Anda di halaman 1dari 7

Ika Puspita Sari Kemampuan Komunikasi Matematika

Berdasarkan Perbedaan Gaya Belajar Siswa


Kelas X SMA Negeri 6 Wajo pada Materi
Statistika

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA BERDASARKAN


PERBEDAAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 6
WAJO PADA MATERI STATISTIKA
COMMUNICATION ABILITY OF MATHEMATICS BASED ON DIFFERENCES
STUDENTS LEARNIG STYLES CLASS X SMA NEGERI 6 WAJO ON
STATISTICS SUBJECT
Ika Puspita Sari
Pendidikan Matematika, Fakultas MIPA
Universitas Negeri Makassar
ikapuspitasari695@gmail.com

Abstract

This study aims to determine the ability of students' mathematical communication with visual,
auditorial, and kinesthetic learning styles on statistics subject. The subjects of the study were six
students of grade X SMA Negeri 6 Wajo selected purposively based on difference of learning
styles. Data collection used questionnaires to classify students based on their learning styles,
written tests, and interviews to determine students' mathematical communication skills. The results
showed (1) the test results of mathematical communication skills vary in each student with
different learning styles; (2) subjects with visual learning styles capable in four indicators of
mathematical communication (IMC) ability ie at IMC 1, IMC 3, IMC 4 and IMC 5; (3) subject
with auditorial learning style capable in five indicators of mathematical communication ability ie
at IMC 1, IMC 2, IMC 3, IMC 4 and IMC 5; (4) subjects with kinesthetic learning styles are
capable in three indicators of mathematical communication ability, ie on IMC 1, IMC 3 and IMC
5.

Keywords: Learning styles, Mathematical communication, Statistics subject

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematika siswa dengan gaya
belajar visual, auditorial, dan kinestetik pada materi statistika. Subjek penelitian berjumlah enam
orang siswa kelas X SMA Negeri 6 Wajo yang dipilih secara purposive berdasarkan perbedaan
gaya belajar. Pengumpulan data menggunakan metode angket untuk mengelompokkan siswa
berdasarkan gaya belajarnya, tes tertulis, serta wawancara untuk mengetahui kemampuan
komunikasi matematika siswa. Hasil penelitian menunjukkan (1) hasil tes kemampuan komunikasi
matematika berbeda-beda pada masing-masing siswa dengan gaya belajar berbeda; (2) subjek
dengan gaya belajar visual mampu dalam empat indikator kemampuan komunikasi (IDK)
matematika yakni pada IDK 1, IDK 3, IDK 4 dan IDK 5; (3) subjek dengan gaya belajar auditorial
mampu dalam lima indikator kemampuan komunikasi matematika yakni pada IDK 1, IDK 2, IDK
3, IDK 4 dan IDK 5; (4) subjek dengan gaya belajar kinestetik mampu dalam tiga indikator
kemampuan komunikasi matematika, yaitu pada IDK 1, IDK 3 dan IDK 5.

Kata Kunci : Gaya belajar, Komunikasi matematika, Materi Statistika

PENDAHULUAN dikenal dengan bahasa simbolik. Bahasa


Menurut Referensi [1], matematika simbolik digunakan dalam
merupakan ilmu universal yang memiliki mengomunikasikan ide atau gagasan
peranan penting dalam berbagai disiplin matematika yang memungkinkan setiap
ilmu. Peranan matematika sebagai alat bagi orang dapat memahami makna dari suatu
ilmu lainnya didukung dengan adanya pernyataan sehingga terwujud komunikasi
bahasa universal dalam matematika yang yang cermat dan tepat. Komunikasi

Jurnal Nalar Pendidikan ISSN: 2339-0749


Volume 5, Nomor 2, Jul-Des 2017 Halaman [86]
Ika Puspita Sari Kemampuan Komunikasi Matematika
Berdasarkan Perbedaan Gaya Belajar Siswa
Kelas X SMA Negeri 6 Wajo pada Materi
Statistika

matematika merupakan salah satu jantung eksplorasi dan investigasi matematik, (3)
dalam pembelajaran matematika karena wadah bagi siswa dalam berkomunikasi
menjadi satu dari lima kemampuan dasar dengan temannya untuk memperoleh
matematika yang merupakan standar dalam informasi, membagi pikiran dan penemuan,
pembelajaran matematika [2]. curah pendapat, menilai serta mempertajam
Komunikasi matematika menjadi bagian ide untuk meyakinkan orang lain.
penting dalam pembelajaran matematika Salah satu faktor yang dapat menunjang
karena melalui komunikasi peserta didik kemampuan komunikasi matematika
mampu mengorganisasi dan mengonsolidasi diantaranya gaya belajar. Beberapa data
berpikir matematisnya, serta mampu penelitian menunjukkan bahwa siswa yang
mengeskplorasi ide-ide matematika. Hal belajar dengan gayanya akan memiliki
tersebut sejalan dengan tujuan mata kemampuan komunikasi matematika yang
pelajaran matematika yang tertuang dalam lebih baik. Hal tersebut diperkuat oleh
Lampiran III Permendikbud No. 58 Tahun Referensi [6] bahwa kunci menuju
2014 yaitu mengomunikasikan gagasan, keberhasilan dalam belajar adalah
penalaran serta mampu menyusun bukti mengetahui gaya belajar yang unik dari
matematika dengan menggunakan kalimat setiap orang. Dengan demikian, dapat
lengkap, simbol, tabel, diagram atau media dikatakan bahwa kemampuan komunikasi
lain untuk memperjelas keadaan atau matematika akan mampu ditingkatkan ketika
masalah. Selain itu, komunikasi matematika siswa belajar dengan gaya belajarnya dan
menjadi penting karena merupakan bahasa perbedaan gaya belajar akan berpengaruh
simbol yang terlukis dalam proses dengan kemampuan komunikasi
simbolisasi dan formulasi yaitu mengubah matematika.
pernyataan ke dalam bentuk rumus, simbol Baroody dalam Referensi [7]
atau gambar [3]. mengemukakan bahwa pembelajaran harus
Baroody dalam Referensi [4] juga dapat membantu siswa mengomunikasikan
mengemukakan dua alasan komunikasi perlu ide matematika melalui 5 (lima) aspek
ditumbuhkembangkan dalam pembelajaran komunikasi yaitu representasi
matematika. Pertama, matematika (representing), mendengar (listening),
merupakan bahasa yang esensial bagi membaca (reading), diskusi (discussion),
matematika itu sendiri. Matematika bukan dan menulis (writing).
hanya alat berpikir yang membantu peserta Indikator kemampuan komunikasi
didik untuk menemukan pola, memecahkan matematika yang digunakan dalam
masalah dan menarik kesimpulan, tetapi juga penelitian ini sebanyak lima, yaitu:
alat untuk mengomunikasikan pikiran 1. Mengeskpresikan ide-ide atau
peserta didik tentang ide dengan jelas, tepat, permasalahan matematika melalui
dan ringkas. Kedua, pembelajaran tulisan.
matematika merupakan aktivitas sosial yang 2. Menyatakan ide-ide atau permasalahan
menjadi wahana interaksi dan alat matematika secara visual dalam bentuk
komunikasi yang melibatkan sedikitnya dua grafik, diagram atau tabel.
pihak yaitu guru dan siswa. 3. Menggunakan istilah-istilah, notasi-
Di sisi lain, Greenes dan Schulman notasi, dan simbol matematika dalam
dalam Referensi [5] mengatakan bahwa menyajikan ide matematika
komunikasi matematika merupakan (1) 4. Menginterpretasikan ide-ide atau
kekuatan sentral bagi siswa dalam permasalahan matematika dengan bahasa
merumuskan konsep dan strategi matematik, sendiri.
(2) modal keberhasilan bagi siswa terhadap 5. Menarik kesimpulan dari pernyataan
pendekatan dan penyelesaian dalam matematika.

Jurnal Nalar Pendidikan ISSN: 2339-0749


Volume 5, Nomor 2, Jul-Des 2017 Halaman [87]
Ika Puspita Sari Kemampuan Komunikasi Matematika
Berdasarkan Perbedaan Gaya Belajar Siswa
Kelas X SMA Negeri 6 Wajo pada Materi
Statistika

Gaya belajar adalah kecenderungan cara pemilihan sumber data dengan pertimbangan
yang dipilih dan disenangi seseorang dalam tertentu [10]. Hal yang menjadi
berpikir, menerima, dan memproses pertimbangan ialah kategori gaya belajar
informasi untuk memperoleh pengetahuan dari subjek penelitian yang dipilih. Subjek
dan pengalaman. Banyak ilmuan yang penelitian sebanyak enam orang yang dipilih
menggolongkan gaya belajar menjadi masing-masing dua dari tiap tipe gaya
beberapa macam, namun yang paling sering belajar.
digunakan adalah penggolongan menurut Pada penelitian kualitatif, peneliti
Bandler & Grinder, dan Messick yang diacu berperan sebagai instrumen kunci atau
dalam Referensi [8] yang membagi gaya instrumen utama dalam mengumpulkan data
belajar menjadi tiga gaya belajar yang dibantu dengan instrumen pendukung
berdasarkan modalitas/prefensi sensori yaitu yaitu: (1) instrumen penggolongan gaya
gaya belajar visual, auditorial, dan belajar, (2) instrumen tes kemampuan
kinestetik. komunikasi matematika, serta (3) instrumen
Berdasarkan latar belakang tersebut, pedoman wawancara. Instrumen
penulis akan melakukan penelitian dengan penggolongan gaya belajar berupa angket
judul ”Kemampuan Komunikasi Matematika yang diadopsi dari Widyaiswara LPMP
Berdasarkan Perbedaan Gaya Belajar Siswa Provinsi Sulawesi Selatan untuk
Kelas X SMA Negeri 6 Wajo pada Materi memperoleh data penggolongan gaya
Statistika”. Adapun tujuan dalam penelitian belajar. Data kemampuan komunikasi
ini yaitu untuk (1) mendeskripsikan matematika diperoleh dengan tes tertulis dan
kemampuan komunikasi matematika siswa wawancara melalui instrumen tes
kelas X SMA Negeri 6 Wajo yang memiliki kemampuan komunikasi matematika dan
gaya belajar visual pada materi statistika; (2) instrumen pedoman wawancara. Instrumen
mendeskripsikan kemampuan komunikasi tes kemampuan komunikasi matematika dan
matematika siswa kelas X SMA Negeri 6 instrumen pedoman wawancara disusun
Wajo yang memiliki gaya belajar auditorial sendiri oleh penulis dengan terlebih dahulu
pada materi statistika; dan (3) dilakukan validasi instrumen sebelum
mendeskripsikan kemampuan komunikasi digunakan. Data yang telah diperoleh
matematika siswa kelas X SMA Negeri 6 selanjutnya dianalisis untuk menarik
Wajo yang memiliki gaya belajar kinestetik kesimpulan.
pada materi statistika. Penentuan kecenderungan gaya belajar
berdasarkan pada kriteria berikut:
METODE PENELITIAN a. Jika skor gaya belajar visual paling besar
Penelitian ini merupakan penelitian dari 2 gaya belajar lain, maka ditetapkan
kualitatif, yaitu penelitian yang siswa tergolong dalam gaya belajar
dimaksudkan untuk memahami fenomena visual.
yang dialami subjek penelitian secara b. Jika skor gaya belajar auditori paling
holistik. Referensi [9] mengungkapkan besar dari 2 gaya belajar lain, maka
metode penelitian kualitatif sebagai prosedur ditetapkan siswa tergolong dalam gaya
penelitian yang menghasilkan data deskriptif belajar auditorial.
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari c. Jika skor gaya belajar kinestetik paling
orang-orang dan perilaku yang dapat besar dari 2 gaya belajar lain, maka
diamati. Penelitian ini dilaksanakan di SMA ditetapkan siswa tergolong dalam gaya
Negeri 6 Wajo pada semester genap tahun belajar kinestetik.
ajaran 2016/2017 dalam waktu 3 bulan. Selanjutnya dalam menentukan enam
Teknik penentuan subjek penelitian orang siswa sebagai subjek penelitian dipilih
menggunakan teknik purposive sampling. dua orang siswa dengan skor tertinggi pada
Teknik purposive sampling adalah teknik

Jurnal Nalar Pendidikan ISSN: 2339-0749


Volume 5, Nomor 2, Jul-Des 2017 Halaman [88]
Ika Puspita Sari Kemampuan Komunikasi Matematika
Berdasarkan Perbedaan Gaya Belajar Siswa
Kelas X SMA Negeri 6 Wajo pada Materi
Statistika

gaya belajar visual, dua orang siswa dengan HASIL PENELITIAN


skor tertinggi pada gaya belajar auditorial a. Hasil Penggolongan Gaya Belajar dan
serta dua orang siswa dengan skor tertinggi Pemilihan Subjek.
pada gaya belajar kinestetik. Berdasarkan hasil analisis angket
Langkah-langkah analisis data hasil tes diperoleh bahwa gaya belajar siswa kelas X
kemampuan komunikasi matematika yang SMA Negeri 6 Wajo terbagi dalam berbagai
dilakukan ialah: (1) menganalisis dan jenis gaya belajar. 12 orang siswa memiliki
memberikan skor hasil tes siswa sesuai gaya belajar visual, 4 orang siswa memiliki
dengan pedoman penskoran tes yang telah gaya belajar auditorial, 9 orang siswa
disusun, serta menentukan tingkat skor hasil memiliki gaya belajar kinestetik, dan juga
tes yang mengacu pada penskoran skala 5 terdapat siswa yang memiliki gaya belajar
dalam Referensi [11], (2) mendeskripsikan kombinasi visual dan kinestetik sebanyak 7
dan menginterpretasi kemampuan orang. Berdasarkan hasil penggolongan gaya
komunikasi matematika subjek melalui belajar tersebut, dipilih siswa sebagai subjek
paparan data hasil tes dan transkrip penelitian sebanyak 6 orang siswa dengan
wawancara, (3) menentukan dan kode S07V1 dan S26V2 mewakili gaya
mendeskripsikan kemampuan komunikasi belajar visual, siswa dengan kode A03A1
matematika yang mengacu pada pedoman dan E12A2 mewakili gaya belajar auditorial,
pengkategorian kemampuan komunikasi serta siswa dengan kode R23K1 dan F14K2
matematika pada setiap indikator, (4) mewakili gaya belajar kinestetik.
menentukan kategori kemampuan b. Hasil Tes dan Analisis Statistik
komunikasi matematika berdasarkan Deskriptif.
ketercapaian indikator kemampuan Berdasarkan hasil analisis deskriptif
komunikasi matematika. yang dilakukan, diperoleh bahwa hasil tes
Data yang diperoleh dari wawancara siswa kelas X berada pada kategori sangat
dianalisis secara deskriptif yang bertujuan tinggi dengan skor rata-rata sebesar 80,93.
untuk mengetahui kemampuan komunikasi Hasil tes siswa dengan gaya belajar visual
matematika siswa secara lisan yang meliputi berada pada kategori tinggi dengan skor
beberapa tahap yaitu transkripsi data, rata-rata sebesar 79,93. Siswa dengan gaya
validasi data, reduksi, data serta penyajian belajar auditorial memperoleh hasil tes yang
data. Dalam memenuhi keabsahan data berada pada kategori sangat tinggi dengan
dalam penelitian ini dilakukan triangulasi skor rata-rata sebesar 88. Sedangkan hasil
sumber dan triangulasi metode. Triangulasi tes siswa dengan gaya belajar kinestetik
sumber yang dilakukan dalam penelitian ini berada pada kategori tinggi dengan skor
yaitu membandingkan data yang diperoleh rata-rata sebesar 79,75. Berdasarkan hasil
dari informan/subjek penelitian dalam hal ini tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil tes
membandingkan data dari dua siswa dengan gaya belajar auditorial lebih
informan/subjek pada masing-masing gaya tinggi dibanding hasil tes siswa dengan gaya
belajar dan selanjutnya dideskripsikan. belajar visual dan siswa dengan gaya belajar
Adapun triangulasi teknik yang dilakukan kinestetik. Hasil tes siswa dengan gaya
dalam penelitian ini yaitu membandingkan belajar visual lebih tinggi dari hasil tes siswa
data yang diperoleh dari tes yang diberikan dengan gaya belajar kinestetik tetapi dengan
dengan data yang diperoleh dari hasil perbedaan skor rata-rata yang tidak jauh
wawancara yang dilakukan. berbeda.

Jurnal Nalar Pendidikan ISSN: 2339-0749


Volume 5, Nomor 2, Jul-Des 2017 Halaman [89]
Ika Puspita Sari Kemampuan Komunikasi Matematika
Berdasarkan Perbedaan Gaya Belajar Siswa
Kelas X SMA Negeri 6 Wajo pada Materi
Statistika

c. Kemampuan Komunikasi Matematika matematika, indikator menginterpretasikan


Subjek dengan Gaya Belajar Visual dan ide matematika dengan bahasa sendiri, serta
Interpretasi. indikator menarik kesimpulan dari
Subjek pertama dengan gaya belajar pernyataan matematika.
visual (subjek B07V1) memiliki kemampuan d. Kemampuan Komunikasi Matematika
komunikasi matematika yang sangat baik Subjek dengan Gaya Belajar Auditorial
dalam indikator menggunakan istilah-istilah, dan Interpretasi.
notasi-notasi, dan simbol matematika dalam Subjek pertama dengan gaya belajar
menyajikan ide matematika dan indikator auditorial (subjek A03A1) memiliki
menginterpretasikan ide matematika dengan kemampuan komunikasi matematika yang
bahasa sendiri. Subjek ini juga memiliki sangat baik pada setiap indikator
kemampuan komunikasi matematika yang kemampuan komunikasi matematika.
baik pada indikator mengekspresikan ide-ide Sedangkan subjek kedua dengan gaya
atau permasalahan matematika melalui belajar auditorial (subjek E12A2) memiliki
tulisan dan indikator menarik kesimpulan kemampuan komunikasi yang sangat baik
dari pernyataan matematika. Akan tetapi, pada indikator mengekspresikan ide-ide atau
memiliki kemampuan komunikasi permasalahan matematika melalui tulisan,
matematika yang kurang pada indikator indikator menyatakan ide-ide atau
menyatakan ide-ide atau permasalahan permasalahan matematika secara visual
matematika secara visual dalam bentuk dalam bentuk grafik, diagram atau tabel,
grafik, diagram atau tabel. indikator menggunakan istilah-istilah,
Subjek kedua dengan gaya belajar visual notasi-notasi dan simbol matematika dalam
(subjek S26V2) memiliki kemampuan menyajikan ide matematika dan pada
komunikasi matematika yang sangat baik indikator menarik kesimpulan dari
pada indikator mengekspresikan ide-ide atau pernyataan matematika. Serta kemampuan
permasalahan matematika melalui tulisan. komunikasi matematika yang baik pada
Subjek kedua juga memiliki kemampuan indikator menginterpretasikan ide
komunikasi matematika yang sangat baik matematika dengan bahasa sendiri.
pada indikator menggunakan istilah-istilah, Dengan demikian, dapat dikatakan
notasi-notasi, dan simbol matematika dalam bahwa subjek dengan gaya belajar auditorial
menyajikan ide matematika dan indikator mampu mencapai lima indikator
menginterpretasikan ide matematika dengan kemampuan komunikasi matematika yaitu
bahasa sendiri. Serta memiliki kemampuan indikator mengekspresikan ide-ide atau
komunikasi matematika yang baik pada permasalahan matematika melalui tulisan,
indikator menyatakan ide-ide atau indikator menyajikan ide-ide atau
permasalahan matematika secara visual permasalahan matematika secara visual
dalam bentuk grafik, diagram atau tabel dan dalam bentuk grafik, diagram atau tabel,
indikator menarik kesimpulan dari indikator menggunakan istilah-istilah,
pernyataan matematika. notasi-notasi dan simbol matematika dalam
Dengan demikian, dapat dikatakan meyajikan ide matematika, indikator
bahwa subjek dengan gaya belajar visual menginterpretasikan ide matematika dengan
mampu mencapai empat indikator bahasa sendiri serta indikator menarik
kemampuan komunikasi matematika. kesimpulan dari pernyataan matematika.
Kemampuan tersebut mencakup indikator e. Kemampuan Komunikasi Matematika
mengekspresikan ide-ide atau permasalahan Subjek dengan Gaya Belajar Kinestetik
matematika melalui tulisan, indikator dan Interpretasi
menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi Subjek pertama dengan gaya belajar
dan simbol matematika dalam meyajikan ide kinestetik (subjek R23K1) memiliki

Jurnal Nalar Pendidikan ISSN: 2339-0749


Volume 5, Nomor 2, Jul-Des 2017 Halaman [90]
Ika Puspita Sari Kemampuan Komunikasi Matematika
Berdasarkan Perbedaan Gaya Belajar Siswa
Kelas X SMA Negeri 6 Wajo pada Materi
Statistika

kemampuan komunikasi matematika yang KESIMPULAN


sangat baik pada indikator menggunakan Berdasarkan hasil dan pembahasan
istilah-istilah, notasi-notasi, dan simbol diperoleh bahwa hasil belajar siswa dengan
matematika dalam menyajikan ide gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik
matematika. Subjek juga memiliki memiliki perbedaan. Hasil tes siswa dengan
kemampuan komunikasi matematika yang gaya belajar auditorial lebih tinggi dibanding
baik pada indikator mengekspresikan ide-ide hasil tes siswa dengan gaya belajar visual,
atau permasalahan matematika melalui dan siswa dengan gaya belajar kinestetik.
tulisan. Subjek memiliki kemampuan Hasil tes siswa dengan gaya belajar visual
komunikasi matematika yang cukup pada lebih tinggi dari hasil tes siswa dengan gaya
indikator menginterpretasikan ide belajar kinestetik tetapi dengan perbedaan
matematika dengan bahasa sendiri dan pada skor rata-rata yang tidak jauh berbeda.
indikator menarik kesimpulan dari Subjek yang memiliki gaya belajar visual
pernyataan matematika dan memiliki mampu dalam empat indikator kemampuan
kemampuan komunikasi matematika yang komunikasi matematika, yaitu indikator
kurang pada indikator menyatakan ide-ide mengekspresikan ide-ide atau permasalahan
atau permasalahan matematika secara visual matematika melalui tulisan, indikator
dalam bentuk grafik, diagram atau tabel. menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi
Subjek kedua dengan gaya belajar dan simbol matematika dalam meyajikan ide
kinestetik (subjek F14K2) memiliki matematika, indikator menginterpretasikan
kemampuan komunikasi matematika yang ide matematika dengan bahasa sendiri serta
sangat baik pada indikator mengekspresikan indikator menarik kesimpulan dari
ide-ide atau permasalahan matematika pernyataan matematika. Subjek yang
melalui tulisan dan indikator menggunakan memiliki gaya belajar auditorial mampu
istilah-istilah, notasi-notasi dan simbol dalam lima indikator kemampuan
matematika dalam menyajikan ide komunikasi matematika, yaitu indikator
matematika. Subjek juga memiliki mengekspresikan ide-ide atau permasalahan
kemampuan komunikasi matematika yang matematika melalui tulisan, indikator
baik pada indikator menginterpretasikan ide menyatakan ide-ide atau permasalahan
matematika dengan bahasa sendiri. Subjek matematika secara visual dalam bentuk
memiliki kemampuan komunikasi grafik, diagram atau tabel, indikator
matematika yang cukup pada indikator menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi
menyatakan ide-ide atau permasalahan dan simbol matematika dalam meyajikan ide
matematika secara visual dalam bentuk matematika, indikator menginterpretasikan
grafik, diagram atau tabel dan pada indikator ide matematika dengan bahasa sendiri serta
menarik kesimpulan dari pernyataan indikator menarik kesimpulan dari
matematika. pernyataan matematika. Subjek yang
Dengan demikian, dapat dikatakan memiliki gaya belajar kinestetik mampu
bahwa subjek dengan gaya belajar visual dalam tiga indikator kemampuan
mampu mencapai tiga indikator kemampuan komunikasi matematika yaitu indikator
komunikasi matematika yaitu yaitu indikator mengekspresikan ide-ide atau permasalahan
mengekspresikan ide-ide atau permasalahan matematika melalui tulisan, indikator
matematika melalui tulisan, indikator menggunakan istilah, notasi dan simbol
menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dalam meyajikan ide
dan simbol matematika dalam meyajikan ide matematika serta indikator menarik
matematika serta indikator menarik kesimpulan dari pernyataan matematika
kesimpulan dari pernyataan matematika

Jurnal Nalar Pendidikan ISSN: 2339-0749


Volume 5, Nomor 2, Jul-Des 2017 Halaman [91]
Ika Puspita Sari Kemampuan Komunikasi Matematika
Berdasarkan Perbedaan Gaya Belajar Siswa
Kelas X SMA Negeri 6 Wajo pada Materi
Statistika

DAFTAR PUSTAKA [8]. DePorter, B. 2005. Quantum


[1]. BSNP. 2006. Permendiknas RI Teaching Mempratikkan Quantum
No.22 Tahun 2006 tentang Standar Learning di Ruang-ruang Kelas.
Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar Bandung: Kaifa.
dan Menengah. Jakarta:
Kementerian Pendidikan Nasional [9]. Moleong, L.J. 2012. Metodologi
Republik Indonesia. Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
[2]. NCTM. 2010. Principles and
Standards for School Mathematics. [10]. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
http://www.nctm.org/Standards-and- Kombinasi (Mixed Method).
Positions/Principles-and-Standards/ Bandung: Alfabeta.
Principles,-Standards,-and-
Expectations/. Diakses pada 28 [11]. Arikunto, S. 2013. Dasar-dasar
Oktober 2016. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
[3]. Gordah, E.K. & Nurmaningsih.
2015. Analisis Kemampuan
Komunikasi Matematis Mahasiswa
pada Materi Kuliah Geometri
Analitik di Program Studi
Pendidikan Matematika IKIP PGRI
Pontianak. Jurnal Pendidikan
Informatika dan Sains, Vol. 4 (2).

[4]. Husna., Ikhsan, M., dan Fatima, S.


2013. Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah dan
Komunikasi Matematis Siswa
Sekolah Menengah Pertama melalui
Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Think-Pair-Share (TPS). Jurnal
Peluang. Vol. 1 (2).

[5]. Umar, W. 2012. Membangun


Kemampuan Komunikasi Matematis
dalam Pembelajaran Matematika.
Jurnal Ilmiah Program Studi
Matematika STKIP Siliwangi
Bandung, Vol. 1 (1). http://e-
journal.stkipsiliwangi.ac.id/
index.php/infinity/article/view/2/1
diakses pada 19 September 2016.

[6]. Prashign, B. 2007. The Power of


Learning Styles: Memicu Anak
Melejitkan Prestasi dengan
Mengenali Gaya Belajarnya, Terj.
Nina Fauziah, Bandung: Kaifa.

[7]. Qohar, A. 2007. Pengembangan


Instrumen Komunikasi Matematika
untuk Siswa SMP. Lomba dan
Seminar Matematika XIX. ISBN
978-979-17763-3-2.

Jurnal Nalar Pendidikan ISSN: 2339-0749


Volume 5, Nomor 2, Jul-Des 2017 Halaman [92]

Anda mungkin juga menyukai