4867 11674 2 PB
4867 11674 2 PB
Abstract
This study aims to determine the ability of students' mathematical communication with visual,
auditorial, and kinesthetic learning styles on statistics subject. The subjects of the study were six
students of grade X SMA Negeri 6 Wajo selected purposively based on difference of learning
styles. Data collection used questionnaires to classify students based on their learning styles,
written tests, and interviews to determine students' mathematical communication skills. The results
showed (1) the test results of mathematical communication skills vary in each student with
different learning styles; (2) subjects with visual learning styles capable in four indicators of
mathematical communication (IMC) ability ie at IMC 1, IMC 3, IMC 4 and IMC 5; (3) subject
with auditorial learning style capable in five indicators of mathematical communication ability ie
at IMC 1, IMC 2, IMC 3, IMC 4 and IMC 5; (4) subjects with kinesthetic learning styles are
capable in three indicators of mathematical communication ability, ie on IMC 1, IMC 3 and IMC
5.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematika siswa dengan gaya
belajar visual, auditorial, dan kinestetik pada materi statistika. Subjek penelitian berjumlah enam
orang siswa kelas X SMA Negeri 6 Wajo yang dipilih secara purposive berdasarkan perbedaan
gaya belajar. Pengumpulan data menggunakan metode angket untuk mengelompokkan siswa
berdasarkan gaya belajarnya, tes tertulis, serta wawancara untuk mengetahui kemampuan
komunikasi matematika siswa. Hasil penelitian menunjukkan (1) hasil tes kemampuan komunikasi
matematika berbeda-beda pada masing-masing siswa dengan gaya belajar berbeda; (2) subjek
dengan gaya belajar visual mampu dalam empat indikator kemampuan komunikasi (IDK)
matematika yakni pada IDK 1, IDK 3, IDK 4 dan IDK 5; (3) subjek dengan gaya belajar auditorial
mampu dalam lima indikator kemampuan komunikasi matematika yakni pada IDK 1, IDK 2, IDK
3, IDK 4 dan IDK 5; (4) subjek dengan gaya belajar kinestetik mampu dalam tiga indikator
kemampuan komunikasi matematika, yaitu pada IDK 1, IDK 3 dan IDK 5.
matematika merupakan salah satu jantung eksplorasi dan investigasi matematik, (3)
dalam pembelajaran matematika karena wadah bagi siswa dalam berkomunikasi
menjadi satu dari lima kemampuan dasar dengan temannya untuk memperoleh
matematika yang merupakan standar dalam informasi, membagi pikiran dan penemuan,
pembelajaran matematika [2]. curah pendapat, menilai serta mempertajam
Komunikasi matematika menjadi bagian ide untuk meyakinkan orang lain.
penting dalam pembelajaran matematika Salah satu faktor yang dapat menunjang
karena melalui komunikasi peserta didik kemampuan komunikasi matematika
mampu mengorganisasi dan mengonsolidasi diantaranya gaya belajar. Beberapa data
berpikir matematisnya, serta mampu penelitian menunjukkan bahwa siswa yang
mengeskplorasi ide-ide matematika. Hal belajar dengan gayanya akan memiliki
tersebut sejalan dengan tujuan mata kemampuan komunikasi matematika yang
pelajaran matematika yang tertuang dalam lebih baik. Hal tersebut diperkuat oleh
Lampiran III Permendikbud No. 58 Tahun Referensi [6] bahwa kunci menuju
2014 yaitu mengomunikasikan gagasan, keberhasilan dalam belajar adalah
penalaran serta mampu menyusun bukti mengetahui gaya belajar yang unik dari
matematika dengan menggunakan kalimat setiap orang. Dengan demikian, dapat
lengkap, simbol, tabel, diagram atau media dikatakan bahwa kemampuan komunikasi
lain untuk memperjelas keadaan atau matematika akan mampu ditingkatkan ketika
masalah. Selain itu, komunikasi matematika siswa belajar dengan gaya belajarnya dan
menjadi penting karena merupakan bahasa perbedaan gaya belajar akan berpengaruh
simbol yang terlukis dalam proses dengan kemampuan komunikasi
simbolisasi dan formulasi yaitu mengubah matematika.
pernyataan ke dalam bentuk rumus, simbol Baroody dalam Referensi [7]
atau gambar [3]. mengemukakan bahwa pembelajaran harus
Baroody dalam Referensi [4] juga dapat membantu siswa mengomunikasikan
mengemukakan dua alasan komunikasi perlu ide matematika melalui 5 (lima) aspek
ditumbuhkembangkan dalam pembelajaran komunikasi yaitu representasi
matematika. Pertama, matematika (representing), mendengar (listening),
merupakan bahasa yang esensial bagi membaca (reading), diskusi (discussion),
matematika itu sendiri. Matematika bukan dan menulis (writing).
hanya alat berpikir yang membantu peserta Indikator kemampuan komunikasi
didik untuk menemukan pola, memecahkan matematika yang digunakan dalam
masalah dan menarik kesimpulan, tetapi juga penelitian ini sebanyak lima, yaitu:
alat untuk mengomunikasikan pikiran 1. Mengeskpresikan ide-ide atau
peserta didik tentang ide dengan jelas, tepat, permasalahan matematika melalui
dan ringkas. Kedua, pembelajaran tulisan.
matematika merupakan aktivitas sosial yang 2. Menyatakan ide-ide atau permasalahan
menjadi wahana interaksi dan alat matematika secara visual dalam bentuk
komunikasi yang melibatkan sedikitnya dua grafik, diagram atau tabel.
pihak yaitu guru dan siswa. 3. Menggunakan istilah-istilah, notasi-
Di sisi lain, Greenes dan Schulman notasi, dan simbol matematika dalam
dalam Referensi [5] mengatakan bahwa menyajikan ide matematika
komunikasi matematika merupakan (1) 4. Menginterpretasikan ide-ide atau
kekuatan sentral bagi siswa dalam permasalahan matematika dengan bahasa
merumuskan konsep dan strategi matematik, sendiri.
(2) modal keberhasilan bagi siswa terhadap 5. Menarik kesimpulan dari pernyataan
pendekatan dan penyelesaian dalam matematika.
Gaya belajar adalah kecenderungan cara pemilihan sumber data dengan pertimbangan
yang dipilih dan disenangi seseorang dalam tertentu [10]. Hal yang menjadi
berpikir, menerima, dan memproses pertimbangan ialah kategori gaya belajar
informasi untuk memperoleh pengetahuan dari subjek penelitian yang dipilih. Subjek
dan pengalaman. Banyak ilmuan yang penelitian sebanyak enam orang yang dipilih
menggolongkan gaya belajar menjadi masing-masing dua dari tiap tipe gaya
beberapa macam, namun yang paling sering belajar.
digunakan adalah penggolongan menurut Pada penelitian kualitatif, peneliti
Bandler & Grinder, dan Messick yang diacu berperan sebagai instrumen kunci atau
dalam Referensi [8] yang membagi gaya instrumen utama dalam mengumpulkan data
belajar menjadi tiga gaya belajar yang dibantu dengan instrumen pendukung
berdasarkan modalitas/prefensi sensori yaitu yaitu: (1) instrumen penggolongan gaya
gaya belajar visual, auditorial, dan belajar, (2) instrumen tes kemampuan
kinestetik. komunikasi matematika, serta (3) instrumen
Berdasarkan latar belakang tersebut, pedoman wawancara. Instrumen
penulis akan melakukan penelitian dengan penggolongan gaya belajar berupa angket
judul ”Kemampuan Komunikasi Matematika yang diadopsi dari Widyaiswara LPMP
Berdasarkan Perbedaan Gaya Belajar Siswa Provinsi Sulawesi Selatan untuk
Kelas X SMA Negeri 6 Wajo pada Materi memperoleh data penggolongan gaya
Statistika”. Adapun tujuan dalam penelitian belajar. Data kemampuan komunikasi
ini yaitu untuk (1) mendeskripsikan matematika diperoleh dengan tes tertulis dan
kemampuan komunikasi matematika siswa wawancara melalui instrumen tes
kelas X SMA Negeri 6 Wajo yang memiliki kemampuan komunikasi matematika dan
gaya belajar visual pada materi statistika; (2) instrumen pedoman wawancara. Instrumen
mendeskripsikan kemampuan komunikasi tes kemampuan komunikasi matematika dan
matematika siswa kelas X SMA Negeri 6 instrumen pedoman wawancara disusun
Wajo yang memiliki gaya belajar auditorial sendiri oleh penulis dengan terlebih dahulu
pada materi statistika; dan (3) dilakukan validasi instrumen sebelum
mendeskripsikan kemampuan komunikasi digunakan. Data yang telah diperoleh
matematika siswa kelas X SMA Negeri 6 selanjutnya dianalisis untuk menarik
Wajo yang memiliki gaya belajar kinestetik kesimpulan.
pada materi statistika. Penentuan kecenderungan gaya belajar
berdasarkan pada kriteria berikut:
METODE PENELITIAN a. Jika skor gaya belajar visual paling besar
Penelitian ini merupakan penelitian dari 2 gaya belajar lain, maka ditetapkan
kualitatif, yaitu penelitian yang siswa tergolong dalam gaya belajar
dimaksudkan untuk memahami fenomena visual.
yang dialami subjek penelitian secara b. Jika skor gaya belajar auditori paling
holistik. Referensi [9] mengungkapkan besar dari 2 gaya belajar lain, maka
metode penelitian kualitatif sebagai prosedur ditetapkan siswa tergolong dalam gaya
penelitian yang menghasilkan data deskriptif belajar auditorial.
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari c. Jika skor gaya belajar kinestetik paling
orang-orang dan perilaku yang dapat besar dari 2 gaya belajar lain, maka
diamati. Penelitian ini dilaksanakan di SMA ditetapkan siswa tergolong dalam gaya
Negeri 6 Wajo pada semester genap tahun belajar kinestetik.
ajaran 2016/2017 dalam waktu 3 bulan. Selanjutnya dalam menentukan enam
Teknik penentuan subjek penelitian orang siswa sebagai subjek penelitian dipilih
menggunakan teknik purposive sampling. dua orang siswa dengan skor tertinggi pada
Teknik purposive sampling adalah teknik