas yang dilakukan manusia
untuk mendapatkan apa yang diinginkan.1 Dalam dunia ekonomi, usaha sering
kali diartikan sebagai upaya yang dilakukan untuk bisa mendapatkan
keuntungan.
Ide usaha adalah respon seseorang, banyak orang, atau suatu organisasi
untuk memcahkan masalah yang teridentifikasi atau untuk memenuhi
kebutuhan disuatu lingkungan (pasar, masyarakat). ide usaha dapat juga
diartikan sebagai gagasan atau pemikiran yang baru dalam mencipatakan suatu
produk / jasa yang berpotensi sumber keuntungan dan memiliki peluang yang
besar. Mencari sebuah ide bisnis yang bagus adalah langkah awal untuk
mengubah keinginan dan kreatifitas pengusaha menjadi peluang usaha/bisnis.
Terkadang sangat sulit menemukan jenis bisnis yang paling cocok
untuk dikerjakan. Ide bisnis bisa datang dari mana saja dan kapan saja
datangnya, namun diperlukan kerja nyata kita untuk mencarinya. Jika Anda
ingin memulai bisnis namun masih bingun harus memulai usaha apa, berikut
ini ide bisnis yang mungkin bisa membantu:

1. Kebutuhan dan Permintaan Pasar. Kejelian seseorang melihat kebutuhan


dan permintaan pasar merupakan peluang untuk memulai bisnis. Ide bisnis
berdasarkan kebutuhan dan permintaan pasar akan menjadikan usaha
tersebut dibutuhkan oleh konsumen sehingga produk yang dihasilkan akan
dengan mudah dijual dan menjadikan bisnis berjalan selama ada
kebutuhan dan permintaan pasar.

1
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dan kementrian pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia. Kamus Besar bahasa Indonesia Edisi Kelima.

3
2. Keahlian dan keterampilan. Sedikit sekali orang yang memiliki keahlian,
oleh karenanya ide bisnis yang bersumber dari keahlian jika dilaksanakan
akan mengantarkan seseorang berbeda dari yang lain. Ini sangat
menguntungkan sekali dalam menjalankan bisnis yang hanya orang
tertentu saja yang bisa menjalankannya dengan kata lain saingannya
sedikit sekali. Demikian juga dengan bisnis yang didasarkan pada
keterampilan. Keterampilan yang sudah dimiliki dan dikembangkan dalam
waktu cukup lama dapat dijadikan pelung usaha/bisnis.
3. Hobi/minat. Sumber ide bisnis berdasarkan hobi akan menjadikan
sesorang bersemangat dalam melakukan bisnis. Bisnis yang didasarkan
pada hobi akan menjadikan seseorang betah pada bisnis tersebut yang
menjadikan seseorang fokus pada bisnis yang dijalankan. Minat atau hobi
cukup efektif untuk membangun keyakinan dan motivasi kuat untuk
mandiri. Orang tidak merasa terbebani bila melakukan kegiatan yang ia
sukai, terutama yang berkaitan dengan minat dan hobi.
4. Kreativitas. Kreativitas seseorang dalam menciptakan produk yang unik
dan bermanfaat bagi orang banyak merupakan sember ide bisnis. Dengan
kreativitas produk yang dihasilkan akan memiliki daya tarik tersendiri bagi
kebanyakan konsumen.
5. Jaringan dan relasi. Bersilaturahmi merupakan kunci akan datangnya
rejeki berupa relasi yang akan membentuk jaringan. Ide bisnis berdasarkan
jaringan dan relasi ini memiliki keuntungan adanya tingkat kepercayayaan
yang baik. Semakin luas jaringan dan relasi, maka akan semakin besar
kesempatan kita untuk menawarkan barang atau jasa yang kita miliki.
6. Pencarian ide dengan penuh pertimbangan. Sebuah ide awal dapat muncul
dari percobaan yang dilakukan oleh wirausaha untuk menemukan ide baru.
Usaha pencarian yang sedemikian rupa dapat berguna karena hal tersebut
merangsang kesiapan pikiran, contoh wirausaha yang berpikir serius
mengenai ide bisnis baru akan lebih dapat menerima ide baru dari berbagai
sumber.

4
B. Pengertian Studi Kelayakan
Studi kelayakan bisnis sangat diperlukan oleh banyak kalangan,
terutama bagi para investor yang selaku pemrakarsa, bank selaku pemberi
kredit, dan pemerintah yang memberikan fasilitas tata peraturan hukum dan
perundang-undangan, yang tentunya kepentingan semuanya itu berbeda satu
sama lainya. Investor berkepentingan dalam rangka untuk mengetahui tingkat
keuntungan dari investasi, bank berkepentingan untuk mengetahui tingkat
keamanan kredit yang diberikan dan kelancaran pengembaliannya,
pemerintah lebih menitikberatkan manfaat dari investasi tersebut secara
makro baik bagi perekonomian, pemerataan kesempatan kerja, dll.2
Menurut Kasmir dan Jakfar (2012) studi kelayakan bisnis adalah suatu
kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau
usaha yang akan dijalankan, untuk menentukan layak atau tidaknya suatu
bisnis dijalankan.3
Menurut Umar (2005) studi kelayakan bisnis merupakan penelitian
terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak
bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka
pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan,
misalnya rencana peluncuran produk baru.4
Dari beberapa pendapat dari tokoh, dapat disimpulkan bahwasannya
studi kelayakan usaha atau bisnis adalah penelitihan yang menyangkut
berbagai aspek baik itu dari aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek
pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi sampai dengan aspek
manajemen dan keuangannya, dimana itu semua digunakan untuk dasar
penelitian studi kelayakan dan hasilnya digunakan untuk mengambil
keputusan apakah suatu proyek atau bisnis dapat dikerjakan atau ditunda dan

2
Lilis Sulastri, Studi Kelayakan Bisnis Untuk Wirausaha (Yogayakarta: LGM – LaGood’s
Publishing, 2016), 6.
3
Santi Nurjanah, “Studi Kelayakan Pengembangan Bisnis Pada PT Dagang Jaya Jakarta”, The
Winners, 14 (Maret, 2013), 21.
4
Ibid

5
bahkan ditidak dijalankan. Berikut ini aspek-aspek yang harus diteliti dalam
suatu studi kelayakan bisnis adalah sebagai berikut:
1. Aspek hukum
Menyangkut semua legalitas rencana bisnis yang akan kita laksanakan
yang meliputi ketentuan hukum yang berlaku diantaranya :
a. Izin lokasi
b. Akte pendirian perusahaan dari notaris setempat PT/CV atau berbentuk
badan hukum lainnya.
c. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
d. Surat tanda daftar perusahaan
e. Surat izin tempat usaha dari pemda setempat
f. Surat tanda rekanan dari pemda setempat5
2. Aspek sosial ekonomi dan budaya menyangkut dampak yang diberikan
kepada masyarakat sekitar karena adanya suatu kegiatan usaha tersebut,
diantaranya:
a. Dari sisi budaya, apa dampak keberadaan bisnis kita terhadap
kehidupan masyarakat, kebiasaan adat setempat, dan lain-lain.
b. Dari sudut ekonomi, seperti seberapa besar tingkat pendapatan per
kapita penduduk, apakah proyek dapat mengubah atau justru6
3. Aspek pasar dan pemasaran, dalam sebuah studi kelayakan bisnis aspek
pasar dan pemasaran merupakan salah satu aspek yang paling penting,
karena aspek pasar dan pemasaran menentukan hidup atau tidaknya
sebuah perusahaan di dalam industri. Menurut Thamrin dan Tantri (2012)
pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang
untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan
jasa baik kepada konsumen saat ini maupun konsumen potensial.7

5
Lilis Sulastri, Studi Kelayakan Bisnis Untuk Wirausaha (Yogayakarta: LGM – LaGood’s
Publishing, 2016), 8.
6
Ibid
7
Santi Nurjanah, “Studi Kelayakan Pengembangan Bisnis Pada PT Dagang Jaya Jakarta”, The
Winners, 14 (Maret, 2013), 22.

6
4. Aspek manajemen dan sumber daya manusia, dalam menganalisis studi
kelayakan bisnis aspek manajemen dan SDM penting dianalisis karena
dalam menjalankan sebuah organisasi, manajemen satu dengan yang
lainnya memiliki keterkaitan pekerjaan. Suatu organisasi selalu
diibaratkan dengan sebuah tubuh, apabila akan melakukan sebuah
perubahaan namun sebagian dari organ tubuh tidak siap untuk menerima
perubahan tersebut maka perubahan yang telah direncanakan tidak akan
dapat dijalankan.8
5. Aspek teknis dan operasional, langkah selanjutnya dalam penentuan
kelayakan suatu rencana bisnis adalah menganalisis aspek teknis dan
teknologi. Evaluasi aspek teknis ini mempelajari kebutuhan-kebutuhan
teknis bisnis, seperti penentuan kapasitas produksi, jenis teknologi yang
dipakai, pemakaian peralatan dan mesin, lokasi bisnis dan letak
perusahaan yang paling menguntungkan. Lalu dari kesimpulannya dapat
dibuat rencana jumlah biaya pengadaan harta tetapnya.9
6. Aspek AMDAL (Analisa Dampak Lingkungan Hidup). Pertumbuhan dan
pekembangan perusahaan berpengaruh terhadap lingkungan sekitar
apakah membawa dampak negatif atau positif terhadap masyarakat
sekitar atau sebaliknya apakah masyarakat sekitar membawa dampak
positif atau negative terhadap perusahaan. Analisia yang dilakukan
terhadap aspek ini bermanfaat untuk mengindentifikasi kelayakan bisnis
yang dijalankan sesuai dengan standar lingkungan hidup yang ada.10
7. Aspek hukum, berdasarkan pendapat Husnan dan Suwarsono (2007)
aspek hukum dalam studi kelayakan menganalisis tentang: (1) Bentuk
badan usaha yang akan dipergunakan. (2) Jaminan-jaminan yang bisa
disediakan kalau akan menggunakan sumber dana berupa pinjaman.
Berbagai akta, sertifikat, izin yang diperlukan dan sebagainya.11

8
Ibid
9
Ibid
10
Ibid
11
Ibid., 23

7
8. Aspek keuangan, Kismono (2011) menyatakan ada tiga keputusan
penting dalam manajemen keuangan sebuah perusahaan, yaitu: (1)
Memperoleh dana (keputusan pendanaan). (2) Penggunaan dana
(keputusan investasi). (3) Pembagian laba (kebijakan dividen).12

C. Resiko Usaha dan kendala yang dihadapi


Pengertian resiko usaha adalah kemungkinan buruk seperti kendala,
kegagalan, hambatan, kerugian yang mungkin timbul dimasa depan akibat dari
upaya untuk menjalankan usaha yang dilakukan saat ini. Meskipun seorang
pembisnis harus berani untuk mengambil resiko bukan berarti bahwa
pembisnis tetap harus mengukur dan mempertimbangkan dengan matang.
Dengan pertimbangan yang matang maka pembisnis akan lebih siap ketika
resiko tersebut timbul menjadi kenyataan.
Oleh sebab itu sebelum anda menjalankan bisnis sebaiknya lakukan riset
dan analisa usaha agar resiko dapat terukur, berdasarkan kontrolnya resiko
usaha dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu :
a. Resiko usaha yang dapat dikendalikan
Kategori resiko usaha ini merupakan resiko yang sudah dapat di prediksi
dari awal. Sebagai contoh, usaha yang baru mulai namun penjualan masih
jauh dari target. Hal ini tentunya membuat usaha tersebut tidak
mendatangkan keuntungan dan pengembalian modal. Namun resiko usaha
ini masih dapat di kendalikan oleh pebisnis dalam beberapa waktu.
Pebisnis akan mempelajari penyebab produk mereka tidak laku kemudian
memperbaikinya jika produk baru tersebut masih belum mengalami
perbaikan penjualan maka pebisnis dapat menghentikan memasarkan
produk tersebut dan mengganti dengan produk lainnya.
b. Resiko usaha yang tidak dapat dikendalikan
Kategori resiko usaha ini berbeda dengan resiko yang dapat dikendalikan
dan masih dapat dicarikan solusi. Jenis resiko yang tidak dapat
dikendalikan oleh pebisnis seperti penipuan, kebakaran, pencuian, dll.

12
Ibid

8
Kejadian-kejadian tidak terprediksi tersebut merupakan resiko yang tidak
terprediksi dan di duga sebelumnya.

Contoh resiko – resiko usaha yang kerap dihadapi oleh pebisnis atau
pengusaha

1. Persaingan atau kompetisi


Persaingan atau kompetisi merupakan resiko yang harus dihadapi oleh
setiap pengusaha. Hal ini disebabkan oleh semakin sebuah bisnis secara
otomatis akan bermunculan pesaing usaha yang sejenis. Timbulnya
persaingan ini terkadang menimbulkan resiko tinggi akibat terjadinya
persaingan tidak sehat, persaingan yang tidak sehat ini dapat menyebabkan
kerugian bagi para pelaku bisnis
2. Kehilangan kepercayaan konsumen
Hal paling penting dalam menjalankan usaha adalah menjaga kepercayaan
konsumen. Kehilangan kepercayaan konsumen dapat disebabkan oleh
berbagai hal seperti kualitas produk yang buruk, kesalahan pemberian
harga. Beberapa kesalahan ini dapat memberikan dampak negatif sehingga
anda akan di tinggalkan oleh konsumen.
3. Resiko finansial
Ketiak memulai bisnis maka harus siap dengan penghasilan yang tidak
tetap. Hal ini dikarenakan dalam menjalankan bisnis tidak selamanya
mendapatkan keuntungan dalam jumlah yang besar. Tentunya hal ini akan
menjadi kendala sehingga harus mempersiapakan mental dan
mempersiapkan solusi sehingga tidak berdampak buruk bagi usaha yang
sedang di jalani

Kendala-kendala yang sering di alami oleh pengusaha atau pebisnis

1. Sulit untuk mendapatkan modal


Menjalankan suatu usaha bisnis tidak harus melulu membutuhkan modal.
Bisnis dropshipperan juga bisa dikatakan tanpa memerlukan modal,
seorang hanya perlu skill menjual. Namun bagaimanapun sebagai pemula

9
yang baru akan menjalankan bisnis harus mengeluarkan modal untuk
menjalankan bisnis tujuannya agar ada semangat untuk mengejar profit,
tidak mungkin seorang pengusaha tidak membutuhkan profit, untuk itu
sebelum berwirausaha harus menyiapkan modal terlebih dahulu.
2. Ikut-ikutan dan akhirnya tidak fokus
Kebanyakan kasus “ikut-ikutan” ini adalah terjadi pada mahasiswa yang
masih mempunyai jiwa-jiwa semangat untuk berbisnis. Dan pada
umumnya suka mengikuti trend yang sudah berkembang. Ketika trend
sudah mulai pudar maka akan mencoba fokus untuk bisnis yang lain.
Menjalankan sebuah bisnis tidak bisa dilakukan setengah-setengah, harus
fokus dan totalitas
3. Mudah menyerah
Memulai sebuah usaha atau bisnis sepertinya tidak akan langsung bisa
sukses. Jatuh bangun diawal merintis sebuah usaha sudah pasti ada, jadi
jangan mudah menyerah terus belajar dari keaslahan yang ada.
4. Salah perhitungan biyaya oprasional di awal
Saat memulai bisnis baru, yang sering terjadi adalah membelanjakan
modal untuk membeli berbagai macam biyaya oprasional ataupun
perlengkapan usaaha yang sekiranya belum dibutuhkan.

D. Membangun Budaya Entrepreneurial


Menurut Zimmerer (1996) kewirausahaan merupakan gabungan dari
kreativitas, inovasi dan keberanian menghadapi resiko yang dilakukan dengan
cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara produk baru. Sedangkan
kewirausahaan menurut Drucker (1990) dalam Segal et al., (2005) adalah
suatu semangat, kemampuan, sikap, perilaku individu dalam menangani
usaha/kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan
cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam
rangka memberikan pelayanan yang baik dan atau memperoleh keuntungan
yang lebih besar. Definisi lain oleh Koh (1996) dijelaskan bahwa
kewirausahaan adalah proses untuk melakukan sesuatu yang baru (kreatif) dan

10
mengerjakan sesuatu untuk mengkreasikan kekayaan untuk orang dan nilai
tambah terhadap masyarakat.13

Pada dasarnya pembentukan jiwa kewirausahaan dipengaruhi oleh


faktor internal dan eksternal (Priyanto, 2008) dalam (Suharti dan Sirine,
2011). Faktor internal yang berasal dari dalam diri wirausahawan dapat berupa
sifat-sifat personal, sikap, kemauan dan kemampuan individu yang dapat
memberi kekuatan individu untuk berwirausaha. Sedangkan faktor eksternal
berasal dari luar diri pelaku entrepreneur yang dapat berupa unsur dari
lingkungan sekitar seperti lingkungan keluarga, lingkungan dunia usaha,
lingkungan fisik, lingkungan sosial ekonomi dan lain-lain. Meredith (1998)
secara spesifik melihat entrepreneur sebagai orang yang berhasil menikmati
pekerjaan, dan berdedikasi penuh terhadap apa yang dilakukannya, mengubah
pekerjaan berat menjadi pekerjaan menggairahkan, menarik dan memberi
kekuasaan. Lebih lanjut Meredith (1998) menambahkan bahwa wirausahawan
adalah orang yang memiliki kemampuan melihat dan mengevaluasi peluang-
peluang bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan untuk
mengambil keuntungan darinya dan mengambil tindakan secara tepat
untukmeraih kesuksesan.14

Berdasarkan beberapa definisi tentang kewirausahaan yang telah


diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan akan melibatkan
pembentukan sikap (attitude), pengembangan keterampilan (skill), dan
pembekalan pengetahuan (knowledge). Dengan kata lain, kewirausahaan
merupakan potensi yang dimiliki seseorang untuk dikembangkan melalui
pendidikan dan pelatihan dalam bentuk pengalaman, tantangan, dan
keberanian untuk mengambil resiko dalam bekerja dan/atau menciptakan
pekerjaan.15

13
Dwi Wahyu Pril Ranto, “Membangun Perilaku Entrepreneur Pada Mahasiswa Melalui
Entrepreneurship Education”, JBMA, 3 (Maret, 2016), 81.
14
Ibid
15
Ibid., 82.

11
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2008), secara
praktis merekomendasikan bahwa pengembangan perilaku kewirausahaan
pada masyarakat dapat melalui pelatihan-pelatihan kewirausahaan. Faktor
utama yang perlu menjadi perhatian adalah sikap berwirausaha dan efikasi diri
dengan memberikan bekal pengembangan sikap dalam menanggapi peluang
yang ada serta mentoleransi risiko dalam usaha. Efikasi diri dapat
ditingkatkandengan memberikan bekal pengetahuan danketerampilan
berwirausaha. Selain itu hasil penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi
bagi duniapendidikan khususnya pendidikan kewirausahaanagar
memperhatikan sikap berwirausaha dan efikasidiri sebagai faktor internal atau
personal. Polapendidikan perlu menanamkan nilai inovatif dankreatif dalam
menanggapi peluang, menciptakanpeluang serta keterampilan dan
pengetahuan berwirausahaseperti pendirian usaha dan mengelolausaha. Secara
teoritis, model penelitian ini dapatdikembangkan lebih lanjut seperti
mempertimbangkanfaktor kepribadian dan demografi yang
menentukankeunikan perilaku tiap individu.16

Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat


berwirausaha karena adanya motif tertentu, yaitu motif berprestasi
(achievement motive). Menurut Suryana (2003) motif berprestasi ialah suatu
nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna
mencapai kepuasan secara pribadi. Seorang wirausahawan hendaknya seorang
yang mampu menatap masa depan dengan lebih optimis. Melihat ke depan
dengan berfikir dan berusaha. Usaha memanfaatkan peluang dengan penuh
perhitungan. Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang
memiliki persepktif dan pandangan kemasa depan. Karena memiliki
pandangan jauh ke masa depan maka ia akan selalu berusaha untuk berkarsa
dan berkarya (Suryana, 2003). Kuncinya pada kemampuan untuk menciptakan

16
Ibid., 84.

12
sesuatu yang baru serta berbeda dengan yang sudah ada.17 Adapun ciri-ciri dan
jiwa seorang entrepreneurship adalah sebagai berikut:

1. Menurut Suparman, ciri-ciri wirausaha antara lain :


a. Berpikir teliti dan berpandangan kreatif dengan imajinasi konstruktif.
b. Memiliki sikap mental untuk menyerap dan menciptakan kesempatan.
c. Membiasakan diri bcrsikap mental positip untuk maju dan seIaIu
bergairah dalam setiap pekerjaan.
d. Mempunyai inisiatif.
e. Membiasakan memhangun disiplin diri.
f. Menguasai salesmenship (kemampuan jual). memiliki kepemimpinan
dan mampu memperhitungkan resiko.
g. Ulet, tekun, terarah, jujur dan berlanggung jawab.
h. Berwatak maju, cerdik dan percaya pada diri sendiri.18
2. Menurut Iman S. Sukardi, jiwa seorang wirausaha adalah :
a. Seorang yang supel dan fleksibel dalam bergaul, mampu menerima
kritik dan melakukan komunikasi yang efektif dengan orang lain.
b. Seorang yang mampu dan dapat memanfaatkan kesempatan usaha
yang ada.
c. Seorang yang berani mengambil resiko yang telah diperhitungkan atas
hal-hal yang akan dikerjakan serta menyenangi tugas-tugas yang
efektif dengan orang lain.
d. Seorang yang memiliki pandangan ke depan, cerdik, lihai, dapat
menanggapi situasi yang berubah-ubah serta tahan terhadap situasi
yang tidak menentu. .
e. Seorang yang dengan oto-aktivitasnya mampu menemukan sesuatu
yang orisinil. Dari pemikiran sendiri dan mampu menciptakan hal-hal
baru serta kreatif.

17
Ibid
18
Teddy Oswari, “Membangun Jiwa Kewirausahaan (Entrepreneurship) Menjadi Mahasiswa
Pengusaha (Entrepreneurstudent) Sebagai Modal Untuk Menjadi Pelaku Usaha Baru”, (Agustus,
2005), E203.

13
f. Seorang yang mempercayai kemampuan sendiri, kemampuan untuk
bekerja mandiri, optimis dan dinamis serta memiliki kemampuan
untuk menjadi pemimpin.
g. Seseorang yang mampu menguasai berbagai pengetahuan maupun
keterampilan dalam menyusun, menjalankan dan mencapai tujuan
organisasi, manajemen, dan berbagai pengetahuan lain tentang dunia
usaha.
h. Seorang yang memiliki motivasi kuat untuk menyelesaikan tugas
dengan baik, mengutamakan prestasi, selalu memperhitungkan faktor
penghambat maupun penunjang, tekun, kerja bras, teguh daIam
pendirian· dan disiplin tinggi.
i. Scorang yang memperhatibn Iingkungan sosial untuk mencapai
tarafhidup yang lebih baik bagi semua orang.19
Jadi seorang wirausahawan yang berhasil pada umumnya mempunyai
dorongan atau motivasi berprestasi yang tinggi. Orang yang berprestasi tinggi
cenderung memiliki pcrcaya diri yang tinggi, bettanggung jawab. Berusaha
untuk selalu berhasil. aktif daJam kehidupan sosial, serta tahan terhadap
tekanan dalam masyarakat

E. Keterampilan Kewirausahaan
Proses kewirausahaan meliputi perilaku, keterampilan dan atribut yang
dimiliki seseorang dalam pendidikan kewirausahaan. Dalam mengembangkan
perilaku kewirausahaan, diperlukan proses yang mencakup identifikasi sifat-
sifat yang berhubungan dengan kewirausahaan. Baik dalam bentuk
keterampilan dan atribut yang melekat dalam kewirausahaan.
Dalam berwirausaha, modal materi saja tidak cukup jika tidak
mempunyai pengetahuan dan keterampilan. Karena kesuksesan dalam
berwirausaha ditentukan oleh peluang dan strategi yang dipakai oleh
wirausaha. Berikut ini kami informasikan keterampilan yang harus dimiliki
oleh wirausahawan :

19
Ibid

14
1. Keterampilan mengatur skala prioritas
sebagai seorang pengusaha dituntut untuk bisa mengatur skala
prioritas agar semua urusan bisnis yang didirikan bisa berjalan dengan
lancar tanpa mengabaikan urusan di luar pekerjaan. Dalam hal ini,
wirausahawan bisa mengatur dan memilah tugas sesuai dengan tingkat
kepentingannya, dan membagi waktu dengan proporsional antara urusan
bisnis, mitra kerja, maupun waktu bersama keluarga.
2. Keterampilan dalam hal manajemen waktu
Sebagai seorang pengusaha harus pandai dalam mengatur waktu.
Sebab, ketidakmampuan seseorang dalam mengatur waktunya, menjadi
salah satu sumber kehancuran bagi karirnya. Untuk itu, harus tetap disiplin
dalam menjalankan usaha dan memiliki keterampilan dalam hal mengatur
waktu agar semua pekerjaan bisa terselesaikan sesuai dengan target yang
tentukan.
3. Pengetahuan dan keterampilan yang selalu di upgrade
Menjadi seorang bisnis tidak harus melewati jenjang pendidikan
yang lebih tinggi. Akan tetapi pengetahuan bisa diperoleh dari mengikuti
pelatihan atau seminar tentang bisnis yang bisa meningkatkan kemampuan
dalam berusaha. Sehingga bisa dijadikan sumber untuk memperbarui
pengetahuan di dunia usaha.
4. Keterampilan dalam berkomunikasi
Salah satu yang paling penting bagi para wirausahawan untuk
mendapatkan sukses didalam bisnis adalah dengan berkomunikasi dan
berinteraksi. Jika tidak dapat berkomunikasi maka tidak mungkin bagi
seorang wirausahawan dapat memperoleh kesempatan berbisnis, baik
untuk menciptakan ide-ide, gagasan, maupun cara mengembangkan usaha.

Chang dan Rieple (2013:227) mengemukakan bahwa ada 4 dimensi


keterampilan wirausaha, yaitu:
1. Technical Skills. Sejumlah wirausahawan yang sukses memiliki
kompetensi dalam mengelola operasional, diluar dasar produksi produk

15
atau layanan. Termasuk kemampuan mengelola rantai pasokan dan
mempunyai pengetahuan tentang teknologi baru.
2. Management Skills. Keterampilan ini meliputi perencanaan dan
pengorganisasian, mengidentifikasi pelanggan dan saluran distribusi,
mengelola sumber daya dan kemampuan mengatur di tempat yang tepat
dan struktur system control. Keterampilan ini termasuk keterampilan
tingkat tinggi, seperti mencari pemecahan masalah, kemampuan untuk
membangun kemapuan inti dan kemampuan menangani karyawan secara
efektif.
3. Entrepreneurship skills. Keterampilan ini meliputi perencanaan bisnis,
peka terhadap peluang, analisis lingkungan bisnis dan kemapuan
mengakses keahlian eksternal.
4. Personal maturity skills. Keterampilan ini meliputi kesadaran diri,
kemampuan merefleksikan apa yang terjadi, mengenali dan memperbaiki
kelemahan, bertanggung jawab untuk memecahkan masalah dan
kemampuan untuk menghasilkan solusi.20

F. Penerapan Studi Kelayakan pada Lembaga pendidikan


Studi kelayakan tidak hanya dilakukan pada sebuah produk baru
ataupun perusahaan, akan tetapi studi kelayakan juga berlaku bagi lembaga
pendidikan. Salah satu penerapan studi kelayakan di lembaga pendidikan
ialah studi kelayakan tentang pendirian sekolah. Mendirikan sekolah baru
bukan berarti hanya bermodalkan membangun sebuah gedung yang
kemudian dijadikan sekolah, akan tetapi harus terlebih dahulu dilakukan
studi kelayakan. Dengan tujuan apakah sekolah yang akan didirikan tersebut
memang layak untuk dikembangkan. Dalam melakukan studi kelayakan
pendirian sekolah harus mencantumkan hal-hal yang dibutuhkan, yakni
sebagai berikut:

20
Ari Irawan dan hari Mulyadi, “Pengaruh Keterampilan Wirausaha Terhadap Keberhasilan
Usaha”, Business Management and Enterpreneurship Education, 1 (April, 2016), 218.

16
1. Latar belakang dan tujuan pendirian lembaga pendidikan
Pertama yang harus dijabarkan adalah latar belakang didirikannya
sebuah sekolah. Latar belakang pendirian sekolah harus dikemukakan
secara rinci sejelas-jelasnya. Berbagai alasan mengapa ingin mendirikan
sekolah tersebut harus dijelaskan. Selain latar belakang, tujuan pendirian
lembaga pendidikan tersebut juga harus tertera secara jelas. Apakah tujuan
yang ingin dicapai ketika sekolah tersebut didirikan. Setelah tujuan, tidak
lupa dengan visi misi dari pendirian lembaga pendidikan yang
bersagkutan.
2. Bentuk dan nama sekolah
Bentuk dari lembaga pendidikan yang akan didirikan harus jelas,
seperti sekolah berbasis agama (MI, SDI, MTs,MA, dll), atau yang
berberbasis umum, atau juga berbasis pesantren atau berbentuk yang
lainnya. Rencana nama sekolah juga harus dicantumkan beserta beserta
filosofinya mengapa nama tersebut akan digunakan dalam sekolah yang
akan didirikan.
3. Gambaran Sekolah
a. Tata ruang
Setiap bangunan infrastruktur sekolah harus di rinci, mulai dari tata
letak ruangan, bangunan-bangunan yang ada di sekolah, fasilitas-
fasilat pendukung, dan sebagainya.
b. Gambaran geografis
Yang harus dipaparkan dalam gambaran geografis dari sekolah
yang akan didirikan adalah lokasi sekolah, batas-batas wilayah
sekolah, ciri-ciri sekolah, keadaan sekolah, kondisi sekitar sekolah dan
lain-lain.
c. Keberadaan prespektif ekologis
Ekologi merupakan hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dan alam sekitarnya. Jadi, ketika akan mendirikan sebuah sekolah
harus diperhatikan keberadaan prespektif ekologisnya. Dalam studi
kelayakan, yang di cantumkan pada keberadaan prespektif adalah

17
penjelasan mengenai ekosistem yang berada di sekitar sekolah
tersebut. Yang mana pendirian sekolah tidak akan mengganggu
ekosistem yang ada, akan tetapi akan mempengaruhi kebaikan satu
sama lain.
4. Prospek pendaftar
Kemungkinan pendaftar harus diperkirakan, ada atau tidak yang akan
daftar di sekolah tersebut, perkiraan jumlah pendaftar dan menentukan
jumlah siswa yang akan ditampung setiap tahunnya.
5. Kebutuhan masyarakat terhadap lulusan
Kebutuhan masyarakat terhadap lulusan maksudnya adalah sekolah
yang didirikan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Seperti contoh,
sekolah didirikan agar masyarakat mempunyai lembaga pendidikan yang
akses jalannya mudah, murah, atau lain sebagainya.
6. Demografi anak usia sekolah dengan ketersediaan lembaga pendidikan
formal
Hal ini harus dipaparkan dengan tujuan untuk menjaga kegiatan
pendidikan saat sekarang dan masa yang akan datang.
Studi kelayakan pendirian sekolah harus diajukan kepada Camat, Kepala
Desa atau Lurah dan UPT Dinas Pendidikan. Kemudian yang memberikan izin
terhadap pendirian lembaga pendidikan dilakukan oleh Kepala Dinas.

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ide usaha dapat juga
diartikan sebagai gagasan atau pemikiran yang baru dalam mencipatakan suatu
produk / jasa yang berpotensi sumber keuntungan dan memiliki peluang yang
besar.
studi kelayakan usaha atau bisnis adalah penelitihan yang menyangkut
berbagai aspek baik itu dari aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek
pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi sampai dengan aspek
manajemen dan keuangannya, dimana itu semua digunakan untuk dasar
penelitian studi kelayakan dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan
apakah suatu proyek atau bisnis dapat dikerjakan atau ditunda dan bahkan
ditidak dijalankan.
Sebelum melakukan bisnis ada kalanya melakukan penelitian agar resiko
dapat terukur, ada dua resiko dikategorikan menjadi dua yaitu resiko usaha
yang dapat dikendalikan dan resiko usaha yang tidak dapat dikendalikan.
Adapun cara untuk membangun budaya wirausahawan yaitu dengan dorongan
atau motivasi berprestasi yang tinggi. Orang yang berprestasi tinggi cenderung
memiliki pcrcaya diri yang tinggi, bettanggung jawab. Berusaha untuk selalu
berhasil. aktif daJam kehidupan sosial, serta tahan terhadap tekanan dalam
masyarakat.
Dalam berwirausaha keterampilan yang dibutuhkan yaitu keterampilan
mengatur skala prioritas, Keterampilan dalam hal manajemen waktu,
Pengetahuan dan keterampilan yang selalu di upgrade, Keterampilan dalam
berkomunikasi. Salah satu penerapan studi kelayakan di lembaga pendidikan
ialah studi kelayakan tentang pendirian sekolah.

19
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dan kementrian pendidikan dan


Kebudayaan Republik Indonesia. Kamus Besar bahasa Indonesia Edisi
Kelima.
Sulastri. Lilis. Studi Kelayakan Bisnis Untuk Wirausaha. Yogayakarta. LGM –
LaGood’s Publishing. 2016.

Nurjanah, Santi. (2013). Studi Kelayakan Pengembangan Bisnis Pada PT Dagang


Jaya. The Winners. 21.
Pril, Dwi Wahyu. (2016). Membangun Perilaku Entrepreneur Pada Mahasiswa
Melalui Entrepreneurship Education. JBMA.81.
Oswari, Teddy. Membangun Jiwa Kewirausahaan (Entrepreneurship) Menjadi
Mahasiswa Pengusaha (Entrepreneurstudent) Sebagai Modal Untuk
Menjadi Pelaku Usaha Baru. Agustus. 2005.
Irawan, Ari dan hari Mulyadi. (2016). Pengaruh Keterampilan Wirausaha Terhadap
Keberhasilan Usaha. Business Management and Enterpreneurship Education.

20

Anda mungkin juga menyukai